Anda di halaman 1dari 14

KERJASAMA INTERNASIONAL

INISIASI KERJASAMA SISTER CITY SIDNEY- SUMBA TIMUR

Di susun oleh:
Sarlince Kamba Ipu(18320014)
Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Respati Yogyakarta
2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagian perubahan terjadi karena adanya pertumbuhan mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan kesejahteraan dan ekonomi, meningkatnya pertukaran teknologi, transaksi
ekonomi dan perdagangan, serta kebutuhan informasi, mendorong globalisasi, menjadi suatu hal
yang tidak dapat dihindarkan (Holsti, 2004:14). Perubahan yang telah terjadi dalam lingkungan
regional, nasional, maupun global, telah menuntut kebijakan dan perangkat baru dalam
pelaksanaan hubungan antar Negara, kemajuan teknologi komunikasi telah mendorong pengaruh
globalisasi semakin meluas bagi para pelaku hubungan internasional tidak hanya pada aktor
Negara saja.
Perubahan paradigma kerjasama luar negeri melalui undang-undang otonomi daerah
tersebut, mewujudkan terciptanya kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah di
Indonesia dengan perfektur Pemerintah di luar negeri yang setingkat kedudukannya dengan
Pemerintah Daerah di Indonesia, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Negara lainnya di dunia dalam menghadapi tantangan
global, dimana dalam era globalisasi mendorong terbukanya berbagai macam akses untuk
mempromosikan berbagai bidang yang menjadi potensi kerjasama yang melewati tapal-tapal
batas Negara.
Akan tetapi kewenangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kerjasama luar negeri
tidak diperkenankan untuk melewati ketentuan Pemerintah 3 Republik Indonesia dalam beberapa
bidang yang tertuang pada UndangUndang No. 32 tahun 2004, pasal 10 ayat 3:
1. Politik luar negeri
2. Pertahanan
3. Kedaulatan
4. Yustisi
5. Moneter dan fiskal
6. Agama
Dimana bidang tersebut tetap dalam pengawasan Pemerintah Pusat yang, dan Hukum
internasional hanya mengakui perjanjian yang dibuat Negara. Pemerintah Daerah tidak dapat
bertindak atas namanya sendiri, melainkan bagian dari Negara yang mengikatkan diri pada
perjanjian internasional hal ini mengacu pada prinsip dari traktat internasional, berdasarkan
UndangUndang No. 24 tahun 2000 mengenai Perjanjian Internasional.
Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementrian Luar Negeri
Republik Indonesia, melalui Direktur Hukum, Dian Nurbintoro yang disampaikannya melalui
seminar Tata Cara Hubungan Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah dan Polugri Indonesia,
menyimpulkan bentuk kerjasama internasional yang lazim dilaksanakan Pemerintah Daerah,
yakni dengan adanya Sister City, Technical Cooperation, Sub Regional Economic Cooperation,
Cooperation With Foreign NonGovernmental Organization, Foreign Journalistic Activities,
Diplomatic Facilities For Representatives of Diplomatic / Consular in The Region, 4 Handling
Foreign Citizens in The Region, Protocol Service Involving Other Countries, dan Conclude
International Agreements (Nurbintoro, 2011:11).
Sister City adalah suatu bentuk kerjasama yang melibatkan Kota di suatu Negara dengan
Kota di Negara Lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan rasa persaudaraan yang erat dan
saling menguntungkan. Berdasarkan pendapat di atas, Sister City dapat meningkatkan volume
kerjasama dengan perkembangan di berbagai bidang kerjasama yang dianggap perlu bagi
kesejahteraan masyarakat di suatu Kota (Waingapu/Sumba Timur).
Konsep Sister City, yang pertama kali dilakukan dalam sejarah dilakukan di Benua Eropa
antara Kota Keighley, Yorkshire Barat, Inggris dengan Kota Poix Du Nord, Perancis pada tahun
1920 menyusul berakhirnya perang dunia pertama, akan tetapi kerjasama tersebut belum resmi
karena belum mengadakan penandatanganan perjanjian hingga tahun 1986. Pada awal
perkembangannya di tahun 1956, Presiden Amerika Serikat, Dwight Eisenhower, melaksanakan
American Sister City Program dimana program tersebut bertujuan untuk meningkatkan
hubungan kerjasama antar Negara bagian di Amerika Serikat, untuk mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi.1
Dalam paper ini, penulis sebagai pihak ketiga(inisiator) akan menginisiasi rencana
pelaksanaan kerjasama sister city yang akan dilaksanakan oleh Sidney-Sumba Timur, Kedua
kota ini kurang lebih memiliki kondisi topografi yang sama dan lain sebagainya. Indonesia dan
Australia merupakan kedua Negara yang memiliki hubungan diplomatik yang baik selama 70
tahun, sejak tahun 1949-sekarang.2
Dengan adanya peraturan perundang-undangan dan kementrian luar negeri tentang
kerjasama pemerintah daerah, indonesia dalam ranah kerjasama internasional khususnya sister
city merupakan alasan penulis tertarik untuk mengangkat judul “Kerjasama Sister City Sidney-
Sumba Timur”
Penulis akan terlebih dahulu menganalisis kesamaan kedua kota ini, dengan berbagai
sumber dan referensi yang akan didapatkan.
Diketahui bahwa pemerintah Australia dan pemerintah Sumba timur sudah menjalin
kerjasama di bidang bisnis peternakan, ekonomi dan kebudayaan tapi yang baru
terimplementasikan masih di bidang bisnis peternakan tapi belum adanya kesepakatan
MoU(Memorandum of Understanding). Pada tahun 2017 juga, pemerintah Australia melalui
Wakil Duta Besar Australia, Allaster Cox berkunjung ke Sumba Timur. Dalam pertemuan
tersebut Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora dalam diskusi yang berlangsung di ruang rapat
Bupati Sumba Timur membahas Stunting(kurang gizi) dan berbagai pemaparan rencana
pelaksanaan kerjasama dalam berbagai bidang. Menanggapi berbagai pemaparan dan juga

