Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 3

ACUAN DAN PERANCAH

Oleh

Devita Candraningtyas
2035201105
TRPPBS-B

DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL


FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
❖ MACAM - MACAM PRACETAK ACUAN PERANCAH

➢ JHS Column Slab

JHS Column Slab adalah sebuah kolom beton precast yang dibuat dan
dipatenkan oleh PT JHS Piling System (lisensi) dan J.H. Simanjuntak sebagai
pemegang paten, yang merupakan perusahaan spesialis dalam pembuatan
beton precast struktural yang berdiri pada tahun 1982 di Indonesia.
Untuk sistem kolomnya sendiri, JHS Piling System memiliki desain
kolom yang telah dipatenkan dengan sambungan yang unik dan memiliki
bentang yang lebih besar daripada beton precast pada umumnya. JHS
Column Slab menggunakan beton kualitas K-500, sehingga ketebalan dan
berat dapat berkurang tanpa mengurangi kekuatan.
Gambar 1.1 Building Technology PT.JHS Precast
3D Animation of Beam, Column, Slab, and Footing
https://youtu.be/NA3PMfaGspo
Video ini menampilkan Animasi 3D Beam, Column, Slab dan Footing. Balok
adalah elemen horizontal yang digunakan untuk menahan tegangan lentur, kolom
adalah elemen vertikal yang digunakan untuk menahan tegangan tekan, Slab
adalah elemen lentur yang digunakan untuk menahan tegangan lentur.

Types of Slab https://youtu.be/S-arIq5un7U


Video ini menunjukkan berbagai jenis pelat dan sub-tipenya. Ada tiga jenis pelat
utama sementara masing-masing jenis utama memiliki sub-tipenya. Pelat adalah
komponen struktur lentur horizontal seperti komponen struktur yang mampu
menerima beban baik tekan maupun tarik.

➢ JASUBAKIM System
Jasubakim System, termasuk dalam kategori pracetak sistem komposit
hybrid berbentuk langka. Yang mengkombinasikan antara monolit,
konvensional, formwork, dan pracetak. Komponen pracetak ini selain bersifat
struktur juga berfungsi sebagai formwork (acuan) dan perancah yang akan
mempermudah saat pengecoran di tempat.
Pada tahun 1998 metode sambungan ini dikembangkan oleh
perusahaan BUMN yaitu PT.Istaka Karya yang selanjutnya bertindak sebagai
pemegang hak lisensi tunggal. Setelah melalui tahap pengujian dan uji coba
tahun 1998, produk Sistem Jasubakim telah digunakan pada pembangunan
Rumah Susun di Kawasan Industri Pulau Batam tahun 2000, 2002, 2003 dan
Rumah Susun Desa Begalon, Surakarta 2004.
Untuk perihal sambungannya metoda yang digunakan adalah metoda
las pada titik kumpulnya. Komponen dengan sistem ini terdiri dari kolom,
balok U, dan Pelat U. Penggunaan sistem ini bisa diterapkan pada rumah
susun, sekolah, rumah sakit, pertokoan, dll.

Gambar 2.1 Sistem Sambungan Beton Precast


Pengelompokan sambungan secara umum dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a. Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban
(beban vertikal) akibat beban sendiri dari komponen.
b. Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban beban
yang selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu.
c. Sambungan di mana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi
persyaratan lain seperti : kekedapan air & kekedapan suara.
d. Sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata mata menyediakan
ruang gerak untuk pemasangan.

Gambar 2.2 Sambungan

Proses Konstruksi Beton Precast https://youtu.be/OSXFSardO_c


Video ini menampilkan metode pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan
metode beton precast. Mulai dari fabrikasi plat lantai, kolom struktur, dan balok.
Lalu persiapan dan perletakan kolom, balok, dan pelat termasuk sambungan
beton precast hingga pengecoran.

➢ RPC System
PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WIKA Beton) untuk kesekian kalinya
kembali mempersembahkan material beton inovasi berupa Reactive Powder
Concrete (RPC) yang merupakan hasil penelitian antara WIKA Beton dengan
Institut Teknologi Bandung (ITB). Bertempat di Ruang Senat Fakultas Teknik
Sipil dan Lingkungan ITB, Direktur Utama WIKA Beton Ir. Hadian Pramudita
menandatangani perjanjian paten bersama dengan Dekan Fakultas Teknik
Sipil dan Lingkungan ITB Prof. Ir. Ade Sjafruddin, M.Sc., Ph.D. pada Kamis
(21/12). Penelitian yang dimulai sejak tahun 2014 ini membuahkan hasil
Reactive Powder Concrete (RPC) atau Beton Bubuk Reaktif (BBR).
RPC ini merupakan suatu jenis beton yang tidak menggunakan agregat
kasar (split), dan terdiri dari campuran material berukuran mikro, sehingga
meningkatkan homogenitas, kekompakan, dan durabilitas beton, serta
memiliki kinerja yang tinggi. RPC mengandung silika yang bereaksi pada
suhu tinggi (pada saat proses pembuatan) sehingga mempercepat
peningkatan kuat tekan beton. RPC ini dikembangkan dengan kondisi
material di Indonesia.

Gambar 3.1 Contoh RPC Gambar 3.2 Plat RPC

RPC Mixing, CMPS +Inverter https://youtu.be/5BWQgxx3g5o


Video ini menampilkan proses pengadukan untuk RPC (beton bubuk reaktif)
menggunakan mixer planetary intensif CMPS.

RPC Reactive Powder Concrete https://youtu.be/lcadp2tLYP8


Video ini menampilkan penjelasan mengenai RPC (beton bubuk aktif) berikut
dengan material pembentuk RPC, prinsip yang digunakan, sifat mekanis dan
durabilitas, hingga keunggulan dan kelemahannya.

➢ RJP System
RJP ( Rigid Joints Precast) adalah metode sambungan pada beton
yang bersifat kaku atau rigid. Pada pada dasarnya pemilihan metode
penyambungan dalam sebuah proyek konstruksi dipengaruhi oleh beberapa
hal seperti:

● Sistem struktur: sebuah kerangka bangunan yang terbentuk dari kolom


tanpa adanya sambungan di sepanjang kolom tersebut biasanya
dengan ketinggian tidak lebih dari 30 meter. Hal ini disebabkan oleh
berat komponennya sendiri. Apabila panjang dari kolom tersebut
bertambah, maka secara otomatis beratnya juga akan bertambah.
Apabila hal ini terjadi, maka tentu saja dibutuhkan peralatan dengan
kapasitas angkat yang lebih besar. padahal belum tentu juga peralatan
tersebut tersedia. Dengan begitu, dimensi ukuran pada komponen pracetak
sangat tergantung dari peralatan yang ada di daerah di mana lokasi proyek
tersebut berada.
● Metode Erection: dalam melakukan penyatuan komponen-komponen
beton pracetak dikenal ada dua metode erection. Metode tersebut
adalah metode vertikal dan horizontal. Metode vertikal merupakan
penyatuan komponen pracetak dari arah vertikal ke atas. Dengan
begitu, sambungan-sambungan yang dilakukan haruslah segera
berfungsi secara efektif. Hal ini karena akan segera menerima dan
menyalurkan beban yang dipikul. Berbeda untuk metode horizontal
sendiri bisa dibilang sebagai cara yang mampu memberikan
kelonggaran waktu sebelum sambungan tersebut menerima beban.
Dengan begitu, pemilihan alat sambungan ini tentunya sangat
dipengaruhi oleh metode erection yang akan digunakan.
Di sisi lain sebuah sambungan pastinya diharapkan bisa membantu
dalam menyalurkan beban yang bekerja dengan sempurna. Hal ini baru bisa
dicapai jika sambungan tersebut bersifat kaku atau rigid.

Gambar 4.1 Contoh RJP System

Structural Joints in Precast Concrete https://youtu.be/uiQzx1YFOBs


Video ini menampilkan dan membahas mengenai berbagai jenis sambungan
yang mungkin terjadi ketika elemen beton pracetak digunakan. Sambungan
menentukan keberhasilan sistem struktural. Hubungan antara:
1) Kolom ke Kolom
2) Kolom ke Balok
3) Balok ke Lantai Slab

➢ KML Sistem
Sistem KML ( Kolom Multi Lantai ) adalah Sistem beton pracetak yang
memberikan percepatan pelaksanaan, karena komponen precast kolom
dapat dicetak dan dierection langsung untuk 2 s/d 5 lantai, sehingga dapat
menghemat waktu dalam pelaksanaan erection komponen kolom Komponen
utama sistem KML adalah Kolom, Half Beam dan Half Slab pada sistem KMl
merupakan RC Keunggulan utama sistem KML :
• Lebih terjamin kelurusannya ( ketegakan nya) as kolom
• Integritas antar komponen lebih baik.
Gambar 5.1 Contoh KML System

STRUKTUR KOLOM! Cara Menyambungkan Tulangan Kolom yang Benar!


Model Sambungan Tulangan Kolom https://youtu.be/zOq92hc4djs
Video ini menampilkan bagaimana bentuk dari sambungan tulangan kolom
dengan lantai diatasnya berikut cara dan modelnya yang benar.

➢ LMC System
LMC merupakan singkatan dari Less Moment Connection. Sistem ini
merupakan sistem struktur rangka terbuka. Pada sistem ini sambungan tidak
di titik kumpul, sifat yang paling dekat dengan sistem monolit. Sistem ini
fleksibel dalam tata ruang selain itu dimensi dari komponen pada sistem ini
mudah untuk di modifikasi. Material yang dipakai dalam memproduksi
komponen struktur pracetak Sistem Less Moment Connection mengikuti
standar acuan yang terdapat dalam ASTM, NI-8.
Komponen :
• Kolom (R/C)
• Balok (R/C)
• Half Slab (R/C) atau Hollow Core Slab (P/C)
• Sambungan: grouting dan topping

Sambungan tidak di titik kumpul, sifat paling dekat dengan sistem


monolit Kecepatan pelaksanaan sedang :

• Komponen pekerjaan cast in situ masih cukup signifikan


• Jumlah komponen cukup banyak
Fleksibel dalam tata ruang :

• Sistem rangka terbuka : dinding fleksibel


• Dimensi komponen mudah untuk dimodifikasi Track Record
• Efisiensi struktur terbaik dari sistem yang menggunakan 3 komponen
• Jumlah tipe komponen dan tipe cetakan akan lebih banyak dari sistem
lain karena adanya komponen joint dan lokasi penyambungan yang harus
di tempat momen terkecil
• Kapasitas produksi 2000 unit/tahun

Gambar 6.1 Contoh LMC System

➢ T-Cap System
Sistem struktur pada rumah susun modul dirancang untuk
menggunakan sistem struktur pracetak dengan komponen-komponennya
yang disiapkan secara fabrikasi. Sistem struktur pada rumah susun modul
merupakan modul struktur dengan tiga komponen utama, yaitu komponen
kolom T, komponen balok, dan komponen plat ditambah dengan sistem join.
Komponen kolom T memiliki ukuran dengan ketebalan 15 cm, tinggi T
60 cm, flans 30 cm kiri dan kanan, sehingga ukuran total bersih adalah 75 x
75, tinggi kolom T adalah 2.40 m, dengan bahan beton yang direncanakan
adalah fc’ 30 MPa. Serta baja tulangan pokok BJTD Æ 13 dan tulangan
sengkang BJTP Æ 8, dengan ketentuan jarak sesuai BUKU 4 tentang
Spesifikasi Teknis Komponen Sistem Struktur Pracetak T-Cap”. Pada bagian
atas kolom disiapkan lubang stek dengan kedalaman 60 cm untuk kebutuhan
join antara kolom-kolom serta balok, bagian kolom bawah terdapat stek dari
BJTD Æ 19 dengan panjang stek 1.00 m, dengan perhitungan 40 cm berada
dalam balok dan 60 cm masuk kedalam stek kolom yang berada dibawahnya.
Komponen balok dengan dimensi penampang 15 x 40 terdiri dari dua
tipe masing masing tipe memiliki dua buah ukuran panjang. Balok tipe
pertama berfungsi untuk memikul beban plat lantai sehingga pada bagian
atasnya disiapkan kupingan dengan lebar tumpuannya 5 cm kiri kanan
sehingga lebar balok bagian atas menjadi 25 cm dan penampang bagian
bawah tetap 15 cm, balok tipe ini memiliki kombinasi panjang 5.00 m, 1.50 m,
dan 1.20 m. balok tipe dua dengan ukuran sama tetapi tanpa kupingan, tipe
ini memiliki ukuran panjang 2.40 m dan 3.00 m untuk balok tepi yang
berfungsi sebagai listplat.
Komponen plat lantai merupakan komponen-komponen yang terdiri dari
plat dengan sistem dua tumpuan memiliki bentuk trapesium, ketebalan plat 10
cm dengan ukuran luas plat 0.60m x 3.00 m, modul ukuran ini sangat
memungkinkan menggunakan ukuran kombinasi dari kelipatannya. Sistem
plat memiliki kemungkinan menggunakan komponen pracetak dari produk
yang telah jadi. Sistem join memiliki bentuk T dengan ketebalan tinggi T 25
cm sehingga membentuk kepala yang membesar pada kolomnya, sistem join
dengan sistem stek dan cor setempat dengan menggunakan semen grouting
dan injection pada hubungan stek, sehingga terhindar dari proses penyusutan
pada sistem joinnya.

Gambar 7.1 Contoh T-Cap System

Gambar 7.2 Contoh T-Cap System

Anda mungkin juga menyukai