Anda di halaman 1dari 7

“PENYADAPAN YANG DILAKUKAN OLEH INGGRIS PADA JERMAN”

Nigel Aldiro Sigging (6211201065); Rika Widya(6211201068); Muhammad Zaki


(6211201076); Shella Andini (6211201098); Alfan Nurfirman (6211201105); Andre Agustin
(6211201106); Diva Naja (6211201113); Muhammad Raffi Putra Prawira (6211201114).

A. Latar Belakang

Isu terhadap penyadapan sering kali muncul dalam perdebatan politik maupun hukum di
kalangan para politisi atau para penegak hukum serta akademisi di Indonesia akhir-akhir ini.
Penyadapan setidaknya telah dianggap sebagai alat ampuh yang diharapkan mampu menguak
atau setidaknya membuka tabir akan adanva kejahatan yang terorganisir dan juga menurut
beberapa kalangan dapat mencegah adanya kejahatan terhadap keamanan negara (national
security). Namun, penyadapan juga digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk hal-hal negatif
yang berpotensi merugikan pihak korban, Bahkan pada perkembangannya yang disadap
bukan .hanva informasi terkait kepentingan pribadi perorangan, karena saat ini informasi-
informasi rahasia sebuah negara juga bisa menjadi obyek penyadapan. Semakin cangihnya
perkembangan dunia intelejen menuntut agen-agen diplomatik setiap negara untuk lebih berhati-
hati dalam bersikap dan bertindak untuk menjaga keharmonisan hubungan antarnegara.

Diplomatik merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh actor internasional
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya (National Interest). Perbedaan
kebudayaan serta kehidupan antar negara menjadikan masyarakat internasional membutuhkan
satu garis merah yang dapat berperan sebagai pembatas, dalam pelaksanaannya kegiatan
diplomatik terdapat berbagai aturan baik secara tersurat ataupun tersirat yang berperan sebagai
rambu-rambu dalam melakukan kegiatan diplomatik guna menghormati satu sama lain. Mengacu
pada penjelasan diatas, kali ini penulis akan memaparkan salah satu pelanggaran etika
diplomatik yang terjadi di dataran Eropa Barat yakni Inggris dengan Jerman dengan judul
“Penyadapan yang dilakukan oleh Inggris pada Jerman ” Penyadapan yang dilakukan
Inggris yang mana diketahui sebagai salah satu bentuk kegiatan Inggtis terhadap kerjasama
inteljen yng tertuang dalam UKUSA Agreement.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Inggris melakukan penyadapan terhadap Jerman?
2. Bagaimana Jerman mengetahui tindakan yang dilakukan oleh Inggris?
3. Bagaimana Penyelesaian terhadap kasus tersebut?

C. Pendekatan dan Konsep


Dalam kasus ini kami menggunakan teori realis karena realis mementingkan kepentingan
individual, egoisme, anarki internasional, politik kekuasaan dan apabila di hubungkan
dengan kasus penyadapan Jerman oleh Inggris teori ini kan sangat mementingkan
kepentingan individual, yang apabila di hubungkan sangat cocok dengan Inggris yang
melakukan penyadapan kepada kurang lebih 30 kepala pemerintahan.
Dimana negara Inggris hanya mementingkan kepentingan negara nya sendiri dan juga
Inggris bersifat anarki, yang dimana Inggris melakukan perbuatan yang merugikan
negara lain demi kepentingan individual.

D. Landasan Hukum

“Dasar-Dasar Pelarangan dalam Penyadapan menurut Hukum dan HAM Internasional”

Secara umum arti pendapan merupakan suatu aktivitas menguping atau


mendengarkan percakapan antara individu dengan individu lainnya atau kelompok antar
kelompok yang bersifat rahasia melalui media komunikasi berupa telfon atau perangkat
elektronik lainnya. Menurut Amanda Hale intersepsi merupakan seseorang mencegat
komunikasi selama transmisinya jika, sebagai akibat dari gangguannya dalam sistem atau
pemantauan transmisi, beberapa atau semua konten tersedia, saat sedang dikirim, kepada
orang lain selain pengirim atau yang dituju penerima komunikasi. Sedangkan Jeffrey B.
Welty berpendapat bahwasannya penyadapan merupakan penggunaan untuk merujuk
pada penyadapan dalam konteks komunikasi elektronik dalam format apapun baik dalam
komunikasi itu terjadi melalui telfon, email fax dan pesan teks.1