1
(http://www.sister-cities.org/mission-and-history diakses pada 06 desember 2019, 09.15 WIB)
2
( https://www.liputan6.com/global/read/4110597/70-tahun-hubungan-diplomatik-australia-tetap-dukung-
kedaulatan-ri. Diakses 06 Desember 2019, 11.54 WIB)
kendala yang dihadapi, Wakil Dubes Australia, Allaster Cox menekankan pentingnya kerjasama
ragam instansi dan elemen masyarakat.3

B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan penulis menginisiator sister city Sidney-Sumba Timur maka penulis
akan terlebih dahulu merumuskan masalah:
1. Bagaimana upaya pemerintah sister city Sidney-Sumba Timur dalam melakukan
Kerjasama ?
2. Apa saja yang akan menjadi bidang fokus utama kerjasama sister city Sidney-Sumba
Timur?
Yang menjadi fokus utama penulis dalam menginisiasi kerjasama sister city Sidney-
Sumba timur adalah dibidang:
1. Pariwisata
2. Kebudayaan
Penulis melihat bahwa adanya kesamaan bentuk alam, pemandangan alam yang dapat
menjadikan alasan penulis untuk menginisiasi sister city Sidney-Sumba timur menjalin
kerjasama dalam bidang pariwisata dan kebudayaan.
Tempat pariwisata yang ada di Sumba timur yang masih alami dan belum dikelola
dengan baik oleh pemerintah Sumba timur merupakan tujuan utama penulis menginisiasi
“Kerjasama Sister City Sidney-Sumba timur” dengan adanya kerjasama internasional antara
Sumba timur dengan Sidney yang sudah menjadi kota yang maju akan dapat mendorong
pemerintah Sumba timur untuk dapat mengelola tempat-tempat pariwisata di Sumba timur
dengan baik dan dapat menjadikan Sumba timur sebagai tempat pariwisata terbaik untuk
dikunjungi tourism internasional seperti di kota Sidney yang menjadi tempat pariwisata terbaik
dunia karena alam dan tempat pariwisatanya sudah dikelola dengan baik oleh pemerintah Sidney.

