Oleh:
YANUAR NURUL FAHMI
NIM. 115010107121023
HALAMAN PERSETUJUAN
KULIAH KERJA LAPANGAN
PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA SAMA SISTER CITY YANG
DISELENGGARAKAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA DAN
PEMERINTAH KOTA BUSAN
(Studi di Pemerintah Kota Surabaya)
Oleh:
YANUAR NURUL FAHMI
NIM. 115010107121023
Dosen Pembimbing,
A. LATAR BELAKANG
Pasca berakhirnya perang dingin, diplomasi tradisional mulai kehilangan
relevansinya dalam dunia perpolitikkan global dan hubungan internasional.
Dimana hal ini menyebabkan isu-isu ekonomi, hak asasi manusia, lingkungan,
dan sosial budaya menjadi begitu sangat penting dibandingan dengan isu-isu
tradisional seperti politik dan keamanan. Sehingga secara langsung hal-hal
tersebut menyebabkan berubahnya pola-pola hubungan internasional dan wajah
politik global.
Perkembangan ini berpengaruh terhadap cara, prosedur, dan substansi
diplomasi. Sebagai konsekuensinya, diplomasi tidak semata-mata membiacarakan
kegiatan aktor-aktor diplomasi dari Eropa Barat, melainkan juga aktor-aktor yang
sebelumnya dikenal dengan istilah belahan dunia ketiga.1
Hubungan internasional merupakan suatu sistem hubungan antar negara
yang berdaulat dalam pergaulan internasional menjadikan kegiatan diplomasi
sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai factor penentu eksistensi
sebuah negara dalam hubungan internasional. Diplomasi merupakan proses politik
untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu pemerintah dalam mempengaruhi
kebijakan dan sikap pemerintah Negara lain.2 Diplomasi kekinian juga tidak
hanya menyangkut kegiatan politik saja tapi juga suatu senjata multi-dimensional
yang digunakan dalam situasi dan lingkungan apapun dalam hubungan
antarbangsa.3 Sehingga dapat dikatakan hubungan internasional saat ini ditandai
oleh aktivitas-aktivitas diplomasi yang sangat kompleks.
1 Sukawarsini Djelantik, 2008, Diplomasi antara Teori & Praktik, Graha Ilmu : Jakarta,
Hal.60
kota-kota,
provinsi,
diberbagai
negara-negara
maju,
negara-negara
Pasal 1 (1) : Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut
aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat
dan daerah atau lembaga lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi
politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara;
2) UU.Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
Pasal 5 : Lembaga negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun
nondepartemen, ditingkat pusat dan daerah, yang mempunyai rencana untuk
membuat perjanjian internasional, terlebih dahulu melakukan konsultasi dan
koordinasi mengenai rencana tersebut dengan menteri.
Selain kedua perangkat hukum tersebut, menyangkut hubungan kerjasama
luar negeri oleh Pemerintah Daerah telah pula berlaku Undang- Undang Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dimana salah satu ketentuannya
telah menimbulkan pandangan bahwa kerjasama luar negeri oleh Pemerintah
Daerah merupakan bagian dari otonomi daerah. Undang-Undang tersebut
kemudian digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah yang ketentuannya telah menghapuskan pandangan seperti
dimaksud.8
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengisyaratkan perlu dilakukannya penyesuaian kewenangan pelaksanaan
hubungan dan kerjasama luar negeri yang sebelumnya diatur dalam UndangUndang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Pada dasarnya
pelaksanaan politik luar negeri merupakan kewenangan pemerintah pusat. Namun
seiring dengan berlakunya undang-undang otonomi daerah tersebut, kebijakan
hubungan luar negeri dan diplomasi oleh pemerintah pusat antara lain juga
8 Op.cit, hal.239
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C. TUJUAN KEGIATAN
Penulis membagi dua tujuan dari dilaksanakannya penelitian dan KKL ini, yaitu:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari dilaksanakannya KKL ini bagi penulis adalah:
a. Untuk melaksanakan kurikulum yang berlaku pada Program Studi
Sarjana Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, guna
menyelesaikan persyaratan jenjang pendidikan Strata-1 Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya;
b. Untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme dan kemampuan
adaptasi dalam dunia kerja, dan kemampuan berhubungan baik dengan
rekan kerja;
c. Untuk mengembangkan pola pikir serta pengembangan analisis terkait
dengan isu hukum yang sedang berkembang;
d. Untuk
menghimpun
pemikiran-pemikiran
dalam
strategi
D. MANFAAT KEGIATAN
Penulis mengharapkan manfaat yang dapat dihasilkan dari penelitian dan KKL ini,
yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
pada perkembangan teoritis dalam bidang Hukum, secara khusus Hukum
Internasional yang berkaitan dengan perjanjian sister city.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai masa orientasi serta masa peralihan dari dunia kampus ke
dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga pengalaman tersebut
dapat dipakai untuk mempersiapkan mahasiswa dari segi mental dan
maupun kemampuan menghadapi pasar kerja yang akan datang.
b. Menjalin hubungan mutualistis dengan pihak Pemerintah Kota
Surabaya.
2. Bagi Lembaga
a. Sebagai sarana pengabdian masyarakat serta negara, khususnya di
bidang pendidikan dalam rangka mencerdaskan bangsa.
b. Memperoleh sumber daya manusia sementara dengan kualifikasi
yang sesuai dengan tuntutan di bidangnya.
c. Memperoleh masukan objektif yang dapat dipertanggungjawabkan
secara akademis, guna meningkatkan produktivitas Pemerintah Kota
Surabaya.
