Anda di halaman 1dari 82

HUKUM KEWARISAN ISLAM:

Bagian Waris untuk Anak,


Ayah, Ibu, Suami, Isteri
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Tahap Penghitungan Bagian Warisan

4. CEK à seluruh harta


2. Tentukan golongan
harus habis diberikan
•Bilateral à kelompok keutamaan ahli waris •Berikan bagian warisan untuk ahli kepada ahli waris
•KHI à kelompok derajat waris zawil furud terlebih dulu
•Zawil Furud •Berikan bagian sisa kepada ahli •Apabila ada sisa atau < 1 à
•Ashabah waris ashabah hitung dengan radd
•Ahli waris pengganti à dapat •Hitung penjumlahan seluruh •Apabila lebih / tekor atau > 1 à
menjadi zawil furud atau ashabah bagian ahli waris hitung dengan ‘awl

3. Hitung bagian waris


1. Tentukan siapa saja
masing-masing ahli
yang menjadi ahli waris
waris
Tahap Penghitungan Bagian Warisan

01 02 03 04
Identifikasi seluruh Hitung pembagian Kurangi seluruh Harta warisan
harta pewaris (harta harta bersama (jika harta peninggalan dibagikan kepada
pribadi, harta ada harta bersama) dari utang dan ahli waris sesuai
bersama, utang, wasiat bagian waris
wasiat, hibah) masing-masing
BAGIAN WARISAN UNTUK
ANAK

AHLI WARIS BAGIAN DASAR HUKUM


Anak Anak laki-laki Sisa/terbuka QS 4: 7 PPTAPA
Anak laki-laki dan 2:1 QS 4: 11 Pasal 176 KHI
anak perempuan

Anak perempuan 2/3 QS 4: 11 Pasal 176 KHI


dua atau lebih

Anak perempuan 1/2 QS 4: 11 Pasal 176 KHI


satu orang
BAGIAN AHLI WARIS
BAGIAN
WARISAN
DASAR HUKUM

WARISAN Ayah Pewaris


meninggalkan
1/6 QS 4: 11 Pasal 177 KHI

UNTUK AYAH
anak
Pewaris tidak Sisa/terbuka QS 4: 11 Buku II PPTAPA
DAN IBU meninggalkan
anak
Pewaris tidak 1/3 QS 4: 11 Pasal 177 KHI jo.
meninggalkan SEMA No.
anak 2/1994
Ibu Pewaris 1/6 QS 4: 11 Pasal 178 ayat
meninggalkan (1) KHI
anak
Pewaris tidak 1/3 QS 4: 11 Pasal 178 ayat
meninggalkan (1) KHI
anak
BAGIAN AHLI WARIS BAGIAN DASAR HUKUM

WARISAN WARISAN

UNTUK
Duda/Suami Tidak ada anak 1/2 (zf) QS An Nisa Pasal 179
pewaris/ keturunan ayat 12

SUAMI DAN Ada anak


pewaris/keturunan
1/4 (zf) QS An Nisa
ayat 12
Pasal 179

ISTERI Janda/Isteri Tidak ada anak


pewaris/ keturunan
1/4 (zf) QS An Nisa
ayat 12
Pasal 180

Ada anak 1/8 (zf) QS An Nisa Pasal 180


pewaris/keturunan ayat 12
TSULUTSUL BAQI / GARRAWAIN /
UMARIYATAIN

PASAL 177 KHI JO. SEMA NO. 2 tahun 1994


Pasal 177 KHI >< QS
An-NISA AYAT 11

• Terdapat ketidak-sesuaian ketentuan Pasal 177 KHI dengan


ketentuan dalam al Qur’an surah An Nisa ayat 11
• QS An Nisa: 11
“… Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang
meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal)
tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-
bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. ….”
• Pasal 177 KHI
Ayah mendapat sepertiga bagian bila pewaris tidak
meninggalkan anak, bila ada anak, ayah mendapat
seperenam bagian
Penjelasan MA dalam SEMA No. 2 Tahun 1994

Pasal 177 KHI


jo SEMA No. 2
Tahun 1994
Mahkamah Agung memberikan penjelasan bahwa
maksud Pasal 177 tersebut, ialah Ayah mendapat
sepertiga bagian bila pewaris tidak
meninggalkan anak, tetapi meninggalkan suami
dan ibu, bila ada anak, ayah mendapat seperenam
bagian.
Tsulutsul Baqi atau Garrawain atau
Umariyatain à SYSTEM Patrilineal

• Ijtihad Umar bin Khattab


• Tsulutsul baqi adalah 1/3 dari sisa à mempertahankan kedudukan ayah agar tetap lebih besar dari ibu
(2 : 1)
• Penghitungan tsulutsul baqi hanya untuk kasus berikut.
• Pewaris meninggalkan ayah, ibu, dan duda
• Pewaris meninggalkan ayah, ibu, dan janda
• Tsulutsul baqi adalah untuk ibu
SEMA No. 2 Tahun 1994 yang
menjelaskan isi Pasal 177 KHI
mengikuti ketentuan tsulutsul baqi
atau garawain atau umariyatain yang
Tsulutsul dianut dalam system patrilineal
Baqi dalam
KHI Isi Pasal 178 ayat (2) KHI juga
menguatkan tsulutsul baqi yang
berkaitan juga dengan Pasal 177
KHI dan SEMA No. 2 Tahun 1994
Ibu mendapat sepertiga bagian dari
sisa sesudah diambil oleh janda
atau duda bila bersama-sama
dengan ayah

