Anda di halaman 1dari 16

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini mengenai Faktor Resiko Yang Melatarbelakangi

Terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Majalaya Kabupaten

Bandung Tahun 2017 dengan jumlah sampel sebanyak 297 kasus.

a.1.1 Distribusi Frekuesi Kejadian Asfiksia Neonatorum

Berdasarkan Faktor Resiko Ibu Di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung Tahun 2017

Tabel 4.1 Klasifikasi berdasarkan faktor resiko ibu

No. Faktor Ibu Frekuensi Persentase


1. Anemia
Ya (anemia ringan, sedang, berat) 2 0,6%
Tidak 295 99,4%
Jumlah 297 100%
2. Hipertensi
Ya 4 1,3%
Tidak 293 98,7%
Jumlah 297 100%
3. Preeklampsi/Eklampsi
Ya (PER, PEB, Eklampsi) 42 14,1%
Tidak 255 85,9%
Jumlah 297 100%
4. Hipotensi
Ya 0 0%
Tidak 297 100%
Jumlah 297 100%

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hanya sebagian kecil

yaitu 42 kasus atau 14,1% bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
55

yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ibu. Sebagian besar yaitu 255

kasus atau 85,9% ibu tidak mengalami faktor resiko.

a.1.2 Distribusi Frekuesi Kejadian Asfiksia Neonatorum

Berdasarkan Faktor Resiko Janin Di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung Tahun 2017

Tabel 4.2 Klasifikasi berdasarkan faktor resiko janin

No. Faktor Janin Frekuensi Persentase


1. Usia kehamilan
Beresiko (prematuritas, serotinus) 37 12,4%
Tidak beresiko (aterm) 260 87,6%
Jumlah 297 100%
2. Kehamilan multipel
1. Ya 5 1,7%
2. Tidak 292 98,3%
Jumlah 297 100%
3. Persalinan buatan
Ya (ekstraksi vakum, forceps, 163 54,9%
sectio caesarea)
Tidak 134 45,1%
Jumlah 297 100%
4. Presentasi
Malpresentasi (bokong/sungsang) 33 11,1%
Presentasi kepala 264 88,9%
Jumlah 297 100%
5. BBLR
Ya ( <2500 gram) 40 13,5%
Tidak ( ≥2500 gram) 257 86,5%
Jumlah 297 100%
6. Mekonial
Ya 4 1,3%
Tidak 293 98,7%
Jumlah 297 100%
7. Kelainan kongenital
Ya 1 0,3%
Tidak 296 99,7%
Jumlah 297 100%
56

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan dari 297 ibu yang

melahirkan bayi asfiksia berdasarkan faktor resiko janin, dimana

lebih dari setengahnya yaitu 163 kasus atau 54,8% dilatarbelakangi

oleh persalinan buatan yaitu ekstraksi vakum dan sectio caesarea.

a.1.3 Distribusi Frekuesi Kejadian Asfiksia Neonatorum

Berdasarkan Faktor Resiko Plasenta Di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung Tahun 2017

Tabel 4.3 Klasifikasi berdasarkan faktor resiko plasenta

No. Faktor Plasenta Frekuensi Persentase


1. KPD
Ya 156 52,5%
Tidak 141 47,5%
Jumlah 297 100%
2. Plasenta previa
Ya 20 6,7%
Tidak 277 93,3%
Jumlah 297 100%
3. Solutio plasenta
Ya 0 0%
Tidak 297 100%
Jumlah 297 100%
4. Prolapse tali pusat
Ya 0 0%
Tidak 297 100%
Jumlah 297 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan dari 297 ibu yang

melahirkan bayi asfiksia berdasarkan faktor resiko plasenta,

dimana lebih dari setengahnya yaitu 156 kasus atau 52,5%

dilatarbelakangi oleh KPD.


