Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMETER

HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER


THE DIKKO AFFAIR

DISUSUN OLEH:
ATHAYA ULYA A.D.S / 031711133108

KELAS HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER A-1


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN 2019
A. LATAR BELAKANG

Vienna Convention on Diplomatic Relation pada tahun 1961 atau dapat disingkat
VCDR 1961 merupakan salah satu konvensi tentang diplomasi terpenting Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Konvensi ini adalah bentuk kodifikasi yang sukses dilakukan
oleh International Law Commission. Hingga 2009, VCDR 1961 masuk menjadi jajaran
perjanjian universal dengan memiliki 186 negara yang berpartisispasi1. Tingginya
partisipasi serta kepatuhan Negara-negara diikuti pengaruhnya pada tatanan hukum
internasional menunjukkan kesuksesan VCDR 1961 tersebut2.

VCDR 1961 terdiri dari 53 pasal dan mengatur mengenai hubungan diplomatik, salah
satunya mengenai kekebalan dan hak istimewa dari agen diplomatik. Pemberian
kekebalan dan hak keistimewaan untuk perwakilan asing bukanlah hal baru dalam
praktek hukum intenasional. Jauh ke masa lampau, pemberian kekebalan dan hak
istimewa dilakukan kepada orang yang menghubungkan antara bangsa. Pemikiran saat
itu adalah utusan tersebut agar dapat bernegosiasi megenai gencatan senjata maupun
perjanjian untuk menyelesaikan perselisihan harus dapat masuk kedalam wilayah bangsa
lain dengan aman. Praktek ini dapat terjadi sejak zaman Yunani Kuno serta India Kuno 3.
Pemikiran ini digunakan dalam praktek pemberian kekebalan dan hak keistimewaan pada
masa modern. Bahwa agar dapat melaksanakan fungsinya utusan Negara lain harus
diberi kekebalan dan hak keistimewaan.

Kekebalan dan hak keistimewaan dalam VCDR 1961 terbagi menjadi beberapa yaitu,
tidak dapat diganggu gugatnya seacara absolute (absolute inviolability) bangunan
(premises), orang (the person of the diplomatic agent), arsip-arsip dan dokumen-
dokumen (archives and documents), surat menyurat resmi (official correspondence),
serta tas diplomatic (diplomatic bag). Meskipun merupakan perjanjian universal, tidak
memungkiri bahwa beberapa aturan dalam VCDR 1961 menimbulkan kontra diantara
negara-negara partisispan. Aturan yang dimaksud adalah ketentuan mengenai diplomatic
bag. Diplomatic bag tidak dapat diganggu gugat sehingga tidak dapat ditahan atau
diperiksa. Hal ini menjadikan diplomatic bag rawan untuk disalah gunakan. Sebagai
contohnya adalah kasus penculikan Umaru Dikko yang menggunakan diplomatic bag.
1
Holger P Hestermeyer, Vienna Convention on Diplomatic Relations (1961), Max Panck Encyclopedia of
Public International Law :2009
2
Eileen Denza, Vienna Convention on Diplomatic Relations, www. Un.org/law/avl, diakses pada 19 November
2019.
3
Loc.cit.
Umaru Dikko diculik dan dimasukkan kedalam peti yang diklaim sebagai diplomatic
bag agar peti tersebut tidak ditahan dan diperiksa oleh Inggris. Absolute inviolability
yang diberikan konvensi membuat beberapa dampak negative tidak dapat dihindari.

B. ISU HUKUM
1. Apakah tindakan Inggris memeriksa diplomatic bag merupakan pelangggaran
terhadap asal 27 VCDR 1961?
2. Apakah tindakan Nigeria menggunakan diplomatic bag dapat dibenarkan?
3. Apakah tindakan ‘ekstradisi’ Nigeria terhadap Umaru Dikko dapat dibenarkan?

C. METODE
Penyusunan makalah ini menggunakan metode yuridis-normatif , dimana metode ini
dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa
konvensi-konvesi atau dokumen hukum lainnya.