PASAL 178
AYAT (2) KHI
Maka: Pasal 177 KHI jo. Pasal 178 ayat
(2) KHI berlaku hanya untuk kasus:
Pewaris tidak meninggalkan Pewaris tidak meninggalkan
anak, tetapi meninggalkan anak, tetapi meninggalkan
ayah, ibu, dan suami ayah, ibu, dan isteri
Kasus a à tsulutsul baqi

Pewaris à ayah, ibu, suami/duda


Bagian warisan
Suami/duda = 1/2 zf (Pasal 179 KHI dan QS 4: 12)
Sisa = 1 – 1/2 = 1/2
Ibu = 1/3 x 1/2 (sisa) = 1/6 zf (Pasal 178 ayat (2) KHI dan QS 4: 11
jo. Ijtihad Umar bin Khattab tentang tsulutsul baqi)
Ayah = sisa à Sisa = 1 – (1/2 + 1/6) = 6/6 – (3/6 + 1/6) = 2/6 =
1/3 zf (Pasal 177 KHI jo SEMA No. 2 Tahun 1994) atau ash/abn
(QS 4: 11)

Pengecekan:
Suami/duda + Ibu + Ayah = 1
1/2 + 1/6 + 1/3 = 1

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


Kasus b à tsulutsul baqi

Pewaris à ayah, ibu, isteri/janda


Bagian warisan
Isteri/janda = 1/4 zf (Pasal 180 KHI dan QS 4: 12)
Sisa = 1 – 1/4 = 3/4
Ibu = 1/3 x 3/4 (sisa) = 1/4 zf (Pasal 178 ayat (2) dan QS 4: 11 jo.
Ijtihad Umar bin Khattab tentang tsulutsul baqi)
Ayah = sisa à Sisa = 1 – (1/4 + 1/4) = 4/4 – (1/4 + 1/4) = 2/4 = ½
ash (Pasal 177 KHI jo SEMA No. 2 Tahun 1994 dan QS 4: 11)

Pengecekan:
Janda + Ibu + Ayah = 1
1/4 + 1/4 + 1/2 = 1
Sistem kewarisan Islam bilateral tidak
Bagaimana menggunakan tsulutsul baqi
Penyelesaian
Kasus Bagian warisan Ibu tetap dihitung dari
Tsulutsul Baqi seluruh harta, bukan dari sisa harta yang
dalam sudah diberikan kepada duda atau janda
SYSTEM
Bilateral? Bagian warisan ayah adalah sisa sebagai
zul qarabat
RADD
RADD
• Radd adalah pengembalian sisa harta
warisan secara berimbang / proposional
kepada para ahli waris
RUKUN RADD

1. Ahli waris seluruhnya zul faraid


2. Terdapat sisa
3. Tidak ada ahli waris asabah /
zul qarabat

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


Al-Qur’an: al-Anfal: 75
• “...Orang-orang yang mempunyai hubungan
darah (ulul-arham) sebahagiannya lebih dekat
(lebih berhak) atas sebahagiannya di dalam
kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
DASAR Mengetahui segala sesuatu.”

HUKUM Hadis Nabi saw:


RADD • Seorang anak perempuan datang
menghadap Nabi saw untuk menanyakan
status jariyah (budak) yang telah ia berikan
kepada ibunya dan beberapa hari kemudian
ibunya wafat. Nabi menjawab: “Kamu berhak
mendapat pahala dan budak itu kembali
kepadamu melalui warisan.”
Radd dalam • Apabila dalam pembagian harta warisan di
antara para ahli waris dzawil furud

Pasal 193 menunjukkan bahwa angka pembilang lebih


kecil dari angka penyebut, sedangkan tidak

KHI ada ahli waris asabah, maka pembagian


harta warisan tersebut dilakukan secara radd,
yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli
waris sedang sisanya dibagi berimbang di
antara mereka
Perbandingan Ketentuan Radd

KHI jo BUKU II
PATRILINEAL BILATERAL
PPTAPA
Ahli waris yang berhak Semua ahli waris zawil Jika ahli waris terdiri
menerima radd adalah furud, termasuk suami dari dzawil furud dan
•Ahli waris zawil furud dan isteri, berhak jumlah bagian ahli waris
karena hubungan DARAH menerima radd (sesuai kurang dari nilai 1 (satu),
saja (nasabiyah) dengan pendapat maka dilakukan radd.
Ahli waris zawil furud Usman bin ‘Affan: qiyas Radd tidak berlaku
karena hubungan kepada ‘aul). untuk janda dan duda.
semenda tidak berhak
menerima radd à
JANDA dan DUDA
CONTOH KASUS RADD

