Anda di halaman 1dari 138

SISTEM AKUNTANSI PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN

HARGA PEROLEHAN KURANG DARI SERATUS JUTA PER UNIT PADA


PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN (PPPGL)
BANDUNG

Laporan PKL
Diajukan untuk memenuhi kelulusan matakuliah Praktek Kerja Lapangan pada Program
Studi D3 Akuntansi

Oleh:

Dzikra Nabilah Halim (3.16.3.048)

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


POLITEKNIK POS INDONESIA
BANDUNG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

SISTEM AKUNTANSI PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN


HARGA PEROLEHAN KURANG DARI SERATUS JUTA PER UNIT PADA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN (PPPGL)
BANDUNG

Diterima dan disetujui untuk diseminarkan

Bandung, Mei 2019


Pembimbing

( Riani Tanjung, SE., M.Si., Ak., CA.)


NIK: 116.85.202

Mengetahui:

Pembimbing Lapangan Koordinator PKL

( Ir. Nur Adi Kristanto, MT.) ( Christine Riani Elisabeth, SE., MM. )
NIP. 196606171994031001 NIK. 117.79.221
LEMBAR PENGESAHAN

SISTEM AKUNTANSI PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN


HARGA PEROLEHAN KURANG DARI SERATUS JUTA PER UNIT PADA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN (PPPGL)
BANDUNG

Telah diperiksa, direvisi, dan diseminarkan


Pada tanggal………………………..

PENGUJI:

1.

2.

Bandung,…………………….

Mengetahui:

Ka. Prodi D3 Akuntansi Pembimbing

( Y. Casmadi, SE., MM.) ( Riani Tanjung, SE., M.Si., Ak., CA.)


NIK: 101. 66. 022 NIK: 116.85.202
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang dilaksanakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
Bandung dengan tepat waktu.

Laporan PKL mahasiswa/i Program Studi D3 Akuntansi pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung dibuat dengan tujuan agar mahasiswa
dapat melaporkan segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia kerja.

Dengan selesainya penulisan laporan PKL ini, penulis menyampaikan terimakasih


kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Agus Purnomo, MT. Selaku Direktur Utama Politeknik Pos Indonesia.
2. Bapak Y Casmadi, SE., MM. selaku Kepala Program Studi D3 Akuntansi Politeknik
Pos Indonesia yang telah berkenan memberikan izin dalam penyusunan laporan ini.
3. Ibu Christine Riani Elisabeth, SE., MM. Selaku Koordinator PKL Program Studi D3
Akuntansi yang telah memberi arahan untuk pelaksanaan PKL.
4. Ibu Riani Tanjung, SE., M.Si., Ak., CA. selaku dosen pembimbing dalam menyusun
laporan ini.
5. Bapak Ir. Nur Adi Kristanto, MT. pembimbing di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan (PPPGL).
6. Bapak Oha selaku staff kepegawaian di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan (PPPGL).
7. Bapak Dwi selaku staff sekretariat PPK di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan (PPPGL).
8. Bapak Hendro selaku Kasubag keuangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan (PPPGL).
9. Ibu Yanti Komalasari, S. Kom. selaku bagian keuangan aktiva tetap atau Barang Milik
Negara (BMN) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL).
10. Bapak Asep Wahyu selaku bagian gudang yang menjadi sumber informasi sistem
yang penulis bahas dalam laporan PKL ini.

i
11. Karyawan dan karyawati Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan PKL.
12. Seluruh keluarga besar terutama orang tua dan keluarga yang selalu memberikan
dukungan moril maupun materil dalam penyusunan laporan PKL.
13. Sahabat-sahabat terdekat penulis terutama Isna sebagai teman yang melakukan PKL di
tempat yang sama yang selalu memberikan semangat.
14. Teman-teman kelas D3 Akuntansi 3B yang memberi semangat selama PKL sampai
penyusunan Laporan PKL ini selesai.

Karena kebaikan dan kebijakan beliau-beliau ini maka penulis dapat menyelesaikan
laporan PKL ini semoga kebaikan dan jasa-jasa beliau mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi rekan –
rekan mahasiswa/i dan pembaca sekaligus demi menambah pengetahuan tentang PKL.

Bandung, Mei 2019

Penulis

Dzikra Nabilah Halim

ii
RINGKASAN
Dzikra Nabilah Halim, 2019, Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik Negara dengan
Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada Kantor Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung, Laporan
Praktek Kerja Lapangan, Program Studi D-3 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia
Bandung. Pembimbing: Riani Tanjung, SE., M.Si., Ak., CA.

Kata kunci: Sistem, Penghapusan Barang Milik dengan Harga Perolehan Kurang dari
Seratus Juta per Unit, Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan (PPPGL) Bandung.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung merupakan


salah satu lembaga pemerintahan di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Energi
dan Sumber Daya yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan geologi
kelautan. Dalam menjalani kegiatan operasionalnya PPPGL memerlukan BMN atau aset
tetap. Pengelolaan aset tetap harus dilakukan berdasarkan UU yang berlaku mulai dari
pemanfaatannya sampai ketika BMN tersebut sudah tidak efektif lagi untuk digunakan.
Ketika BMN sudah tidak efektif lagi untuk digunakan maka harus dilakukan pelaporan
untuk segera dilakukan penghapusan BMN.
Dari PKL yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa pelaksanaan penghapusan
BMN di Pusat penelitian dan pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung dimulai
dari pembentukan panitia yang dilakukan berdasarkan laporan barang rusak, mengajukan
usulan penghapusan BMN, persetujuan penghapusan BMN oleh ESDM, pelelangan oleh
KPKNL, dan yang terakhir adalah proses penghapusan BMN dari daftar pengguna barang
dan/atau kuasa pengguna barang.Sistem akuntansi penghapusan BMN pada Pusat
Penelitian dan pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung telah dilaksanakan
dengan baik karena telah dilakukan pemisahan tanggung jawab, tugas dan wewenang
masing-masing dalam struktur organisasi, pemisahan fungsi yang terkait dalam sistem,
dokumen yang memadai, catatan akuntansi yang digunakan sesuai dengan Undang-Undang
yang berlaku. Tetapi, proses persetujuan penghapusan yang memakan waktu cukup lama
perlu dievaluasi kembali oleh pihak yang bersangkutan sehingga tidak menghambat
kegiatan operasional PPPGL dan menambah biaya yang harus dikeluarkan.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


RINGKASAN ...................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang PKL ................................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................ 3
1.3 Maksud dan Tujuan PKL ........................................................................................ 4
1.1.1 Maksud PKL .................................................................................................... 4
1.1.2 Tujuan PKL ..................................................................................................... 4
1.4 Sistematika Pembahasan ......................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................. 7
2.1 Sistem ....................................................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Sistem ............................................................................................. 7
2.1.2 Karakteristik Sistem.......................................................................................... 7
2.2 Sistem Akuntansi ...................................................................................................... 8
2.2.1 Pengertian Sistem Akuntansi ............................................................................ 8
2.2.2 Tujuan Sistem Akuntansi .................................................................................. 9
2.2.3 Unsur-Unsur Sistem Akuntansi ...................................................................... 10
2.3 Prosedur .................................................................................................................. 12
2.3.1 Pengertian Prosedur ........................................................................................ 12
2.3.2 Perbedaan Prosedur dan Sistem ...................................................................... 12
2.4 Fungsi yang Terkait ................................................................................................ 13
2.5 Dokumen ................................................................................................................ 14
2.5.1 Pengertian Dokumen ...................................................................................... 14
2.5.2 Jenis-jenis Dokumen ....................................................................................... 14
2.6 Catatan Akuntansi .................................................................................................. 15

iv
2.7 Jaringan Prosedur ................................................................................................. 155
2.8 Flowchart/bagan alir ............................................................................................ 155
2.9 Sistem Pengendalian Internal ................................................................................. 19
2.9.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal ....................................................... 19
2.9.2 Komponen Sistem Pengendalian Internal ....................................................... 19
2.10 Barang Milik Negara .......................................................................................... 200
2.10.1 Pengertian Barang Milik Negara ................................................................ 200
2.10.2 Jenis-jenis Barang Milik Negara ................................................................ 200
2.10.3 Jenis-jenis Pengelolaan Barang Milik Negara .............................................. 21
2.11 Penghapusan Barang Milik Negara .................................................................... 233
2.11.1 Pengertian Penghapusan Barang Milik Negara ............................................ 24
2.11.2 Pihak yang Melakukan Penghapusan Barang Milik Negara ...................... 277
2.11.3 Syarat Penghapusan Barang Milik Negara ................................................. 277
2.11.4 Jenis-jenis Penghapusan BMN ................................................................... 288
2.11.5 Prosedur Penghapusan Barang Milik Negara ............................................... 29
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................. 32
3.1 Gambaran Umum PPPGL ...................................................................................... 32
3.1.1 Sejarah Singkat PPPGL .................................................................................. 32
3.1.2 Visi dan Misi PPPGL...................................................................................... 33
3.1.3 Logo PPPGL ................................................................................................... 34
3.1.4 Lokasi PPPGL ................................................................................................ 35
3.2 Struktur dan Fungsi Organisasi Perusahaan .......................................................... 35
3.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan ...................................................................... 35
3.2.1 Fungsi Organisasi Perusahaan ........................................................................ 37
3.2.2 Produk PPPGL ............................................................................................... 41
3.3 Deskripsi PKL ........................................................................................................ 42
3.3.1 Fungsi Yang Terkait Dalam Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik
Negara dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung ........... 42
3.3.2 Dokumen Yang Digunakan Dalam Sistem Akuntansi Penghapusan Barang
Milik Negara dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung .. 43
3.3.3 Catatan Akuntansi Yang Digunakan Dalam Sistem Akuntansi Penghapusan
Barang Milik Negara dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per

v
Unit Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
Bandung ......................................................................................................... 46
3.3.4 Jaringan Prosedur Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik Negara
dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung ........... 46
3.3.5 Flowchart/Bagan Alir Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik Negara
dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung ........... 51
3.3.6 Sistem Pengendalian Internal Dalam Sistem Akuntansi Penghapusan Barang
Milik Negara dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung.. 62
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................... 65
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
2.1 Daftar Simbol Bagan Alir Dokumen................................................16

vii
DAFTAR ISTILAH
BA : Berita Acara
Balitbang : Badan Penelitian dan Pengembangan
BMN : Barang Milik Negara
KESDM : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
KPKNL : Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
LBKP : Laporan Barang Kuasa Pengguna
Menkeu : Menteri Keuangan
PPBMN : Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara
PPPGL : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
RB : Rusak Berat
SK : Surat Keputusan
SIMAK : Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi
TUPOKSI : Tugas Pokok dan Fungsi

viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
3.1 Logo PPPGL......................................................................................34
3.2 Struktur Organisasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan ............................................................................................36
3.3 Prosedur Pembentukan Panitia Penghapusan
BMN..................................................................................................51
3.4 Prosedur Penghentian Penggunaan BMN.........................................52
3.5 Prosedur Penghentian Penggunaan BMN (Lanjutan).......................53
3.6 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN..........................................54
3.7 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)........................55
3.8 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)........................56
3.9 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)........................57
3.10 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)........................58
3.11 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)........................59
3.12 Prosedur Penghapusan BMN...........................................................60
3.13 Prosedur Penghapusan BMN (Lanjutan).........................................61

ix
DAFTAR LAMPIRAN
A. Surat Pengantar Praktek kerja Lapangan
B. Surat Penerimaan Praktek Kerja Lapangan
C. Surat Keterangan Telah Melaksanakan PKL
D. Absensi Kehadiran Praktek Kerja Lapangan
E. Formulir Penilaian Praktek Kerja Lapangan
F. Absensi Bimbingan Dosen Pembimbing
G. Laporan Barang Rusak
H. SK Pembentukan Panitia Penghapusan BMN
I. Daftar BMN yang Akan dihapuskan (Belum ada harga taksiran)
J. Laporan Kondisi Barang RB (SIMAK)
K. Daftar Penghentian Penggunaan BMN
L. Daftar BMN yang Akan Dihapuskan (Sudah terdapat harga taksiran)
M. Surat Usulan Penghapusan BMN Beserta Lampiran
N. Surat Permohonan Kepala Badan Litbang ESDM
O. Surat Persetujuan Penjualan BMN Beserta Lampiran
P. Surat Penetapan Hari dan Tanggal Lelang
Q. Surat Pengumuman Lelang
R. Surat Tugas
S. Risalah Lelang Beserta Lampirannya
T. BA Serah Terima
U. SK Penghapusan dari Daftar BMN Beserta Lampiran

x
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PKL
Seiring tingginya kualitas yang dibutuhkan dalam dunia kerja menyebabkan
semakin tinggi juga persaingan antar Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan masuk
dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Maka dari itu, dibutuhkan keterampilan atau
skill yang sangat baik untuk setiap individunya. Untuk menghadapi hal tersebut, pihak
kampus khususnya prodi D3 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia mengadakan program
mata kuliah Praktek Kerja Lapangn (PKL) di akhir semester bagi seluruh
mahasiswanya sebagai salah satu indikator kelulusan tanpa terkecuali untuk melatih
soft skill dan hard skill masing-masing mahasiswa/i serta untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa/i dalam menerapkan ilmu yang telah didapat selama masa
perkuliahan di kelas.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di instansi pemerintah ataupun
swasta bisa memberikan berbagai pengalaman kepada masing-masing individu
sehingga ketika lulus dari Politeknik Pos Indonesia bisa lebih siap menghadapi
persaingan dalam dunia kerja. Dalam hal ini, mahasiswa/i diberikan kebebasan dalam
hal memilih tempat PKL.
Penulis sebagai mahasiswi D3 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia memilih Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) sebagai tempat PKL yang
dilakukan karena pada dasarnya semua kegiatan membutuhkan proses akuntansi atau
keuangan dan orang-orang yang mengerti dalam bidang tersebut. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung adalah instansi pemerintah yang
berada di bawah naungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia (Kementerian ESDM RI) dimana bergerak dalam bidang penelitian dan
pengembangan (litbang) khususnya geologi kelautan, hal tersebut membuat saya
tertarik bagaimana proses akuntansi yang terjadi di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan (PPPGL) karena bukan merupakan instansi yang khusus atau
berkaitan langsung dalam bidang keuangan.
PPPGL memiliki berbagai macam pengelolaan aktiva tetap atau yang disebut
Barang Milik Negara (BMN) salah satunya adalah penghapusan. Peraturan Menteri