D. PEMBAHASAN
THE DIKKO AFFAIR
Kasus penculikan Umaru Dikko diawali pada tanggal 5 Juli 1984. Umaru Dikko
diculik di kediamannya di London dan disaksikan oleh sekretarisnya yang bernama
Elizabeth Hayes4. Eliazabeth kemudian menghubungi kepolisian Inggris, saat itu juga
polisi mengerahkan pasukannya untuk mencari Umaru Dikko. Setiap pelabuhan dan
bandara dihubungi oleh kepolisian agar segera melapor bila terdapat hal yang
mencurigakan. Hari itu juga ditemukan oleh petugas bandara di Bandara Stansted 2 peti
mencurigakan yang akan diangkut oleh pesawat kargo Nigerian Airways. Kedua peti
tersebut diklaim sebagai diplomatic bag. Berdasarkan laporan petugas yang memiliki
penciuman tajam, peti tersebut mengeluarkan bau obat-obatan yang menyengat. Suatu
kebetulan, di Bandara Stansted terparkir 2 mercerdez benz dengan plat Nigerian High
Commission. Petugas bandara merasa curiga dan melakukan penundaan pengangkutan
barang ke pesawat kargi Nigerian Airways. Bersamaan dengan itu, mereka menghubungi
kantor pusat serta perdana menteri. Keluarkan perintah penahanan penerbangan peswat
kargo Nigerian Airways hingga sore hari (penjadwalan awal akan terbang pada 5 juli
pagi).
4
Bruce Weber, “Umaru Dikko, Ex-Nigerian Official Who Was Almost Kidnapped, Dies”, www.nytimes.com, 11
september 2019.
Pasukan anti teroris Inggris bergegas menuju Bandara Stansted dan menemukan
bahwa 2 peti tersebut tidak memiliki diplomatic mark atau tanda diplomatic yang harus
ada pada setiap diplomatic bag. Karena tidak memiliki tanda sebagaimana pada pasal 27
VCDR 1961, pasukan anti teroris Inggris memutuskan untuk membuka 2 peti tersebut.
Peti tersebut diperiksa dihadapan anggota misi Nigeria untuk Inggris. Tepat sekali saat
itu terdapat Okon Edet, merupakan anggota Nigerian High Commission untuk Inggris ,
berada di bandara saat penculikan terjadi. Dihadapan Okon Edet dibuka lah kedua peti
tersebut. Pada peti pertama ditemukan 2 orang, seorang kebangsaan Nigeria dan seorang
kebangsaan Israel. Sedangkan dipeti lainnya ditemukan Umaru Dikko berada dalam
posisi berlutut dengan tabung silinder yang masukkan kedalam tenggorokan sebagai
jalan untuk bernafas, bersama seorang ahli anastesi berkebangsaan Israel yang bertugas
untuk membantu dan memeriksa Umaru Dikko agar tetap bernafas di dalam peti.

Pembukaan peti tersebut didasarkan trauma Inggris karena beberapa waktu sebelum
terjadi kasus penculikan Umaru Dikko, terjadi penembakan dari gedung diplomat Libya
untuk Inggris yang menewaskan seorang polisi wanita. Senjata api tersebut diduga
diselundupkan masuk ke Inggris melalui diplomatic bag. Selain itu,

Kejadian ini menjadi suatu pukulan telak bagi hubungan Nigeria dan Inggris. Setelah
kejadian ini, Inggris meminta Nigeria untuk melepaskan kekebalan dan hak istimewa
beberapa staf diplomatic yang saat terjadi penculikan dan proses penggangkutan peti
berisi Dikko berada di Bandara Stansted. Inggris meduga adanya keterlibatan staf
diplomatik tersebut dengan kasus penculikan Umaru Dikko. Inggris meminta untuk
dilepaskannya kekebalan dan hak istimewa sehigga kepolisian Inggris dapat melakukan
interogasi terhadap setiap orang yang diduga terlibat. Namun, Federal Military
Government (FMG – sebutah pemerintah yang menguasai dan memerintah Nigeria saat
itu) menolak untuk melakukan hal yang diminta Inggris. Karena al tersebut, Inggris
dengan berat hati menyatakan persona non grata terhadap beberapa staf diplomatic
Nigeria, termasuk didalamnya Okon Edet dan Peter Oyodele. Mereka diminta untuk
meninggalkan Inggris paling akhir tanggal 18 Juli.

Kejadian penculikan Umaru Dikko ini juga bertepatan dengan kunjungan Duta Besar
Nigeria, Halidu Hannaniya kepada Mentri Luar Negeri Inggris, Geoffrey Howe. Ketika
berita tersebut sampai pada Hannaniya, Hannaniya berpamit pulang dengan alasan akan
melakukan konsultasi kepada FMG atas kejadian penculikan ini. Goeffrey Howe pun
menyampaikan bahwa merupakan hal yang tidak pantas bagi Hannaniya untuk kembali
setelah ‘konsultasinya’ dari Lagos ke London ketika permasalahan mengenai keterlibatan
pemerintahan Nigeria atas penculikan Umaru Dikko belum menemukan titik terang.
Geoffrey juga menyampaikan bahwa “will not inflict lasting damage to our long-term
relationship with Nigeria, a Commonwealth country with which we have had good
relations over many years” (“tidak menimbulkan kerusakan yang berlangsung lama
terhadap hubungan jangka panjang kita dengan Nigeria, suatu Negara Commonwealth
yang mana kita memiliki hubungan baik selama bertahun-tahun dengannya.”).

Hubungan diplomatic adalah hubungan resciprocity atau timbal balik. Setelah Inggris
memulangkan beberapa staf diplomatiknya, Nigeria melakukan perilaku balasan dengan
memulangkan beberapa staf diplomatik Inggris untuk Nigeria yang jumlah dan
pangkatnya sesuai dengan staf diplomatiknya yang dipulangkan. Selain itu FMG juga
meminta London untuk memanggil pulang Hamilton Whyte, Duta Besar Inggris untuk
Nigeria untuk melakukan ‘konsultasi’di London. FMG berpendapat bahwa akan menjadi
hal yang tidak pantas bagi Whyte untuk tinggal di Lagos sedangkan Hannaniya telah
kembali ke Lagos untuk melakukan ‘konsultasi’. Pada 15 Juli, Howe menyatakan
memanggil Hamilton Whyte kembali ke London untuk konsultasi serta meninggalan
Lagos. Tak hanya pemulangan staf diplomatic dan Duta Besar, ketika penerbangan
Nigerian Airways ditunda sejak 5 Juli oleh Inggris, Nigeria juga melakukan penundaan
penerbangan British Caledonian dengan nomor penerbangan BR 366. Hingga 7 juli,
kedua pesawat akhirnya diperbolehkan melakukan penerbangan oleh masing-masing
pemerintah dan jadwal penerbangan kembali seperti sedia kala5.

TAS DIPLOMATIK, INGGRIS DAN NIGERIA

Selama berabad-abad, pemerintahan dan utusannya yang diutus keluar negeri selalu
menggunakan diplomatic bag6. Tas diplomatic sebagaimana pada pasal 27 VCDR 1961
adalah tas yang berisi dokumen diplomatik atau barang yang digunkan untuk
kepentingan resmi diplomat serta memiliki invisible external mark (tanda yang terlihat
berada diluar tas)7. Tas ini digunakan oleh agen diplomatik untuk membawa dokumen
atau barang-barang dari Negara asalnya dan bersifat rahasia sehingga tidak boleh ditahan

5
Adeoye Akinsanya, ‘The Dikko Affair and Anglo-Nigerian Relations’,www.jstor.com, diakses pada 11
september 2019.
6
Thorny Issue : Peeking into the previliged pouch. N.Y. Times, Aug.1 1988 at b6, col3 (cariii)
7
Pasal 27 VCDR 1961
maupun dibuka8, sebagaimana pada pasal 27 ayat (3) VCDR 1961. Pasal ini merupakan
bentuk dari absolute inviolability bagi diplomatic bag, yang menjadikan tas tersebut
sebagai sarana penyelundupan yang sempurna bagi diplomat untuk mengangkut barang
selundupan barang seberharga perhiasan dan seberbahaya senjata 9. Bahkan dalam kasus
penculikan Umaru Dikko, yang akan diselundupkan adalah beberapa orang manusia. Hal
ini sangat mengkhawatirkan dunia internasional.

Pada saat pembentukkan pasal 27 VCDR 1961, terdapat upaya untuk


menyeimbangkan antara absolute inviolability tas diplomatic serta penangkal adanya
penyalagunaan diplomatic bag. Terdapat anggota delegasi yang memberikan pendapat
agar dilakukan amandemen terhadap draf VCDR yang menyediakan suatu cara agar
Negara penerima dapat menolak tas dengan dalih kecurigaan terhadap penyalahgunaan
diplomatic bag. Namun amandemen tersebut ditolak karena jika diplomatic bag tidak
dilengkapi dengan absolute inviolability maka nilai dari diplomatic bag tersebut, yang
merupakan bentuk dari free communication (kebebasan berkomunikasi) bagi Negara
pengirim akan berkurang, atau bahkan musnah10. Akhirnya untuk melengkapi pasal 27
ayat (3), ditambahkanlah pasal 27 ayat (4). Pasal 27 ayat (3) menyatakan bahwa tas
diplomatic tidak boleh dibuka maupun ditahan11. Pasal 27 ayat (4) memberikan limitasi
dengan menyatakan bahwa yang diklaim sebagai diplomatic bag harus memiliki tanda
(invisible external mark) dan hanya berisi dokumen diplomatik serta barang yang
digunkan untuk kepentingan resmi diplomat12. Namun, akan menjadi hal yang sulit untuk
mengetahui bahwa benar jika didalam diplomatic bag tersebut bila tidak boleh dilakukan
pembukaan atau penahanan. Lalu mulai muncul upaya-upaya pengecekkan tas tanpa
dilakukan pembukaan ataupun penahanan, yaitu dengan dilakukan pemidaian dengan alat
elektronik maupun dengan anjing terlatihpengendus narkotika. Praktek ini terdapat
pertentangan dari beberapa Negara, menunjukkan jika pasal 27 VCDR 1961 absolute
inviolability-nya telah diingkari. Kembali lagi bahwa hubungan diplomatic didasarkan
oleh hubungan timbal balik, sehingga Negara-negara yang tidak melakukan pemindaian
atau pengendusan oleh anjing juga berharap mendapat perlakuan yang sama.

8
Loc.cit.
9
Christine M. Nelson, ‘“Opening” Pandora’s Box : The Status of The Diplomatic Bag in Internatonal
Relations’, Fordham International Law Journal, Vol 12, Issue 3, Art. 5, 1988. h.
10
Ibid. h. 504
11
Pasal 27 VCDR 1961
12
Loc.cit.
Dari semua penjelasan diatas bila dikaitkan dengan kasus penculikkan Umaru Dikko,
tindakan Inggris dalam membuka peti yang diklaim sebagai diplomatic bag tersebut
dapat dibenarkan. Berdasarkan fakta, peti tersebut diklaim namun tidak memiliki tanda
(invisible external mark) sebagimana tercantum dalam pasal 27 VCDR 1961. Karena
salah satu karakter diplomatic bag tidak terpenuhi maka pasal 27 ayat (3) VCDR 1961
mengenai absolute inviolability tas diplomatik tidak berlaku karena peti itu sendiri tidak
termasuk tas diplomatik.

Pada pasal 36 ayat (2) VCDR 1961 menyatakan : “the personal baggage of
diplomatic agent shall be exempt from inspection, unless there are serious grounding
presumpsion that contains articles not covered by the exemptions mentioned in
paragraph 1 of this article, or articles the import or export of which is prohibited by the
law o controlled by the quarantine regulations of the receiving state. Such inspection
shall be conducted only in the presence of the diplomatic agent or of his authorized
representative.” Saat sebelum membuka peti kepolisian Inggris memanggil Okon Edet,
seorang agen diplomatik dari Nigeria yang bertepatan berada di Bandara Stansed saat
terjadi kejadian. Pemanggilan ini bertujuan untuk pemenuhan pada pasal 36 ayat (2)
diatas. Selain itu, dalam hukum kebiasaan internasional dikenal bahwa bila Negara
penerima mencurigai isi dari diplomatic bag, Negara penerima dapat mengembalikan
kepada Negara pengirim, atau Negara pengirim dapat membiarkan tas tersebut diperiksa
oleh Negara penerima dihadapan anggota misinya. Karena peti tersebut dari awal tidak
dapat diklasifikasikan sebagai diplomatic bag maka tujuan pemanggilan anggota
diplomatik Nigeria dapat didasarkan pada penghormatan Inggris terhadap Nigeria.

Ketika peti tersebut dibuka, diketahui bahwa isi dari peti tidak sesuai dengan isi
seharusnya dari diplomatic bag sebagaimana tercantum dalam pasal 27 VCDR 1961.
Ketidak sesuaian ini menyebabakan tindakan Inggris dapat dibenarkan karena status tas
tersebut jelas bukan diplomatic bag dan tidak dilindungi oleh VCDR 1961. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan Nigeria adalah suatu pelanggaran terhadap VCDR 1961.
Sudah tercantum dengan jelas bahwa diplomatic bag digunakan untuk membawa
dokumen-dokumen diplomatik atau barang yang digunakan untuk kepentingan resmi
diplomat maka secara jelas Nigeria telah melakukan penyalahgunaan tas diplomatik.