◦ Ayah = 1/6 zf QS 4: 11d


◦ Ibu = 1/6 zf QS 4: 11d
◦ Istri = 1/8 zf QS 4: 12e
◦ 1 anak perempuan = ½ zf QS 4: 11c
◦ Pengecekan:
◦ 1/6 + 1/6 + 1/8 + ½ =
◦ 4/24 + 4/24 + 3/24 + 12/24 = 23/24 à ada
sisa!
◦ Sisa = 1 – 23/24 = 1/24 à radd
Penyelesaian Radd menurut Sistem Bilateral

◦ Cara menghitung 1 ◦ Cara menghitung 2


◦ Radd diberikan kepada ayah, ibu, isteri, dan ◦ Dikurangi dengan mengurangi angka
1 anak perempuan dengan perbandingan penyebut menjadi sama dengan angka
◦ Ayah : ibu : isteri : 1 anak perempuan pembilang, yaitu:
◦ 4 : 4 : 3 : 12 ◦ 4/24 + 4/24 + 3/24 + 12/24 = 23/24 à menjadi
◦ 4/23 + 4/23 + 3/23 + 12/23 = 23/23 = 1
◦ Ayah = 1/6 + (4/23 x 1/24) = 96/552
◦ Maka bagian warisan:
◦ Ibu = 1/6 + (4/23 x 1/24) = 96/552
◦ Ayah = 4/23
◦ Isteri = 1/8 + (3/23 x 1/24) = 72/552 ◦ Ibu = 4/23
◦ 1 anak perempuan = ½ + (12/23 x 1/24) ◦ Isteri = 3/23
= 288/552 ◦ 1 anak perempuan = 12/23
◦ Pengecekan
◦ 96/552 + 96/552 + 72/552 + 288/552 =
552/552 = 1
Penyelesaian Radd menurut Patrilineal dan
KHI

◦ Dikurangi dengan mengurangi angka penyebut ◦ Maka bagian warisan:


menjadi sama dengan angka pembilang, yaitu:
◦ Ayah = 21/120
◦ 4/24 + 4/24 + 3/24 + 12/24 = 23/24
◦ Ibu = 21/120
◦ Isteri tidak mendapat radd! ◦ Isteri = 1/8 = 15/120
◦ Maka, yang mendapatkan radd hanya ayah, ibu, dan ◦ 1 anak perempuan = 63/120
1 anak perempuan dengan perbandingan
◦ Ayah : ibu : 1 anak perempuan ◦ Pengecekan
◦ 21/120 + 21/120 + 15/120 + 63/120 =
◦ 4 : 4 : 12 = 1 : 1 : 3 120/120 = 1
◦ Ayah = 1/6 + (1/5 x 1/24) = 21/120
◦ Ibu = 1/6 + (1/5 x 1/24) = 21/120
◦ 1 anak perempuan = ½ + (3/5 x 1/24) = 63/120
‘AWL
‘AWL

‘Awl adalah pengurangan kelebihan harta


warisan secara berimbang kepada para ahli
waris

Seluruh ahli waris (baik zawil furud


karena hubungan nasab maupun zawil
furud karena hubungan semenda)
dikurangi bagiannya secara
berimbang/proporsional
RUKUN ‘AWL

1. Seluruh ahli waris adalah zawil furud


2. Jumlah seluruh bagian waris ahli waris adalah lebih dari 1
(satu) atau tekor

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


DASAR HUKUM ‘AWL

Pendapat Ali bin Abi Thalib


• Ketika Ali bin Abi Thalib di atas mimbar di Mesjid Kufah, seseorang bertanya kepadanya
tentang masalah waris yaitu seseorang meninggal meninggalkan ayah, ibu, tiga anak
perempuan, dan isteri. Kemudian, beliau menjawab agar bagian isteri diberikan
sepersembilan

Kitab Undang-Undang Hukum Waris Mesir Pasal 15


• Apabila bagian-bagian ashabul furudh melebihi harta peninggalan, harta peninggalan
dibagi antar mereka, menurut perbandingan bagian-bagian mereka dalam mempusakai

Pasal 192 KHI


• Apabila dalam pembagian harta warisan di antara para ahli warisnya Dzawil furud
menunjukkan bahwa angka pembilang lebih besar dari angka penyebut, maka angka
penyebut dinaikkan sesuai dengan angka pembilang, dan baru sesudah itu harta warisnya
dibagi secara aul menurut angka pembilang.
CONTOH KASUS ‘AWL

• Ayah = 1/6 zf (Pasal 177 KHI dan QS 4: 11)


• Ibu = 1/6 zf (Pasal 178 ayat (1) KHI dan QS 4: 11)
• Suami = 1/4 zf (Pasal 179 KHI dan QS 4: 12)
• 2 anak perempuan = 2/3 zf (Pasal 176 KHI dan QS 4: 11)

• Pengecekan:
• 1/6 + 1/6 + 1/4 + 2/3 =
• 2/12 + 2/12 + 3/12 + 8/12 = 15/12 à ‘awl à Pasal
193 KHI
Penghitungan ‘Awl à
KHI = Patrilineal = Bilateral
•Harus dikurangi secara berimbang dengan menambah angka
penyebut menjadi sama dengan angka pembilang.
•1/6 + 1/6 + 1/4 + 2/3 =
•2/12 + 2/12 + 3/12 + 8/12 = 15/12 à ‘awl à 15/12
menjadi 15/15

•2/15 + 2/15 + 3/15 + 8/15 = 15/15 = 1

•Bagian warisan masing-masing ahli waris adalah


•Ayah = 2/15
•Ibu = 2/15
•Isteri = 3/15
•2 anak perempuan = 8/15 à dibagi dua untuk masing-
masing anak perempuan
KASUS

Selesaikan kasus kewarisan berikut ini dengan membuat gambar kasus


kewarisan dan menghitung bagian warisan masing-masing ahli waris.
1. A (Pewaris) meninggalkan ibu (B), seorang suami (C), seorang cucu laki-laki
(D) dan cucu perempuan (E) melalui anak perempuan (F) yang sudah
meninggal, dan seorang cucu perempuan (G) melalui anak laki-laki (H)
yang sudah meninggal. Pewaris memiliki utang sebesar Rp50juta dan harta
peninggalan sebesar Rp530juta.
2. A (Pewaris) meninggalkan ayah (B), ibu (C), seorang isteri (D), seorang anak
perempuan (E), seorang cucu laki-laki (F) melalui anak perempuan (G)
yang sudah meninggal, dan seorang cucu laki-laki (H) melalui anak laki-laki
(I) yang sudah meninggal.
TERIMA KASIH
HUKUM KEKELUARGAAN DAN KEWARISAN ISLAM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

BAGIAN
WARISAN CUCU
CONTENT
PENGERTIAN CUCU

BAGIAN WARIS CUCU

PERHITUNGAN BAGIAN
WARISAN CUCU
PENGERTIAN KHI
CUCU
• Cucu adalah keturunan laki-laki maupun perempuan baik
melalui anak laki-laki maupun anak perempuan
• Dasar hukum: Pasal 174, Pasal 185, dan Buku II PPTAPA

Sistem Kewarisan Islam Bilateral


• Cucu adalah keturunan laki-laki maupun perempuan baik
melalui anak laki-laki maupun anak perempuan

Sistem Kewarisan Islam Patrilineal


• Cucu (laki-laki/perempuan) adalah keturunan laki-laki maupun
perempuan melalui anak laki-laki
• Cucu melalui anak perempuan à ZAWIL ARHAM
CUCU DALAM GOLONGAN AHLI WARIS

1 2 3
KHI : Cucu termasuk Golongan Bilateral : Cucu termasuk Patrilineal : Cucu berkedudukan
Ahli Waris Pengganti dan dapat Golongan Mawali dan dapat sebagai diri sendiri atau Ahli
termasuk Golongan Zul Faraid termasuk Golongan Zul Faraid Waris Langsung seperti anak
atau Ashabah atau Zul Qarabat dan dapat termasuk Golongan
Zul Faraid atau Ashabah
PASAL
185 KHI
1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari
pada si pewaris maka kedudukannya dapat
digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang
tersebut dalam Pasal 173.
2) Bagian bagi ahli waris pengganti tidak boleh
melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat
dengan yang diganti.
BUKU II PPTAPA

• Keturunan dari anak mewarisi bagian yang digantikan


• Ahli waris pengganti mewarisi bagian yang digantikannya dengan ketentuan tidak
melebihi bagian ahli waris yang sederajat dengan ahli waris yang diganti
• Apabila ahli waris pengganti terdiri dari laki-laki dan perempuan, laki-laki mendapat
bagian dua kali bagian perempuan
PERHITUNGAN
BAGIAN
WARISAN CUCU
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY
CONTOH KASUS 1
I. Ahli waris adalah isteri (A) dan cucu laki-laki (C) melalui anak
laki-laki (B) yang telah meninggal lebih dulu dari Pewaris
A
II. Zul Faraid adalah A; Ashabah adalah C sebagai Ahli Waris
Pengganti dari B
B
III. A = 1/8 (Pasal 180 KHI / QS An Nisa : 12)
Sisa = 1 – 1/8 = 7/8
C C mendapat bagian warisan sebesar yang digantikan yaitu B
(Buku II PPTAPA) maka harus dihitung lebih dulu bagian B.
B = sisa = 7/8 à untuk C
Maka, C = 7/8 (Pasal 185 KHI jo Buku II PPTAPA)
CONTOH KASUS 2
C B I. Ahli waris adalah suami (A), ibu (B), ayah (C), dan dua cucu perempuan (E dan F) melalui anak laki-laki (D)
yang telah meninggal lebih dulu dari Pewaris

A II. Zul Faraid adalah A, B, C, dan E F; E dan F adalah Ahli Waris Pengganti dari D: Ashabah adalah D

III. A = 1/4 (Pasal 179 KHI/ QS An Nisa : 12)


D B = 1/6 (Pasal 178 (1) KHI / QS An Nisa : 11)
C = 1/6 (Pasal 177 KHI / QS An Nisa : 11)

E dan F mendapat bagian warisan sebesar yang digantikan yaitu D (Buku II PPTAPA), maka harus dihitung
lebih dulu bagian D
E F Sisa = 1 – (A + B + C) = 1 – (1/4 + 1/6 + 1/6) = 1 – 7/12 = 5/12
D mendapat sisa = 5/12 (Pasal 176 KHI / QS An Nisa : 7)

E dan F = 2/3 à dihitung dari sisa (bagian D) à 2/3 x 5/12 = 10/36


Terdapat sisa = 5/12 – 10/36 = 5/36 à RADD (Radd hanya untuk E dan F dibagi proporsional)

Maka E dan F masing-masing mendapat 5/24


CONTOH KASUS 3
I. Ahli waris adalah suami (A), anak laki-laki (C), seorang cucu laki-laki (D) dan
A seorang cucu perempuan (E) melalui anak perempuan (B) yang telah meninggal
lebih dulu dari Pewaris
C B
II. Zul Faraid adalah A; Ashabah adalah C dan B; Ahli Waris Pengganti adalah D dan
E sebagai Ashabah menggantikan B

III. A = 1/4 (Pasal 179 KHI / QS An Nisa : 12)


D E Sisa = 3/4 à untuk C dan B
C:B=2:1
C = 2/3 x 3/4 = 6/12
B = 1/3 x 3/4 = 3/12 à untuk D dan E
CONT’D
A = 1/4 à Sisa = 3/4
A C:B=2:1
C = 2/3 x 3/4 = 6/12
B = 1/3 x 3/4 = 3/12 à untuk D dan E
C B D dan E mendapat bagian warisan sebesar yang digantikan dan tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris
yang sederajat dengan yang digantikan yaitu B (Pasal 185 KHI jo Buku II PPTAPA)

D : E = 2 : 1 à dihitung dari bagian warisan B


D = 2/3 x 3/12 = 6/36
D E E = 1/3 x 3/12 = 3/36

D tidak boleh lebih besar dari C à 6/36 < 6/12


E tidak boleh lebih besar dari C à 3/36 < 6/12

Pengecekan:
A + C + D + E = 1/4 + 6/12 + 6/36 + 3/36 = 1
CONTOH KASUS 4
I. Ahli waris adalah anak perempuan (A) dan cucu laki-laki (B) melalui anak laki-laki (C) yang
telah meninggal lebih dulu dari Pewaris

II. Zul Faraid tidak ada; Ashabah adalah A dan C; Ahli Waris Pengganti adalah B sebagai
ashabah menggantikan C
C A
III. A : C = 1 : 2
A = 1/3
B C = 2/3 à untuk B

B tidak boleh lebih besar dari A (Pasal 185 KHI jo Buku II PPTAPA)

2/3 > 1/3

Bagaimana cara menyelesaikannya?


Penyelesaian menurut KHI

CONTOH
TAHAP 1
E = 1/6
F = 1/8
Sisa = 1 – (1/6 + 1/8) = 17/24 à diberikan kepada anak-anak KASUS 5
Pewaris A, B, dan D

TAHAP 2 E
A : B : D = 2 : 1 : 2 (Pasal 176 KHI)
A = 2/5 x 17/24 (sisa) = 34/120
B = 1/5 x 17/24 (sisa) = 17/120 F
D = 2/5 x 17/24 (sisa) = 34/120 à diberikan kepada C,
maka C = 34/120 A B
Besar bagian warisan C tidak boleh lebih besar dari A D
34/120 = 34/120 ✅ C
Besar bagian warisan C tidak boleh lebih besar dari B
34/120 > 17/120 ❌

Bagaimana cara menyelesaikannya?


PERSOALAN BAGIAN CUCU
SEBAGAI AHLI WARIS PENGGANTI
• Ketentuan Pasal 185 ayat (2) KHI dan Buku II PPTAPA TIDAK SESUAI bahwa
• Keturunan dari anak mewarisi bagian yang digantikan
• Ahli waris pengganti mewarisi bagian yang digantikannya dengan ketentuan tidak melebihi bagian ahli
waris yang sederajat dengan ahli waris yang digantikan
• Apabila ahli waris pengganti terdiri dari laki-laki dan perempuan, laki-laki mendapat bagian dua kali
bagian perempuan
• Ditemukan kasus-kasus bahwa cucu yang melebihi bagian ahli waris yang sederajat dengan
ahli waris yang diganti
• KHI dan Buku II PPTAPA tidak memberi jalan keluar
• Maka, SOLUSI menghitung bagian warisan cucu, yaitu menggunakan:
• Sistem kewarisan Islam Bilateral, dan
• Sistem Kewarisan Islam Patrilineal
BAGIAN WARISAN CUCU
DALAM SISTEM KEWARISAN
ISLAM BILATERAL
BAGIAN WARIS CUCU - BILATERAL

Cucu termasuk golongan Besar bagian warisan cucu


Dasar Hukum: QS An Nisa ayat
mawali dan termasuk adalah sebesar bagian warisan
Kelompok Keutamaan Kesatu, yang digantikan yang dihitung
33
mewaris bersama ayah, ibu, dengan cara bagian warisan
dan janda atau duda anak
CARA PENGHITUNGAN BAGIAN
WARISAN CUCU:
Hitung lebih dulu bagian warisan anak yang digantikan oleh
cucu, seolah-olah masih hidup