1
2

Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.06/2016 Tentang Tata Cara


Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara menyatakan
“Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan
menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola
Barang, Pengguna Barang, dan/ atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab
administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.” Penghapusan
dilakukan ketika terjadi pemusnahan atau pemindahtanganan yang diakibatkan dari
penjualan secara lelang atau tidak.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.06/2016 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara
menyatakan “Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.”
Jenis Barang Milik Negara (BMN) tidak jauh berbeda setiap instansi yaitu,
persediaan,gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, tanah, serta aset lainnya begitu
pula dengan cara pengelolaannya karena sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah
secara detail dan lengkap, sehingga tidak bisa sembarangan mengelolanya. Setiap
Barang Milik Negara (BMN) harus dipertanggungjawabkan pemakaiannya karena
merupakan milik bersama dan untuk kepentingan bersama yaitu masyarakat, negara,
dan instansi yang bersangkutan. Pengelolaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi BMN tersebut karena semua BMN memiliki umur ekonomis yang setiap
tahunnya akan mengalami penyusutan nilai dan manfaat.
Penghapusan BMN merupakan proses terakhir dari proses pengelolaan BMN
dimana merupakan proses yang sangat penting dilakukan karena akan mengurangi
beban yang akan timbul dalam neraca dan catatan atas laporan barang milik negara
pada laporan kuasa pengguna barang semesteran dan tahunan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung khususnya beban pemeliharaan
sehingga dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan dikarenakan barang yang
akan dihapuskan merupakan barang yang sudah tidak layak pakai atau tidak bisa
digunakan secara efektif sehingga bisa memperlambat pekerjaan. BMN yang
dihapuskan harus benar-benar dalam keadaan rusak. Penghapusan yang dimaksud
adalah dihapuskan dari daftar pengguna BMN sehingga tidak akan lagi dibebani pajak
3

dan biaya terhadap BMN tersebut karena sudah berpindah tangan ke pihak lain atau
sudah dihapuskan.
Penghapusan BMN dilakukan karena beberapa hal salah satunya adalah
penghapusan akibat pemindahtanganan karena penjualan secara lelang. Proses
penghapusan memerlukan waktu yang cukup lama dan proses yang panjang yaitu 1
tahun, bahkan tidak menutup kemungkinan penghapusan BMN tidak dilakukan karena
berkas terlalu lama disimpan oleh instansi yang bertanggungjawab dalam hal
menyetujui penghapusan BMN yang mengakibatkan berkas hilang. Hal itu juga
disebabkan terlalu banyak instansi yang mengajukan untuk melakukan penghapusan
BMN. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan dan ketelitian yang matang. BMN
yang akan diajukan untuk penghapusan harus dilakukan pengecekan fisik barang
terlebih dahulu oleh panitia penghapusan BMN PPPGL karena akan berpengaruh pada
penaksiran harga lelang yang akan diajukan kepada pihak yang melakukan lelang
dalam hal ini biasanya dilakukan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) agar ketika di survei kembali oleh KPKNL pengajuan penghapusannya
disetujui sehingga tidak akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Spesifikasi
pembahasan praktek kerja lapangan ini adalah penghapusan BMN dengan harga
perolahan <Rp. 100.000.000/unit barang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas pada Laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) ini dengan judul “Sistem Akuntansi Penghapusan Barang
Milik Negara dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan identifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja fungsi yang terkait dalam Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik
Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus juta per unit Pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung?
2. Apa saja dokumen akuntansi yang digunakan dalam Sistem Akuntansi
Penghapusan Barang Milik Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus juta
per unit Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
Bandung?
4

3. Bagaimana catatan akuntansi yang digunakan dalam Sistem Akuntansi


Penghapusan Barang Milik Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus juta
per unit Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
Bandung?
4. Bagaimana jaringan prosedur Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik Negara
dengan harga perolehan kurang dari seratus juta per unit Pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung?
5. Bagaimana flowchart/bagan alir Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik
Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus juta per unit Pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung?
6. Bagaimana sistem pengendalian internal dalam Sistem Akuntansi Penghapusan
Barang Milik Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus juta per unit Pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan PKL


1.1.1 Maksud PKL
Maksud dari Praktek kerja Lapangan (PKL) antara lain:
1. Menyelesaikan mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai syarat
kelulusan program D3 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia.
2. Melatih keterampilan mahasiswa/i dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
3. Meningkatkan kualitas mahasiswa dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
4. Mengimplementasikan ilmu yang didapat selama proses perkuliahan.
5. Memberikan pengalaman kerja yang belum didapat selama masa perkuliahan.
6. Memperoleh data spesifik mengenai proses penghapusan Barang Milik Negara
(BMN) pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
Bandung.

1.1.2 Tujuan PKL


Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) antara lain:
1. Untuk mengetahui fungsi yang terkait dalam Sistem Akuntansi Penghapusan
Barang Milik Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus juta per unit
Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung.
5

2. Untuk mengetahui dokumen akuntansi yang digunakan dalam Sistem Akuntansi


Penghapusan Barang Milik Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus
juta per unit Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
(PPPGL) Bandung.
3. Untuk mengetahui catatan akuntansi yang digunakan dalam Sistem Akuntansi
Penghapusan Barang Milik Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus
juta per unit Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
(PPPGL) Bandung.
4. Untuk mengetahui Jaringan prosedur Sistem Akuntansi Penghapusan Barang
Milik Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus juta per unit Pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung.
5. Untuk mengetahui flowchart/bagan alir Sistem Akuntansi Penghapusan Barang
Milik Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus juta per unit Pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung.
6. Untuk mengetahui system pengendalian internal dalam Sistem Akuntansi
Penghapusan Barang Milik Negara dengan harga perolehan kurang dari seratus
juta per unit Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
(PPPGL) Bandung.

1.4 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penulisan laporan PKL ini adalah
sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan penjelasan tentang Latar Belakang, Identifikasi, Maksud
dan Tujuan, serta Sistematika pembahasan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi penjelasan tentang teori yang relevan dengan pembahasan PKL.
BAB III: PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan tentang gambaran umum PPPGL yaitu sejarah
PPPGL, struktur dan fungsi dan deskripsi PPPGL diantaranya adalah logo
dan produk PPPGL, selain itu juga pembahasan tentang sistem akuntansi
penghapusan Barang Milik Negara (BMN).
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
6

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya sedangkan


saran merupakan tindak lanjut dari kesimpulan yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Sistem
2.1.1 Pengertian Sistem
Mulyadi (2018: 2) menyatakan “sistem pada dasarnya adalah suatu kelompok
unsur yang erat hubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu.”

Romney, M. B & Paul John Steinbart (2017:3) menyatakan “Sistem (system)


adalah serangkaian dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan.”

Sujarweni, V. Wiratna (2015: 2) menyatakan “Sistem adalah suatu rangkaian


prosedur/kegiatan yang dibuat untuk melaksanakan program perusahaan.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari


beberapa elemen yang erat hubungannya satu dengan lainnya melalui pelaksanaan
program yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan.

2.1.2 Karakteristik Sistem


Menurut Sutabri, T. (2016: 10) Sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat
tertentu, yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem.
Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Komponen Sistem (components)


Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi yang
dibentuk menjadi subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang
menjalankan suatu fungsi tertentu dan memengaruhi proses sistem secara
keseluruhan.
2. Batasan Sistem (Boundary)
Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan
sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini
memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan.

7
8

3. Lingkungan Luar Sistem (Environtment)


Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat
merugikan sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan
energi bagi sistem tersebut. Dengan demikian, lingkungan luar tersebut harus
tetap dijaga dan dipelihara. Lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan.
Kalau tidak, maka akan mengganggu kelangsungan sistem tersebut.
4. Penghubung Sistem (Interface)
Penghubung sistem adalah media yang menghubungkan satu sistem dengan
sistem yang lain. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir
antar subsistem. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan
untuk subsistem yang lain. Dengan demikian, dapat terjadi suatu integrasi sistem
yang membentuk sustu kesatuan.
5. Masukan Sistem (Input)
Energi yang dimasukkan ke dalam sistem disebut masukan sistem, yang dapat
berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input).
6. Keluaran Sistem (Output)
Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna.
Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain.
7. Pengolah Sistem (Process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan
menjadi keluaran. Contoh, sistem akuntansi. Sistem ini akan mengolah data
transaksi menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen.
8. Sasaran Sistem (Objective)
Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministik.
Kalau suatu sistem tidak memiliki sasaran, maka operasi sistem tidak ada
gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang
telah direncanakan.

2.2 Sistem Akuntansi


2.2.1 Pengertian Sistem Akuntansi
Mulyadi (2018: 3) menyatakan “sistem akuntansi adalah organisasi formulir,
catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan
9

informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan


perusahaan.”

Sujarweni, V. Wiratna (2015: 2) menyatakan “Sistem akuntansi adalah kumpulan


elemen yaitu formulir, jurnal, buku besar, buku pembantu, dan laporan keuangan yang
akan digunakan oleh manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Setiap elemen
tersebut mempunyai prosedur yang harus ada atau dilakukan."

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi adalah


sekumpulan elemen yang digunakan untuk memudahkan pengelolaan perusahaan
sehingga tujuan tercapai.

2.2.2 Tujuan Sistem Akuntansi


Menurut Mulyadi (2018:15) Sistem akuntansi memiliki tujuan diantaranya adalah:

1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.


Kebutuhan pengembangan sistem akuntansi terjadi jika perusahaan baru
didirikan atau suatu perusahaan menciptakan usaha baru yang berbeda dengan
usaha yang telah dijalani selama ini. Perusahaan di bidang jasa, dagang,
manufaktur maupun instansi pemerintah (BUMN) membutuhkan sistem
akuntansi lengkap agar semua proses berjalan dengan baik sehingga tujuan
tercapai.
2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada.
Ada kalanya sistem akuntansi yang berlaku tidak dapat memenuhi
kebutuhan manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian maupun
struktur informasi yang terdapat dalam laporan. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh
perkembangan usaha perusahaan, sehingga menuntut sistem akuntansi untuk
dapat menghasilkan laporan dengan mutu informasi yang lebih baik dan tepat
penyajiannya, dengan struktur informasi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
manajemen.
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan audit internal
Akuntansi merupakan alat pertanggungjawaban kekayaan suatu organisasi.
Pengembangan sistem akuntansi sering kali ditujukan untuk memperbaiki
perlindungan terhadap kekayaan dan memperbaiki audit internal organisasi.
4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.
10

Informasi merupakan barang ekonomi. Oleh karena itu perlu


dipertimbangkan besarnya manfaat yang diperoleh dengan pengorbanan yang
dilakukan. Jika pengorbanan untuk memperoleh informasi keuangan
diperhitungkan lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh, sistem
yang sudah ada perlu dirancang kembali untuk mengurangi pengorbanan sumber
daya bagi penyediaan informasi tersebut.
Berdasarkan tujuan yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengembangan sistem akuntansi sangat penting dilakukan
untuk kesejahteraan organisasi dan mempersiapkan suatu organisasi atau
perusahaan dalam membentuk usaha baru sehingga dapat dipercaya atau berjalan
dengan baik.

2.2.3 Unsur-Unsur Sistem Akuntansi


Menurut Mulyadi (2018:3) Sistem akuntansi memiliki unsur-unsur pokok
diantaranya adalah:

1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena
dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi, direkam
(didokumentasikan) di atas secarik kertas. Formulir sering pula disebut
dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat
peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan. Dengan formulir
ini, data yang terkait dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar
pencatatan dalam catatan. Contoh formulir adalah: faktur penjualan, bukti kas
keluar, dan cek.
Dalam sistem akuntansi secara manual (manual system), media yang
digunakan untuk merekam pertama kali data transaksi keuangan adalah
formulir yang dibuat dari kertas (paper form). Dalam sistem akuntansi
dengan komputer (computerized system) digunakan berbagai macam media
untuk memasukkan data ke dalam sistem pengolahan data seperti: papan
ketik (keyboard), optical and characters and code, mice, voice, touch
sensors, dan cats.
2. Jurnal
11

Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk


mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data
lainnya. Seperti telah disebutkan di atas, sumber informasi pencatatan dalam
jurnal ini adalah formulir. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama
kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi
yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat
kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasannya (berupa jumlah rupiah
transaksi tertentu) kemudian di-posting ke akun yang terkait dalam buku
besar. Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal
penjualan, dan jurnal umum.
3. Buku Besar
Buku besar (general ledger) terdiri dari akun-akun yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Akun-
akun dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi
yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Akun buku besar ini di satu
pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan,
di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk
penyajian laporan keuangan.
4. Buku Pembantu
Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan
rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu (subsidiary ledger).
Buku pembantu ini terdiri dari akun-akun pembantu yang merinci data
keuangan yang tercantum dalam akun tertentu dalam buku besar. Sebagai
contoh, jika akun piutang dagang yang tercantum dalam Laporan Posisi
Keuangan perlu dirinci lebih lanjut menurut nama debitur yang jumlahnya 60
orang, dapat dibentuk buku pembantu piutang yang berisi akun-akun
pembantu piutang kepada tiap-tiap debitur tersebut. Buku besar dan dan buku
pembantu merupakan catatan akuntansi akhir (books of final entry), yang
berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas
dan digolongkan dalam akun buku besar dan buku pembantu. Buku besar dan
buku pembantu disebut sebagai catatan akuntansi akhir juga karena setelah
data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut, proses akuntansi
12

selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan pencatatan lagi ke


dalam catatan akuntansi.
5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan berupa laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan saldo laba, laporan
harga pokok produksi, laporan beban pemasaran, laporan beban pokok
penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo
persediaan yang lambat penjualannya. Laporan berisi informasi yang
merupakan keluaran (output) sistem akuntansi. Laporan dapat berbentuk hasil
cetak komputer dan tayangan pada layar monitor komputer.