3. Bagi Perguruan Tinggi
D. METODE KEGIATAN
Metode kegiatan yang dalam pelaksanaan KKL yang mahasiswa lakukan
menggunakan metode:
a) Metode partisipatif
Mahasiswa peserta KKL terlibat dalam proses kegiatan yang
dilakukan oleh lembaga tempat KKL dilaksanakan.
Sedangkan, untuk mengumpulkan data terkait penelitian yang dilakukan
dalam pelaksanaan KKL nya, mahasiswa menggunakan metode:
b) Metode wawancara
Mahasiswa peserta KKL mencari informasi terkait penelitian yang
dilakukan melalui informan yang ada di lembaga tempat KKL
dilaksanakan.
c) Metode studi dokumentasi
Mahasiswa peserta KKL mencari informasi terkait penelitian yang
dilakukan melalui penelusuran pustaka dan perundang-undangan.
E. TAHAPAN KEGIATAN
Tahapan pelaksanaan kegiatan KKL terdiri dari tiga tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
b. Tahap pelaksanaan
c. Tahap evaluasi
Tahap Kegiatan
Tahap persiapan
Bentuk Kegiatan
1) Pengajuan proposal KKL ke Kepala
Bagian Hukum Internasional Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya
2) Melakukan konsultasi dengan dosen
pembimbing terkait dengan proposal
pelaksanaan kegiatan KKL
3) Mengurus surat pengantar dari Dekan
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
di Bagian Akademik yang ditujukan
kepada
lembaga
tempat
KKL
kegiatan
KKL
dengan
Tahap pelaksanaan
terkait
pelaksanaan
3.
Tahap evaluasi
F. KAJIAN PUSTAKA
a. Perjanjian Internasional yang Dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Secara umum bentuk kerjasama yang dilakukan Pemda terbagi
menjadi dua model, yaitu Pemda dengan Swasta Asing dan Pemda dengan
Pemda Asing. Model kerjasama dalam bentuk yang pertama lebih bersifat
Peraturan
09/A/KP/XII/2006/01
Menteri
Tentang
Luar
Negeri
Panduan
Umum
RI
Nomor:
Tata
Cara
prinsip
persamaan
kedudukan,
memberikan
dasarnya
menguntungkan.
diarahkan
Peran
pada
pemerintah
perolehan
tidak
yang
hanya
saling
sekedar
14 Jemmy Rumengan, Perspektif Hukum dan Ekonomi atas Kerjasama Luar Negeri
oleh Pemerintah Daerah, Jurnal Hukum Internasional, Vol 6, No.2, 2009, Hal.241
yang
membawa
peningkatan
dan
kemajuan
dalam
pembangunannya.
Kemandirian Pemerintah Daerah yang ditanamkan dalam otonomi
daerah serta semangat mengejar ketertinggalan pembangunan dari daerahdaerah lain di Indonesia mampu mengerahkan segala sumber daya yang
ada. Tidak sedikit Pemerintah Daerah di Indonesia yang melihat sebuah
peluang dari iklim globalisasi yang begitu menggeliat saat ini, bagi jamur
di musim hujan dengan menawarkan dan menjual potensi-potensi daerah
yang dimiliki ke dunia internasional. Hal ini berguna untuk mendapatkan
dukungan dan bantuan dari dunia internasional yang diyakini dapat
memberikan sumbangsih yang signifikan bagi pembangunan di daerahnya.
Kebutuhan akan investasi, pertukaran informasi dan komunikasi,
ilmu
pengetahuan,
teknologi,
pengelolahan
sumber
daya
alam,
dan sister province dalam menyebut bentuk-bentuk kerjasama antar kotakota di Indonesia baik itu dalam ranah lokal maupun internasional. Istilah
tersebut resmi dikeluarkan oleh kementrian terkait yakni Kementrian Luar
Negeri bekerjasama dengan Kementiran Dalam Negeri untuk mencegah
terjadinya kesalahpahaman dan kekeliruan kedepannya. Disisi lain, hal
tersebut menjadi simbol, kontrol dan pengawasan dibawah kendali
Pemerintah Pusat yang memantau kerjasama-kerjasama Internasional yang
dilakukan daerah-daerah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Djelantik, Sukawarsini, 2008, Diplomasi antara Teori & Praktik, Graha Ilmu :
Jakarta.
Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional , 2012, Panduan Umum
Tata Cara dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah, Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia.
Shaw, Malcolm N., 2003, International Law, Cambridge University Press,
Cambridge, Bab V.
Suryokusumo, Sumaryo, 2004, Praktik Diplomasi, STIH IBLAM : Jakarta.
Jurnal
Boeuf, Patrick, Public-Private Partnerships For Transport Infrastructure Projects.
Seminar on Transport Infrastructure Development For A Wider Europe. Paris,
27- 28 November 2003.
Executif Summary, Kajian Evaluasi Pengelolaan Kerjasama Sister City antara
Kota-Kota di Indonesia dengan Kota-Kota di Luar Negeri, Jurnal Executif
Summary.
Pongsiri, N. Regulation And Public Private Partnerships. The International Journal
of Public Sector Management, Vol. 15 No. 6
Rumengan, Jemmy, Perspektif Hukum dan Ekonomi atas Kerjasama Luar Negeri
oleh Pemerintah Daerah, Jurnal Hukum Internasional, Vol 6, No.2, 2009.
Thontoei, Jawahir, JURNAL HUKUM NO. 2 VOL. 16 APRIL 2009, Kewenangan
Daerah Dalam Melaksanakan Hubungan Luar Negeri (Studi Kasus di
Propinsi Jawa Barat dan DIY , Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Internet
https://www.sistercities.org/mission-and-history diakses pada 11 Agustus 2015
https://www.sister-cities.org/what-sister-city diakses pada 11 Agustus 2015