Bagian warisan cucu dihitung dari bagian warisan anak yang


digantikan oleh cucu

Hitung bagian warisan cucu dengan cara bagian warisan


anak

Apabila ada radd (sisa) diberikan kepada cucu dari anak yang
digantikan tersebut saja
CONTOH
I. Ahli waris adalah C dan D
II. C dan D adalah ahli waris pengganti. C sebagai zul qarabat dan
D sebagai zul faraid
III. Perhitungan:
Hitung bagian warisan A dan B terlebih dulu, seolah-olah
A B masih hidup
A:B=2:1
C D A = 2/3 à untuk C
B = 1/3 à untuk D
C = sisa = seluruh bagian warisan A yaitu 2/3
D = 1/2 x 1/3 = 1/6
Sisa = 1/3 – 1/6 = 1/6 à radd untuk D saja
Maka D mendapat 1/6 (sebagai zul faraid) dan 1/6 (sebagai
radd)
BAGIAN
WARISAN CUCU
DALAM SISTEM
KEWARISAN
PATRILINEAL
• Dasar hukum:
• Hadis Zaid bin Tsabit
• Hadis Ibnu Mas’ud à takmilah
Cucu dapat termasuk golongan zul faraid atau
BAGIAN

golongan ashabah
WARIS CUCU - • Cucu menjadi ahli waris langsung (eigen
PATRILINEAL hoofde), bukan ahli waris pengganti
(plaatsvervuling)
• Cucu melalui anak perempuan (zul arham) tidak
menjadi ahli waris apabila masih ada ahli waris
zul faraid dengan hubungan darah dan ashabah
1. HADIS ZAID BIN TSABIT
• Anak laki-laki punyaanak-anak, sepangkat dengan anak-anak, jikasi mati tidak meninggalkan
anak, yaitu yanglaki-laki samadengan laki-laki; dan yang perempuan samadengan perempuan.
Mereka jadi waris sebagaimana anak-anak jadi waris. Mereka jadi hajiib sebagaimana anak-
anak jadi hajiib; dan anak laki-laki punyak anak laki-laki tidak dapat warisan selama ada anak
laki-laki. Jika si mati meninggalkan anak perempuan dan seorang cucu laki-laki, maka anak itu
mendapat separoh dan selebihnya untuk cucu laki-laki.
GARIS HUKUM a. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki menempati tempat
HADIS ZAID BIN anak laki-laki, kalua tidak ada anak laki-laki dan tidak ada
TSABIT anak perempuan
b. Cucu perempuan melalui anak laki-laki menempati
tempat anak perempuan, kalua tidak ada anak laki-laki
dan tidak ada anak perempuan
c. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki yang menempati
tempat anak laki-laki kalua tidak ada anak laki-laki dan
tidak ada anak perempuan itu mewaris dan menghijab
sama seperti anak laki-laki
d. Cucu perempuan melalui anak laki-laki yang menempati
tempat anak perempuan kalau tidak ada anak laki-laki
dan tidak ada anak perempuan itu mewaris dan
menghijab sama seperti anak perempuan
GARIS
HUKUM e. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki tidak
mewaris kalau ada anak laki-laki. Cucu
HADIS ZAID perempuan melalui anak laki-laki juga tidak
BIN TSABIT mewaris jika ada anak laki-laki
f. Kalau ahli waris terdiri atas seorang anak
perempuan dan seorang cucu laki-laki
melalui anak laki-laki, maka anak
perempuan memperoleh 1/2 harta
peninggalan, dan cucu laki-laki melalui
anak laki-laki memperoleh sisa
2. HADIS IBNU
MAS’UD: TAKMILAH
• Abdullah bin Mas’ud: Rasulullah saw pernah
hukumkan untuk seorang anak perempuan
1/2, dan untuk cucu perempuan 1/6 untuk
mencukupkan 2/3 (takmilatas-sulusaini), dan
selebihnya untuk saudara perempuan
GARIS
HUKUM a. Untuk seorang anak perempuan 1/2
Untuk cucu perempuan 1/6 untuk mencukupkan
HADIS IBNU
b.
2/3 (takmilatas-sulusaini)
MAS’UD c. Selebihnya untuk saudara perempuan

Catatan:
Jika jumlah anak perempuan 2 atau lebih maka
cucu perempuan tidak mendapat bagian warisan
karena 2/3 sudah diberikan kepada anak-anak
perempuan
PENYELESAIAN
KASUS 4 & 5
CONTOH KASUS 4
I. Ahli waris adalah anak perempuan (A) dan cucu laki-laki (B) melalui anak laki-laki (C) yang
telah meninggal lebih dulu dari Pewaris

II. Zul Faraid tidak ada; Ashabah adalah A dan C; Ahli Waris Pengganti adalah B sebagai
ashabah menggantikan C
C A
III. A : C = 1 : 2
A = 1/3
B C = 2/3 à untuk B

B tidak boleh lebih besar dari A (Pasal 185 KHI jo Buku II PPTAPA)

2/3 > 1/3

Bagaimana cara menyelesaikannya?


CONT’D

C A Menggunakan ketentuan dalam Hadis Zaid bin Tsabit

A = 1/2 (Pasal 176 KHI / QS An Nisa ayat 11)


B B = bagian terbuka atau sisa = 1/2 (H. Zaid bin Tsabit)

B tidak boleh lebih besar dari A(Pasal 185 KHI jo Buku II PPTAPA)

B = Aè 1/2 = 1/2
Penyelesaian menurut KHI

TAHAP 1 CONTOH
E = 1/6
F = 1/8 KASUS 5
Sisa = 1 – (1/6 + 1/8) = 17/24 à diberikan kepada anak-
anak Pewaris A, B, dan D
E
TAHAP 2
A : B : D = 2 : 1 : 2 (Pasal 176 KHI)
A = 2/5 x 17/24 (sisa) = 34/120 F
B = 1/5 x 17/24 (sisa) = 17/120
D = 2/5 x 17/24 (sisa) = 34/120 à diberikan kepada C, A B
maka C = 34/120
D
Besar bagian warisan C tidak boleh lebih besar dari A C
34/120 = 34/120 ✅

Besar bagian warisan C tidak boleh lebih besar dari B


34/120 > 17/120 ❌
TAHAP 3
Pasal 185 KHI, C tidak boleh lebih dari B
34/120 > 17/120 CONT’D
Maka, keluarkan dulu bagian A = 34/120
Sisa = 17/24 – 34/120 = 51/120 à dibagikan
kepada B dan C sesuai Hadis Zaid bin Tsabit E

B = 1/2 x 51/120 = 51/240 F


Sisa = 51/120 – 51/240 = 51/240 à untuk C
A B
Maka, besar bagian warisan masing-masing ahli
waris adalah: D
A = 68/240 C
B = 51/240
C = 51/240
E = 40/240
F = 30/240
KASUS

Buat gambar kasus kewarisan berikut ini dan selesaikan


pembagian warisannya!
•Pewaris meninggalkan ibu, isteri, seorang saudara laki-laki sekandung,
dua orang saudara perempuan seibu, dan seorang saudara laki-laki
seayah
•Pewaris meninggalkan suami dan tiga orang saudara perempuan seayah
•Pewaris meninggalkan ayah, ibu, isteri, seorang saudara perempuan
sekandung, dan seorang saudara laki-laki seibu
TERIMA KASIH
WASSALAM
BAGIAN
WARIS
SAUDARA

HUKUM KEKELUARGAAN DAN


KEWARISAN ISLAM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS


INDONESIA
ISI
• Pengertian Kalalah

• Dasar Hukum Bagian Warisan Saudara dalam al Qur’an

• Perubahan Ketentuan Bagian Warisan Saudara

• Bagian Warisan Saudara

• Penghitungan Bagian Warisan Saudara


PENGERTIAN KALALAH
• Saudara tampil menjadi ahli waris apabila Pewaris KALALAH
• Bilateral-Hazairin
Kalalah adalah pewaris tidak meninggalkan anak laki-laki dan anak
perempuan beserta keturunannya baik laki-laki maupun perempuan
• Patrilineal-Syafi’I
Kalalah adalah pewaris tidak meninggalkan anak laki-laki, cucu (keturunan)
laki-laki melalui anak laki-laki, dan ayah telah meninggal lebih dulu dari
pewaris
• KHI merupakan penggabungan dari pengertian kalalah menurut system
kewarisan Islam Bilateral-Hazairin dan system kewarisan Islam Patrilineal-
Syafi’i
Kalalah adalah pewaris meninggal tanpa meninggalkan anak/keturunan dan
ayah telah meninggal lebih dulu dari pewaris (Pasal 181 & 182 KHI)
CONT’D
Saudara dalam kelompok ahli waris:
• Kelompok Derajat Ketiga: mewaris bersama janda/duda, kakek nenek pihak
ayah, dan kakek nenek pihak ibu
• Kelompok Keutamaan Kedua: mewaris bersama janda/duda, ayah, dan ibu
DASAR HUKUM: QS An Nisa ayat 12 garis hukum
g dan h
g. Jika ada seorang laki-laki atau seorang perempuan diwarisi secara punah (kalalah),
sedangkan baginya ada seorang saudara laki-laki atau seorang saudara perempuan, maka
setiap mereka itu memperoleh seperenam