2.3 Prosedur
2.3.1 Pengertian Prosedur
Prosedur merupakan salah satu unsur penting berjalannya suatu kegiatan dapat
berjalan karena dapat menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan sehingga dapat
dilakukan dengan baik atau benar.
Mulyadi (2018:4) menyatakan bahwa “Prosedur adalah suatu urutan kegiatan
klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang
dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi
berulang-ulang”. Sedangkan menurut Purnamasari E. P (2015:3) menyatakan bahwa
“Prosedur adalah prosedur kerja yang dibuat secara detail dan terperinci bagi semua
karyawan untuk melaksanakan kerja sebaik-baiknya sesuai dengan misi, visi, dan
tujuan suatu lembaga, instansi, atau perusahaan”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah urutan
yang menjadi dasar suatu kegiatan dilakukan sehingga terlaksana secara baik dan
benar sesuai aturan dalam perusahaan.
2.3.2 Perbedaan Prosedur dan Sistem
Mulyadi (2018:4) menyatakan bahwa “Sistem adalah suatu jaringan prosedur
yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok
perusahaan. Sedangkan prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya
melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-
ulang.”
13

Dapat disimpulkan bahwa suatu sistem terdiri dari jaringan prosedur sedangkan
prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal. Kegiatan klerikal terdiri dari kegiatan
yang dilakukan untuk mencatat dalam formulir, buku jurnal, dan buku besar:
a. Menulis;
b. Menggandakan;
c. Menghitung;
d. Memberi kode;
e. Mendaftar;
f. Memilih (menyortasi);
g. Memindah;
h. Membandingkan.
2.4 Fungsi yang Terkait
Dalam melaksanakan transaksi pasti ada pihak-pihak yang berhubungan secara
langsung ataupun tidak langsung karena berjalannya sistem tergantung dari fungsi apa
saja yang terlibat. Untuk menjalankan sistem akuntansi penghapusan BMN juga
melibatkan beberapa pihak diantaranya:

1. Kepala PPPGL
Fungsi ini bertanggung jawab membuat SK pembentukan panitia penghapusan
BMN dan melakukan otorisasi terhadap beberapa dokumen pendukung usulan
penghapusan BMN.
2. Bagian BMN
Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan penghentian penggunaan BMN
dan daftar kondisi BMN sebelum dilakukan penaksiran harga oleh panitia
penghapusan BMN serta melakukan penghapusan di aplikasi SIMAK ketika lelang
selesai dilakukan dan menerima risalah lelang.
3. Kepala Bagian Tata Usaha
Fungsi ini bertanggung jawab dalam mengtorisasi dokumen yang berkaitan dengan
ketatausahaan BMN yang akan diusulkan untuk dilakukukan penghapusan sesuai
dengan fungsinya dalam satuan kerja PPPGL.
4. Panitia Penghapusan BMN
Fungsi ini bertanggung jawab dalam membuat daftar BMN yang akan dihapuskan
serta menaksirkan harga BMN yang akan dihapuskan melalui penjualan secara
14

lelang. Selain itu juga membuat surat usulan penghapusan. Dan juga membuat
berita acara setelah lelang dilakukan.
5. Kepala Badan Litbang ESDM
Fungsi ini bertanggung jawab dalam hal membuat permohonan usulan
penghapusan BMN dari PPPGL dan mengajukan meneruskan kepada Kementerian
ESDM.
6. Kementerian ESDM
Fungsi ini bertanggung jawab menerima surat usulan penghapusan BMN dan
melakukan penghapusan BMN dari daftar BMN Kementerian ESDM setelah
lelang dilakukan.

2.5 Dokumen
2.5.1 Pengertian Dokumen
Mulyadi (2018: 59) menyatakan “Formulir adalah secarik kertas yang memiliki
ruang untuk diisi. Formulir sering juga disebut dokumen. Dokumen memuat
informasi yang akan menjadi bukti dalam setiap transaksi.”

Sujarweni, V. Wiratna (2015:4) mengatakan bahwa “Formulir adalah dokumen


yang digunakan untuk mencatat terjadinya transaksi ekonomi di perusahaan.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dokumen merupakan bukti yang
digunakan untuk mencatat setiap transaksi dalam perusahaan.

2.5.2 Jenis-jenis Dokumen


Dalam perusahaan memiliki berbagai jenis formulir untuk menunjang transaksi
yang terjadi. Dalam hal ini Mulyadi (2018: 63) menyatakan:

1. Formulir yang dibuat dan disimpan dalam perusahaan


Dibuat dalam perusahaan, digunakan secara intern, dan kemudian disimpan dalam
perusahaan. Contoh: surat permintaan pembelian, memo kredit, memo debit, kartu
jam kerja, bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.
2. Formulir yang dibuat dan dikirimkan kepada pihak luar perusahaan
Dibuat dalam perusahaan dan digunakan untuk menyampaikan informasi kepada
pihak luar perusahaan. Contoh: faktur penjualan tunai, faktur penjualan kredit,
15

surat order pembelian, surat permintaan penawaran harga, bukti kas keluar, dan
surat order penjualan.
3. Formulir yang diterima dari pihak luar perusahaan
Diterima dari pihak luar sebagai akibat dari transaksi bisnis antara perusahaan
dengan pihak luar tersebut. Contoh: faktur pembelian, surat order dari pembeli,
pernyataan piutang yang diterima dari kreditur, dan rekening koran bank (bank
statement).

2.6 Catatan Akuntansi


Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 181 /Pmk.06/2016
Tentang Penatausahaan Barang Milik Negara catatan akuntansi yang dibuat oleh unit
kuasa pengguna barang (PPPGL) adalah:

1. LBKP semesteran, menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu semester
serta mutasi yang terjadi selama semester tersebut; dan
2. LBKP tahunan, menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir tahun serta mutasi
yang terjadi selama tahun tersebut.

2.7 Jaringan Prosedur


Menurut Mulyadi (2018:525) jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi
aktiva tetap adalah sebagai berikut:

1. Prosedur Penghentian Pemakaian Aset Tetap


Dalam prosedur ini bagian yang bertanggung jawab dengan aset tetap melakukan
pemberhentian pemakaian aset tetap melalui aplikasi yang bernama SIMAK.
2. Prosedur Pencatatan Penyusutan Aset Tetap
Dalam prosedur ini panitia penghapusan BMN melakukan perhitungan penyusutan
aset tetap yang akan dihapuskan untuk menentukan harga taksiran BMN yang akan
menjadi harga lelang.

2.8 Flowchart/bagan alir


Setiap menjalankan kegiatan operasionalnya perusahaan harus melalui proses atau
sistem sesuai dengan yang ditetapkan. Dalam suatu proses atau sistem ada simbol yang
digunakan untuk mempermudah memahami proses atau sistem, menurut Mulyadi
(2018: 47) simbol simbol tersebut adalah sebagai berikut:
16

Tabel 2.1
Daftar Simbol Bagan Alir Dokumen
Simbol Nama Penjelasan
Dokumen Untuk menggambarkan
semua jenis dokumen
yang merupakan formulir
yang digunakan untuk
merekam data terjadinya
suatu transaksi.
Dokumen dan Untuk menggambarkan
1 tembusannya dokumen asli dan
tembusannya.
Faktur 2

Berbagi dokumen Untuk menggambarkan


Surat Muat 2 berbagai jenis dokumen
SOP 2 yang digabungkan
Faktur Penjualan 2 bersama di dalam satu
paket.

Catatan Untuk mencatat data


yang direkam
sebelumnya di dalam
dokumen atau formulir

Penghubung pada Untuk memungkinkan


halaman yang sama aliran dokumen berhenti
(on-page connector) di suatu lokasi pada
halaman tertentu dan
kembali berjalan di
lokasi lain pada halaman
yang sama.
Akhir arus dokumen Akhir arus dokumen dan
mengarahkan pembaca
ke simbol penghubung
halaman yang sama yang
bernomor seperti yang
tercantum di dalam
simbol tersebut.
Awal arus dokumen Awal arus dokumen yang
berasal dari simbol
penghubung halaman
yang sama, yang
17

bernomor seperti yang


tercantum di dalam
simbol tersebut.
Penghubung pada Untuk menggambarkan
halaman yang berbeda bagan alir suatu sistem
(off-page connector) akuntansi diperlukan
lebih dari satu halaman,
simbol ini digunakan
untuk menunjukkan ke
mana dan bagaimana
bagan alir terkait satu
dengan lainnya.
Kegiatan manual Untuk menggambarkan
kegiatan manual seperti
menerima barang,
mengisi formulir,
membandingkan, dan
memeriksa kegiatan
klerikal.
Keterangan, komentar Menambahkan
keterangan untuk
memperjelas pesan yang
disampaikan dalam
bagan alir.
Arsip sementara Untuk menunjukkan
tempat penyimpanan
dokumen.
A = menurut abjad
N = menurut nomor urut
T = kronologis, menurut
tanggal
Arsip permanen Untuk menggambarkan
arsip permanen yang
tidak akan diproses lagi
dalam sistem akuntansi
yang bersangkutan
On-line computer Untuk menggambarkan
process pengolahan data dengan
komputer secara on-line.
Keying (typing Untuk menggambarkan
verifying) pemasukan data ke
dalam komputer melalui
on-line terminal.
Pita megnetik Untuk menggambarkan
(magnetic tape) arsip komputer yang
berbentuk pita megnetik.
18

On-line storage Untuk menggambarkan


arsip komputer yang
berbentuk on-line (di
dalam memori
komputer).
Keputusan Untuk menggambarkan
Ya keputusan yang harus
dibuat dalam proses
pengolahan data.

Tidak

Garis Alir (flowline) Untuk menggambarkan


arah proses pengolahan
data.

Pertemuan garis alir Untuk dua garis alir


bertemu dan salah satu
garis mengikuti arus
garis lainnya.

Mulai/berakhir Untuk menggambarkan


(terminal) awal dan akhir suatu
sistem akuntansi.
Masuk ke sistem Untuk menggambarkan
Dari pemasok masuk ke sistem yang
digambarkan dalam
bagan alir.

Keluar ke sistem lain Untuk menggambarkan


keluar ke sistem lain.

Ke sistem penjualan
Sumber: Mulyadi (2018: 47)
19

2.9 Sistem Pengendalian Internal


2.9.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Keputusan Menteri ESDM Republik Indonesia No. 2038
K/07/MEM/2018 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral “
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efisien dan efektif, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang undangan.”

2.9.2 Komponen Sistem Pengendalian Internal


Komponen sistem pengendalian internal menurut Keputusan Menteri ESDM
Republik Indonesia No. 2038 K/07/MEM/2018 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran entitas atau program/kegiatan
yang ditetapkan, diperlukan adanya lingkungan pengendalian yang kuat.
Lingkungan pengendalian yang kuat ditujukan untuk membentuk perilaku yang
positif dan aktif dalam melaksanakan pengendalian sesuai dengan kondisi dan
aktivitas keseharian setiap unit organisasi. Lingkungan pengendalian yang kuat
tercermin dalam:
a. Penegakan integritas dan nilai etika;
b. Komitmen terhadap kompetensi;
c. Kepemimpinan yang kondusif;
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat mengenai pembinaan
sumber daya manusia;
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2. Penilaian Resiko
20

Tahapan ini dilaksanakan untuk mengenali dan menyepakati berbagai risiko


yang mengancam pencapaian tujuan/sasaran entitas maupun tujuan/sasaran
program/kegiatan. Risiko yang dikenali merupakan kejadian yang tidak pasti,
yang mungkin terjadi, atau tidak terjadi di masa depan. Bisa saja pengenalan
risiko tersebut berangkat dari permasalahan yang terjadi saat ini, yang tingkat
keterjadiannya tetap dapat berlanjut pada masa yang akan datang.
3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian dapat dilaksanakan dengan selalu memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam instansi yang bersangkutan
sehingga semua kegiatan dapat terkendali dengan baik.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi harus diidentifikasi, diproses, dan dikomunikasikan ke bagian yang
tepat sehingga setiap orang dalam satuan kerja dapat melaksanakan tanggung
jawab mereka dengan baik
5. Pemantauan Pengendalian Internal
Pemantauan ini bertujuan untuk memastikan bahwa rencana tindak pengendalian
telah dirancang dan dilaksanakan serta berjalan secara efektif.

2.10 Barang Milik Negara


2.10.1 Pengertian Barang Milik Negara
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.06/2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara
menyatakan “Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.”
2.10.2 Jenis-jenis Barang Milik Negara
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah Barang Milik Negara memiliki banyak jenis diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Aset lancar berupa barang persediaan;


2. Aset tetap, meliputi:
21

a. Tanah;
b. Peralatan dan mesin;
c. Gedung dan bangunan;
d. Jalan, irigasi, dan jaringan;
e. Aset tetap lainnya; dan
f. Konstruksi dalam pengerjaan; dan
3. Aset lainnya, meliputi:
a. Aset kemitraan dengan pihak ketiga;
b. Aset tak berwujud; dan
c. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan.

2.10.3 Jenis-jenis Pengelolaan Barang Milik Negara


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum,
transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Pengelolaan Barang Milik
Negara (BMN) meliputi:

1. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran;


Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah disusun dengan
memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah serta ketersediaan Barang
Milik Negara/Daerah yang ada.
2. Pengadaan;
Pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip
efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel.
3. Penggunaan;
Barang Milik Negara/Daerah dapat ditetapkan status penggunaannya untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/satuan kerja
perangkat daerah, guna dioperasikan oleh Pihak Lain dalam rangka
menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi Kementerian/
Lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan. Status Penggunaan
Barang Milik Negara/Daerah ditetapkan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk Barang Milik Negara; atau
22

b. Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.


4. Pemanfaatan;
Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan
pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan
kepentingan umum. Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah berupa:
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna; atau
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
5. Pengamanan dan pemeliharaan;
Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang
wajib melakukan pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang berada dalam
penguasaannya. Pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang dimaksud
adalah meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan
hukum. Begitu juga dengan pemeliharaan, biaya pemeliharaan dibebankan
kepada pengguna barangnya kecuali barang milik negara tersebut berada di
tangan pihak lain.
6. Penilaian;
Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan
neraca Pemerintah Pusat/Daerah. Penetapan nilai Barang Milik Negara/Daerah
dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah dilakukan dengan
berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
7. Pemindahtanganan;
Barang Milik Negara/Daerah yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan
tugas pemerintahan negara/daerah dapat dipindahtangankan. Pemindahtanganan
Barang Milik Negara/Daerah tersebut dilakukan dengan cara:
a. Penjualan;
b. Tukar Menukar;
c. Hibah; atau
d. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah
8. Pemusnahan;
23

Pemusnahan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam hal:


a. Barang Milik Negara/Daerah tidak dapat digunakan, tidak dapat
dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat dipindahtangankan; atau
b. Terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
9. Penghapusan;
Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari
daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang
untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa
Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang
berada dalam penguasaannya.
10. Penatausahaan; dan
Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
11. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian.
Menteri Keuangan melakukan pembinaan pengelolaan Barang Milik
Negara dan menetapkan kebijakan pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Kebijakan tersebut terdiri atas kebijakan umum Barang Milik Negara/Daerah
dan/atau kebijakan teknis Barang Milik Negara. Sedangkan pengawasan dan
pengendalian adalah Pengguna Barang melakukan pemantauan dan penertiban
terhadap Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Penatausahaan,
pemeliharaan, dan pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang berada di
dalam penguasaannya.

2.11 Penghapusan Barang Milik Negara


Penghapusan Barang Milik Negara merupakan akhir proses dari pengelolaan
BMN sehingga dibutuhkan perencanaan dan waktu yang cukup lama karena
berkaitan dengan keputusan barang milik negara kedepannya akan dilakukan
penjualan secara lelang atau tidak atau mungkin saja dimusnahkan ketika barang
milik negara tersebut sudah tidak efektif lagi untuk digunakan. Penghapusan barang
milik negara dilakukan untuk mengurangi beban instansi pemerintah dalam
pengeluaran biaya terutama biaya pemeliharaan dan pajak barang milik negara.
24

2.11.1 Pengertian Penghapusan Barang Milik Negara


Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor
83/PMK.06/2016 tentang tata cara pelaksanaan pemusnahan dan penghapusan
Barang Milik Negara “Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik
Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang
berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau
Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang
yang berada dalam penguasaannya.”

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 Tahun 2011


(2011:16.20) Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:

a. Dilepas; atau
b. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.
Penghentian pemakaian aset tetap dapat dilakukan dengan beberapa macam
yaitu penjualan, penghapusan, dan penukaran dimana keuntungan atau kerugian
yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi
pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya.

Untuk penghapusan barang milik negara yang memiliki harga perolehan <Rp.
100.000.000/unit barang ada pelimpahan tanggung jawab dari pengelola barang
(Kemenkeu) kepada pengguna barang (ESDM) yang diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 4/PMK.06/2015 tentang
pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tertentu dari pengelola barang
kepada pengguna barang paragraf 4 pasal 7:

1. Pengguna barang berwenang dan bertanggung jawab memberikan persetujuan


atas permohonan penghapusan BMN terhadap BMN berupa:
a. Persediaan;
b. Asset tetap lainnya berupa hewan, ikan, dan tanaman;
c. Selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen
kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) per unit/satuan.
25

2. Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebagai sebab


akibat dari sebab-sebab lain yang merupakan sebab-sebab secara normal dapat
diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan, seperti rusak berat yang
tidak bernilai ekonomis, hilang, susut, menguap, mencair, kadaluwarsa,
mati/cacat berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan, dan sebagai akibat dari
keadaan kahar (force majeure).

Maka dari itu dalam PPPGL sendiri penghapusan barang milik negara
melibatkan Kementerian ESDM dan PPPGL yang biasanya diwakili oleh suatu tim
yang disebut tim penghapusan BMN. Pihak-pihak diluar PPPGL terlibat karena
memang sudah terikat dengan peraturan perundang-undangan:

1. Kementerian ESDM
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah menyatakan
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pimpinan Kementerian/Lembaga adalah
Pengguna Barang Milik Negara. Pengguna Barang Milik Negara berwenang
dan bertanggung jawab:
a. Menetapkan Kuasa Pengguna Barang dan menunjuk pejabat yang mengurus
dan menyimpan Barang Milik Negara;
b. Mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Negara
untuk Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya;
c. Melaksanakan pengadaan Barang Milik Negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. Mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang;
e. Menggunakan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga;
f. Mengamankan dan memelihara Barang Milik Negara yang berada dalam
penguasaannya;
g. Mengajukan usul Pemanfaatan Barang Milik Negara yang berada dalam
penguasaannya kepada Pengelola Barang;
26

h. Mengajukan usul Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang berada


dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang;
i. Menyerahkan Barang Milik Negara yang tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang
dipimpinnya dan tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain kepada Pengelola
Barang;
j. Mengajukan usul Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara yang
berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang;
k. Melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas Penggunaan
Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya;
l. Melakukan pencatatan dan Inventarisasi Barang Milik Negara yang berada
dalam penguasaannya; dan
m. Menyusun dan menyampaikan laporan barang pengguna semesteran dan
laporan barang pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya
kepada Pengelola Barang.
2. Satuan Kerja (PPPPGL)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah menyatakan Kepala kantor
dalam lingkungan Kementerian/Lembaga adalah Kuasa Pengguna Barang Milik
Negara dalam lingkungan kantor yang dipimpinnya. Kuasa Pengguna Barang
Milik Negara berwenang dan bertanggung jawab:
a. Mengajukan rencana kebutuhan Barang Milik Negara untuk lingkungan
kantor yang dipimpinnya kepada Pengguna Barang;
b. Mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;
c. Melakukan pencatatan dan Inventarisasi Barang Milik Negara yang berada
dalam penguasaannya;
d. Menggunakan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kantor yang
dipimpinnya;
e. Mengamankan dan memelihara Barang Milik Negara yang berada dalam
penguasaannya;
27

f. Mengajukan usul Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara


yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;
g. Menyerahkan Barang Milik Negara yang tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kantor yang dipimpinnya
dan sedang tidak dimanfaatkan Pihak Lain, kepada Pengguna Barang;
h. Mengajukan usul Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara yang
berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;
i. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas Penggunaan Barang Milik
Negara yang berada dalam penguasaannya; dan
j. Menyusun dan menyampaikan laporan barang kuasa pengguna semesteran
dan laporan barang kuasa pengguna tahunan yang berada dalam
penguasaannya kepada Pengguna Barang.
2.11.2 Pihak yang Melakukan Penghapusan Barang Milik Negara
Menurut peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
83/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan
Barang Milik Negara Penghapusan BMN dilaksanakan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada Pengelola Barang;
Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN.
b. Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang, untuk BMN
yang berada pada Pengguna Barang.
Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN.
2.11.3 Syarat Penghapusan Barang Milik Negara
Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan/ atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan dalam hal BMN sudah
tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang
disebabkan karena:
1. Penyerahan kepada Pengelola Barang;
2. Pengalihan status penggunaan BMN kepada Pengguna Barang lain;
3. Pemindahtanganan;
4. Adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
sudah tidak ada upaya hukum lainnya;
28

5. Menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan;


6. Pemusnahan; atau
7. Sebab-sebab lain.
Sebab-sebab lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 16
ayat (1), merupakan sebab-sebab yang secara normal dapat diperkirakan wajar
menjadi penyebab Penghapusan, antara lain:
a. Hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair;
b. Mati untuk hewan, ikan, dan tanaman;
c. Harus dihapuskan untuk bangunan yang berdiri di atas tanah pihak lain atau
pemerintah daerah karena tidak dapat dilakukan pemindahtanganan;
d. Harus dihapuskan untuk aset tetap renovasi (atr) atas aset milik pihak lain
karena tidak dapat dilakukan pemindah tanganan;
e. Harus dihapuskan untuk bangunan dalam kondisi rusak berat dan/ atau
membahayakan lingkungan sekitar;
f. Harus dihapuskan untuk bangunan yang berdiri di atas tanah yang menjadi
objek pemanfaatan dalam bentuk kerjasama pemanfaatan, bangun guna
serah/bangun serah guna atau kerjasama penyediaan infrastruktur, setelah
bangunan tersebut diperhitungkan sebagai investasi pemerintah;
g. Harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah
disediakan dalam dokumen penganggaran;
h. Sebagai akibat dari keadaan kahar (force majeure).
2.11.4 Jenis-jenis Penghapusan BMN
Menurut peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor
83/PMK.06/2016 tentang tata cara pelaksanaan pemusnahan dan penghapusan
barang milik Negara Penghapusan BMN meliputi:

1. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengelola;


Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengelola se bagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 dilakukan dalam hal BMN sudah tidak berada dalam penguasaan
Pengelola Barang karena:
a. Penyerahan kepada Pengguna Barang;
b. Pemindahtanganan;
29

c. Adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap


dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya;
d. Menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan;
e. Pemusnahan; atau
f. Sebab-sebab lain.
2. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna; dan
Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan/ atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan dalam hal BMN
sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa
Pengguna Barang disebabkan karena:
a. Penyerahan kepada Pengelola Barang;
b. Pengalihan status penggunaan BMN kepada Pengguna Barang lain;
c. Pemindahtanganan;
d. Adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya;
e. Menjalankan ketentuan peraturan perundangundangan;
f. Pemusnahan; atau
g. Sebab-sebab lain.
3. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Milik Negara.
Penghapusan BMN dari Daftar Barang Milik Negara se bagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 dilakukan dalam hal terdapat:
a. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengelola;
b. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan/ atau Daftar Barang
Kuasa Pengguna.

2.11.5 Prosedur Penghapusan Barang Milik Negara


Penghapusan Barang Milik Negara (BMN) memiliki prosedur yang berbeda
tergantung dari siapa pengguna dan pengelola BMN tersebut dan dilakukan secara
penjualan lelang atau tidak atau pemindahtanganan. Di PPPGL penghapusan BMN
dilakukan karena adanya penjualan secara lelang sehingga prosedurnya adalah
sebagai berikut menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor
30

83/PMK.06/2016 tentang tata cara pelaksanaan pemusnahan dan penghapusan


barang milik Negara Pasal 38-39:

Pasal 38 berbunyi:

1. Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pemindahtanganan BMN, Pengguna


Barang menerbitkan keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan
sejak tanggal Berita Acara Serah Terima.
2. Berdasarkan keputusan Penghapusan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1),
Pengguna Barang melakukan Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna
dan/ atau Daftar Barang Kuasa Pengguna.
3. Pengguna Barang menyampaikan laporan Penghapusan BMN kepada Pengelola
Barang paling lama 1 ( satu) bulan sejak keputusan Penghapusan BMN
ditandatangani dengan melampirkan keputusan Penghapusan BMN disertai
dengan:
a. Risalah lelang dan/ atau Berita Acara Serah Terima, dalam hal pemindah
tanganan dilakukan dalam bentuk penjualan secara lelang;
b. Perjanjian penjualan dan/ atau Berita Acara Serah Terima, dalam hal
pemindahtanganan dilakukan dalam bentuk penjualan tanpa lelang;
c. Berita Acara Serah Terima, dalam hal pemindahtanganan dilakukan dalam
bentuk tukar menukar atau Penyertaan Modal Pemerintah Pusat;
d. Naskah hibah dan/ atau Berita Acara Serah Terima, dalam hal pemindah
tanganan dilakukan dalam bentuk hibah.
4. Berdasarkan laporan Penghapusan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), Pengelola Barang melakukan penghapusan BMN dari Daftar Barang
Milik Negara.

Pasal 39 berbunyi:

1. Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna


sebagai akibat dari Penghapusan BMN karena Pemindahtanganan harus
dicantumkan dalam Laporan Barang Pengguna dan/atau Laporan Barang Kuasa
Pengguna Semesteran dan Tahunan.
31

2. Perubahan Daftar Barang Milik Negara sebagai akibat dari Penghapusan BMN
karena Pemindahtanganan harus di can tumkan dalam Laporan Barang Milik
Negara Semesteran dan Tahunan.
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum PPPGL
3.1.1 Sejarah Singkat PPPGL

Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dimulai


dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) tahun 1979. Pada tanggal 6 Maret 1984
kedua Seksi tersebut kemudian ditingkatkan menjadi Pusat Pengembangan Geologi
Kelautan (PPGL) di bawah Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral
berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 1092 Tahun 1984.

Pada awal berdirinya, PPGL didukung oleh empat bidang teknis, yaitu : Bidang
Geologi Kelautan, Bidang Geofisika Kelautan, Bidang Sarana Operasi Kelautan,
Bidang Manajemen Informasi dan Bagian Umum, dengan jumlah sumber daya
manusia 164 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki sebagian berasal dari P3G.

Dalam perjalanannya, PPGL telah membangun Kapal Peneliti Geomarin I dan


memiliki berbagai peralatan survei pantai. Kapal Peneliti Geomarin I dioperasikan
untuk mendukung kegiatan pemetaan geologi kelautan bersistem skala 1:250.000 di
perariran dangkal. Pada tahun 2019 kapal penelitian Geomarin I akan diusulkan untuk
dilakukan penghapusan. Selain kapal Geomarin I PPPGL memiliki wahana survei lain
yaitu Kapal Riset Geomarin I (lebar 6,6 m dan panjang 31 m) untuk survei laut
dangkal, Geomarin II sejenis kapal survei untuk di wilayah pesisir dan sungai, serta
Kapal Riset Geomarin III (lebar 12 m dan panjang 61,7 m) yg dilengkapi Dynamic
Positioning System (DPS/DP-1) yang dirancang sebagai kapal multipurpose untuk
survei laut dalam. Peralatan survei pantai dioperasikan untuk mendukung kajian
geologi kelautan tematik di kawasan pesisir. Selanjutnya berdasarkan SK Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 Tahun 2001, PPGL dimekarkan menjadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) di bawah Badan
Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral.

32
33

Pertama dalam sejarah keenergian Indonesia, pada tahun 2016 Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) atas nama Badan Penelitian dan
Pengembangan ESDM menjadi salah satu pemrakarsa secara nasional dalam
penyusunan Peta Potensi Energi Laut Indonesia. Potensi energi laut tersebut terdiri
dari tiga jenis sumber energi, yaitu energi arus laut, energi gelombang laut dan energi
panas laut (OTEC).

3.1.2 Visi dan Misi PPPGL

Visi:

“Menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang


PROFESIONAL, UNGGUL, dan MANDIRI di bidang Energi dan Sumber Daya
Mineral.”

Misi:

1. Melaksanakan pemetaan geologi kelautan bersistem di seluruh wilayah perairan


laut Indonesia.
2. Melaksanakan litbang potensi energi dan sumber daya mineral kawasan pesisir dan
laut.
3. Melaksanakan litbang lingkungan dan kebencanaan geologi kelautan.
4. Melaksanakan kajian dalam perumusan evaluasi dan rekomendasi kebijakan terkait
dengan isu strategis nasional terkini.
5. Meningkatkan kualitas dan akses informasi sumber daya energi dan mineral
kelautan, lingkungan, dan kebencanaan geologi kelautan.
6. Melaksanakan pelayanan jasa teknologi di bidang geologi kelautan.
7. Mengembangkan program kegiatan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana
litbang di bidang geologi kelautan.
34

3.1.3 Logo PPPGL

Gambar 3.1 Logo PPPGL


Sumber: www.esdm.go.id

Sesuai dengan Permen ESDM Nomor 42 Tahun 2015 Tentang Tata Naskah Dinas
KESDM, telah dijelaskan bahwa penggunaan logo KESDM yang digunakan dalam acara
resmi harus mengikuti kaidah yang benar.

Logo KESDM merupakan tanda pengenal atau identitas yang bersifat tetap dan resmi
berupa simbol atau huruf yang digunakan dalam Tata Naskah Dinas sebagai identitas agar
publik lebih mudah mengenalnya. Logo KESDM dapat digunakan pada
penghargaan/piagam/Sertifikat, Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL),
plakat, buku, pakaian dinas, dan majalah yang diterbitkan oleh KESDM dan sejenisnya.
Arti/Makna bentuk Logo KESDM tersebut adalah sebagai berikut:

1. Rangka segi lima menggambarkan falsafah Bangsa Indonesia, Pancasila;


2. Bulatan warna kuning menggambarkan dunia, di dalamnya terdapat 3 (tiga) garis
melintang di bagian tengah dan atas berwarna hitam menggambarkan letak Negara
Republik Indonesia secara geografis berada di tengah garis katulistiwa yang melintang
dari Barat ke Timur;
3. 3 (tiga) garis tebal warna hitam bergelombang yang terletak di bagian bawah bulatan
dunia, menggambarkan lapisan bumi Indonesia yang mengandung sumber daya alam,
mineral, dan energi yang sangat potensial dan dikelola oleh KESDM untuk
35

meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Di samping itu 3 (tiga) lapisan bumi itu
menggambarkan pula adanya biosfer, lithosfer, dan hidrosfer.
4. Menara yang tegak menjulang tinggi warna hitam dengan garis tegak lurus di
tengahnya menembus lapisan bumi menggambarkan menara bor sebagai sarana
eksplorasi yang merupakan tugas KESDM. Di samping itu, menara tersebut juga
melambangkan tiang listrik tegangan tinggi dalam rangka pengembangan dan
pembangunan ketenagalistrikan di Indonesia;
5. Gambar palu dan belencong berwarna hitam yang melintang di depan menara
merupakan lambang peralatan dasar eksplorasi mineral (bahan tambang);
6. 2 (dua) gambar kilat warna kuning di atas dasar hitam yang terletak di atas bulatan
dunia berwarna kuning menggambarkan kilatan arus listrik yang merupakan energi
sekunder;
7. Tulisan "ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL" yang berwarna kuning di atas
dasar hitam yang terletak di bawah bulatan dunia namun di dalam lingkaran hitam segi
lima, yang ditulis pada garis khatulistiwa di ujung kanan, menunjukkan nama KESDM
yang memiliki lambang tersebut.

3.1.4 Lokasi PPPGL


Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) terletak di Jl.
Dr. Djunjunan No.236, Husen Sastranegara, Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat
40174.

3.2 Struktur dan Fungsi Organisasi Perusahaan


3.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan
36

KEMENTERIAN ESDM

KEPALA BADAN LITBANG ESDM

KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN


PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

BAGIAN
TATA USAHA

Subbagian Subbagian
Umum dan Kepegawaian Keuangan

Bagian BMN

BIDANG BIDANG AFILIASI


BIDANG
PENYELENGGARAAN DAN DAN
PROGRAM
SARANA PENELITIAN DAN INFORMASI
PENGEMBANGAN

Subbidang Subbidang Subbidang


Penyiapan Rencana Penyelenggaraan Penelitian Afiliasi
dan Pengembangan

Subbidang Subbidang Subbidang


Analisis dan Evaluasi Sarana Penelitian Informasi
dan Pengembangan

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Sumber: Permen ESDM No. 13 Th 2016


37

Berdasarkan struktur diatas dapat diketahui tugas dan fungsinya secara umum sebagai
berikut:
1. Tugas
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan berdasarkan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian ESDM, pasal 831, menyatakan bahwa Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Kelautan mempunyai tugas melaksanakan penelitian,
pengembangan, perekayasaan, pengkajian, survei dan pemetaan bidang geologi
kelautan.

2. Fungsi
Selanjutnya dalam pasal 832, menyatakan bahwa Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 831, menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian,


pengembangan dan perekayasaan, pengkajian, survei dan pemetaan di bidang
geologi kelautan;
b. Pelaksanaan penelitian, pengembangan, perekayasaan, pengkajian, survei dan
pemetaan, serta pengelolaan pengetahuan dan inovasi di bidang geologi kelautan;
c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan
perekayasaan, pengkajian, survei dan pemetaan di bidang geologi kelautan; dan
d. Pelaksanaan administrasi pusat penelitian dan pengembangan geologi kelautan.

3.2.1 Fungsi Organisasi Perusahaan


Dilihat dari struktur organisasi di atas maka setiap jabatan memiliki tugas dan
fungsi yang berbeda, berdasarkan peraturan Pemerintah ESDM tahun 2016 halaman
272 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian ESDM dapat dirinci sebagai
berikut:

1. Bagian Tata Usaha


Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, rumah
tangga, ketatausahaan, dan keuangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan.
38

Fungsi:
a. Pelaksanaan urusan ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, kerumahtanggaan,
kepegawaian, penataan organisasi dan ketatalaksanaan serta pelaksanaan
manajemen perubahan; dan
b. Penatausahaan anggaran penerimaan dan belanja, pelaksanaan perubahan
anggaran dan akuntansi keuangan, barang milik energi, perhitungan
pelaksanaan anggaran, serta penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan dan
pengurusan kerugian negara.
2. Subbagian Umum dan Kepegawaian
Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan
ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kepegawaian, penataan
organisasi dan ketatalaksanaan, serta pelaksanaan manajemen perubahan.
3. Subbagian Keuangan
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penatausahaan anggaran
penerimaan dan belanja, pelaksanaan perubahan anggaran dan akuntansi keuangan,
barang milik negara, perhitungan pelaksanaan anggaran, serta penyelesaian tindak
lanjut hasil pemeriksaan dan pengurusan kerugian negara.
4. Bidang Program
Bidang Program mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan
kebijakan teknis, rencana, program, anggaran serta pemantauan, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan penelitian, pengembangan, perekayasaan, pengkajian,
survei dan pemetaan di bidang geologi kelautan.
Fungsi:
a. Penyiapan bahan kebijakan teknis dan penyusunan rencana, program,
anggaran, dan fasilitasi penilaian pelaksanaan penelitian, pengembangan,
perekayasaan, pengkajian, survei dan pemetaan, pengetahuan dan inovasi, serta
standar, pedoman, kriteria di bidang geologi kelautan; dan
b. Penyiapan bahan pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
penelitian, pengembangan, energi dan pemetaan, perekayasaan, pengkajian,
serta standar, pedoman, kriteria di bidang geologi kelautan.
5. Subbidang Penyiapan Rencana
39

Subbidang Penyiapan Rencana mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan


kebijakan teknis dan penyusunan rencana, program, anggaran, dan fasilitasi
penilaian pelaksanaan penelitian, pengembangan, perekayasaan, pengkajian, survei
dan pemetaan, pengetahuan dan inovasi, serta standar, pedoman, kriteria di bidang
geologi kelautan.
6. Subbidang Analisis dan Evaluasi
Subbidang Analisis dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian,
pengembangan, survei dan pemetaan, perekayasaan, pengkajian, serta standar,
pedoman, kriteria di bidang geologi kelautan.
7. Bidang Penyelenggaraan dan Sarana Penelitian dan Pengembangan
Bidang Penyelenggaraan dan Sarana Penelitian dan Pengembangan mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan pelaksanaan dan pengelolaan sarana teknis
penelitian, pengembangan, perekayasaan, pengkajian, survei dan pemetaan di
bidang geologi kelautan.
Fungsi:
a. Penyiapan bahan pelaksanaan penelitian, serta pelayanan jasa penelitian,
pengembangan, perekayasaan, pengkajian, survei dan pemetaan di bidang
geologi kelautan; dan
b. Penyusunan standar, pedoman, dan kriteria teknis, serta pengelolaan sarana
teknis penelitian, pengembangan, dan hasil perekayasaan di bidang geologi
kelautan.
8. Subbidang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan
Subbidang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan penelitian, serta pelayanan jasa
penelitian, pengembangan, perekayasaan, pengkajian, survei dan pemetaan di
bidang geologi kelautan.
9. Subbidang Sarana Penelitian dan Pengembangan
Subbidang Sarana Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melakukan
penyusunan standar, pedoman, dan kriteria teknis, serta pengelolaan sarana teknis
penelitian, pengembangan, dan hasil perekayasaan di bidang geologi kelautan.
10. Bidang Afiliasi dan Informasi
40

Bidang Afiliasi dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan


penyusunan kebijakan teknis, rencana, program, pelaksanaan, dan pelaporan kerja
sama, serta penyebarluasan informasi hasil penelitian, pengembangan,
perekayasaan, pengkajian, survei dan pemetaan, serta pengelolaan hak kekayaan
intelektual, pengetahuan dan inovasi di bidang geologi kelautan.
Fungsi:
a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana, program, pelaksanaan,
dan pelaporan kerja sama penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan
pengkajian, survei dan pemetaan serta pengelolaan hak kekayaan intelektual,
pengetahuan dan inovasi di bidang geologi kelautan; dan
b. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, rencana, program, pelaksanaan
penyebarluasan informasi hasil penelitian, pengembangan, perekayasaan,
pengkajian, survei dan pemetaan di bidang geologi kelautan.
11. Subbidang Afiliasi
Subbidang Afiliasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
kebijakan teknis, rencana, program, pelaksanaan, dan pelaporan kerja sama
penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pengkajian, survei dan pemetaan,
serta pengelolaan hak kekayaan intelektual, pengetahuan dan inovasi di bidang
geologi kelautan.
12. Subbidang Informasi
Subbidang Informasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
kebijakan teknis, rencana, program, pelaksanaan penyebarluasan informasi hasil
penelitian, pengembangan, perekayasaan, pengkajian, survei dan pemetaan di
bidang geologi kelautan.
13. Kelompok Jabatan Fungsional
a. Kelompok Jabatan Fungsional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris Badan atau Kepala Pusat yang bersangkutan.
b. Kelompok Jabatan Fungsional yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas beberapa
Kelompok Pelaksana Litbang.
c. Kelompok Pelaksana Litbang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, perekayasaan
41

teknologi, pengkajian, survei dan/atau pemetaan serta pelayanan jasa di bidang


energi dan sumber daya mineral.
d. Kelompok Pelaksana Litbang dikoordinasikan seorang Koordinator yang
diangkat oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber
Daya Mineral.
e. Masing-masing Koordinator Kelompok Pelaksana Litbang sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) mengkoordinasikan Pejabat Fungsional Peneliti,
Perekayasa, Penyelidik Bumi, Teknisi Litkayasa, serta sejumlah Jabatan
Fungsional lainnya sesuai bidang dan kebutuhannya.
f. Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Persyaratan Koordinator Kelompok Pelaksana Litbang sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral.

3.2.2 Produk PPPGL


Dari penelitian yang dilakukan oleh PPPGL maka dihasilkan beberapa peta, yaitu:

1. Peta Sebaran (Tekstur) Sedimen Permukaan Dasar Laut Skala 1:250.000;


2. Peta Ketebalan Sedimen Kuarter Skala 1:250.000;
3. Peta Anomali Magnet Total Skala 1:250.000;
4. Peta Geologi Dasar Laut Skala 1:250.000;
5. Peta Kandungan Mineral Berat Skala 1:250.000;
6. Peta Penampang Litologi Inti dan Batuan Dasar Laut Skala 1:250.000;
7. Peta Anomali Gaya Berat Bebas Udara Skala 1:50.000;
8. Peta Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut Skala 1:50.000;
9. Peta Potensi dan Evaluasi Geologi Wilayah Pantai Skala 1:250.000;
10. Peta Geologi Kelautan Regional Skala 1:500.000 hingga Skala 1:5.000.000;
11. Peta Struktur dan Solusi Mekanisme Bidang Patahan Skala 1:1.000.000;
12. Peta Sumber Daya Mineral Kelautan Indonesia Skala 1:5.000.000;
13. The Ocean Current Energy Potential Locations Map Of Indonesia, scale 1 :
5.000.000.
42

3.3 Deskripsi PKL


Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan program mata kuliah wajib di akhir
semester bagi seluruh mahasiswanya sebagai salah satu indikator kelulusan tanpa
terkecuali untuk melatih soft skill dan hard skill masing-masing mahasiswa/i serta
untuk mengetahui kemampuan mahasiswa/i dalam menerapkan ilmu yang telah
didapat selama masa perkuliahan di kelas. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan
(PKL) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung
yang beralamat di Jl. Dr. Djunjunan No.236, Husen Sastranegara, Cicendo, Kota
Bandung, Jawa Barat 40174.

Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini selama 2 bulan 6 hari
tepatnya dari tanggal 4 Maret 2019 sampai dengan 10 Mei 2019 dan ditempatkan di
bagian keuangan (pelaporan). Pelaksanaan PKL dilakukan setiap hari senin sampai
hari jum’at dengan jam kerja dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
15.00 WIB.

Selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) penulis melakukan beberapa kegiatan.


Adapun kegiatan yang dilakukan tersebut adalah sebagi berikut:

1. Melakukan input form pendataan objek penilaian kembali


2. Melakukan evaluasi data penilaian kembali Barang Milik Negara (BMN)
3. Menyusun Laporan Barang Milik Negara Tahunan periode 2018
4. Melakukan rekap pemebelian persediaan bulan Januari & Februari 2019
5. Membuat laporan diklat
6. Melakukan pemberhentian penggunaan Barang Milik Negara (BMN) di aplikasi
SIMAK BMN
7. Mencocokkan data bangunan dan tanah
8. Membuat laporan mutasi persediaan bulan Januari-Maret 2019
9. Melakukan input persediaan poli gigi

3.3.1 Fungsi Yang Terkait Dalam Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik
Negara dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung
Dalam melakukan penghapusan barang milik negara (BMN) PPPGL melibatkan
beberapa pihak, pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut:
43

1. Kepala PPPGL
Pihak yang melakukan pembentukan panitia penghapusan BMN dan
mengotorisasi sebagian dokumen pendukung penghapusan BMN.
2. Bagian BMN
Pihak yang melakukan penghentian penggunaan BMN melalui aplikasi khusus
unit kuasa pengguna BMN bernama SIMAK BMN serta melakukan
penghapusan dalam aplikasi tersebut berdasarkan risalah lelang yang diterima.
3. Kepala Bagian Tata Usaha
Pihak yang melakukan otorisasi terhadap dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Barang Milik Negara yang ada dalam satuan kerja PPPGL.
4. Panitia Penghapusan BMN
Pihak pelaksana penghapusan BMN yang menyiapkan semua dokumen
pendukung penghapusan BMN dan bertanggung jawab terlaksananya
penghapusan BMN.
5. Kepala Badan Litbang ESDM
Sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam hal membuat permohonan
usulan penghapusan BMN dari PPPGL dan mengajukan meneruskan kepada
Kementerian ESDM.
6. Kementerian ESDM
Pihak yang bertanggung jawab dalam menyetujui penghapusan BMN dan
menyerahkan dokumen penghapusan BMN kepada KPKNL dan merupakan
pihak yang harus dilibatkan karena merupakan kementerian yang membawahi
langsung PPPGL.

3.3.2 Dokumen Yang Digunakan Dalam Sistem Akuntansi Penghapusan Barang


Milik Negara dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung
Untuk melakukan penghapusan Barang Milik Negara (BMN) ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi yang biasanya berupa dokumen, dokumen tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Laporan Barang Rusak


44

Dokumen ini merupakan dasar kepala pusat PPPGL membentuk panitia


penghapusan BMN sehingga. Terdiri dari nama barang, jumlah, nomor
inventaris, tahun perolehan, dan kondisi.
2. SK Pembentukan Panitia Penghapusan BMN
Dokumen yang ditandatangani oleh kepala PPPGL untuk sebgai bukti bahwa
telah dibentuk panitia penghapusan BMN dimana berisi nama-nama panitia dan
tugas-tugasnya.
3. Daftar BMN yang Akan Dihapuskan (Belum ada harga taksiran)
Dokumen pendukung yang berisi nama barang,nomor inventaris, satuan, unit,
tahun perolehan, kondisi barang, harga perolehan dan keterangan BMN yang
akan dihapuskan.
4. Laporan Kondisi Barang RB (SIMAK)
Dokumen yang menyatakan bahwa BMN yang akan diusulkan penghapusan
dan BMN yang diberhentikan penggunaannya sudah dalam kondisi rusak berat.
Dokumen ini diperoleh melalui aplikasi SIMAK BMN.
5. Daftar Penghentian Penggunaan BMN
Dokumen yang berisi daftar BMN yang sudah dihentikan penggunaannya
untuk dilakukan usulan penghapusan BMN yang sudah diusulkan melalui
aplikasi SIMAK BMN.
6. Daftar BMN yang Akan Dihapuskan (Belum ada harga taksiran)
Dokumen ini berisi nama barang, nomor inventaris, satuan, unit, tahun
perolehan, kondisi barang, harga perolehan, harga taksiran, dan keterangan
BMN.
7. Surat Usulan Penghapusan BMN Beserta Lampiran
Surat utama yang digunakan untuk melakukan usulan penghapusan BMN dan
didalamnya berisi jumlah BMN yang akan dihapuskan serta daftar lampiran
yang akan menjadi pelengkap usulan penghapusan BMN. Lampiran tersebut
diantaranya adalah daftar BMN yang akan dihapuskan, daftar kondisi barang
(SIMAK), daftar penghentian penggunaan BMN (SIMAK), surat pernyataan
tidak mengganggu TUPOKSI, SK penetapan status penggunaan BMN, surat
pernyataan menguasi fisik BMN, surat pernyataan tanggung jawab nilai limit,
SK panitia penghapusan BMN, foto fisik BMN yang akan dihapuskan.
45

8. Surat Permohonan Kepala Badan Litbang ESDM


Dokumen ini dibuat untuk meneruskan usulan penghapusan BMN ke
Kementerian ESDM sebagai bukti telah diketahui oleh Kepala Badan Litbang
dan sebagai pemberihatuan kepada panitia penghapusan BMN bahwa usulan
penghapusan BMN telah diteruskan ke Kementerian ESDM.
9. Surat Persetujuan Penjualan BMN Beserta Lampiran
Dokumen ini dibuat oleh Kementerian ESDM sebagai bukti telah menyetujui
usulan penghapusan BMN yang akan ditindaklanjuti dengan penjualan secara
lelang ole KPKNL.
10. Surat Penetapan Hari dan Tanggal Lelang
Dokumen ini dibuat oleh pejabat KPKNL untuk memberitahukan hari dan
tanggal lelang akan dilaksanakan kepada penjual atau panitia penghapusan
BMN.
11. Surat Pengumuman Lelang
Dokumen ini digunakan untuk mengumumkan kepada masyarakat umum
bahwa PPPGL akan mealukan penjualan secara lelang dimana berisi kualifikasi
BMN, persyaratan peserta lelang, dan pelaksanaan lelang.
12. Surat Tugas
Surat ini sebagai bukti untuk mengirimkan perwakilan dari panitia
penghapusan BMN dalam melaksanakan lelang dengan petugas KPKNL.
13. Risalah Lelang Beserta Lampirannya
Dokumen ini dibuat setelah BMN terjual sebagai bukti bahwa telah dilakukan
penjualan/pemindahtanganan secara lelang yang berisi nominal harga BMN
yang terjual. Lamirannya berisi rincian uang hasil lelang, bukti penyetoran uang
ke kas negara, bukti penerimaan negara atas nama bendahara penerimaan
KPKNL, dan rincian pengeluaran uang pembayaran lelang.
14. BA Serah Terima
Dokumen ini dibuat setelah panitia penghapusan BMN menerima risalah
lelang sebagai bukti pemindahtanganan kepada pembeli dan sebagai dasar untuk
mengusulkan melakukan penghapusan BMN dari daftar kuasa pengguna barang.
15. SK Penghapusan dari Daftar BMN Beserta Lampiran
46

Dokumen ini dibuat dengan tujuan sebagai dasar PPPGL selaku kuasa
pengguna barang melakukan penghapusan BMN dari daftar kuasa pengguna
barang.

3.3.3 Catatan Akuntansi Yang Digunakan Dalam Sistem Akuntansi Penghapusan


Barang Milik Negara dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per
Unit Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
Bandung
Setiap transaksi yang dilakukan perusahaan/instansi pemerintah dilakukan
pencatatan akuntansi untuk merekam segala transaksi yang telah dilaksanakan.
Dalam sistem akuntansi penghapusan BMN pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung tidak ada penjurnalan secara
langsung pada saat terjadi transaksi tetapi otomatis akan merubah di SIMAK BMN
tetapi ada beberapa laporan yang dipengaruhi, diantaranya adalah:

1. LBKP semesteran, menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir suatu semester
serta mutasi yang terjadi selama semester tersebut; dan
2. LBKP tahunan, menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir tahun serta mutasi
yang terjadi selama tahun tersebut.
Di dalam dua jenis laporan tersebut sistem akuntansi penghapusan BMN akan
mempengaruhi beberapa akun dalam neraca diantaranya adalah aset tetap lainnya,
aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan serta dalam catatan atas
laporan barang milik negara akan dijelaskan barang apa saja yang rusak berat sedang
dilakukan usulan penghapusan dan juga akan masuk dalam mutasi keluar ketika
usulan penghapusan disetujui atau sudah menerima SK penghapusan dari daftar
kuasa pengguna BMN

3.3.4 Jaringan Prosedur Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik Negara


dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung
1. Prosedur Pembentukan Panitia Penghapusan BMN
a. Proses dimulai dari kepala PPPGL menerima laporan barang rusak.
b. Kepala PPPGL membentuk SK pembentukan panitia penghapusan BMN.
47

c. Kepala PPPGL mengirim SK penghapusan BMN dan laporan barang rusak


kepada panitia penghapusan BMN yang terbentuk.
2. Prosedur Penghentian Penggunaan BMN
a. Bagian BMN menerima laporan barang rusak dan daftar BMN yang akan
dihapuskan (belum terdapat harga taksiran) dari panitia penghapusan
BMN.
b. Bagian BMN melakukan penghentian penggunaan BMN di aplikasi
SIMAK BMN yang akan menghasilkan laporan kondisi barang RB
(SIMAK) dan daftar penghentian penggunaan BMN lalu dikirimkan ke
kepala bagian tata usaha untuk di otorisasi.
c. Kepala bagian tata usaha melakukan otorisasi terhadap laporan kondisi
barang RB (SIMAK) dan daftar penghentian penggunaan BMN yang
diserahkan oleh bagian BMN lalu mengirimkan kembali ke bagian BMN.
d. Bagian BMN menyerahkan laporan barang rusak, daftar BMN yang akan
dihapuskan (belum terdapat harga taksiran), laporan kondisi barang RB
(SIMAK) dan daftar penghentian penggunaan BMN yang diserahkan oleh
bagian BMN kepada panitia penghapusan BMN.
3. Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN
a. Panitia penghapusan BMN menerima laporan barang rusak, daftar BMN
yang akan dihapuskan (belum terdapat harga taksiran), laporan kondisi
barang RB (SIMAK) dan daftar penghentian penggunaan BMN dari
bagian BMN.
b. Panitia penghapusan BMN melakukan penaksiran harga dan
menghasilkan daftar BMN yang akan dihapuskan (terdapat harga
taksiran) dan membuat surat usulan penghapusan BMN beserta lampiran.
c. Panitia penghapusan BMN menyerahkan surat usulan penghapusan BMN
beserta lampiran, laporan kondisi barang RB (SIMAK), dan daftar
penghentian penggunaan BMN kepada kepala PPPGL untuk diotorisasi.
d. Panitia penghapusan BMN menyiapkan dan mengambil semua dokumen
yang diarsip sementara berdasarkan tanggal lalu dirangkap 3, rangkap 1
diserahkan kepada kepala Balitbang ESDM, rangkap 2 diserahkan kepada
kepala PPBMN, dan rangkap 3 diarsipkan permanen berdasarkan tanggal.
48

e. Kepala Balitbang ESDM membuat surat permohonan dan menggandakan


semua dokumen yang diterima. Surat permohonan dirangkap 4 dan semua
dokumen yang diterima dari panitia penghapusan BMN (SK pembentukan
panitia penghapusan BMN, daftar BMN yang akan dihapuskan (terdapat
harga taksiran), laporan kondisi barang RB (SIMAK), daftar pengehentian
penggunaan BMN, surat usulan penghapusan BMN beserta lampiran)
dirangkap 3. Surat permohonan rangkap 4 dan dokumen yang diterima
dari panitia penghapusan BMN (SK pembentukan panitia penghapusan
BMN, daftar BMN yang akan dihapuskan (terdapat harga taksiran),
laporan kondisi barang RB (SIMAK), daftar penghentian penggunaan
BMN, surat usulan penghapusan BMN beserta lampiran) diarispkan
permanen berdasarkan tanggal. Surat permohonan rangkap 3 dan
dokumen yang diterima dari panitia penghapusan BMN (SK pembentukan
panitia penghapusan BMN, daftar BMN yang akan dihapuskan (terdapat
harga taksiran), laporan kondisi barang RB (SIMAK), daftar penghentian
penggunaan BMN, surat usulan penghapusan BMN beserta lampiran)
rangkap 3 diserahkan kepada Kementerian ESDM. Surat permohonan
rangkap 2 dan dokumen yang diterima dari panitia penghapusan BMN
(SK pembentukan panitia penghapusan BMN, daftar BMN yang akan
dihapuskan (terdapat harga taksiran), laporan kondisi barang RB
(SIMAK), daftar pengehntian penggunaan BMN, surat usulan
penghapusan BMN beserta lampiran) rangkap 2 diserahkan kepada kepala
PPBMN. Surat permohonan rangkap 1 dan dokumen yang diterima dari
panitia penghapusan BMN (SK pembentukan panitia penghapusan BMN,
daftar BMN yang akan dihapuskan (terdapat harga taksiran), laporan
kondisi barang RB (SIMAK), daftar pengehntian penggunaan BMN, surat
usulan penghapusan BMN beserta lampiran) rangkap 1 diserahkan kepada
panitia penghapusan BMN.
f. Kementerian ESDM menerima menerima Surat permohonan rangkap 3
dan SK pembentukan panitia penghapusan BMN, daftar BMN yang akan
dihapuskan (terdapat harga taksiran), laporan kondisi barang RB
(SIMAK), daftar penghentian penggunaan BMN, surat usulan
49

penghapusan BMN beserta lampiran rangkap 3 lalu diarsipkan


berdasarkan tanggal bersama surat persetujuan penjualan BMN beserta
lampiran rangkap 3 dan 4.
g. Panitia penghapusan BMN menerima Surat permohonan rangkap 1 dan
SK pembentukan panitia penghapusan BMN, daftar BMN yang akan
dihapuskan (terdapat harga taksiran), laporan kondisi barang RB
(SIMAK), daftar penghentian penggunaan BMN, surat usulan
penghapusan BMN beserta lampiran rangkap 1 lalu diarsipkan permanen
berdasarkan tanggal.
h. Kementerian ESDM membuat surat persetujuan penjualan BMN beserta
lampiran dan dirangkap 4. Rangkap 1 diserahkan kepada panitia
penghapusan BMN lalu diarsipkan permanen berdasarkan tanggal).
Rangkap 2 diserahkan kepada KPKNL, rangkap 3 dan 4 diarsipkan secara
permanen berdasarkan tanggal.
i. Panitia penghapusan BMN menerima surat persetejuan penjualan BMN
beserta lampiran dari Kementerian ESDM.
j. Panitia penghapusan BMN menerima surat penetapan hari dan tanggal
lelang dari KPKNL lalu membuat surat tugas dan pengumuman lelang
masing-masing dirangkap 3. Surat penetapan hari dan tanggal, surat
pengumuman lelang rangkap 2 dan 3 diarsipkan secara permanen
berdasarkan tanggal dan surat pengumuman lelang rangkap 1 dkirimkan
ke KPKNL serta 3 rangkap surat tugas dikirimkan ke kepala bagian tata
usaha untuk diotorisasi.
k. Kepala bagian tata usaha melakukan otorisasi terhadap 3 rangkap surat
tugas lalu dikirimkan kepada panitia penghapusan BMN. Setelah itu
mengirimkan surat tugas rangkap 3 ke KPKNL beserta perwakilan panitia
penghapusan BMN sedangkan surat tugas rangkap 2 dan 3 diarsipkan
permanen berdasarkan tanggal dengan BA serah terima rangkap 1.
l. Panitia penghapusan BMN menerima risalah lelang beserta lampirannya
lalu digandakan sebanyak 2 rangkap. Rangkap 1 diserahkan ke
Kementerian ESDM beserta BA serah terima rangkap 1 dan rangkap 2
50

diarsipkan permanen berdasarkan tanggal dengan surat tugas rangkap 2


dan 3.
m. Panitia penghapusan BMN membuat BA serah terima lalu mencetak
menjadi 2 rangkap, rangkap 1 diarsipkan permanen berdasarkan tanggal
dengan surat tugas rangkap 2 dan 3.
4. Prosedur Penghapusan BMN
a. Kementerian ESDM menerima risalah lelang rangkap 1 dan BA serah
terima rangkap 1.
b. Kementerian ESDM membuat SK penghapusan dari daftar BMN beserta
lampiran sebanyak 7 rangkap. Rangkap 7 diserahkan kepada Menkeu,
rangkap 6 diserahkan kepada kepala PPBMN, rangkap 5 dan 4 diarsipkan
sementara berdasarkan tanggal, rangkap 3 diserahkan kepada kepala
badan litbang ESDM, rangkap 2 diserahkan kepada KPKNL, dan
rangkap 1 diserahkan kepada panitia penghapusan BMN.
c. Kepala badan Litbang ESDM menerima SK penghapusan BMN rangkap
3 lalu diarsipkan permanen berdasarkan tanggal.
d. Panitia penghapusan BMN menerima SK penghapusan BMN rangkap 1
lalu diserahkan kepada bagian BMN.
e. Bagian BMN menerima SK penghapusan BMN rangkap 1 lalu melakukan
penghapusan BMN di aplikasi SIMAK, setelah itu menyerahkan kembali
SK penghapusan BMN rangkap 1 kepada panitia penghapusan BMN dan
proses selesai.
f. Panitia penghapusan BMN menerima kembali SK penghapusan BMN
rangkap 1 lalu mengarsipkan permanen berdasarkan tanggal.
51

3.3.5 Flowchart/Bagan Alir Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik Negara


dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung

Prosedur Pembentukan Panitia Penghapusan BMN


Kepala PPPGL Panitia Penghapusan BMN

Mulai

Menerima laporan
barang rusak Laporan barang
rusak
SK pembentukan
panitia
Laporan barang penghapusan BMN
rusak

Membuat rekapan
Membuat SK
data BMN yang
pembentukan
akan dihapuskan
pantia penghapusan
BMN

Mencetak rekapan
Mencetak SK
data BMN yang
pembentukan
akan dihapuskan
pantia penghapusan
BMN

Daftar BMN yang


SK pembentukan
akan dihapuskan
panitia
penghapusan BMN

Keterangan:
BMN = Barang Milik Negara
SK = Surat Keputusan
Phase

Gambar 3.3 Prosedur Pembentukan Panitia Penghapusan BMN


Sumber: Diolah sendiri
52

Prosedur Penghentian Penggunaan BMN


Bagian BMN Kepala Bagian Tata Usaha

2
3

Laporan barang
rusak Laporan kondisi
barang RB (SIMAK)
Daftar BMN yang
akan dihapuskan
Daftar penghentian
penggunaan BMN

Melakukan
pemberhentian Melakukan
penggunaan BMN otorisasi

Laporan kondisi
SIMAK barang RB (SIMAK)

Daftar penghentian
penggunaan BMN

Mencetak daftar
BMN yang
diberhentikan 4
penggunaannya

Laporan kondisi
barang RB (SIMAK)

Daftar penghentian
penggunaan BMN

Keterangan:
BMN = Barang Milik Negara
RB = Rusak Berat
Phase

SIMAK = Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi

Gambar 3.4 Prosedur Penghentian Penggunaan BMN


Sumber: Diolah sendiri
53

Prosedur Penghentian Penggunaan BMN (Lanjutan)


Bagian BMN

Laporan kondisi
barang RB (SIMAK)

Daftar penghentian
penggunaan BMN
Daftar BMN yang
akan dihapuskan
Laporan barang
rusak

Keterangan:
BMN = Barang Milik Negara
RB = Rusak Berat
SIMAK = Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi
Phase

Gambar 3.5 Prosedur Penghentian Penggunaan BMN (Lanjutan)


Sumber: Diolah sendiri
54

Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN


Panitia Penghapusan BMN

5
6

Daftar BMN yang akan


Laporan kondisi barang
dihapuskan
RB (SIMAK)
Laporan barang rusak
Daftar penghentian
penggunaan BMN
Laporan kondisi barang
Daftar BMN yang akan
RB (SIMAK)
dihapuskan
Daftar penghentian T
penggunaan BMN
T

Membuat surat usulan


penghapusan BMN
Memisahkan harga perolehan beserta lampiran
BMN yang berharga <Rp. TIDAK Kemenkeu
100.000.000/unit

Mencetak surat usulan


penghapusan BMN
YA beserta lampiran

Melakukan
penaksiran Surat usulan
harga BMN penghapusan BMN
beserta lampiran

Memasukkan harga
taksiran

Mencetak daftar
BMN yang akan
dihapuskan 7

Daftar BMN yang


akan dihapuskan

Keterangan:
BMN = Barang Milik Negara
RB = Rusak Berat
SIMAK = Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi
Phase

Gambar 3.6 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN


Sumber: Diolah sendiri
55

Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Kepala PPPGL Panitia Penghapusan BMN

Daftar BMN yang akan 8


dihapuskan
Surat usulan
penghapusan BMN Daftar BMN yang akan
beserta lampiran dihapuskan
Surat usulan
penghapusan BMN
beserta lampiran

Melakukan Mengambil dan Menyiapkan


otorisasi semua dokumen usulan
penghapusan BMN dari arsip
sementara
Daftar BMN yang akan
dihapuskan Laporan kondisi barang
RB (SIMAK)
Surat usulan
penghapusan BMN SK pembentukan panitia
beserta lampiran penghapusan BMN
Daftar penghentian
penggunaan BMN

8 Menggandakan semua
dokumen usulan
penghapusan BMN

3
2
Daftar BMN yang akan1
dihapuskan
3
2
Surat usulan 1
penghapusan BMN
beserta lampiran
3
2
SK pembentukan panitia 1
penghapusan BMN
3
2
Laporan kondisi barang 1
RB (SIMAK)
3
2
Daftar penghentian 1
penggunaan BMN

Keterangan:
BMN = Barang Milik Negara
Kepala
RB = Rusak Berat
SIMAK = Sistem Informasi PPBMN
Manajemen dan
Akuntansi 9
SK = Surat Keputusan
Phase

Gambar 3.7 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Sumber: Diolah sendiri
56

Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Kepala Badan Litbang ESDM

Daftar BMN yang akan 1


dihapuskan
SK pembentukan panitia 1
penghapusan BMN
Laporan kondisi barang 1
RB (SIMAK)
Daftar penghentian 1
Penggunaan BMN
Surat usulan penghapusan 1
BMN beserta lampiran

Membuat surat
permohonan

Mencetak surat
permohonan

Menggandakan
semua dokumen

4
3
2
Surat permohonan 1
3
2 T
Daftar BMN yang akan 1
dihapuskan
3
2
SK pembentukan panitia 1
penghapusan BMN
3
2
Laporan kondisi barang 1
RB (SIMAK)
3
2
Daftar penghentian 1
Penggunaan BMN
3
2
Surat usulan penghapusan 1
BMN beserta lampiran

10

11
Kepala
PPBMN

Keterangan:
BMN = Barang Milik Negara
RB = Rusak Berat
SIMAK = Sistem Informasi
Manajemen dan
Phase

Akuntansi
SK = Surat Keputusan

Gambar 3.8 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Sumber: Diolah sendiri
57

Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Kementerian ESDM Panitia penghapusan BMN

10
11

Daftar BMN yang akan 3 Daftar BMN yang akan 1


dihapuskan dihapuskan
SK pembentukan panitia 3 SK pembentukan panitia 1
penghapusan BMN penghapusan BMN
Laporan kondisi barang 3 Laporan kondisi barang 1
RB (SIMAK) RB (SIMAK)
Daftar penghentian 3 Daftar penghentian 1
Penggunaan BMN Penggunaan BMN
Surat permohonan 3 Surat permohonan 1

Menyetujui
usulan T
penghapusan
BMN

Membuat surat
persetujuan
penjualan BMN
beserta lampiran

Membuat surat Diotorisasi


persetujuan oleh Sekjen
penjualan BMN
ESDM
beserta lampiran

4
3
2
Surat persetujuan 1
penjualan BMN beserta
lampiran

12

Ke KPKNL

Keterangan:
BMN = Barang Milik Negara
KPPKNL = Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang
RB = Rusak Berat
SIMAK = Sistem Informasi Manajemen dan
Akuntansi
SK = Surat Keputusan
Phase

Gambar 3.9 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Sumber: Diolah sendiri
58

Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Panitia Penghapusan BMN Kepala Bagian Tata Usaha

12
13

Surat persetujuan 1 3
penjualan BMN beserta 2
lampiran Surat tugas 1

Menerima Surat Penetapan


Hari dan tanggal Lelang dari
KPKNL
Melakukan
otorisasi
Surat penetapan hari
dan tanggal lelang
3
2
Surat tugas 1

Membuat surat
tugas dan
pengumuman lelang

Mencetak surat
tugas dan
pengumuman lelang

Surat Penetapan hari 14


dan tanggal lelang
3
2
Surat pengumuman 1
lelang

2 3
Surat Tugas 1

Melakukan
pengumuman
13
lelang

Ke KPKNL T

Keterangan:
BMN = Barang Milik Negara
KPPKNL = Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang
Phase

Gambar 3.10 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Sumber: Diolah sendiri
59

Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Panitia Penghapusan BMN

14

3
2
Surat tugas 1 Ke KPKNL

Mengirim perwakilan panitia


penghapusan BMN untuk
menyaksikan lelang

Menerima risalah lelang beserta


lampirannya dari KPKNL

Risalah lelang beserta


lampirannya

Menggandakan
risalah relang
beserta
lampirannya

2
Risalah lelang beserta 1
lampirannya

Membuat BA serah
terima

Mencetak BA serah
terima

2
Surat tugas 1

BA serah terima 1 2

2
Risalah lelang beserta 1
lampirannya
pembeli

15
T

Keterangan:
Phase

BA = Berita Acara
KPPKNL = Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Gambar 3.11 Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN (Lanjutan)


Sumber: Diolah sendiri
60

Prosedur Penghapusan BMN


Kementerian ESDM Kepala Badan Litbang ESDM

15

16

Risalah lelang beserta 1 SK penghapusan BMN dari 3


lampirannya daftar BMN beserta lampiran
BA serah terima 1

Membuat SK
penghapusan dari T
daftar BMN beserta
lampiran

Mencetak SK
penghapusan dari
daftar BMN beserta
lampiran

7
6 Menkeu
5
4 Kepala PPBMN
3
2
SK penghapusan BMN dari 1
daftar BMN beserta lampiran

T
Melakukan
penghapusan dari 16
daftar pengguna
BMN

Ke KPKNL

17

Keterangan:
BA = Berita Acara
BMN = Barang Milik Negara
KPPKNL = Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang
Menkeu = Menteri Keuangan
PPBMN = Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara
SK = Surat Keputusan
Phase

Gambar 3.12 Prosedur Penghapusan BMN


Sumber: Diolah sendiri
61

Prosedur Penghapusan BMN (Lanjutan)


Panitia Penghapusan BMN Bagian BMN

17 18

SK penghapusan BMN dari 1


SK penghapusan BMN dari 1 daftar BMN beserta lampiran
daftar BMN beserta lampiran

18 Melakukan
penghapusan dari
daftar BMN

SIMAK
19

SK penghapusan BMN dari 1 SK penghapusan BMN dari 1


daftar BMN beserta lampiran
daftar BMN beserta lampiran

19
T Selesai

Keterangan:
BMN = Barang Milik Negara
SIMAK = Sistem Informasi
Manajemen dan
Akuntansi
Phase

SK = Surat Keputusan

Gambar 3.13 Prosedur Penghapusan BMN (Lanjutan)


Sumber: Diolah sendiri
62

3.3.6 Sistem Pengendalian Internal Dalam Sistem Akuntansi Penghapusan Barang


Milik Negara dengan Harga Perolehan Kurang dari Seratus Juta per Unit Pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung
Dalam menjalankan suatu sistem diperlukan pengendalian internal yang baik atau
memadai sehingga kegiatan yang dilakukan berjalan sesuai apa yang direncanakan.
Dalam hal ini, sistem pengendalian internal pada sistem akuntansi penghapusan
BMN pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) adalah
sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian PPPGL sudah diterapkan atau diwujudkan dengan
baik yang dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:
a. Penegakan integritas dan nilai etika;
Salah satu penegakan integritas dan nilai etika dengan dilakukannya
penerapan good governance pada PPPGL dalam semua kegiatan
operasionalnya diantaranya adalah selalu menjaga transaparansi,
akuntabilitas terhadap setiap kegiatan dengan membuat laporan
pertanggungjawaban setiap selesai melaksanakan suatu kegiatan, selalu
menjaga etika kesopanan dalam bersosialisai antar pegawai, dan
memberikan sanksi tegas kepada pegawai yang melakukan kelalaian
dalam tanggung jawab kerjanya dengan pemotongan gaji.
b. Komitmen terhadap kompetensi;
PPPGL selalu berusaha untuk komitmen terhadap kompetisi khususnya
pada kompetisi karyawan yaitu dengan melakukan evaluasi rutin setelah
melaksanakan kegiatan untuk memperbaiki dan menempatkan karyawan
sesuai keahliannya sehingga akan mengurangi kekeliruan yang fatal dapat
terjadi.
c. Kepemimpinan yang kondusif;
Kepemimpinan yang kondusif sudah PPPGL terapkan di mana dapat
dilihat dari kepala PPPGL selalu melibatkan karyawan dalam mengambil
keputusan dan karyawan yang memiliki jabatan lebih tinggi selalu ada
interaksi dengan karyawan yang memiliki jabatan lebih rendah salah
satunya adalah dengan saling mengunjungi ruangan satu sama lain.
63

d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;


Dalam hal ini PPPGL sudah menerapkan dengan baik yaitu dengan
masing-masing karyawan sudah memiliki tanggung jawab yang harus
diselesaikan agar semua kegiatan yang dilakukan dapat terlaksana dengan
efektif tanpa ada rangkap jabatan atau tidak seimbangnya jumlah
pekerjaan satu karyawan dengan yang lain.
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
Kepala PPPGL berusaha untuk selalu memberikan pemahaman atas tujuan
setiap kegiatan yang dilakukan dan menanamkan bahwa setiap kesalahan
atau kecurangan yang dilakukan akan berdampak kepada semua orang
sehingga dapat berjalan dengan efektif dan mengurangi keurangan yang
mungkin saja dapat terjadi
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat mengenai pembinaan
sumber daya manusia;
Adanya uraian yang jelas mengenai job desk setiap karywan dan kepala
PPPGL harus mengtahui latar belakang karyawan yang bekerja di PPPGL
dengan investigasi dan review pengalaman kerja pada saat proses
perekrutan karyawan.
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2. Penilaian Resiko
Dalam semua kegiatan operasinal PPPGL salah satunya adalah sistem
akuntansi penghapusan BMN ini telah dilaksanakan penilaian resiko dengan
cara mempersiapkan segala sesuatu yang terjadi yaitu panitia penghapusan
BMN harus selalu siap dengan resiko ketika harga taksiran yang dicantumkan
dalam usulan terlalu rendah atau terlalu tinggi maka akan melakukan penilaian
ulang harga tersebut
3. Kegiatan Pengendalian
Dalam sistem ini kegiatan pengendalian yang dilakukan adalah dengan
menggunakan beberapa peraturan yang berkaitan dengan sistem akuntansi
penghapusan BMN baik dari peraturan Kementerian Keuangan dan
Kementerian ESDM.
64

4. Informasi dan Komunikasi


Semua pihak yang terlibat dalam penghapusan BMN selalu berkomunikasi
selama proses pengajuan penghapusan BMN berlangsung baik melalui e-mail,
berkomunikasi secara langsung atau dengan media komunikasi yang lain
untuk menyampaikan informasi yang penting sehingga kesalahan informasi
dapat dihindari.
5. Pemantauan Pengendalian Internal
Pemantauan dilakukan setiap proses yang dilakukan seperti kepala PPPGL
selalu memantau proses usulan penghapusan BMN dan juga dengan adanya
pemeriksaan dari akuntan publik sekaligus dari Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
BAB IV

KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan PKL di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Kelautan (PPPGL) Bandung mengenai Sistem Akuntansi Penghapusan BMN terdapat
beberapa kesimpulan, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Fungsi yang terkait dalam Sistem Akuntansi Penghapusan BMN adalah Kepala
PPPGL, Panitia Penghapusan BMN, Bagian BMN, Kementerian ESDM, dan
Kepala bagian tata usaha. Fungsi tersebut menjalankan tanggung jawabnya dengan
baik dan sebagaimana mestinya sesuai dengan peraturan Kementerian Keuangan
yang berlaku.
2. Dokumen-dokumen yang digunakan dalam Sistem Akuntansi Penghapusan BMN
adalah laporan barang rusak, SK pembentukan panitia penghapusan BMN, daftar
BMN yang akan dihapuskan (belum ada harga taksiran), laporan kondisi barang
RB (SIMAK), daftar penghentian penggunaan BMN, daftar BMN yang akan
dihapuskan (sudah terdapat harga taksiran), surat usulan penghapusan BMn beserta
lampiran, surat permohonan kepala Balitbang, surat persetujuan penjualan BMN
beserta lampiran, surat penetapan hari dan tanggal lelang, surat pengumuman
lelang, surat tugas, risalah lelang beserta lampirannya, BA serah terima, dan SK
penghapusan dari daftar BMN beserta lampirannya. Setiap dokumen telah
diotorisasi dan digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Catatan akuntansi dalam Sistem Akuntansi Penghapusan Barang Milik Negara
dengan Harga Perolehan Kurang Dari Seratus Juta Per Unit Pada Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung adalah laporan kuasa
pengguna barang semseteran dan laporan kuasa pengguna barang tahunan yang
mempengaruhi beberapa akun dalam neraca dan akan dijelaskan secara rinci dalam
catatan atas laporan barang milik negara.
4. Jaringan prosedur dari Sistem Akuntansi Penghapusan BMN dimulai dari prosedur
Prosedur Pembentukan Panitia Penghapusan BMN, Prosedur Pemberhentian
Penggunaan BMN, Prosedur Pengajuan Penghapusan BMN, dan Prosedur
Penghapusan BMN

65
66

5. Flowchart/bagan alir Sistem Akuntansi Penghapusan BMN sudah sesuai dengan


ketentuan yang berlaku sehingga prosesnya berjalan dengan baik dan lancar.
6. Sistem pengendalian internal pada Sistem Akuntansi Penghapusan BMN sudah
baik karena setiap prosedur yang dilakukan berpedoman dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan selalu ada evaluasi dan pemantauan dari
pihak yang bertanggung jawab.
67
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri ESDM Republik Indonesia No. 2038 K/07/MEM/2018 tentang
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di
Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(https://jdih.esdm.go.id/peraturan/Kepmen-esdm-2038-Thn%202018.pdf diakses
pada tanggal 21 Mei 2019 Pukul 17:42)
Laporan Tahunan 2017 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL).
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL).
Mulyadi. 2018. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Purnamasari, E. P. 2015. Panduan Menyusun Standard Operating Procedure. Yogyakarta:


Kobis (Komunitas Bisnis).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 Tahun 2011. Ikatan Akuntan
Indonesia. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 181 /Pmk.06/2016 tentang


Penatausahaan Barang Milik Negara
(https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2016/181~PMK.06~2016Per.pdf diakses pada
tanggal 16 Mei 2019 Pukul 18:31).
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/PMK.06/2016 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara
(www.djkn.kemenkeu.go.id diakses pada tanggal 12 Maret 2019 Pukul 13:30).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan


Barang Milik Negara/Daerah (http://deposit.perpusnas.go.id diakses pada tanggal
12 Maret 2019 Pukul 13:40).

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung: Pusat Penelitan dan
Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 4/PMK.06/2015 tentang
Pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu dari Pengelola Barang
Kepada Pengguna Barang (http://www.djkn.kemenkeu.go.id diakses pada tanggal 01
Mei 2019 Pukul 10:23).
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 42 Tahun 2015 tentang Tata
Naskah Dinas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(https://jdih.esdm.go.id diakses pada tanggal 23 Maret 2019 Pukul 20:00).

Romney, M.B., & Steinbart, P.J. (2015). Sistem Informasi Akuntansi. Edisi 13. Jakarta:
Salemba Empat.
Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sutabri, T. 2016. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: CV. Andi Offset.


www.esdm.go.id/id/profil/arti-logo (diakses pada tanggal 15 Maret 2019 Pukul 09:53).
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN D
LAMPIRAN D
LAMPIRAN D
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
LAMPIRAN F
LAMPIRAN G

LAPORAN BARANG RUSAK


PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN

No. Nomor Inventaris Nama Barang Jumlah Tahun Perolehan Kondisi


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
LAMPIRAN H
LAMPIRAN H
LAMPIRAN H
LAMPIRAN I
LAMPIRAN J
LAMPIRAN J
LAMPIRAN K
LAMPIRAN L

LAMPIRAN Usulan Penghapusan


Nomor ....../..../BLK/20....
Tanggal
DAFTAR BARANG INVENTARIS MILIK NEGARA YANG DIKELOLA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
DIUSULKAN PROSES PENGHAPUSAN TAHUN 2017

JUMLAH
NO. NOMOR NAMA TAHUN HARGA KONDISI HARGA
NUP MERK/TYPE SATUAN KETERANGAN
URUT INVENTARIS BARANG PEROLEHAN BARANG
PEROLEHAN FISIK TAKSIRAN
LAMPIRAN M
LAMPIRAN M
LAMPIRAN M
LAMPIRAN M
LAMPIRAN M
LAMPIRAN M
LAMPIRAN M
LAMPIRAN M
LAMPIRAN M
LAMPIRAN N
LAMPIRAN N
LAMPIRAN O
LAMPIRAN O
LAMPIRAN P
LAMPIRAN Q
LAMPIRAN R
LAMPIRAN S
LAMPIRAN S
LAMPIRAN S
LAMPIRAN S
LAMPIRAN S
LAMPIRAN S
LAMPIRAN S
LAMPIRAN S
LAMPIRAN S
LAMPIRAN T
LAMPIRAN U
LAMPIRAN U
LAMPIRAN U
LAMPIRAN U
LAMPIRAN U
LAMPIRAN O
LAMPIRAN F
LAMPIRAN M

Anda mungkin juga menyukai