Anda di halaman 1dari 9

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN EVALUASI PENGELOLAAN KERJASAMA SISTER CITY ANTARA KOTA-KOTA DI INDONESIA DENGAN KOTA-KOTA DI LUAR NEGERI

Kajian dengan judul Evaluasi Pengelolaan Kerjasama Sister City Antara Kota-Kota di Indonesia dengan Kota-Kota di Luar Negeri ini dilatarbelakangi oleh adanya kondisi riil tentang perlunya kerjasama antar daerah dan kerjasama dengan badan lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi, dan saling menguntungkan, yang diatur dengan keputusan bersama (Pasal 195, UU No. 32 Tahun 2004). Dalam hal ini termasuk kerjasama dengan badan-badan di luar negeri dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada saat kajian ini, dalam penyelenggaraan otonomi daerah, terdapat 32 provinsi, 325 kabupaten, dan 91 kota, dimana masing-masing memiliki potensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pemerintah menyadari keadaan tersebut sehingga memberikan kebebasan kepada setiap daerah untuk menjalin kerjasama dengan kota-kota lain di luar negeri. Dalam rangka pengembangan daerah agar lebih maju, maka kebijakan itu ditandai dengan keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No. 1 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri di Jajaran Departemen Dalam Negeri. Kerjasama yang dijalin antara kota-kota di luar negeri dikenal dengan nama sister city atau state/province. Pada mulanya kerjasama sister city atau state/province ini dikenal di Eropa Barat kemudian berkembang di kota-kota Amerika Serikat dan pada perkembangan selanjutnya menyebar ke seluruh dunia termasuk Asia dan Timur Tengah. Melalui hubungan kerjasama antar kota sister city atau state/province tersebut diharapkan masyarakat kedua kota akan dapat saling mengenal dan saling membantu tanpa membedakan sistem sosial dan ekonomi dari negara yang bersangkutan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kajian ini ditujukan untuk : Mengidentifikasi bidang - bidang atau sektor - sektor yang dikerjasamakan. Melakukan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kerjasama sister city dalam

pembangunan kota.

Mengidentifikasi kendala/hambatan dalam pelaksanaan kerjasama sister city antara kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di luar negeri.

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah : Tersedianya gambaran empirik tentang pelaksanaan pengelolaan kerjasama sister city antara kota-kota di Indonesia dengan kota-kota di luar negeri Evaluasi pengelolaan kerjasama sister city antara kota-kota di Indonesia dengan kotakota di luar negeri, difokuskan pada pelaksanaan kerjasama sister city antara Kota Jakarta dengan Kota Beijing, antara Kota Surabaya dengan Kota Busan, dan antara Kota Semarang dengan Kota Brisbane. Pemilihan fokus kajian ini adalah untuk melihat bagaimana pelaksanaan pengelolaan kerjasama antar kota tersebut. Sedangkan sebagai lokus kajian adalah di Kota Jakarta, Surabaya, dan Semarang, untuk kota di Indonesia. Sedangkan untuk kota-kota di luar negeri, adalah di Kota Beijing (RRC), Busan (Korea Selatan), dan Brisbane (Queensland, Australia). Pemilihan lokus kajian ini berdasarkan kategori kerjasama sister city yang masih aktif. Pengertian kerjasama sister city yang dewasa ini lazim disebut dengan kemitraan kota, mengandung makna bahwa hubungan kerjasama tersebut bukan hanya suatu kembar alamiah (natural twin) tetapi juga saudara sedarah (blood brother) yang didasari itikad baik dan ketulusan hati. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1992, disebutkan bahwa hubungan kerjasama sister city adalah hubungan kerjasama kota bersaudara yang dilaksanakan antara Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota Administratif dengan Pemerintah Kota setingkat di luar negeri. Hubungan kerjasama dimaksud harus dilengkapi dengan program kegiatan yang tetap dan terencana, baik mengenai bidang-bidang yang akan dikerjasamakan, tujuan yang ingin dicapai, konstruksi biaya masing-masing pihak, maupun mengenai lamanya waktu yang diperlukan bagi program kegiatan yang dikerjasamakan. Biro Kerjasama Antar Kota dan Daerah Propinsi DKI Jakarta merumuskan pengertian kerjasama sister city adalah untuk : (a). Berbagi pengalaman; (b). Bertukar pikiran; (c). Menjadi teman; (d). Saling berkunjung; (e). Bekerjasama untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapi bersama. 2

Berdasarkan pendekatan pengertian tentang kerjasama sister city tersebut, maka dalam kajian ini disusun beberapa definisi operasional sebagai berikut : 1. Program Kerjasama Sister City adalah program kerjasama yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota di Indonesia dengan Pemerintah Kota di luar negeri dalam rangka menjalin hubungan persahabatan dan memupuk saling pengertian di antara masyarakat di kedua Kota. 2. Evaluasi Pelaksanaan Program Kerjasama Sister City adalah suatu penilaian dari pelaksanaan program kerjasama sister city, dimana pada tahap ini akan diketahui apakah pelaksanaan program tersebut sesuai dengan kriteria, persyaratan, prosedur, dan tujuan yang telah ditetapkan. 3. Penentuan bidang/sektor yang dikerjasamakan adalah pemilihan prioritas bidang/sektor yang menjadi kesepakatan antara Pemerintah Kota dalam menjalin kerjasama sister city. Bidang/sektor tersebut meliputi kerjasama teknik, ekonomi, perdagangan, investasi, kebudayaan, dan bidang-bidang lain yang disepakati oleh kedua pihak. 4. Kendala/hambatan dalam pelaksanaan sister city adalah hal-hal yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan kerjasama sister city dari aspek organisasi dan manajemen. 5. Manfaat dari Kerjasama Sister City merupakan suatu harapan yang diinginkan dari hasil program kerjasama sister city, yaitu manfaat yang optimal di bidang ekonomi bagi Pemerintah Kota dan masyarakat untuk kemajuan kota. 6. Pembangunan Kota adalah tujuan yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kota di Indonesia dari adanya pelaksanaan program kerjasama sister city, khususnya dalam membantu memecahkan masalah perkotaan. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Artinya, kajian ini menggambarkan pengelolaan kerjasama sister city secara mendalam, khususnya evaluasi pelaksanaannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi literatur dan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik tersebut dipilih karena sasaran data yang diperlukan adalah data kualitatif. Disamping itu, dilakukan pula kegiatan studi komparatif di Beijing (RRC), Busan (Korea Selatan), dan Brisbane (Queensland, Australia) untuk menjaring data kualitatif yang sifatnya empiris. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis dengan pendekatan ini dilakukan karena data yang diperoleh 3

dalam kajian ini merupakan data-data kualitatif, sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam untuk dapat mengungkap latar belakang yang sebenarnya dari fenomenafenomena yang dikaji. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, diperoleh deskripsi tentang pengelolaan kerjasama sister city sebagai berikut :

1. Kerjasama Sister City Jakarta-Beijing Kerjasama sister city antara Kota Jakarta dengan Kota Beijing diawali dengan adanya Letter of Intent (LoI) pada tanggal 22 April 1992 di Beijing, tentang kerjasama di bidang perdagangan antara KADIN Tingkat I Jakarta dan China Council for the Promoting of International Trade (CCPIT) Beijing Sub-Council. Kemudian ditindaklanjuti dengan Memorandum of Understanding (MoU) pada tanggal 4 Agustus 1992 di Jakarta. Sebagaimana dikerjasamakan, yaitu : 1) Administrasi Perkotaan 2) Olah Raga 3) Kesehatan Masyarakat 4) Kependudukan 5) Manajemen Pariwisata 6) Industri Berskala Kecil dan Kerajinan Manfaat khusus bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan adanya kerjasama sister city Jakarta-Beijing adalah belajar secara langsung berbagai kemajuan pembangunan Kota Beijing, setelah Pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) membuka diri bagi dunia luar, yang antara lain meliputi : Pengelolaan berbagai obyek wisata di Kota Beijing. Penanganan pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem jaringan kereta api bawah tanah (subway). Penyediaan air bersih untuk penduduk Kota Beijing. tertuang dalam MoU, terdapat bidang-bidang yang

Hasil dari pembelajaran tersebut diharapkan dapat diimplementasikan bagi pengelolaan kota di DKI Jakarta. Bagi Beijing, manfaat dari kerjasama Jakarta-Beijing ini terutama dalam jangka panjang adalah pengembangan kerjasama perdagangan. Di wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagai institusi pengelola kerjasama sister city Jakarta-Beijing adalah Biro Kerjasama Antar Kota dan Daerah Provinsi DKI Jakarta (Biro KAKDA). Biro KAKDA ini merupakan unsur staf yang membantu Asisten Tata Praja dan Aparatur dalam memfasilitasi penyelenggaraan kerjasama antar kota dan daerah. Sedangkan di wilayah Beijing sebagai institusi pengelola kerjasama sister city Jakarta-Beijing adalah China Council for the Promotion of International Trade (CCPIT) Beijing Sub Council, atau dikenal juga dengan sebutan China Chamber of International Commerce Beijing Chamber (CCOIC Beijing), yang didirikan pada tahun 1978. Institusi ini sangat membantu baik bagi perseorangan, maupun organisasi bisnis yang mempunyai usaha di Beijing. Institusi ini dalam menjalankan tugasnya didukung oleh Pemerintah Beijing. Institusi ini juga menjadi anggota dari organisasi internasional yaitu World Trade Centers Association (WTCA), dan Beijing Work Station of the United Nations Industrial Development Organization (UNIDO).

2. Kerjasama Sister City Surabaya-Busan Kerjasama sister city antara Kota Surabaya dengan Kota Busan berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) yang telah ditandatangani pada tanggal 10 Nopember 1994 (di Surabaya) dan tanggal 20 Nopember 2004 (di Busan). Sebagaimana dikerjasamakan, yaitu : 1) Pengembangan Pelabuhan; 2) Perdagangan dan Pengembangan Ekonomi; 3) Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga; 4) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Kota; 5) Transportasi dan Pariwisata; 6) Peningkatan Sumber Daya Manusia. tertuang dalam MoU, terdapat bidang-bidang yang

Bagi Pemerintah Kota Surabaya, jalinan kerjasama dengan kota-kota lain di dalam negeri maupun di luar negeri dimaksudkan antara lain untuk : 1) Menghadapi globalisasi dan pasar bebas 2) Membantu dalam usaha pembangunan dan pengembangan daerah 3) Mendapatkan kesempatan untuk mempromosikan daerah dalam dunia internasional Disamping itu juga, melalui kerjasama sister city ini akan meningkatkan kredibilitas dan aset Pemerintah Kota Surabaya, menambah sharing resources, memperluas cross cultural understanding, memperbesar akses dan potensi dalam membantu masyarakat, meningkatkan popularitas Jawa Timur. Bagi Pemerintah Kota Busan, dinyatakan bahwa manfaat yang diperoleh dari kerjasama ini saat ini belum kelihatan manfaatnya, namun pada masa depan dapat memberikan manfaat bagi kedua kota dengan lebih terarah dan fokus dalam upaya memperbaiki atau memecahkan persoalan-persoalan tertentu dengan jalan saling belajar dan tukar menukar informasi dan pengalaman bagi kedua kota. Kerjasama ini dapat pula diarahkan pada hal-hal yang menyangkut pertukaran kunjungan pegawai negeri atau pribadi. Di wilayah Surabaya sebagai institusi pengelola kerjasama sister city SurabayaBusan ditangani oleh Pemerintah Kota Surabaya, khususnya Bagian Pemerintahan Sub Bagian Perkotaan. Hal ini berdasarkan tugas pokok dan fungsi Subag Perkotaan, yaitu : (1). Menangani masalah perkotaan dikaitkan dengan fungsi pemerintahan, misalnya masalah Pedagang Kaki Lima (PKL) tidak teratur dimana kewenangan subag perkotaan adalah mencari penyebab ketidakteraturan PKL, kemudian menugaskan Camat dan Lurah untuk menertibkan; (2). Menangani masalah batas wilayah antar kota, antar kecamatan dan antar kelurahan; (3). Menangani kerjasama antar kota dan antar daerah baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk wilayah Busan, sebagai institusi pengelola kerjasama sister city SurabayaBusan ditangani oleh Pemerintah Kota Busan, khususnya pada Pusat Kerjasama Internasional. Mengenai pihak yang berwenang dalam pelaksanaan masing-masing bidang yang dikerjasamakan adalah institusi yang terkait dengan masing-masing bidang tetapi dalam prakteknya dilaksanakan oleh Pusat Kerjasama Internasional Kota Busan. Pusat Kerjasama Internasional Kota Busan adalah satuan kerja yang merupakan

perangkat Walikota (Mayor) yang menangani masalah kerjasama (sister city) dengan luar negeri. 3. Kerjasama Sister City Semarang-Brisbane Kerjasama sister city Semarang-Brisbane diawali dari adanya kerjasama state cooperation antara Queensland State dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Queensland dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1991 di Jawa Tengah. Selanjutnya Pemerintah Kota Brisbane melakukan kerjasama dengan Kota Semarang yang ditandai dengan penandatanganan MoU pada 11 Januari 1993 antara Walikota Semarang dan Walikota Brisbane. MoU tersebut kemudian diperbaharui pada tanggal 9 September 2002. Bidang-bidang yang dikerjasamakan antara Pemerintah Kota Semarang dengan Brisbane adalah : 1) Pertanian 2) Pembangunan Perkotaan dan Lingkungan Hidup 3) Transportasi dan Pariwisata 4) Industri dan Kerajinan Tangan 5) Perdagangan dan Investasi 6) Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 7) Kesenian dan Budaya Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya kerjasama sister city SemarangBrisbane, adalah terbukanya hubungan internasional kota Semarang, terjalinnya tukar menukar informasi, ide, pengetahuan dan budaya. Hal ini amat diperlukan untuk memperluas wawasan bagi masyarakat kota Semarang, khususnya bagi aparat Pemerintah Kota Semarang. Pihak-pihak yang menikmati manfaat dari pelaksanaan kerjasama sister city adalah kalangan pemerintah dan masyarakat Kota Semarang. Pada program tukar menukar staf pemerintah kota Semarang dan Brisbane, ternyata diperoleh manfaat yang luar biasa. Para staf pemerintah masing-masing kota dapat merasakan perbedaan budaya kerja dan kinerja. Nampak bahwa budaya kerja dan kinerja aparat pemerintah kota Semarang cukup jauh berbeda dengan staf pemerintah kota Brisbane. Sehingga dari

program ini, Walikota Semarang kemudian menggalakkan disiplin kerja pegawai dan peningkatan kinerja. Sedangkan Pemerintah Kota Brisbane, selalu melihat suatu kemanfaatan kerjasama sister city dalam strategi jangka panjang. Meskipun ada beberapa bidang atau kerjasama yang relatif tidak aktif atau kurang memberikan hasil yang signifikan bagi pembangunan kota, mereka tidak serta merta menilai kerjasama tersebut gagal atau tidak bermanfaat. Pemerintah Kota Brisbane yakin bahwa setiap kerjasama yang dilakukan pasti akan mendatangkan manfaat, apabila hal itu tidak terlihat dalam jangka pendek pasti akan muncul dalam jangka panjang. Institusi pengelola kerjasama sister city untuk wilayah Semarang ditangani oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal, Pemberdayaan BUMD dan Aset Daerah (BKPM PB & A), Pemerintah Kota Semarang. Hal ini berdasarkan ketentuan sebagai berikut : 1) Badan Koordinasi Penanaman Modal, Pemberdayaan BUMD dan Aset Daerah Kota Semarang mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang penanaman modal, promosi, kerjasama luar negeri dan dalam negeri, pemberdayaan BUMD dan optimalisasi asset Daerah. 2) Sejak dibubarkannya Bagian Perkotaan Sekretariat Daerah Kota Semarang, maka pelaksana kerjasama sister city dialihkan ke BKPM PB & A Kota Semarang, dimana terdapat Bidang Kerjasama, Sub Bidang Kerjasama Luar Negeri. Institusi pengelola kerjasama sister city untuk wilayah Brisbane ditangani oleh International Relations Office yang berada di bawah the Lord Mayors Office. Dalam setiap pengelolaanya selalu melakukan diskusi dengan para stakeholder di Brisbane. International Relations Office pada the Lord Mayors Office bertanggung jawab untuk semua managemen dan operasional program sister city. Kantor ini beroperasi sebagai pusat komunikasi sister city dan semua yang berhubungan dengan urusan kantor harus ada tertera alamat LMO. Semua surat menyurat harus dikordinasikan melalui International Relations Office pada the Lord Mayors Office untuk meyakinkan bahwa data baru disimpan bersamaan dengan kebijakan dan prosedur Council. Berdasarkan deskripsi tentang kerjasama sister city tersebut, berikut ini disampaikan beberapa pemikiran untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pengelolaan kerjasama sister city di Indonesia.

Perlu adanya koordinasi antar institusi yang terkait (antar unit pengelola kerjasama sister city dengan dinas-dinas terkait) dalam pelaksanaan kerjasama sister city untuk tetap memiliki konsistensi dalam merumuskan program kerja sesuai dengan bidang-bidang yang dikerjasamakan.

Perlu ditingkatkannya kemampuan kelembagaan dan personil Daerah dalam mengelola kerjasama sister city, agar dapat memfasilitasi dan memberikan kemudahan dalam pelaksanaan kerjasama sister city secara lebih baik. Peningkatan kemampuan personil, misalnya dalam hal training bahasa Inggsris, bimbingan teknis tentang tata cara hubungan internasional, dan lain-lain.

Informasi bagi setiap kota di luar negeri yang potensial perlu dimiliki oleh Departemen Luar Negeri/Kantor Perwakilan RI di Luar Negeri yang dengan mudah dapat diakses oleh kota-kota di seluruh Indonesia. Sehingga membuka kesempatan bagi kota-kota di Indonesia untuk menjalin kerjasama internasional.

Perlu adanya komitmen Pemerintah Kota secara berkelanjutan untuk mendukung kelangsungan kerjasama sister city atau sister state/province walaupun terjadi pergantian Walikota/Gubernur, agar program kegiatan yang dikerjasamakan benar-benar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi Pemerintah Kota, Dunia Usaha, dan Masyarakat.

Perlu dukungan dana secara efisien, terutama untuk mendukung operasionalisasi program kerja yang realistis dan telah ditetapkan sesuai dengan bidang-bidang yang dikerjasamakan.

Perlu ditingkatkannya sosialisasi kepada masyarakat tentang bidang-bidang yang dikerjasamakan dalam kerjasama sister city, sehingga dapat lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kerjasama sister city. Upaya peningkatan sosialisasi kepada masyarakat melalui media cetak, media elektronik, maupun melalui pameran produkproduk pertanian, industri, teknologi, serta pameran seni dan budaya.

Perlu dibentuk satuan kerja/unit organisasi pada tiap-tiap kota dengan tugas dan fungsi untuk menangani kerjasama sister city. Dengan demikian setiap kota mitra dari luar negeri yang bermitra dengan kota tertentu di Indonesia akan lebih mudah dalam menjalankan kegiatan kerjasama sister city.

Anda mungkin juga menyukai