Kerjasama yang dilakukan oleh kedua kota berlandaskan pada potensi


yang dimiliki dalam bidang Pariwisata dan Budaya. Kemudian dalam
meningkatkan potensi yang dimiliki oleh kedua kota, penulis sebagai pihak ketiga mengajukan
inisiasif kepada pemerintah kota untuk menjalin kerjasama yang pada awalnya kunjungan Wakil
Duta besar Australia pada 27-28 maret 2019 Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengamati
langsung pelaksanaan dua program di Sumba Timur; yaitu Inovasi untuk Anak-anak Sekolah
Indonesia (INOVASI) yang merupakan program kemitraan antara Pemerintah Australia dan
Indonesia, dan pelaksanaan Strategi Nasional Pemerintah Indonesia dalam Percepatan
Pencegahan Stunting melalui Program Investing in Nutrition and Early Years (INEY) oleh Bank
Dunia. Selama kunjungan, keduanya berkesempatan untuk bertemu dengan Bupati Sumba
Timur, Gidion Mbiliyora, perwakilan kunci pemerintah daerah lainnya, serta perwakilan sekolah

3
( https://www.waingapu.com/stunting-di-sumba-timur-masih-tersebar-merata/kunjungan -duta-besar-australia-ke-
sumba-timur/html.diakses 07 desember 2019, 13.49 WIB)
dan masyarakat.4 yang kemudian penulis menggeser ke arah bentuk kerjasama yang konkret dan
saling menguntungkan melalui model kerangka Sister City.

C. Manfaat dan Tujuan Inisiasi Kerjasama Sister City Sidney-Sumba


Timur

1. Transfer pengetahuan dan pengalaman pengelolaan pariwisata yang baik.


Menginisiasi kerjasama Pemda, masyarakat & swasta
2. Optimalisasi potensi daerah
3. meningkatkan kesadaran akan perlunya melestarikan budaya agar masyarakat
tetap menjaga kebudayaan nilai luhur daerahnya
4. Memperkuat hubungan persahabatan baik antar pemerintah maupun
masyarakat apalagi daerah perbatasan yang sangat dekat antara Sumba timur-
Sidney,Australia
5. Untuk mengembangkan potensi masing-masing daerah kedua kota tersebut
6. Kerjasama sister city yang menguntungkan kedua pihak

D. Kerangka Konseptual
Dengan adanya perkembangan globalisasi yang semakin meluas, maka semakin
berkembang juga kebutuhan manusia dalam hal ini masyarakat internasional atau negara-negara
dunia sehingga muncul aktor-aktor baru. aktor hubungan internasional yang mengalami
transformasi saat ini terbukti dengan tidak hanya negara yang menjadi aktor dalam menjalankan
hubungan internasional. Aktor sub-nasional negara seperti Individu ataupun pemerintah turut
serta dalam melaksanakan interaksi antar negara.

Aktor yang menjalankan hubungan internasional dapat mempengaruhi kebijakan dalam


dan luar negeri melalui diplomasi. Menurut Sir Ernest dalam buku yang berjudul Guide to
Diplomatic Practice, definisi Diplomasi sebagai berikut:
Diplomasi adalah penggunaan dari kecerdasan dan kebijaksanaan untuk melakukan hubungan
resmi antar pemerintah negara – negara merdeka, kadang – kadang juga dilakukan dalam
hubungannya dengan negara – negara pengikutnya, atau lebih singkatnya lagi, pelaksanaan
urusan tersebut dilakukan antara negara dengan cara damai (Ernest, 2011, hal. 1).
Adapun Aspek dalam pelaksanaan diplomasi kini tidak hanya mengenai perdamaian dan
resolusi konflik tetapi juga mencakup aspek lain seperti kesehatan, pendidikan, kebudayaan,
olahraga, dan hal lainnya. Selain perubahan terhadap aspek, perubahan selanjutnya juga terjadi
pada aktor yang melaksanakan diplomasi. Sejak tahun 1960an, konsep diplomasi menjadi lebih
luas dengan tidak lagi merujuk pada aktivitas hubungan internasional yang dilakukan oleh negara
melalui perwakilan diplomat resminya saja (Poros Ilmu, 2015).
4
https://www.inovasi.or.id/id/news-and-press/kunjungan-wakil-duta-besar-australia-untuk-indonesia-dan-kepala-
perwakilan-bank-dunia-untuk-indonesia-dan-timor-leste-ke-pulau-sumba-ntt/ html. Diakses 09 Desember 2019,
20.49 WIB.
Misalnya, dalam kebijakan pemerintah Indonesia yang tercantum pada UU Pasal 37
tahun 1999 disebutkan bahwa pelaku hubungan internasional meliputi pemerintah di tingkat
pusat dan daerah atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik,
organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara. Oleh karena itu, tujuan
diplomasi berkembang sesuai dengan kepentingannya. Pemerintah kota misalnya, memanfaatkan
paradiplomasi sebagai sarana untuk melakukan hubungan kerjasama dengan pemerintah kota di
negara lain untuk mencapai tujuan sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan oleh
pemerintah kedua kota tersebut.
Adanya rasa cinta pada daerah didukung perkembangan globalisasi yang menyediakan
kesempatan dalam menunjukkan identitas daerah serta mempromosikan kepentingan daerah
menjadi salah satu faktor terciptanya paradiplomasi. Istilah Paradiplomasi pertama kali
diluncurkan dalam perdebatan akademik oleh ilmuwan asal Basque, Panayotis
Soldatos tahun 1980-an sebagai penggabungan istilah ‘paralel diplomasi’ menjadi
‘paradiplomasi’, yang mengacu pada makna ‘the foreign policy of non-central
governments’, menurut Aldecoa, Keating dan Boyer. Istilah lain yang pernah
dilontarkan oleh Ivo Duchacek pada tahun 1990 untuk konsep ini adalah ‘microdiplomacy’
(Mukti, 2013, hal. 2). Sedangkan menurut Barros, definisi dari Paradiplomasi adalah:
Alat penting untuk menegaskan kembali gagasan sebuah proyek
nasional yang mencari pembangunan yang lebih besar dan otonomi
lebih besar bagi sub-unit nya. Dalam konteks ini, pentingnya
kerangka kelembagaan dan hukum yang ada pada Pemerintah yang
menjadi aktor sub-nasional untuk membangun daerahnya tanpa
berpangku tangan terhadap kewenangan Pemerintah Pusat, akan
tetapi sesuai dengan aturan dan hukum nasional yang berlaku,
sehingga menciptakan sinergi antara Pemerintahan Pusat dengan
Pemerintah Daerah (Barros, 2010, hal. 47).
Dalam buku yang berjudul Paradiplomacy ‘Kerjasama Luar Negeri oleh
Pemda di Indonesia, kajian mengenai Paradiplomasi dapat ditinjau melalui 4
aspek yaitu aspek teoritis Ilmu Hubungan Internasional yang menjelaskan bahwa
paradiplomasi mengacu pada perilaku dan kapasitas melakukan hubungan luar
negeri dengan pihak asing yang dilakukan oleh aktor sub-negara dalam mencapai
kepentingan yang spesifik, aspek yuridis (hukum nasional dan hukum perjanjian
internasional) yang menjadi sumber kewenangan yang diperoleh pemerintah
daerah selaku daerah otonom dalam bertindak selaku aktor dalam hubungan
kerjasama luar negeri dan pengaturan lanjutan yang bersifat lebih teknis oleh
Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Dalam Negeri, aspek diplomasi yang
menunjukkan bahwa paradiplomasi dimulai dari segi multitrack diplomasi yang
melibatkan seluruh lapisan masyarakat dengan maksud untuk memastikan
kebutuhan dalam sebuah mediasi atau negosiasi dan memfasilitasi agar terjalinnya
komunikasi di semua lapisan masyarakat yang terlibat dan meliputi 9 track yaitu
pemerintah, non-government, bisnis, warga negara, pendidikan, kalangan aktifis
(advokasi), agama, pemberian sumber daya, dan media massa yang
menjadikannya disebut sebagai diplomasi total , dan yang terakhir yaitu aspek