Nigeria melakukan penculikan terhadap Umaru Dikko disebabkan Umaru Dikko


adalah seorang buron politik di Nigeria. Umaru dituduh melakukan korupsi besar-
besaran yang menyebabkan bahan pangan di Nigeria melambung tinggi harganya. Sejak
Presiden Shehu Shagari, kakak iparnya dikudeta pada tahun 1984, keadaan politik di
Nigeria menjadi sangat tidak stabil. Beberapa kawan politiknya dimasukkan ke penjara
beberapa berhasil melarikan diri, termasuk dirinya. Umaru Dikko menjadi seorang
asylum seeker (pencari suaka), negara yang di tuju adalah Inggris. FMG berniat untuk
menarik Umaru Dikko kembali ke Nigeria sehingga dapat dilakukan proses pemidanaan
terhadap Umaru Dikko. Namun penarikan ini atau dapat disebut ekstradisi ini dilakukan
dengan cara yang amat salah dan akan mengakibatkan dampak buruk bagi Nigeria.
Pertama, hubungan Inggris-Nigeria akan berada diambang. Ketika praktek ini diketahui
oleh Inggris maka kepercayaan Inggris terhadap Nigeria menurun, maka akan
menurunkan pula hubungan-hubungan lainnya, seperti hubungan perdagangan. Kedua,
Negara lain akan memandang Nigeria negatif. Ketiga, penculikan adalah common law
offence atau perbuatan pidana di Inggris. Keempat, memperlihatkan bahwa diplomat dari
Inggris maupun Nigeria tidak maksimal dalam menjalankan pekerjaannya. Sudah
menjadi tugas bagi diplomat untuk menghubungkan kepentingan-kepentingan negaranya
di Negara penerima. Tugas Hamilton Whyte, duta besar Inggris untuk Nigeria, untuk
memberitahukan kepada pemerintah Inggris bahwa Umaru Dikko adalah buronan politik
yang telah melakukan korupsi di Negara asalnya (sebagaimana diklaim oleh pemerintah
Nigeria). Sehingga untuk menjamin hubugan baik dengan Nigeria, Inggris dapat
menyerahkan Umaru Dikko kepada FMG tanpa kekerasan (penculikan). Dan tugas
Hannniya juga sebagai Duta Besar Nigeria untuk Inggris untuk menyuarakan
keberatannya mengenai penerimaan Inggris terhadap Umaru Dikko13. Bila FMG
meminta ekstradisi dengan cara-cara yang diperbolehkan internasional, salah satunya
melalui duta-dutanya maka kemungkinan Inggris akan membantu, karena Nigeria
merupakan salah satu Negara Commonwealth dan memiliki hubungan baik dengan
Inggris. Mengapa dipersulit dengan melakukan penculikan, menarik Negara lain dalam
prosesnya (ada campur tangan Negara Israel namun dibantah oleh pemerintah Israel) dan
menyalahgunakan tas diplomatic yang pasti berujung pada retaknya hubungan baik jika
dapat dilakukan dengan cara yang memiliki hasil lebih aman.

E. KESIMPULAN
Diplomatic bag adalah salah satu hal yang memiliki peran penting dalam melakukan
hubungan diplomatic. Tas diplomatik dibutuhkan agar hubungan antara agen diplomatik
13
Adeoye Akinsanya, ‘The Dikko Affair and Anglo-Nigerian Relations’,www.jstor.com, diakses pada 11
september 2019.h. 605
dan Negara pengirimnya berjalan dengan aman dan tetap bersifat rahasia. Namun dalam
prakteknya, absolute inviolability yang diberikan VCDR 1961 terhadap diplomatic bag
banyak disalah gunaan oleh beberapa agen diplomatik. Seperti halnya yang terjadi pada
kasus Umaru Dikko. Bahwa Umaru Dikko diculik untuk dibawa ke Nigeria dari Inggris
menggunakan peti yang diklaim sebagai diplomatic bag. Penyalahgunaan diplomatic bag
hanya akan menimbulkan dampak buruk bagi Negara yang melakukan. Sehingga bila
dapat diselesaikan tanpa menyalahgunakan diplomatic bag, mengapa harus menyalahi
aturan.

F. DAFTAR PUSTAKA

Buku

Hestermeyer, Holger P, Vienna Convention on Diplomatic Relations (1961), Max Panck


Encyclopedia of Public International Law, London : 2009.

Jurnal
Nelson, Christine M., ‘“Opening” Pandora’s Box : The Status of The Diplomatic Bag in
Internatonal Relations’, Fordham International Law Journal, Vol 12, Issue 3, Art. 5,
1988.

Sumber Online
Akinsanya, Adeoye, ‘The Dikko Affair and Anglo-Nigerian Relations’,www.jstor.com,
diakses pada 11 september 2019 jam 15. 45 WIB.
Denza, Eileen, Vienna Convention on Diplomatic Relations, www. Un.org/law/avl,
diakses pada 19 November 2019 jam 10. 56 WIB.
Weber, Bruce, “Umaru Dikko, Ex-Nigerian Official Who Was Almost Kidnapped, Dies”,
www.nytimes.com, diakses pada 11 september 2019 jam 11.20 WIB.
Anonym, Thorny Issue : Peeking into the previliged pouch, www.nytimes.com., diakses
pada 11 September 2019 jam 11.21 WIB.

Konvensi
Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961.

Anda mungkin juga menyukai