57

a.2 Pembahasan

a.2.1 Faktor Resiko Ibu Yang Melatarbelakangi Terhadap Kejadian

Asfiksia Neonatorum Di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung

Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuesi kejadian asfiksia

neonatorum berdasarkan faktor resiko ibu di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung tahun 2017 dimana anemia sebanyak 3 kasus

atau 0,6%, hipertensi sebanyak 4 kasus atau 1,3%,

preeklampsi/eklampsi sebanyak 42 kasus atau 14,1% dan hipotensi

yaitu 0 kasus atau 0%. Dimana berdasarkan faktor resiko diatas

preeklampsi/eklampsi mempunyai frekuensi terbanyak dibanding

faktor resiko lainnya, walaupun berdasarkan analisis univariate,

faktor resiko preeklampsi/eklampsi hanya sebagian kecil (14,1%)

yang melatarbelakangi terhadap kejadian asfiksia neonatorum.

Pada preeklamsi terjadi penurunan cardiac output akibat

vasospasme pembuluh darah sehingga menyebabkan kerusakan

endotel yang mengakibatkan gangguan keseimbangan antar kadar

hormon, vasokonstriktor (endotelin, tromboksan, angiostensin) dan


58

vasodilator (nitritoksida dan prostasiklin), serta gangguan pada

sistem pembekuan darah. Preeklampsi yang tidak cepat terdeteksi

dapat berkembang menjadi eklampsi. Preeklampsi yang semakin

buruk dapat memengaruhi otak dan menyebabkan kejang atau

koma.(23)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Oktaviana Heriyanti tentang Hubungan Antara Preeklampsia Berat

Dengan Asfiksia Perinatal di RSUD Dr. Moerwardi Surakarta dari

bulan Agustus-Oktober 2008. Dimana hasil penelitiannya

memperlihatkan bahwa dari ibu yang menderita preeklampsi berat

terdapat bayi yang mengalami asfiksia hanya sebagian kecil yaitu 8

kasus dari 39 atau (20,51%).

Hasil analisis peneliti dimana antara hasil penelitian ini,

jurnal dan teori sudah sejalan karena antara penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh

Oktaviana Heriyanti diatas memiliki kesamaan, diantaranya dari

segi teknik sampling, cara ukur dan alat ukur yang sama-sama

menggunakan purposive random sampling dengan cara ukur

ceklist dan alat ukur berupa lembar ceklist.

Sementara tidak terdapatnya hasil yang signifikan pada

penelitian ini berdasarkan faktor resiko ibu ini bisa dikarenakan

jumlah sampel yang kurang banyak. Kesenjangan ini bisa

disebabkan pula karena faktor risiko asfiksia yang lain seperti


59

sectio caesarea dan KPD. Namun bagaimanapun faktor-faktor

diatas turut menyumbang angka kejadian asfiksia neonatorum

sehingga perlu intervensi untuk hal tersebut, diantaranya melalui

deteksi dini pada saat antenatal care.

a.2.2 Faktor Resiko Janin Yang Melatarbelakangi Terhadap

Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuesi kejadian asfiksia

neonatorum berdasarkan faktor resiko janin di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung tahun 2017 dimana usia kehamilan beresiko

sebanyak 37 kasus atau 2,4%, kehamilan multipel sebanyak 5

kasus atau 1,7%, persalinan buatan sebanyak 163 kasus atau 54,9%

dan malpresentasi (sungsang) yaitu 33 kasus atau 11,1%, BBLR

sebanyak 40 kasus atau 13,5%, mekonial sebanyak 4 kasus atau

1,3%, dan kelainan kongenital sebanyak 1 kasus atau 0,3%.

Dimana berdasarkan faktor resiko diatas persalinan buatan

mempunyai frekuensi terbanyak dibanding faktor resiko lainnya.

Adapun menurut Manuaba, pada persalinan buatan

memungkinkan adanya penggunaan alat-alat medis yang dapat

menyebabkan trauma dan perdarahan intra kranial pada bayi dan

menghambat sirkulasi oksigen. Demikian halnya dengan neonatus

yang dilahirkan dengan sectio caesarea, tidak mendapat manfaat

dari pengeluaran cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga


60

mengalami gangguan pernafasan yang lebih persistan. Kompresi

toraks janin pada persalinan kala II mendorong cairan untuk keluar

dari saluran pernafasan. (42)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Winda Maolinda tentang Hubungan Persalinan Tindakan Dengan

Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr. H. Moch. Ansari

Saleh Banjarmasin dari bulan Juli-Desember 2014. Dimana hasil

penelitian didapatkan bahwa lebih dari setengah persalinan

tindakan yaitu sebanyak 289 kasus dari 413 atau (70%)

menyebabkan asfiksia neonatorum.

Hasil analisis peneliti dimana antara hasil penelitian ini,

jurnal dan teori sudah sejalan karena antara penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh

Winda Maolinda diatas memiliki kesamaan, diantaranya dari segi

tempat, cara ukur dan alat ukur yang sama-sama tempat

penelitiannya di RSUD sebagai tempat rujukan, kemudian cara

ukur menggunakan ceklist dan alat ukur berupa lembar ceklist.

Sectio caesarea merupakan pilihan terakhir untuk

menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan dan atau

persalinan kritis. Meskipun demikian dari pembahasan di atas

dapat di simpulkan bahwa persalinan buatan sectio caesarea

adalah penyumbang terbanyak asfiksia neonatorum berdasarkan


61

faktor resiko janin. Maka dari itu diharapkan seorang bidan dengan

keterampilannya, pada masa ANC dapat melakukan deteksi dini

dan pemantauan seperti melalui stiker P4K serta pada masa

persalinan dengan keterampilannya yang kompeten.

a.2.3 Faktor Resiko Plasenta Yang Melatarbelakangi Terhadap

Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.3 distribusi frekuesi kejadian asfiksia

neonatorum berdasarkan faktor resiko plasenta di RSUD Majalaya

Kabupaten Bandung tahun 2017 dimana KPD sebanyak 156 kasus

atau 52,5%, plasenta previa sebanyak 20 kasus atau 6,7%, dan

solutio plasenta dan prolapse tali pusat yang sama-sama 0 kasus

atau 0%. Dimana berdasarkan faktor resiko diatas KPD

mempunyai frekuensi terbanyak dibanding faktor resiko lainnya.

Ketuban pecah dini bisa menyebabkan terjadi 3 hal, salah

satunya adalah infeksi maternal. Infeksi dapat menyebabkan

terbentuknya sel gram negative, lalu berintegrasi dan menghasilkan

suatu endotoksin yang kemudian menyebabkan terjadinya

vasospasmus yang kuat pada vena, akibatnya terjadi perembesan

cairan dari ruangan vascular keruang ekstravaskular sehingga

volume darah yang beredar kurang. Ketuban pecah dini bisa

membuat bayi mengalami trauma dan mendapatkan tekanan yang


62

berlebihan selama dalam rahim. Ketuban pecah dini juga dapat

menyebabkan terjadinya persalinan premature.(20)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lia Lismiati tentang Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan

Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD PKU Muhammadiyah

Bantul Yogyakarta Periode 2010-2012. Dimana hasil penelitian

mengenai asfiksia neonatorum menunjukkan bahwa terdapat 21

bayi dari 27 bayi atau 72,4% mempunyai riwayat persalinan

dengan ketuban pecah dini.

Hasil analisis peneliti dimana antara hasil penelitian ini,

jurnal dan teori sudah sejalan karena antara penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Lia

Lismiati diatas memiliki kesamaan, diantaranya dari segi

pendekatan, cara ukur dan alat ukur yang sama-sama menggunakan

pendekatan retrospective dengan cara ukur ceklist dan alat ukur

berupa lembar ceklist.


63

BAB V

PENUTUP

a.1 Kesimpulan

Penelitian ini mengenai faktor resiko yang melatarbelakangi

terhadap kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Majalaya tahun 2017,

kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Berdasarkan faktor resiko ibu sebagian besar kejadian asfiksia

neonatorum dilatarbelakangi oleh preeklampsi/eklampsi sebanyak 42

kasus atau 14,1%.

2. Berdasarkan faktor resiko janin sebagian besar kejadian asfiksia

neonatorum dilatarbelakangi oleh persalinan buatan (ekstraksi vacum,

forceps, sectio caesarea) sebanyak 163 kasus atau 54,9%.

3. Berdasarkan faktor resiko plasenta sebagian besar kejadian asfiksia

neonatorum dilatarbelakangi oleh KPD sebanyak 156 kasus atau

52,5%.

a.2 Saran

a.2.1 Bagi RSUD Majalaya


64

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat menjadi

referensi untuk tenaga kesehatan terkait khususnya bidan, sehingga

faktor resiko yang melatarbelakangi terhadap kejadian asfiksia

neonatorum dapat diketahui sejak masa antepartum dan diharapkan

pula penanganan pada asfiksia neonatorum dapat ditingkatkan lagi,

agar bayi asfiksia dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

a.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi referensi dan menjadi bahan

informasi dalam upaya mendeteksi dini kejadian asfiksia

neonatorum berdasarkan berbagai faktor resiko. Dan sebagai bahan

bacaan dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam pembuatan laporan

tugas akhir sehingga bisa menghasilkan laporan tugas akhir yang

lebih baik.

a.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan menjadi

bahan kajian terutama mengenai kejadian asfiksia neonatorum

berdasarkan berbagai faktor resiko dan lebih mengembangkannya

lagi, sehingga peneliti selanjutnya bisa menghasilkan penelitian

yang lebih baik.


65

DAFTAR PUSTAKA

1. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat KKR. 2017 [updated 28 Agustus

2017; cited 2017 15 Oktober]. Capaian Kinerja Kemenkes RI Tahun 2015-

2017 Jakarta: Kementerian Koordinataor Bidang Kemaritiman RI; Available

from: http://maritim.go.id/capaian-kinerja-kemenkes-ri-tahun-2015-2017/.

2. Kamaludin A. 2016 [updated 25 November 2016; cited 2017 15 Oktober].

Meski Menurun, Angka Kematian Bayi di Indonesia Masih Tinggi Jakarta:

KatadaNewsandResearch;Availablefrom:http://googleweblight.com/?

lite_url=http://databoks.katada.co.id/datapublish/2016/11/25/

meskimenurunamhakematianbayidiindonesiamasihtinggi&ei=iU9ZyWfT&Ic=

idID&s=1&m=827&host=www.google.co.id&ts=1508165015&sig=ANTY_L

0b2dlpRcewMa6nEzwhq3J3O7-sxw#a-release-katada.

3. Asshidiq SF. 2016 [updated 1 Desember 2016; cited 2017 21 Oktober]. Angka

Kematian Ibu dan Bayi di Jabar Tertinggi Bandung: Pikiran Rakyat; 30

November 2016:[Available from: http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-

raya/2016/12/01/angka-kematian-ibu-dan-bayi-di-jabar-tertinggi-386404.
66

4. Ali K Alhadar IA, Hanifah Oswari, Endang Windiastuti. 2010;12:196.

Korelasi Nilai Apgar Menit Kelima Kurang dari Tujuh dengan Kadar

Transaminase Serum pada Bayi Baru Lahir.

5. Kartin. 2017 [cited 2017 1 Desember 2017]. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir:

EvhyCucunyaAbodini;Availablefrom: http://www.scribd.com/doc/181261660.

6. Manik MRD. 2017 [cited 2017 23 Oktober]. Juli 2017: Analisis Deskriptif

Kasus Asfiksia Bayi Baru Lahir Berdasarkan Data Rekam Medis Di Bangsal

Perinatologi Rumah Sakit Panti Wilasa DR. Cipto Semarang Tahun2017

Semarang: Made Relo Dewi Manik; [Available from:

http://mahasiswa.dinus.ac.id/docs/skripsi/abstrak/19998.pdf.

7. Deni. 2017. p. 4. Angka morbiditas dan mortalitas asfiksia RSUD Kelas B

Majalaya Januari 2017-Agustus 2017. In: Astriyani R, editor. Januari-Oktober

2017 ed. Bandung: Rekam Medik.

8. Tom Lissauer AAF. 2013. Selayang Neonatologi 2ed. Jakarta: PT Indeks.

9. Seri Warzukni DD, Sri Rahayu Sanusi. 2015;III No.5:6. Kejadian Analisa

Kematian Bayi Dengan Asfiksia Di RSUD dr. Fauziah Di Kabupaten Bireuen

Tahun 2015. Kesehatan Almuslim.

10. Nasrawati EEW. 2016:5. Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Provinsi Sulawesi Tenggara.

11. Indrayani MEUD. 2013. 459 p. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta: CV. Trans Info Medika.


67

12. Wiwit Desi Intarti LP, Restu Ika Pradani. 2016;8:13. Efektifitas Muscle

Pumping Dalam Meningkatkan Score Apgar Pada Bayi Baru Lahir Dengan

Asfiksi Jurnal Kebidanan.

13. Haifa S. 2014 [cited 2017 18 November]. Asfiksia Pada Neonatus Jakarta:

WordPress.com;Availablefrom:https://www.google.co.id/amp/s/haifashofura.

wordpress.com/2014/05/09/asfiksiapadaneonatus2/amp/#ampshare=https://

haifashofura.wordpress.com/2014/05/09/asfiksia-pada-neonatus-2/.

14. Prambudi. 2013. Neonatologi Praktis. Bandar Lampung: Anugrah Utama

Raharja.

15. Saifuddin. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

16. Sukmadinata. 2013. 317 p. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

17. Furchan. 2013. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset.

18. Notoatmodjo S. 2012 November. 243 p. Metodologi Penelitian Kesehatan.

613.072, editor. Jakarta: Rineka Cipta.

19. Sugiyono. 2008. 334 p.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

20. Hamil.co.id. 2017 [cited 2017 18 November ]. 10 Penyebab Asfiksia Pada

Bayi Baru Lahir Paling Sering Jakarta: Majalah Hamil Online; Available

from: https://hamil.co.id/bayi/sakit/penyebab-asfiksia-pada-bayi-baru-lahir
68

21. Ningrum YP. 2015:6. Hubungan Tekanan Darah Pada Ibu Dengan Asfiksia

Neonatorum Di RSU DR. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto.

22. Latifah U. 2014:9. Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Pada Menit Ke-5 Di RSU

Kardinah Tegal (Stusi Kasus Bayi Asfiksia Lahir oleh Bidan).

23. Latifaa S. 2015 [cited 2017 27 Oktober ]. Faktor Yang Mempengaruhi

Asfiksia Available from: https://sitilatifaaa.wordpress.com/2015/12/17/faktor-

yang-mempengaruhiasfiksia/#ampshare=https://sitilatifaaa.wordpress.com/

2015/12/17/faktor-yang-mempengaruhi-asfiksia/.

24. Fanny F. 2015;4:6. Sectio Caesarea Sebagai Faktor Resiko Kejadian Asfiksia

Neonatorum. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

25. Hubungan Antara Persalinan Sungsang Dengan Kejadian Asfiksia di RSUD

Cianjur Tahun 2013 [Internet]: Sebastiana Jempormase. 2013. [cited 2017 29

Oktober]. Available from: http://anajem.blogspot.co.id/2014/08/hubungan-

antara-persalinan-sungsang.html?m=1.

26. Agustini S. 2013:13. Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Dengan

Kejadian Asfiksia Di RSU PKU Muhamadiyah Bantul Tahun 2013.

27. Harlinda. 2012. [cited 2017 27 Oktober ]. Kelainan Kongenital dan Asfiksia

Pada Bayi [Internet]. Jakarta: Harlinda. Available from:

http://harlindalinda.blogspot.co.id/2012/11/makalahkelainankongenital.html?

m=0.

28. Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Jakarta :Rineka Cipta.

29. Sastroasmoro S. 2011. 519 p. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi

ke-4 2011 ed. Jakarta: CV. Sagung Seto.


69

30. Ari Setiawan S. 2010 Februari. 236 p. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII,

DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.

31. Martono N. 2010. Metode Penelitian Kuantifatif. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Anda mungkin juga menyukai