praktis pembuatan kerjasama internasional yang memuat teknis pelaksanaan,
tahap-tahap persiapan, pedoman pelaksanaan dari Kementerian Luar Negeri dan
Kementerian Dalam Negeri, dinamika negosiasi serta penanganan kerjasama
pemerintah daerah dengan pihak asing beserta kendala yang biasanya timbul
dalam hubungan antar bangsa (Mukti, 2013). Hal inilah yang menjadikan poin
eksklusif bagi paradiplomasi sebagai bagian dari diplomasi.
Berdasarkan pada bentuk kerjasama yang dilakukan oleh aktor terlibat
dalam buku Paradiplomacy in Action : The Foreign Relations of Subnational
Governments, Duchacek menyebutkan paradiplomasi dalam tiga tipe yaitu
transborder paradiplomacy, transregional paradiplomacy, global paradiplomacy
(Aguirre, 1999, hal. 189-190). Dalam hal ini, kerjasama yang dilakukan oleh
Sidney-Sumba Timur termasuk dalam tipe global paradiplomacy yang berarti
pemerintah sub nasional melakukan hubungan diplomasi dengan negara yang
berbeda, dari kawasan yang berbeda, dari berbagai belahan dunia.
Beberapa bentuk kegiatan paradiplomasi yang dilakukan oleh pemerintah
kota yaitu pembentukan Sister City, Foreign Direct Investment, pembentukan
proyek bersama serta pengiriman delegasi. Dalam penelitian ini, penulis
menjadikan bentuk kerjasama Sister City sebagai fokus penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Konsep Sister City/ Kota Kembar
Sister City atau Kota Kembar adalah konsep penggandengan dua kota yang berbeda
lokasidan administrasi politik dengan tujuan menjalin hubungan budaya dan kotrak sosial antar
penduduk.Kota kembar umumnya memiliki persamaan keadaan demografi dan masalah-masalah
yang dihadapi.Konsep kota kembar bisa diumpamakan sebagai sahabat pena antara dua kota.
Hubungan kotakembar sangat bermanfaat bagi program kerjasama di bidang budaya dan
pariwisata. (SCI: 2004)
Sister City merupakan sebuah istilah yang akrab digunakan untuk menyebut kerjasama-
kerjasama antar kota di Indonesia dengan kota-kota dinegara lain, dimana istilah ini
sesungguhnya dalam bahasa Indonesia disebut kota kembar atau twining city, kerjasama ini
dilakukan baik itu berupa antar kota luar negeri maupun dalam negeri dimana kerjasama tersebut
bersifat luas, disepakati secara resmi dan bersifat jangka panjang.
Proses globalisasi dan integrasi regional menciptakan kondisi yang menguntungkan
dalam perkembangan peranan Pemerintah Sub-Nasional di berbagai Negara. Dalam konteks
kerjasama dan hubungan internasional, meningkatnya interaksi global dapat membuat aktor Sub-
Nasional untuk mengembangkan keragaman budaya dan bahasa yang dapat meningkatkan
kemungkinan terciptanya hubungan dengan pihak Lembaga dan Pemerintah Asing. Dalam era
globalisasi ini, kerjasama merupakan keharusan guna untuk mengatasi berbagai masalah dengan
meningkatkan hubungan bilateral maupun multirateral, hal ini dikarenakan tingkat
ketergantungan dalam suatu hubungan internasional menjadi lebih berkembang yang
perkembangannnya dihasilkan akibat dari adanya kemajuan dalam ilmu pengetahuan, teknologi,
dan informasi dari bentuk kerjasama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
tersebut, Sister City merupakan salah satu bentuk kerjasama internasional yang mempunyai
peranan bagi perkembangan masyarakat di Daerah dimana jalinan hubungan kerjasama yang
tertuang dalam Sister City atau dapat disebut juga Mitra Kota dapat memberikan kontribusi bagi
Pemerintah dan Masyarakat di Indonesia.
Dalam rangka mendukung penyelenggaran hubungan dan kerjasama luar negeri yang
lebih terarah dan berlandaskan dengan aturan hukum, Pemerintah Indonesia telah
memberlakukan Undang-Undang No. 37 tahun 1999 tentang hubungan luar negeri dan didukung
dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2000 mengenai perjanjian internasional (Nurbintoro,
2011:4). Pada dasarnya pelaksanaan hubungan luar negeri merupakan kewenangan Pemerintah
Pusat, namun seiring dengan perkembangan undang-undang yang bertujuan untuk mewujudkan
mekanisme dan koordinasi yang sesuai dalam hubungan dan kerjasama luar negeri yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Kementrian Luar Negeri menyusun suatu panduan bagi
pelaksanaan hubungan dan kerjasama luar negeri, yakni dengan keluarnya Undang-Undang
nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang mengisyaratkan perlu dilakukannya
penyesuaian kewenangan pelaksanaan hubungan dan kerjasama luar negeri, yang sebelumnya