1
Dalam hukum internasional dan hak asasi manusia, penyadapan sering
diklasifikasikan sebagai dilarang oleh beberapa undang-undang, diantaranya pada pasal
12 Universal Declaration of Humas Right (UDHR) pada tahun 1948 berbunyi “No one
shall be subjected to arbitrary interference with his privacy, family, home or
correspondence, nor to attack upon his honour and reputation. Every one has the right to
protection of the law against such interference attacks”. Pada pasal tersebut menjelaskan
bahwasannya siapa pun tidak boleh mengganggu secara bebas dalam hal privasi baik
individu tersebut maupun keluarga serta dalam surat menyurat dan nama baiknya tidak
dapat diserang secara semena-mena. Setiap orang berhak atas perlindungan hukum dari
pelecehan atau penyerangan tersebut. Pada pasal 17 dalam International Covenant on Civil
and Politic Right (ICCPR) tahun 1966 berbunyi :
”(1). No one shall be subjected to arbitrary or unlawfull interference with his privacy,
family, home, correspondence, nor to unlawful attack on his honour and reputation (2).
Every one has the right to the protection of the law against such interference or attacks”
Pada pasal diatas menjelaskan bahwasannya siapapun tidak memiliki hak kebebasan
dalam melakukan intervensi permasalahan individu tersebut, permasalahan rumah tangga
atau dalam surat-menyurat serta menyerang harkat martabat nama baiknnya. Melainkan
masing-masing individu mendapatkan hak perlindungan hukum. Pada pasal 17
International Covenant on Civil and Politic Right (ICCPR) komentar umum nomor 16
yang sudah mendapatkan persetujuan dari Komite HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
berbunyi :
"...bahwa integritas dan kerahasiaan korespondensi harus dijamin secara de jure dan
de facto. Korespondensi harus diantarkan ke alamat yang dituju tanpa halangan dan
tanpa dibuka atau dibaca terlebih dahulu. Pengamatan (surveillance), baik secara
elektronik maupun lainnya, penyadapan telepon, telegram, dan bentuk-bentuk
komunikasi lainnya, serta perekaman pembicaraan harus dilarang".2
Konvensi Wina Tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik dilakukan di Wina pada
tanggal 18 April 1961 (Terjemahan)
Pada pasal 25 berbunyi, Negara penerima harus memberikan fasilitas penuh untuk
kinerja fungsi misi

2
Pada pasal 29 berbunyi, Orang dari agen diplomatik tidak dapat diganggu gugat.
Dia tidak akan bertanggung jawab atas segala bentuk penangkapan atau penahanan.
Negara penerima harus memperlakukan dia dengan hormat dan akan mengambil semua
langkah yang tepat untuk menceah serangan apapun terhadap dirinya, kebebasan atau
martabatnya.
Pada pasal 36 ayat 1 berbunyi, Negara penerima harus, sesuai dengan hukum dan
peraturan yang mungkin diadopsi, mengizinkan masuk dan memberikan pembebasan dari
semua bea masuk, pajak dan biaya terkait selain biaya untuk penyimpanan, pengangkutan
dan layanan serupa, pada :
a) Artikel untuk penggunaan resmi misi;
b) Artikel untuk penggunaan pribadi agen diplomatik atau anggota keluarganya yang
merupakan bagian dari rumah tangganya, termasuk artikel yang ditunjukkan
untuk pendiriannya.

E. Pembahasan
a) Alasan Inggris Menyadap Jerman

Kekuasaan adalah hal yang selalu dikejar oleh seluruh negara di dunia. dengan kata lain,
sebuah negara akan melakukan hal apapun untuk bisa menjadi negara dengan duduk paling
tinggi di tahta struktur dunia.

Cyber Crime adalah hal yang sering ditemui di abad ke 21. Tentu hal ini tidak hanya berlaku
kepada beberapa individu saja, tetapi kejahatan ini sudah bisa dikatakan secara Internasional dan
hal ini juga tentu akan menganggu keamanan sebuah negara, baik secara dokumen pribadi milik
penguasa hingga program atau strategi nasional sebuah negara.

Tindakan Inggris yang menyadap Jerman adalah hal yang sangat fatal yang dilakukan negara
Ratu Elizabeth II. Hal ini tentu bisa merusak kepercayaan Jerman kepada Inggris, apalagi secara
letak geografis kedua negara tersebut sangat berdekatan. Penyadapan tersebut memiliki pos di
kedutaan besar Inggris untuk Jerman di Berlin. Penyadapan ini juga merupakan lanjutan dari
penyadapan Amerika Serikat yang sudah di mulai sejak 2002.

Penyadapan ini terjadi tentu dengan latar belakang yang sangat kompleks jika dikaitkan
dengan struktur dunia. Bukan hanya Inggris yang bermain dalam penyadapan ini, penyadapan ini
juga terinisiasi oleh beberapa negara sekutu lainya seperti Amerika Serikat, Australia dan
Selandia Baru.

Penyadapan ini dipasang di pusat pemerintahan Jerman, bahkan penyadapan ini sudah dilakukan
sejak 2002, penyadapan ini menargetkan pemimpin berkuasa, seperti Kanselir Jerman yaitu
Angela Markel. Hal ini tentu juga membuat kedua negara bahkan hubungan Jerman dengan
beberapa negara sekutu renggang dan memanas.

b) Bagaimana Jerman mengetahui tindakan yang dilakukan Inggris?

Aksi penyadapan besar-besaran yang dilakukan NSA terungkap setelah bekas kontaktor
NSA Edward Snowden membocorkan data-data rahasia. Pejabat Uni Eropa Claude Moraes
menyatakan, setelah pembicaraan di Washington harus dilakukan kerja keras untuk memulihkan
kepercayaan. "Masih banyak tuduhan berat yang belum diklarifikasi", kata Moraes.

Setelah Jerman menuntut agar dinas rahasia Amerika menaati undang-undang


perlindungan data di Jerman dan tidak melakukan penyadapan tanpa alasan jelas.

Berbagai media minggu yang lalu melaporkan, NSA melakukan penyadapan terhadap
lebih 30 kepala pemerintahan. Laporan tersebut mengundang reaksi keras dari berbagai negara,
antara lain Jerman, Brasil dan Meksiko. Perancis dan Spanyol juga memprotes penyadapan
jutaan hubungan telpon yang dilakukan NSA.

c) Upaya Penyelesaian
- Pemanggilan Duta Besar Inggris untuk Jerman
Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan dalam sebuah pernyataannya bahwa duta
besar Inggris akan dipanggil atas perintah dari Menteri Luar Negeri Jerman, Guido
Westerwelle. Hal ini tentu untuk menyelesaikan permasalahan ini
- Perjanjian Anti Penyadapan
Menurut laporan kantor berita dpa, pemerintah Jerman menuntut agar Amerika
menyetujui perjanjian yang melarang aksi penyadapan atas pemerintah dan perwakilan
Jerman di luar negeri. Jerman juga menuntut agar dinas rahasia Amerika menaati undang-
undang perlindungan data di Jerman dan tidak melakukan penyadapan tanpa alasan jelas.
Berbagai media minggu yang lalu melaporkan, NSA melakukan penyadapan terhadap
lebih 30 kepala pemerintahan. Laporan tersebut mengundang reaksi keras dari berbagai
negara, antara lain Jerman, Brasil dan Meksiko. Perancis dan Spanyol juga memprotes
penyadapan jutaan hubungan telpon yang dilakukan NSA.
Presiden Barack Obama menyatakan, ia akan meninjau lagi seluruh kegiatan NSA.
Menurut laporan media, Obama sebelumnya tidak mendapat informasi jelas dari NSA
tentang kepala pemerintahan negara sahabat yang menjadi target penyadapan. Setelah
menerima laporan beberapa minggu lalu, Obama langsung menghentikan aksi
penyadapan terhadap Merkel.

F) Kesimpulan.
Penyadapan yang dilakukan oleh Inggris terhadap Jerman telah dilakukan sejak
lama, di mana Inggris melakukan penyadapan lanjutan yang sebelumnya telah dilakukan
oleh Amerika Serikat sejak tahun 2002. Aksi penyadapan tersebut guna mementingkan
kepentingan individual, egoisme, anarki internasional, apabila di hubungkan dengan
kasus penyadapan Jerman oleh Inggris. Tentu saja terdapat banyak hal kompleks yang
melatar belakangi Inggris untuk melakukan aksi spionase ini, yang tentu saja dilakukan
demi menguntungkan Inggris. Penyadapan ini dilakukan di pusat pemerintahan Jerman,
hal ini dilakukan agar penyadapan ini dapat menjangkau pemerintahan pusat terutama
pemimpin yang berkuasa yaitu Angela Markel sebagai Kanselir Jerman yang berkuasa
pada tahun itu.
Namun setelah Terkuaknya aksi penyadapan Inggris terhadap Jerman. Kasus ini
diselesaikan dengan; Kementerian Luar Negeri Jerman Guide Westerwelle dalam
pernyataannya memanggil duta besar Inggris, lalu Jerman menuntut negara – negara yang
telah melakukan aksi spionase seperti Inggris dan Amerika Serikat untuk menaati
undang – undang perlindungan data dan Perjanjian Anti Penyadapan.
DAFTAR PUSTAKA

Liputan6. (2013). PBB Investigasi Penyadapan AS dan Inggris. Internasional, 1-2.


Made For Mind. (2013). Senat AS Selidiki Skandal Spionase NSA. Dunia, 1.
Thontowi Jawahir. Penyadapan dalam Hukum Intenasional dan Implikasinya terhadap Hubungan
Diplomatik Indonesia dengan Australia. April 2015. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO.2 VOL.22
APRIL 2015: 183-202. Hal 186-187.

Anda mungkin juga menyukai