Anda di halaman 1dari 7

Arda Vicky Satria

F1I011007
Hubungan Internasional

Kerjasama Pariwisata Sister City Surabaya-Kochi


Bab I
Pendahuluan
Di zaman globalisasi,perkembangan-perkembangan teknologi semakin maju dan semakin
berkembang. Semakin berkembangnya teknologi, batas-batas antar Negara tentu semakin
tidak terasa. Manusia dari benua Asia bisa mengetahui keadaan di benua Amerika tanpa harus
mengunjungi benua Amerika secara langsung. Karena jarak yang semakin tidak terasa,tentu
banyak kerjasama-kerjasama internasional yang saling dilakukan. Demikian hal nya dengan
kerjasama Sister City yang dilakukan antar antara kota tapi beda Negara.
Kerjasama internasional erat kaitannya dengan perjanjian internasional, karena perjanjian
merupakan suatu bukti dan landasan yang sah dalam melaksanakan sebuah kerjasama.
Menurut UU No.24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional pasal 1, perjanjian
internasional memiliki definisi perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam
hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di
bidang hukum publik.
Sedangkan Kota Kembar sendiri (bahasa Inggris: Sister City, Twin Cities, Sister Cities) atau
kota bersaudara adalah konsep penggandengan dua kota yang berbeda lokasi dan administrasi
politik dengan tujuan menjalin hubungan budaya dan kontak sosial antar-penduduk. Kota
kembar umumnya memiliki persamaan keadaan demografi dan masalah-masalah yang
dihadapi. Konsep kota kembar bisa diumpamakan sebagai sahabat pena antara dua kota.
Hubungan kota kembar sangat bermanfaat bagi program pertukaran pelajar,kerjasama di
bidang budaya, perdagangan, dan di bidang pariwisata.

Bab II
Isi
Di zaman globalisasi ini, dengan batas-batas antar Negara yang semakin tidak terasa,
sehingga kerjasama-kerjasama internasional semakin mudah untuk dilakukan. Salah satu
kerjasama internasional yang dilakukan adalah kerjasama Sister City. Kerjasama Sister City
sendiri adalah konsep penggandengan dua kota yang berbeda lokasi dan administrasi politik
dengan tujuan menjalin hubungan budaya dan kontak sosial antar-penduduk. Hubungan kota
kembar sangat bermanfaat bagi program pertukaran pelajar,kerjasama di bidang budaya,
perdagangan, dan di bidang pariwisata.
Kerjasama Sister City yang merupakan kerjasama internasional, haruslah dibarengi
dengan landasan hukum yang jelas. Pemerintah Indonesia telah memberi landasan hukum
yang memperkuat jalannya kerjasama, sebagai berikut :

1. TAP MPR tentang GBHN,


2.Keputusan Presidium Kabinet No.81/u/Kep/4/1967 tanggal 5 April 1967 tentang Kerjasama
Teknik Luar Negeri,
3. Keppres No.60/m/81 tanggal 22 Maret 1981 tentang Perubahan Komposisi Keanggotaan
Panitia Koordinasi Kerjasama Teknik Luar Negeri,
4. Peraturan Mendagri No.1/1992 tentang Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar
Negeri di Jajaran Depdagri
5. Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri,

6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional,


7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Namun untuk melakukan kerjasama sister city, harus mengikuti tata cara dan mekanisme
yang dikeluarkan dan dibenarkan oleh pemerintah pusat. Berikut ini syarat-syarat kerjasama
oleh pemerintah daerah ;
1. Dilakukan dengan negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia, dan
dalam kerangka NKRI,
2. Sesuai dengan bidang kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan nasional Republik Indonesia,
3. Mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),

4. Tidak mengganggu stabilitas politik dan keamanan negara,


5. Tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam negeri masing-masing negara,
6. Berdasarkan asas persamaan hak dan tidak saling memaksakan kehendak,
7. Memperhatikan prinsip persamaan kedudukan, memberikan manfaat, serta saling
menguntungkan

bagi

pemerintah

penyelenggaraan

pemerintahan,

Daerah

pembangunan

dan
nasional

masyarakatMendukung
dan

daerah,

serta

pemberdayaan masyarakat.
Selain syarat-syarat di atas, ada pula kondisi yang harus dipenuhi dalam menjalin sebuah
kerjasama, yaitu sesuai dengan kepentingan nasional. Beberapa kriteria mengenai
kepentingan nasional , antara lain ;
1. Kriteria ekonomi; kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan
ekonomi suatu negara dinilai sebagai kepentingan nasional bagi negara yang
bersangkutan.
2. Kriteria ideologi; dapat dilihat pada sebagian besar negara-negara dunia yang secara
formal maupun non-formal menggunakan ideologi untuk menunjukkan legitimasi

mereka di dunia internasional dan sebagai alat untuk merumuskan dan menentukan
suatu kebijakan.
3. Kriteria militer; menyatakan bahwa untuk mencapai dan menjaga kepentingan
nasionalnya, negara akan memperkuat militer.
4. Kriteria moralitas dan legalitas; kedua aspek tersebut berkaitan dengan tingkat
kebenaran analisa mengenai suatu isu. Hasil analisa dari suatu isu terkadang terjebak
antara aspek moralitas atau legalitas, terutama dalam upaya merumuskan suatu
kebijakan yang ditujukan untuk pemenuhan kepentingan nasional.
Setelah penjelasan-penjelasan di atas mengenai landasan hukum dan syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk melakukan kerjasama Sister City di Indonesia, saya akan menjelaskan
contoh kota di Indonesia yang melakukan kerjasama Sister City dengan kota di Negara lain
yang telah mempunyai landasan hukum.

Surabaya Kochi
Kochi adalah ibukota Prefektur Kochi, dan merupakan core city pertama atau pusat aktivitas
administrasi daerah Pulau Shikoku, Jepang. Kochi memiliki industri utama dalam bidang
pertanian, kehutanan, dan perikanan. Kochi merupakan kota pelabuhan yang dibuka sejak
400 tahun yang lalu. Sejak tahun 1994 Kochi memfokuskan perkembangannya berdasarkan
promosi ekonomi dengan modernisasi kelengkapan sarana dan prasarananya, serta
meningkatkan kualitas kehidupan warganya. Promosi ini berhasil mengangkat perusahaanperusahaan lokal dan menarik investasi serta rneningkatkan pariwisata. Selain itu, promosi
ekonomi ini didukung lewat upaya-upaya kebersihan kota dan desain kota yang menarik dan
nyaman. Saat ini Kochi berkembang menjadi kota perdagangan, kebudayaan dan pusat
barometer politik di Jepang.

Kota Kochi, Jepang

Penyelenggaraan Peringatan 10 Tahun Kerjasama Sister City Surabaya - Kochi

Sebuah kehormatan bagi Kota Surabaya ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan
Peringatan 10 Tahun Sister City Surabaya Kochi, yang telah dibangun pada 17 April 1997.
Sejak dibukanya hubungan kerjasama di antara ke-dua kota tersebut. Banyak kegiatan yang
ikut mewarnai kerjasama sister city Surabaya-Kochi, baik di bidang pendidikan, ekonomi,
perdagangan, industri, pariwisata, maupun bidang-bidang lainnya. Menyambut peringatan 10
Tahun Sister City tahun 2007, berbagai kegiatan diselenggarakan antara lain : Seminar
Refleksi 10 tahun Kerjasama Sister City Surabaya-Kochi, Festival Lintas Budaya,
Penanaman Pohon sebagai tanda Persahabatan. Kegiatan tersebut dimulai dari tanggal 21-23
Juli 2007. Delegasi luar negeri yang ikut ambil bagian dalam perayaan 10 tahun kerjasama
sister city Surabaya-Kochi adalah: delegasi Kochi, Busan dan Xiamen. Sementara delegasi
dari dalam negeri tercatat delegasi kota Bandung, Batam, Banjarmasin, Yogyakarta dan
Cimahi. Para delegasi tersebut membawa juga tim keseniannya, Kochi dengan 20 orang
penari Yosakoinya, Busan dengan 17 orang penari Taullim 21 dari Perusahaan tari Busan dan
Xiamen dengan 3 pemain bonekanya. Para delegasi ini tidak saja akan menunjukkan
kebolehannya pada acara Festival Lintas Budaya di Taman suraya pada 22 Juli saja, tapi
mereka akan tampil juga pada acara G-Walk Perkusi Fest di kawasan Citra Raya.
Ini membuktikan bahwa upaya untuk mendorong pengenalan budaya dari masing-masing

sister city Surabaya secara terus menerus dioptimalkan, ini berarti bahwa jalinan kerjasama
kebudayaan yang digagas dengan kota-kota tersebut berjalan seiring, jelas walikota
Surabaya , Drs. Bambang D.H.
Lebih lanjut, Drs. Bambang D.H. menjelaskan bahwa event seperti ini paling tidak
memberikan dampak yang positif bagi upaya kita mendorong promosi Surabaya sebagai kota
jasa dan perdagangan.

Export Surabaya ke Kochi menunjukkan Trend Positif


Sejak ditandatanganinya MoU port to port antara Tanjung Perak dan Kochi pada 12 Mei
tahun 1998, perkembangan eksport import ke dua kota yang menjalin kerjasama sister city
sejak 1997 terus mengalami perkembangan yang menunjukkan trend positif. Pergerakan
perdagangan ini tercatat dalam Simposium INAP (International Network of Affiliated
Ports) ke-8 yang telah di selenggarakan pada tanggal 9-16 November 2006 lalu di Tanjung
Perak Surabaya.

Bab III
Kesimpulan
Di zaman globalisasi yang membuat batas semakin tidak terasa,makin membuat hubungan
antar wilayah semakin mudah sehingga banyak yang tertarik untuk melakukan kerjasama
internasional lintas Negara. Salah satu kerjasama internasional adalah kerjasama Sister City.
Sister City merupakan konsep penggandengan dua kota yang berbeda lokasi dan administrasi
politik dengan tujuan menjalin hubungan budaya dan kontak sosial antar-penduduk.
Hubungan kota kembar sangat bermanfaat bagi program pertukaran pelajar,kerjasama di
bidang budaya, perdagangan, dan di bidang pariwisata. Tentu sebelum melakukan kerjasama
Sister City harus terlebih dahulu ada landasan hukum sebelum melakukan kerjasama
internasional. Contoh Sister City yang telah melakukan kerjasama internasional dan sudah
dilandasi hukum adalah Surabaya dengan Kochi. Banyak kegiatan yang ikut mewarnai
kerjasama sister city Surabaya-Kochi, baik di bidang pendidikan, ekonomi, perdagangan,
industri, pariwisata, maupun bidang-bidang lainnya. Hubungan Sister City ini berhasil
mengangkat perusahaan-perusahaan lokal dan menarik investasi serta rneningkatkan
pariwisata. Selain itu, keduanya mendapat manfaat promosi ekonomi ini yang didukung lewat
upaya-upaya kebersihan kota dan desain kota yang menarik dan nyaman.

Daftar Pustaka
Jatmika, Sidik. Otonomi Daerah Perspektif Hubungan Internasional, Bigraf Publishing,
2001.

http://www.surabaya.go.id/sistercity/

Anda mungkin juga menyukai