diatur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Sedangkan di Indonesia istilah ini digunakan oleh Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Luar Negeri adalah Sister City, dengan keluarnya surat edaran Menteri Dalam
Negeri No. 193/1652/PUOD tanggal 26 April 1993 perihal Tata Cara Pembentukan Hubungan
Kerjasama Antar Kota (Sister City) dan Antar Provinsi (Sister Province) dalam dan luar negeri.
Di Indonesia sendiri konsep Sister City lebih ditujukan untuk pembangunan ekonomi, akan tetapi
bidang-bidang seperti pendidikan dan budaya termasuk salah satu isu yang penting dalam skema
Sister City. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2010, saat ini setidaknya 47 Pemerintah
Kota dari 33 Provinsi di Indonesia telah melakukan hubungan kemitraan.
Dalam perkembangannya ada istilah Sister City dan Twining City, istilah Sister
City/Province sendiri dikenal sebagai kerjasama antar Kota yang bersifat luas, dan disepakati
secara resmi dan bersifat jangka panjang. Pengertian seperti itu lebih disukai oleh kelompok
Kota-kota di Amerika Serikat yang tergabung dalam Sister Cities International yang berpusat di
Kota Washington. Oleh karena itu, istilah Sister City lebih banyak digunakan di Amerika Serikat
dan Kota-kota mitranya dalam Dunia internasional. Sister City International didirikan pada 1956
sebagai bagian dari The National League of Cities yang kemudian memisahkan diri menjadi
korporasi nonprofit pada 1967.
Sedangkan Twining City lebih banyak digunakan oleh negara-negara Eropa yang
tergabung dalam Council of European Municipalities and Regions di bawah Masyarakat
Ekonomi Eropa dan berbagai mitra internasionalnya, Council of European Municipalities and
Regions tersebut didirikan pada tahun 1951 untuk mempromosikan kerjasama antar kota dan 6
komunitas Eropa sebagai driving force untuk pertumbuhan dan pembangunan, kerjasama Sister
City/Province sendiri terbentuk karena adanya persamaan kedudukan dan status administrasi,
persamaan ukuran luas wilayah dan fungsi, persamaan karakteristik sosio-kultural dan topografi
kewilayahan, persamaan permasalahan yang dihadapi, Komplementaritas antara kedua pihak
dengan tujuan untuk membangun hubungan kerjasama dalam pertukaran kunjungan pejabat atau
pengusaha yang nantinya akan menimbulkan kerjasama dalam hubungan barang dan jasa (Kresl
dan Ietri, 2007: 22).
B. Syarat umum pembentukan sister city
Pembentukan kerjasama Siter City atau Kota Kembar ini telah diatur dalam pasal 5
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 03 Tahun 2008. Dalam pasal itu disebutkan
bahwa jika ada daerah yang hendak mengadakan kerjasama Sister City dengan daerah lain baik
internal maupunlintas negara, maka harus memperhatikan lima hal yaitu:
1. Kesetaraan Status Administrasi
2. Kesamaan Karakteristik
3. Kesamaan Permasalahan
4. Upaya Saling Melengkapi; dan
5. Peningkatan Hubungan Kerjasama
C. Syaratan khusus pembentukan sister city
Selain itu, dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 03 Tahun 2008
diberikanpenegasan bahwa sebelum menjalin sebuah kerjasama Sister City, Pemerintah
Daerah setempatharus memenuhi berbagai persyaratan:
1. Hubungan Diplomatik, Daerah yang diajak kerjasama harus memiliki hubungan
diplomatikdengan Indonesia.
2. Tidak membuka kantor perwakilan di luar negeri. Pertemuan antar perwakilan
daerah tidakbersifat diplomatik tetapi hanya berupa pendelegasian.
3. Merupakan Urusan Pemerintah Daerah. Segala permasalahan dan perjanjian yang
dilakukanselama program Sister City menjadi tanggung jawab setiap pemerintah
daerah yang terlibat.
4. Tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam negeri.
5. Sesuai dengan kebijakan dan rencana pembangunan. Kerjasama Sister City tidak
boleh dilaksanakan secara insidental.
D. Tata cara kerjasama sister city
Usulan Kerjasama Sister City bisa diprakarsai oleh Pemerintah Daerah itu sendiri, Pihak
Luarkepada Pemerintah Daerah, atau Pihak Luar melalui Menteri Dalam Negeri kepada
PemerintahDaerah. Kepala Daerah menyampaikan usulan kerjasama tersebut kepada DPRD dan
memintapersetujuan terkait pelaksanaannya. DPRD diberi waktu 30 hari untuk
mempertimbangkan rencana kerjasama tersebut, jika dalam 30 hari DPRD tidak memberikan
pendapat maka dianggap telah menyetujui rencana tesebut. Setelah disetujui, Kepala Daerah
bertugas untuk membuat MoU terkait dengan kerjasama tersebut dan dikonsultasikan kepada
Gubernur dan Menteri Dalam Negeri guna mendapat persetujuan dari Pemerintah.
BAB III
GAMBARAN UMUM SISTER CITY SIDNEY-SUMBA TIMUR