h. Jika ada seorang laki-laki atau seorang perempuan diwarisi secara punah (kalalah),
sedangkan baginya ada saudara-saudara yang jumlahnya lebih dari dua orang, maka
mereka bersekutu (syaraka) untuk sepertiga
DASAR HUKUM: QS An Nisa
ayat 176
a. Mereka minta fatwa kepada engkau hai Muhammad
(mengenai kalalah), katakanlah bahwa Allah memberi fatwa
kepada kamu mengenai (arti) kalalah itu ialah jika seseorang
celaka (meninggal dunia) tidak ada baginya walad (atau
mawali walad)
b. Kalau bagi orang yang meninggal kalalah itu ada seorang
saudara perempuan, maka bagi saudara perempuan itu
seperdua harta peninggalannya
c. Kalau bagi orang yang meninggal kalalah itu ada saudara
laki-laki, maka saudara laki-laki itu yang mewarisi seluruh
hartanya
DASAR HUKUM: QS An Nisa
ayat 176
d. Kalau bagi orang yang meninggal kalalah itu ada saudara
perempuan dua orang (atau lebih) maka bagi keduanya
(bagi mereka) dua pertiga harta peninggalan
e. Dan jika bagi orang yang meninggal kalalah itu ada
saudara-saudara yang terdiri atas laki-laki dan perempuan,
maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua
orang saudara perempuan
f. Allah menerangkan ketentuan tersebut kepada kamu agar
kamu tidak tersesat (mengenai pengertian kalalah dan
pembagian warisan apabila terjadi pewarisan dalam hal
kalalah itu), dan Allah itu mengetahui segala sesuatunya
BAGIAN WARIS
SAUDARA DALAM KHI
• Bagian waris untuk saudara dalam KHI à Pasal 181
dan Pasal 182
• Isi ketentuannya mengikuti ketentuan menurut
system kewarisan Islam Patrilineal-Syafi’i yaitu:
• Pasal 181 à sama dengan QS An Nisa ayat
12 untuk Saudara Seibu
• Pasal 182 à sama dengan QS An Nisa ayat
176 untuk Saudara Sekandung dan
Saudara Seayah
• Dengan adanya Yurisprudensi dan Buku II PPTAPA,
ketentuan bagian waris untuk saudara berubah
yaitu tidak membedakan saudara sekandung,
saudara seayah, dan saudara seibu à dianut dalam
system kewarisan Bilateral-Hazairin
PERUBAHAN KETENTUAN
BAGIAN SAUDARA DALAM BUKU
II PPTAPA
• PASAL 181 digunakan untuk
• Jika ibu masih hidup
• Berlaku untuk semua saudara (sekandung, seayah, dan
seibu)

• PASAL 182 digunakan untuk


• Jika ibu sudah meninggal lebih dulu dari pewaris
• Berlaku untuk semua saudara (sekandung, seayah, dan
seibu)
BAGIAN WARISAN SAUDARA à IBU MASIH HIDUP

AHLI WARIS BAGIAN WARISAN DASAR HUKUM


Saudara perempuan 1 1/6
orang
Saudara lelaki 1 orang 1/6 Pasal 181 KHI dan Buku II
PPTAPA / QS An Nisa ayat
12
Dua atau lebih saudara 1/3 bersyarikah
laki-laki dan/atau
perempuan
BAGIAN WARISAN SAUDARA à IBU SUDAH MENINGGAL

AHLI WARIS BAGIAN WARISAN DASAR HUKUM


Saudara perempuan 1 1/2
orang
Saudara perempuan 2/3 bersama Pasal 182 KHI dan
dua orang atau lebih Buku II PPTAPA / QS
Saudara laki-laki Bagian terbuka/sisa An Nisa ayat 176
Saudara laki-laki dan 2 : 1 dari bagian
saudara perempuan terbuka/sisa
Keterangan Pasal 181 KHI jo Pasal 182 KHI jo
PPTAPA / QS An Nisa: PPTAPA / QS An Nisa:
12 176

Penggunaan Ibu masih hidup Ibu sudah meninggal lebih


dulu dari Pewaris

Satu saudara 1/6 1/2


PERBANDINGAN perempuan
BAGIAN Dua saudara 1/3 bersyarikah 2/3
perempuan atau lebih
WARISAN
SAUDARA Satu saudara laki-laki 1/6 Sisa

DALAM KHI jo. Saudara laki-laki lebih 1/3 bersyarikah Sisa


dari satu
BUKU II PPTAPA Saudara laki-laki dan 1/3 bersyarikah Sisa = 2:1
saudara perempuan
AHLI WARIS BAGIAN DASAR
WARISAN HUKUM
Ibu à jika ada 1/3
seorang saudara
BAGIAN atau tidak ada
saudara Pasal 178 ayat
WARISAN IBU (1) KHI / QS An
BERDASARKAN Ibu à jika ada dua 1/6 Nisa ayat 11
atau lebih saudara
JUMLAH pewaris
SAUDARA
Hajib dan Mahjub
Saudara dalam KHI jo
PPTAPA
• HAJIB à Saudara (sekandung, seayah,
dan seibu) menghijab paman dan bibi
pihak ayah dan ibu beserta keturunannya

• MAHJUB à Saudara dihalangi oleh anak


laki-laki dan keturunannya, anak
perempuan dan keturunannya, dan ayah

• Saudara mewaris bersama kakek, nenek,


janda/duda, dan ibu
KASUS 1

Gambar dan selesaikan dua kasus kewarisan berikut


ini dengan para Ahli Waris:
a. Ibu dan Seorang Saudara Sekandung Laki-laki

b. Ibu, Dua Saudara Laki-laki Sekandung dan Dua

Saudara Perempuan Sekandung


KASUS 2

a b

A B C D E F A B C

c d

E B A D F E B A C D F
TUGAS
Baca ketentuan Hibah dan Wasiat dalam KHI, KHES, dan Buku II PPTAPA
TERIMA KASIH
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai