Waris Merge PDF
Waris Merge PDF
01 02 03 04
Identifikasi seluruh Hitung pembagian Kurangi seluruh Harta warisan
harta pewaris (harta harta bersama (jika harta peninggalan dibagikan kepada
pribadi, harta ada harta bersama) dari utang dan ahli waris sesuai
bersama, utang, wasiat bagian waris
wasiat, hibah) masing-masing
BAGIAN WARISAN UNTUK
ANAK
UNTUK AYAH
anak
Pewaris tidak Sisa/terbuka QS 4: 11 Buku II PPTAPA
DAN IBU meninggalkan
anak
Pewaris tidak 1/3 QS 4: 11 Pasal 177 KHI jo.
meninggalkan SEMA No.
anak 2/1994
Ibu Pewaris 1/6 QS 4: 11 Pasal 178 ayat
meninggalkan (1) KHI
anak
Pewaris tidak 1/3 QS 4: 11 Pasal 178 ayat
meninggalkan (1) KHI
anak
BAGIAN AHLI WARIS BAGIAN DASAR HUKUM
WARISAN WARISAN
UNTUK
Duda/Suami Tidak ada anak 1/2 (zf) QS An Nisa Pasal 179
pewaris/ keturunan ayat 12
PASAL 178
AYAT (2) KHI
Maka: Pasal 177 KHI jo. Pasal 178 ayat
(2) KHI berlaku hanya untuk kasus:
Pewaris tidak meninggalkan Pewaris tidak meninggalkan
anak, tetapi meninggalkan anak, tetapi meninggalkan
ayah, ibu, dan suami ayah, ibu, dan isteri
Kasus a à tsulutsul baqi
Pengecekan:
Suami/duda + Ibu + Ayah = 1
1/2 + 1/6 + 1/3 = 1
Pengecekan:
Janda + Ibu + Ayah = 1
1/4 + 1/4 + 1/2 = 1
Sistem kewarisan Islam bilateral tidak
Bagaimana menggunakan tsulutsul baqi
Penyelesaian
Kasus Bagian warisan Ibu tetap dihitung dari
Tsulutsul Baqi seluruh harta, bukan dari sisa harta yang
dalam sudah diberikan kepada duda atau janda
SYSTEM
Bilateral? Bagian warisan ayah adalah sisa sebagai
zul qarabat
RADD
RADD
• Radd adalah pengembalian sisa harta
warisan secara berimbang / proposional
kepada para ahli waris
RUKUN RADD
KHI jo BUKU II
PATRILINEAL BILATERAL
PPTAPA
Ahli waris yang berhak Semua ahli waris zawil Jika ahli waris terdiri
menerima radd adalah furud, termasuk suami dari dzawil furud dan
•Ahli waris zawil furud dan isteri, berhak jumlah bagian ahli waris
karena hubungan DARAH menerima radd (sesuai kurang dari nilai 1 (satu),
saja (nasabiyah) dengan pendapat maka dilakukan radd.
Ahli waris zawil furud Usman bin ‘Affan: qiyas Radd tidak berlaku
karena hubungan kepada ‘aul). untuk janda dan duda.
semenda tidak berhak
menerima radd à
JANDA dan DUDA
CONTOH KASUS RADD
• Pengecekan:
• 1/6 + 1/6 + 1/4 + 2/3 =
• 2/12 + 2/12 + 3/12 + 8/12 = 15/12 à ‘awl à Pasal
193 KHI
Penghitungan ‘Awl à
KHI = Patrilineal = Bilateral
•Harus dikurangi secara berimbang dengan menambah angka
penyebut menjadi sama dengan angka pembilang.
•1/6 + 1/6 + 1/4 + 2/3 =
•2/12 + 2/12 + 3/12 + 8/12 = 15/12 à ‘awl à 15/12
menjadi 15/15
BAGIAN
WARISAN CUCU
CONTENT
PENGERTIAN CUCU
PERHITUNGAN BAGIAN
WARISAN CUCU
PENGERTIAN KHI
CUCU
• Cucu adalah keturunan laki-laki maupun perempuan baik
melalui anak laki-laki maupun anak perempuan
• Dasar hukum: Pasal 174, Pasal 185, dan Buku II PPTAPA
1 2 3
KHI : Cucu termasuk Golongan Bilateral : Cucu termasuk Patrilineal : Cucu berkedudukan
Ahli Waris Pengganti dan dapat Golongan Mawali dan dapat sebagai diri sendiri atau Ahli
termasuk Golongan Zul Faraid termasuk Golongan Zul Faraid Waris Langsung seperti anak
atau Ashabah atau Zul Qarabat dan dapat termasuk Golongan
Zul Faraid atau Ashabah
PASAL
185 KHI
1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari
pada si pewaris maka kedudukannya dapat
digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang
tersebut dalam Pasal 173.
2) Bagian bagi ahli waris pengganti tidak boleh
melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat
dengan yang diganti.
BUKU II PPTAPA
A II. Zul Faraid adalah A, B, C, dan E F; E dan F adalah Ahli Waris Pengganti dari D: Ashabah adalah D
E dan F mendapat bagian warisan sebesar yang digantikan yaitu D (Buku II PPTAPA), maka harus dihitung
lebih dulu bagian D
E F Sisa = 1 – (A + B + C) = 1 – (1/4 + 1/6 + 1/6) = 1 – 7/12 = 5/12
D mendapat sisa = 5/12 (Pasal 176 KHI / QS An Nisa : 7)
Pengecekan:
A + C + D + E = 1/4 + 6/12 + 6/36 + 3/36 = 1
CONTOH KASUS 4
I. Ahli waris adalah anak perempuan (A) dan cucu laki-laki (B) melalui anak laki-laki (C) yang
telah meninggal lebih dulu dari Pewaris
II. Zul Faraid tidak ada; Ashabah adalah A dan C; Ahli Waris Pengganti adalah B sebagai
ashabah menggantikan C
C A
III. A : C = 1 : 2
A = 1/3
B C = 2/3 à untuk B
B tidak boleh lebih besar dari A (Pasal 185 KHI jo Buku II PPTAPA)
CONTOH
TAHAP 1
E = 1/6
F = 1/8
Sisa = 1 – (1/6 + 1/8) = 17/24 à diberikan kepada anak-anak KASUS 5
Pewaris A, B, dan D
TAHAP 2 E
A : B : D = 2 : 1 : 2 (Pasal 176 KHI)
A = 2/5 x 17/24 (sisa) = 34/120
B = 1/5 x 17/24 (sisa) = 17/120 F
D = 2/5 x 17/24 (sisa) = 34/120 à diberikan kepada C,
maka C = 34/120 A B
Besar bagian warisan C tidak boleh lebih besar dari A D
34/120 = 34/120 ✅ C
Besar bagian warisan C tidak boleh lebih besar dari B
34/120 > 17/120 ❌
Apabila ada radd (sisa) diberikan kepada cucu dari anak yang
digantikan tersebut saja
CONTOH
I. Ahli waris adalah C dan D
II. C dan D adalah ahli waris pengganti. C sebagai zul qarabat dan
D sebagai zul faraid
III. Perhitungan:
Hitung bagian warisan A dan B terlebih dulu, seolah-olah
A B masih hidup
A:B=2:1
C D A = 2/3 à untuk C
B = 1/3 à untuk D
C = sisa = seluruh bagian warisan A yaitu 2/3
D = 1/2 x 1/3 = 1/6
Sisa = 1/3 – 1/6 = 1/6 à radd untuk D saja
Maka D mendapat 1/6 (sebagai zul faraid) dan 1/6 (sebagai
radd)
BAGIAN
WARISAN CUCU
DALAM SISTEM
KEWARISAN
PATRILINEAL
• Dasar hukum:
• Hadis Zaid bin Tsabit
• Hadis Ibnu Mas’ud à takmilah
Cucu dapat termasuk golongan zul faraid atau
BAGIAN
•
golongan ashabah
WARIS CUCU - • Cucu menjadi ahli waris langsung (eigen
PATRILINEAL hoofde), bukan ahli waris pengganti
(plaatsvervuling)
• Cucu melalui anak perempuan (zul arham) tidak
menjadi ahli waris apabila masih ada ahli waris
zul faraid dengan hubungan darah dan ashabah
1. HADIS ZAID BIN TSABIT
• Anak laki-laki punyaanak-anak, sepangkat dengan anak-anak, jikasi mati tidak meninggalkan
anak, yaitu yanglaki-laki samadengan laki-laki; dan yang perempuan samadengan perempuan.
Mereka jadi waris sebagaimana anak-anak jadi waris. Mereka jadi hajiib sebagaimana anak-
anak jadi hajiib; dan anak laki-laki punyak anak laki-laki tidak dapat warisan selama ada anak
laki-laki. Jika si mati meninggalkan anak perempuan dan seorang cucu laki-laki, maka anak itu
mendapat separoh dan selebihnya untuk cucu laki-laki.
GARIS HUKUM a. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki menempati tempat
HADIS ZAID BIN anak laki-laki, kalua tidak ada anak laki-laki dan tidak ada
TSABIT anak perempuan
b. Cucu perempuan melalui anak laki-laki menempati
tempat anak perempuan, kalua tidak ada anak laki-laki
dan tidak ada anak perempuan
c. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki yang menempati
tempat anak laki-laki kalua tidak ada anak laki-laki dan
tidak ada anak perempuan itu mewaris dan menghijab
sama seperti anak laki-laki
d. Cucu perempuan melalui anak laki-laki yang menempati
tempat anak perempuan kalau tidak ada anak laki-laki
dan tidak ada anak perempuan itu mewaris dan
menghijab sama seperti anak perempuan
GARIS
HUKUM e. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki tidak
mewaris kalau ada anak laki-laki. Cucu
HADIS ZAID perempuan melalui anak laki-laki juga tidak
BIN TSABIT mewaris jika ada anak laki-laki
f. Kalau ahli waris terdiri atas seorang anak
perempuan dan seorang cucu laki-laki
melalui anak laki-laki, maka anak
perempuan memperoleh 1/2 harta
peninggalan, dan cucu laki-laki melalui
anak laki-laki memperoleh sisa
2. HADIS IBNU
MAS’UD: TAKMILAH
• Abdullah bin Mas’ud: Rasulullah saw pernah
hukumkan untuk seorang anak perempuan
1/2, dan untuk cucu perempuan 1/6 untuk
mencukupkan 2/3 (takmilatas-sulusaini), dan
selebihnya untuk saudara perempuan
GARIS
HUKUM a. Untuk seorang anak perempuan 1/2
Untuk cucu perempuan 1/6 untuk mencukupkan
HADIS IBNU
b.
2/3 (takmilatas-sulusaini)
MAS’UD c. Selebihnya untuk saudara perempuan
Catatan:
Jika jumlah anak perempuan 2 atau lebih maka
cucu perempuan tidak mendapat bagian warisan
karena 2/3 sudah diberikan kepada anak-anak
perempuan
PENYELESAIAN
KASUS 4 & 5
CONTOH KASUS 4
I. Ahli waris adalah anak perempuan (A) dan cucu laki-laki (B) melalui anak laki-laki (C) yang
telah meninggal lebih dulu dari Pewaris
II. Zul Faraid tidak ada; Ashabah adalah A dan C; Ahli Waris Pengganti adalah B sebagai
ashabah menggantikan C
C A
III. A : C = 1 : 2
A = 1/3
B C = 2/3 à untuk B
B tidak boleh lebih besar dari A (Pasal 185 KHI jo Buku II PPTAPA)
B tidak boleh lebih besar dari A(Pasal 185 KHI jo Buku II PPTAPA)
B = Aè 1/2 = 1/2
Penyelesaian menurut KHI
TAHAP 1 CONTOH
E = 1/6
F = 1/8 KASUS 5
Sisa = 1 – (1/6 + 1/8) = 17/24 à diberikan kepada anak-
anak Pewaris A, B, dan D
E
TAHAP 2
A : B : D = 2 : 1 : 2 (Pasal 176 KHI)
A = 2/5 x 17/24 (sisa) = 34/120 F
B = 1/5 x 17/24 (sisa) = 17/120
D = 2/5 x 17/24 (sisa) = 34/120 à diberikan kepada C, A B
maka C = 34/120
D
Besar bagian warisan C tidak boleh lebih besar dari A C
34/120 = 34/120 ✅
h. Jika ada seorang laki-laki atau seorang perempuan diwarisi secara punah (kalalah),
sedangkan baginya ada saudara-saudara yang jumlahnya lebih dari dua orang, maka
mereka bersekutu (syaraka) untuk sepertiga
DASAR HUKUM: QS An Nisa
ayat 176
a. Mereka minta fatwa kepada engkau hai Muhammad
(mengenai kalalah), katakanlah bahwa Allah memberi fatwa
kepada kamu mengenai (arti) kalalah itu ialah jika seseorang
celaka (meninggal dunia) tidak ada baginya walad (atau
mawali walad)
b. Kalau bagi orang yang meninggal kalalah itu ada seorang
saudara perempuan, maka bagi saudara perempuan itu
seperdua harta peninggalannya
c. Kalau bagi orang yang meninggal kalalah itu ada saudara
laki-laki, maka saudara laki-laki itu yang mewarisi seluruh
hartanya
DASAR HUKUM: QS An Nisa
ayat 176
d. Kalau bagi orang yang meninggal kalalah itu ada saudara
perempuan dua orang (atau lebih) maka bagi keduanya
(bagi mereka) dua pertiga harta peninggalan
e. Dan jika bagi orang yang meninggal kalalah itu ada
saudara-saudara yang terdiri atas laki-laki dan perempuan,
maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua
orang saudara perempuan
f. Allah menerangkan ketentuan tersebut kepada kamu agar
kamu tidak tersesat (mengenai pengertian kalalah dan
pembagian warisan apabila terjadi pewarisan dalam hal
kalalah itu), dan Allah itu mengetahui segala sesuatunya
BAGIAN WARIS
SAUDARA DALAM KHI
• Bagian waris untuk saudara dalam KHI à Pasal 181
dan Pasal 182
• Isi ketentuannya mengikuti ketentuan menurut
system kewarisan Islam Patrilineal-Syafi’i yaitu:
• Pasal 181 à sama dengan QS An Nisa ayat
12 untuk Saudara Seibu
• Pasal 182 à sama dengan QS An Nisa ayat
176 untuk Saudara Sekandung dan
Saudara Seayah
• Dengan adanya Yurisprudensi dan Buku II PPTAPA,
ketentuan bagian waris untuk saudara berubah
yaitu tidak membedakan saudara sekandung,
saudara seayah, dan saudara seibu à dianut dalam
system kewarisan Bilateral-Hazairin
PERUBAHAN KETENTUAN
BAGIAN SAUDARA DALAM BUKU
II PPTAPA
• PASAL 181 digunakan untuk
• Jika ibu masih hidup
• Berlaku untuk semua saudara (sekandung, seayah, dan
seibu)
a b
A B C D E F A B C
c d
E B A D F E B A C D F
TUGAS
Baca ketentuan Hibah dan Wasiat dalam KHI, KHES, dan Buku II PPTAPA
TERIMA KASIH
WASSALAM