A. Kondisi Topografi, Luas wilayah Sumba Timur

Sumba timur adalah salah satu kota yang berada di pulau kecil di Indonesia, dengan
keindahan pasir di sepanjang pantai dan bukit-bukit serta gunung yang menjulang tinggi
kehijauan pada musim hujan dan kekuningan pada musim kemarau.
Kondisi topografi Sumba Timur secara umum datar (di daerah pesisir), landai sampai
bergelombang (wilayah dataran rendah <100 meter) dan berbukit (pegunungan). Daerah dengan
ketinggian di atas 1000 meter hanya sedikit di wilayah perbukitan dan gunung. Lahan pertanian
terutama di dataran pantai utara yang memiliki cukup air di permukaan maupun sungai-sungai
besar. Setidaknya terdapat 88 sungai dan mata air yang tidak kering di musim
kemarau. Suhu rata-rata adalah 22,5 derajat sampai 31,7 derajat Celsius. Musim hujan biasanya
terjadi di bulan Desember sampai Maret untuk daerah pesisir dan November sampai April di
daerah pedalaman. Jumlah curah hujan dalam setahun 1.860 milimeter, sehingga daerah ini
termasuk daerah beriklim kering.
hewan peliharaan umumnya adalah sapi, kerbau dan kuda yang telah menyesuaikan diri
dengan keadaan alam Sumba yang berpadang sabana luas.
Keadaan tanah di Sumba Timur mengandung pasir, kapur dan batu karang karena ratusan
ribu tahun yang lalu daerah ini berada di bawah permukaan laut. Setelah zaman es berlalu,
daratan ini muncul di atas permukaan laut, sehingga sering dijumpai berbagai jenis hewan laut
seperti kerang, ikan dan tanaman laut yang telah menjadi fosil di bukit-bukit karang. Rumput-
rumput pun tumbuh di atas batu-batu karang.
Sumba Timur merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Timur yang terletak di bagian Selatan, Kabupaten Sumba Timur memiliki 3 pulau kecil yaitu
Pulau Prai Salura, Mengkudu dan Pulau Nuha (belum berpenduduk). dan jumlah penduduk
227.732 jiwa/ kilometer persegi
Secara geografis Sumba timur terletak antara 119°45 – 120°52 Bujur Timur (BT) dan 9°16 –
10°20 Lintang Selatan (LS). memiliki wilayah seluas 7.000,5 Km², sedangkan wilayah laut
seluas 8.373,53 Km² dengan panjang garis pantai 433,6 Km Sebelah Selatan berbatasan dengan
Lautan Hindia. Sumba Timur secara umum datar (di daerah pesisir), wilayah perbukitan dan
gunung. Lahan pertanian terutama di dataran pantai utara yang memiliki cukup air di permukaan
maupun sungai-sungai besar. Dalam kebudayaan Sumba timur Kuda selalu ada dalam setiap
upacara adat, menjadi belis atau mas kawin orang sumba, lomba pacuan dan pada zaman dahulu
kuda digunakan untuk berperang.
B. Kondisi Topografi, Luas wilayah Sidney
Sydney adalah kota terbesar di Australia yang tersohor dengan pantai-pantai indah,
tempat melancong nan menarik, blue mountain.bentangan satu juta hektar (3861 mil persegi)
hutan dengan pepohonan menjulang, tebing batu pasir, ngarai, dan air terjun yang melengkapi
keindahan Blue Mountains.5

Wilayah urban Sydney berada di lembah sungai tepi pantai, yang berbatasan dengan
Samudera Pasifik di timur, Blue Mountains di barat, Hawkesbury River di utara dan Royal
National Park di selatan. Terletak di tepi pantai terbenam, dimana permukaan laut meningkat dan
membanjiri lembah sungai yang dalam pada batuan pasir Hawkesbury. Port Jackson, dikenal
sebagai Sydney Harbour, adalah satu contoh ria dan pelabuhan alami terbesar di dunia. Daerah
Sydney tidak pernah terkena dampak dari gempa bumi. Wilayah urbannya memiliki sekitar 70
pelabuhan dan pantai, termasuk Bondi Beach yang terkenal.6

Sydney memiliki iklim subtropis basah dengan musim panas hangat dan musim dingin
sejuk, dan curah hujan tidak menentu sepanjang tahun. Cuacanya ditentukan dengan jarak ke
laut, dan temperatur paling ekstrim tercatat di pinggiran barat. Bulan terpanas adalah Januari,
dengan temperatur udara rata-rata di Observatory Hill 18.6-25.8°C. Rata-rata 14.6 hari per tahun
mencapai 30°C. Temperatur tertinggi yang pernah tercatat adalah 45.3°C pada 14 Januari 1939
di akhir 4 hari gelombang panas di seluruh Australia. Di musim dingin, suhu kadang jatuh di
bawah 5°C di daerah tepi pantai. Bulan terdingin adalah Juli, dengan rata-rata 8-16.2°.
Temperatur terendah yang pernah tercatat di Observatory Hill adalah 2.1°C. Curah hujan merata
dibanding antara musim panas dan musim dingin, tapi sedikit lebih tinggi pada pertengahan
pertama tahun, dengan angin timur mendominasi.Curah hujan rata-rata tahunan, dengan
variabilitas menengah ke rendah, mencapai 1,217 mm, terjadi rata-rata 138 hari per tahun. Salju
terakhir dilaporkan di wilayah Sydney City pada tahun 1836.7 Sydney adalah kota terbesar di
Australia, dan ibu kota negara bagian New South Wales. Sydney memiliki populasi wilayah
metropolitan 4.34 juta jiwa dan luas 801.600 kilometer persegi

Australia terletak di belahan bumi bagian selatan antara Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia. Benua Australia membentang dari garis lintang 10o 41'LS sampai garis lintang 43o
39'LS dan dari garis bujur 113o 09'BT sampai 153o 39'BT, Australia terletak di sebelah tenggara
Indonesia, pada titik batasnya yang terdekat, Australia dan Indonesia hanya terpisah beberapa
kilometer saja 'Indonesia-Australia ±800 mil selatan`. Kuda di Sidney digunakan untuk lomba
pacuan (berjudi), pada zaman perang dunia pertama kuda dipakai untuk berperang

5
( https://www.australia.com/id-id/places/sydney-and-surrounds/guide-to-the-blue-mountains.html. Diakses 07
desember 2019, 12.19 WIB)

6
(http://www.environment.nsw.gov.au/bioregions/sydneybasin-climate.htm. Diakses 07 desember 2019, 13.09 WIB)
7
Lee, Robert (2003). "Linking a Nation: Australia's Transport and Communications 1788 - 1970 Australian Gent.
Australian Heritage Council.
C. Terbentuknya Kerjasama Sister City Sidney-Sumba Timur
Kerjasama Sister City merupakan persetujuan kerjasama antara dua kota daerah setingkat
provinsi, negara bagian atau prefektur yang memiliki satu atau lebih kemiripan karakteristik
dimana dua daerah tersebut terdapat pada dua negara yang berbeda. Kemiripan tersebut misalnya
ada pada kemiripan budaya, latar belakang sejarah atau jika dilihat dari segi geografis kedua
daerah sama-sama daerah pantai atau daerah kepulauan. Hubungan kerjasama yang terjalin
antara Kota Bandung dengan kota-kota tersebut tentunyadimaksudkan untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi maupun pembangunan di bidang-bidang lainnya. Oleh karenanya,
hubungan kerjasama harus dilengkapi dengan program kegiatan yang tetap dan terencana, baik
mengenai bidang – bidang yang akan dikerjasamakan, tujuan yang ingin dicapai, konstruksi
biaya masing-masing pihak, maupun mengenai lamanya waktu yang diperlukan bagi program
kegiatan yang dikerjasamakan. Bidang yang dikerjasamakan yakni meliputi :

a) Ekonomi,Perdagangan,Investasi,Industri,danPariwisata;
b) Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Administrasi;
c) Pendidikan, Kebudayaan, Kesejahteraan Sosial,Pemuda dan Olahraga;
d) Bidang-bidang lain yang kemudian akan disetujui oleh kedua belah
pihak

Penulis dalam paper ini lebih memfokuskan kerjasama kedua kota dalam bidang
Pariwisata dan Budaya yang mana penulis melihat bahwa adanya kesamaan potensi alam dan
yang sangat signifikan untuk mengembangkan dengan kerjasama sehingga kedua kota saling
menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai