Hahq
Hahq
1, Februari 2016
Jaya Pramono
Fakultas Ekonomika dan Humaniora, Universitas Dhyana Pura Bali
e-mail: jayapramono@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi isu-isu pengelolaan lingkungan pada hotel berbintang di
Bali. Responden dalam penelitian ini adalah 126 orang pimpinan/pengelola hotel. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah kuesioner yang dianalisis melalui statistik deskriptif. Temuan penelitian menunjukkan
bahwa isu-isu pengelolaan lingkungan menempati posisi yang sangat penting pada manajemen hotel dan menjadi
dasar pemikiran bagi para pengelola hotel berbintang di Bali untuk melakukan pengelolaan lingkungan. Dari ke
tujuh isu yang dianalisis, ada tiga isu yang terindikasi penting mendorong hotel untuk melakukan pengelolaan
lingkungan yaitu tekanan dari agen perjalanan wisata, tekanan pelanggan dan wisatawan, dan perubahan iklim.
Terdapat perbedaan antara hotel berbintang satu, dua, dan tiga dengan hotel berbintang empat dan lima terkait
dengan tingkat penting isu-isu tersebut. Bagi pengelola hotel berbintang satu, dua, dan tiga, isu-isu berada pada
kategori “penting”, sedangkan bagi pengelola hotel berbintang empat dan lima, hal tersebut berada pada kategori
“sangat penting”.
Kata kunci: isu pengelolaan lingkungan, hotel berbintang, agen perjalanan wisata, perubahan iklim
ABSTRACT
Aim of this studyis to identify environmental management issues at starred hotels in Bali. Respondent of this
study was 126 hotel manager. The data obtained through questionnaire which was analyzed by descriptive
statistic. The findings show that environmental management issues take an important place to the hotel
management and emerge as bases for hotel manager of starred hotels in Bali for carrrying out environmental
management. Out of seven issues analyzed in this study, three of them emerge as important issues i.e. pressure
from travel agent, pressure from customer and tourist, and cimate change. There is a significant difference
among one, two, and three starred hotels and four and five starred hotels related to the significance of those
issues. For manager of one, two, and three starred hotels, those issues are in “important” category, whereas
for four and five starred hotels, they are in “very important” categories which push them to do management of
environment.
Keywords: environmental management issue, starred hotel, travel agent, climate change
pemerintah dan nonpemerintah, perusahaan, dan menyajikan strategi untuk transisi ke arah
konsumen semakin ber fokus pada perlunya pembangunan yang berkelanjutan.
menjalani hidup yang selaras dengan lingkungan dan Bagi Provinsi Bali, pengelolaan lingkungan
mengurangi kerusakan lingkungan yang ada. Konsep teraktualisasi dalam program Tri Hita Karana. Sejak
keberlanjutan ini juga menjadi momentum penting tahun 2000, melalui Tri Hita Karana Awards,
pada industri perhotelan seperti yang dikemukakan dilakukan penilaian pengelolaan lingkungan secara
oleh Ernst dan Young (2008). tidak langsung sehubungan dengan pembangunan
Moreno et al. (2004) mencatat ada dua alasan pariwisata yang berlangsung di Bali yang dinilai
utama di balik perhatian pada isu lingkungan ini. dalam tiga komponen utama yaitu hubungan manusia
Pertama, diyakini masyarakat dan pemerintah telah dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia,
menyadari bahwa hotel sebagai lembaga komersial dan hubungan manusia dengan alam. Tujuan utama
yang memiliki sumberdaya keuangan, kecakapan program ini adalah agar pengelolaan pariwisata di
teknik, dan visi, sebaiknya mengembangkan solusi Bali dapat berlangsung secara berkelanjutan. Pada
ekologi untuk masalah lingkungan. Kedua, Tri Hita Karana Awards konsep yang terkait
kemampuan untuk mengembangkan solusi ekologi dengan lingkungan adalah konsep palemahan,
ini berkaitan erat dengan kepentingan hotel pada sisi berasal dari kata lemah yang berarti tanah atau
promosi karena penanganan masalah lingkungan lingkungan. Konsep ini menekankan semua aspek
dengan baik dan bijaksana akan menjadi keunggulan yang berhubungan dengan lingkungan berdasarkan
kompetitif bagi hotel dari sisi promosi. kepercayaan bahwa lingkungan yang baik akan
Sesuai dengan konsep ini, dalam kegiatan memberikan kehidupan yang lebih baik pula (Putra,
operasionalnya, hotel didorong untuk menerapkan 2009).
konsep ramah lingkungan yang menuju pada Menurut Cordeiro dan Sarkis (1997), perencanaan
keberlanjutan melalui berbagai inisiatif seperti dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang
program pendidikan, program reboisasi, eco-resort, konsisten pada hotel berkaitan dengan prinsip
efisiensi energi, dan pengembangan bangunan sesuai ekonomi yang memunculkan konsep biaya, tidak
dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. hanya ditentukan oleh keuntungan-keuntungan yang
Intinya, industri yang semakin “hijau” telah menjadi akan diperoleh, tetapi juga berdampak pada biaya
tren dan kepedulian utama para wisatawan. Hal ini yang pasti akan mempengaruhi tampilan bisnis.
didasarkan atas sebuah survei konsumen yang Bertentangan dengan pandangan ini, Robinot dan
menunjukkan bahwa 75 persen wisatawan Giannelloni (2010), menyatakan bahwa sebaiknya
mengatakan mereka adalah konsumen yang atribut-atribut pengelolaan lingkungan tidak
berpikiran ramah lingkungan dan 54 persen diinformasikan secara langsung kepada tamu karena
mengemukakan bahwa selain berpikiran ramah akan berdampak pada adanya risiko mendapat
lingkungan mereka juga ingin tinggal di hotel yang penilaian yang kurang layak dari mereka. Dijelaskan
menunjukkan keperdulian terhadap lingkungan lebih lanjut bahwa, meskipun demikian, sangat
(Feiertag, 1994). penting bagi pihak hotel untuk selalu mengupayakan
Berkembangnya keperdulian terhadap pengelolaan lingkungan hotel dengan cara terus-
pengelolaan bisnis yang ramah lingkungan dari semua menerus berinvestasi meningkatkan atribut-atribut
komponen pariwisata (termasuk wisatawan), layanan yang semakin ramah lingkungan.
mengakibatkan program sertifikasi lingkungan di Kontradiksi antara manfaat dan biaya seperti
tingkat global untuk industri perjalanan dan yang telah didiskusikan sebelumnya membuat isu
pariwisata juga mengalami perkembangan. Konsep pengelolaan lingkungan menjadi penting. Terlebih lagi
ini awalnya dikembangkan pada tahun 1996 oleh tiga dengan gencarnya tekanan dari wisatawan dan
organisasi internasional yaitu World Travel & operator pariwisata lainnya yang semakin perduli
Tourism Council, Organisasi Pariwisata Dunia, dan dengan lingkungan. Pengelolaan lingkungan ini juga
Dewan Bumi. Ketiga organisasi ini bersama-sama penting untuk hotel karena banyak hotel saat ini tidak
mencetuskan ide “Green Globe,” sebuah hanya diukur kinerja keuangannya, melainkan juga
benchmarking sertifikasi dan kinerja sebagai tanggung jawabnya terhadap lingkungan yang pada
bentuk program perbaikan berdasarkan prinsip- gilirannya mempengaruhi para pemegang saham dan
prinsip Agenda 21. Program ini mengidentifikasi isu- konsumennya (Henriques & Sadorsky,1999).
isu lingkungan dan pembangunan yang mengancam Berbeda dengan artikel-artikel ilmiah
perekonomian dan keseimbangan ekologi selain sebelumnya yang berkaitan dengan lingkungan,
66 Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol. 10, No. 1, Februari 2016
paper ini menggambarkan isu-isu pengelolaan hotel berupaya secara simultan meminimalkan
lingkungan pada hotel berbintang di Bali berdasarkan konsumsi pelanggan dan pembungkusan yang
pandangan dari para pengelola hotel yang menggunakan plastik; pengunaan container atau
diasumsikan memiliki akses dan peran utama baik material yang dapat diurai dan dipakai kembali seperti
dalam pengelolaan lingkungan pada hotel berbintang gelas dan kertas; dan pengumpulan sampah secara
maupun dalam aspek lain yang mendorong hotel selektif. Akan tetapi, seperti catatan Brown (1994),
melakukan pengelolaan lingkungan. meskipun dalam prakteknya banyak hotel memiliki
label lingkungan, alasan utamanya semata-mata
Pengelolaan Lingkungan Pada Hotel karena adanya kepentingan regulasi, penghematan
Studi tentang pengelolaan lingkungan mencakup sumberdaya, dan tekanan dari biro perjalanan wisata/
penelitian tentang semua kegiatan teknis dan pelanggan/wisatawan.
organisasi guna mengurangi dampak lingkungan yang Kirk (1995) melihat adanya hubungan antara
disebabkan oleh kegiatan operasional perusahaan karakteristik tertentu dari industri pariwisata dengan
(Cramer, 1998). Konsep ini menyangkut adanya misi isu-isu lingkungan. Karakteristik tertentu ini dapat
pengurangan dampak lingkungan, yang penekanannya membentuk str ategi lingkungan pada hotel.
mengarah pada beberapa keputusan pengelola hotel Karakteristik terebut adalah pertama, kegiatan
yang secara sengaja dapat mengurangi dampak operasional hotel menghasilkan buangan sampah
lingkungan pada hotel. pada areal yang luas karena kegiatan-kegiatan
Pengelolaan lingkungan melibatkan berbagai tersebut mencakup sejumlah besar sub-bagian/
inisiatif lingkungan yang mungkin berbeda dalam departemen hotel yang masing-masing
implementasinya tergantung dari jenis industri, membutuhkan sejumlah energi, air, makanan, kertas,
karakteristik organisasi, dan dampaknya terhadap dan sumberdaya lain. Dijelaskan lebih lanjut bahwa
lingkungan. Inisiatif-inisiatif pengelolaan lingkungan hal ini berkontribusi pada penambahan sejumlah kecil
dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang polusi terhadap lingkungan dalam bentuk asap, bau,
berbeda seperti pencegahan teknis dan organisasional kebisingan, dan polutan akibat bahan kimia.
atau kategori polusi dan pengendalian polusi (Cramer, Kedua, peraturan lingkungan dalam industri
1998; Russo & Fouts,1997). pariwisata hampir tidak ada dibandingkan di sektor
Pada tahun 1995, International Hotel and lain seperti manufaktur. Ketiga, konsumen industri
Restaurant Association mempublikasikan pariwisata adalah wisatawan yang menjadi tamu
checklist lingkungan yang komprehensif dan hotel yang kehadirannya berpengaruh langsung
action development guide untuk hotel kecil dan terhadap kegiatan layanan yang terjadi di hotel.
menengah. Publikasi ini membantu hotel dalam hal Ketiga aspek ini mengakibatkan adanya tiga bentuk
penyediaan informasi yang lebih rinci untuk sistem pengelolaan lingkungan pada hotel yaitu (1) aktivitas
pengelolaan lingkungan. Hampir semua hotel telah pengelolaan lingkungan yang bersifat sukarela
mengimplementasikan program ini dengan berbagai (voluntary), (2) aktivitas pengelolaan lingkungan
tingkat intensitas. Survei yang dilakukan tentang yang melibatkan tamu sebagai pelanggan dalam
implementasi program ini menunjukkan bahwa implementasi usaha-usaha pengelolaan lingkungan;
manfaat paling signifikan dari pengelolaan dan (3) aktivitas pengelolaan lingkungan yang
lingkungan bagi hotel adalah perbaikan citra publik terfokus pada usaha-usaha prevensi terhadap pulusi
dan hubungan yang lebih baik dengan masyarakat dan/atau aspek-aspek organisasi pengelolaan
setempat (Kirk, 1995). Namun, bagi para pekerja lingkungan. Sifat sukarela dalam implementasi
hotel, kebijakan lingkungan ini lebih bermanfaat praktek-praktek lingkungan pada hotel terjadi karena
pada kinerja pengelolaan keuangannya. kurangnya aspek normatif yang bersifat wajib,
Pengelolaan lingkungan di hotel harus apalagi keadaan ini diperkuat oleh fakta bahwa
mencakup semua aktivitas hotel yang berdampak dampak lingkungan pada hotel meliputi area yang
pada lingkungan dan mengembangkan praktek- luas yang membuat masyarakat umum sulit untuk
praktek yang lebih luas untuk menguranginya. menerima pendapat bahwa hotel berperan langsung
Contohnya, dalam mengurangi penggunaan energi dalam perusakan lingkungan (Brown, 1994; Kirk, 1995).
pengelola hotel harus mengontrol dan memperbaiki Kebutuhan untuk melibatkan pelanggan atau
ventilasi dan alat pendingin, pencahayaan, dan wisatawan didasarkan atas peran aktif wisatawan,
fasilitas lain yang membutuhkan energi yang baik dalam pelayanan yang diharapkan maupun
digunakan dalam areal yang berbeda. Selain itu, dengan cara bagaimana wisatawan dapat
untuk mengurangi sampah yang dihasilkan, pihak berkontribusi pada usaha-usaha untuk meminimalkan
Jaya Pramono, Isu-isu Pengelolaan Lingkungan pada ... . 67
Tabel 2. Distribusi Jawaban Responden Tentang Isu-Isu Lingkungan yang Mendorong Hotel
Berbintang di Bali untuk Melakukan Pengelolaan Lingkungan
sesuai Hasil Interpretasi Kategorisasi
melakukan peyusunan peraturan ini pemerintah tidak Isu perubahan iklim (climate change) bagi
melibatkan organisasi seperti Bali Hotel Assosiation hotel-hotel berbintang satu, dua, dan tiga
(BHA) atau Perhimpunan Hotel dan Restoran menunjukkan skor 4,36 yang termasuk dalam
Indonesia (PHRI). Selain itu, peraturan yang ada ketegori IV (agak penting) sebagai dasar manajemen
tidak disertasi dengan/mencantumkan pemberian dalam upaya melakukan pengelolaan lingkungan.
instruksi pelaksanaan dan sanksi yang tegas bagi Sementara itu, bagi hotel berbintang empat dan lima
hotel yang tidak/belum mengimplementasikan isu ini menunjukkan skor 5,80 yang termasuk dalam
peraturan ini. Pengelola hotel berbintang seringkali kategori VI (sangat penting) sebagai dasar
tidak memiliki pemahaman yang jelas terkait dengan manajemen dalam melakukan pengelolaan lingkungan.
penerapan peraturan tersebut. Ini dapat menjadi Isu kprihatinan pada masalah lingkungan global
suatu pertanda bahwa peraturan pemerintah bukan lainnya bagi hotel-hotel berbintang satu, dua, dan
menjadi pertimbangan utama bagi pengelola hotel tiga menunjukkan skor 5,08 yang termasuk dalam
untuk melakukan pengelolaan lingkungan. Untuk ketegori V (penting) sebagai dasar manajemen untuk
mengklarifikasi fenomena ini perlu dilakukan melakukan pengelolaan lingkungan, sedangkan bagi
penelitian lanjut. hotel berbintang empat dan lima, isu ini ada pada
Isu penghematan sumberdaya bagi hotel-hotel skor 5,90 yang termasuk dalam ketegori VI (sangat
berbintang satu, dua, dan tiga menampakkan skor penting) sebagai dasar manajemen mau melakukan
sebesar 4,42 yang termasuk dalam ketegori IV (agak pengelolaan lingkungan. Jika diperhatikan isu
penting) sebagai dasar melakukan pengelolaan keprihatinan pada masalah lingkungan global
lingkungan. Sementara itu, bagi hotel berbintang lainnya tidak signifikan atau belum merupakan
empat dan lima, isu ini menunjukkan skor 6,20 yang pertimbangan utama bagi pihak manajemen hotel
termasuk dalam kategori VII (amat sangat penting) berbintang di Bali untuk mau melakukan
sebagai dasar bagi manajemen melakukan pengelolaan lingkungan. Hal ini kemungkinan
pengelolaan lingkungan. Bagi pengelola hotel, disebabkan secara umum, Bali sebagai sebuah
penghematan sumberdaya dan adanya manfaat dari destinasi pariwisata termasuk dalam lingkaran ring
pemotongan biaya operasional hotel terindikasi of fire yang rawan terkena bencana alam, isu penyakit,
tidak menjadi isu utama untuk melakukan isu keamanan dan politik, terorisme, dan lainnya. Ini
pengelolaan lingkungan. Hal ini dapat disebabkan dapat berkontribusi pada adanya pembiasaan
nilai ekonomis dari proses penghematan (pengelola hotel sudah terbiasa) berhadapan
sumberdaya dan potongan biaya operasional terlihat langsung dengan isu-isu seperti ini yang selalu
kecil nilainya jika dipilah per bulan dan tidak menjadi bagian dari aktivitas keseharian pada kegiatan
memberikan manfaat jika dibandingkan dengan operasional pengelolaan hotel berbintang di Bali.
uang layanan (service charge), tips atau uang lainnya Manfaat dari pemotongan biaya operasional
yang diperoleh di hotel. bagi hotel-hotel berbintang satu, dua, dan tiga
Isu tekanan dari Biro Perjalanan Wisata bagi menunjukkan skor 4,87 yang termasuk dalam
hotel-hotel berbintang satu, dua, dan tiga ketegori V (penting) sebagai dasar pihak manajemen
menunjukkan skor sebesar 4,11 yang termasuk hotel melakukan pengelolaan lingkungan. sementara
dalam ketegori IV (agak penting) sebagai dasar bagi hotel berbintang empat dan lima isu ini berada
manajemen melakukan pengelolaan lingkungan. pada skor 5,70 yang termasuk dalam ketegori VI
Sementara itu, bagi hotel berbintang empat dan lima, (sangat penting) yang mempengaruhi manajemen
isu ini ada pada skor 5,80 yang termasuk dalam melakukan pengelolaan lingkungan.
kategori VI (sangat penting) sebagai dasar
manajemen melakukan pengelolaan lingkungan. SIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL
Isu tekanan pelanggan dan wisatawan bagi PENELITIAN
hotel-hotel berbintang satu, dua, dan tiga berada Secara umum, isu-isu pengelolaan lingkungan
pada skor 4,85 atau termasuk dalam ketegori V sangat penting posisinya dan menjadi pertimbangan
(penting) sebagai dasar manajemen melakukan hotel berbintang di Bali untuk melakukan
pengelolaan lingkungan. Di lain pihak, bagi hotel pengelolaan lingkungan. Akan tetapi, terdapat
berbintang empat dan lima, isu ini menunjukkan skor perbedaan tingkat kepentingan antara hotel bintang
sebsar 5,90 yang termasuk dalam kategori VI (sangat empat dan lima dengan hotel bintang satu, dua, dan
penting) sebagai dasar untuk manajemen melakukan tiga. Bagi hotel berbintang satu, dua, dan tiga; isu-
pengelolaan lingkungan. isu lingkungan berada pada tingkat “penting”,
72 Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan Vol. 10, No. 1, Februari 2016
sedangkan bagi hotel berbintang empat dan namun secara langsung mensosialisasikannya kepada
lima,tingkatannya dilaporkan”sangat penting” yang pihak hotel sekaligus mengawasi serta memonitor
menyebabkan mereka merasa perlu untuk penerapannya secara langsung.
melakukan pengelolaan lingkungan. Isu perubahan iklim (climate change) juga
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari ketujuh merupakan isu kunci yang mengemuka. Perubahan
isu-isu yang mengemuka, hanya ada tiga isu yang iklim suka atau tidak suka manjadi tantangan
tampak signifikan untuk diperhatikan yaitu 1) tersendiri bagi pengelola atau pihak manajemen
tekanan dari travel agent (biro perjalanan wisata), hotel. Sulitnya memprediksi iklim dan keadaan alam
2) tekanan pelanggan dan wisatawan, dan 3) misalnya, akan berdampak pada kesulitan dalam
perubahan iklim (climate change). Sementara itu, mengatur kegiatan operasional rutin hotel di open
isu lainnya yakni 1) peraturan pemerintah, 2) isu space. Belum lagi hal ini akan berdampak baik pada
penghematan sumberdaya, 3) keprihatinan pada terganggunya aktivitas tamu yang menginap di hotel
masalah lingkungan global lainnya, dan 4) adanya seperti debu yang menyebabkan tamu mengalami
manfaat dari pemotongan biaya operasional, gangguan saluran pernafasan, maupun dampak
dianggap tidak penting bagi pihak hotel untuk terhadap lingkungan langsung hotel, misalnya banjir,
melakukan pengelolaan lingkungan. serta sampah “kiriman” di sekitar pantai.
Hasil penelitian ini akan berimplikasi secara Hasil penelitian ini menegaskan bahwa isu
praktis, khususnya terhadap pengelolaan lingkungan perubahan iklim memberi kontribusi penting
di hotel berbintang di Provinsi Bali. Isu-isu terhadap proses pengelolaan lingkungan yang
lingkungan yang ada di industri pariwisata dan dilakukan pengelola hotel berbintang di Bali.
perhotelan memiliki banyak aspek dan dimensi. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk
Seperti yang dikemukakan pada simpulan, hasil menginvestigasi dampak perubahan iklim ini pada
penelitian ini manggambarkan bahwa ada tiga isu industri perhotelan di Bali.
utama yang menyebabkan hotel terdorong untuk
melakukan proses pengelolaan lingkungan yakni 1) REFERENSI
adanya tekanan dari travel agent, 2) adanya Amit, R., and Schoemaker, P.J.H.. 1993. Strategic
tekanan dari pelanggan dan wisatawan, serta 3) assets and organizational rent. Strategic
terwacanakannya perubahan iklim (climate Management Journal, 14 (1): 33–46.
change) yang semakin lama semakin terasa Andersen, O. 1997. Industrial ecology and some
dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. implications for rural SMEs. Business Strategy
Isu tekanan dari pihak travel agent dan and the Environment, 6 (3): 146–52.
wisatawan membuktikan betapa pentingnya peran Arago´n-Correa, J.A. 1998. Strategic proactivity and
kedua pihak tersebut dalam mempengaruhi pengelola firm approach to the natural environment.
hotel untuk bersedia melakukan pengelolaan Academy of Management Journal, 41 (5): 556–67.
lingkungan. Apalagi manfaat utama yang dirasakan Barney, J.B. 1991. Firm resources and sustained
oleh pengelola hotel berbintang yang ada di Bali dari competitive advantage. Journal of Management,
proses pengelolaan lingkungan adalah kepuasan 17 (1): 99–120.
tamu. Temuan ini menguatkan posisi tren green Brown, M. 1994. Environmental Auditing and the
industry atau industri hijau dimana semakin banyak Hotel Industry: An Accountants Perspective,
tamu/wisatawan mengatakan bahwa mereka adalah in A.V. Seaton, C.L. Jenkins, R.C. Wood,
konsumen yang berpikiran ramah lingkungan dan P.U.C. Pieke, M.M. Bennet, L.R.
ingin berkontribusi untuk perduli terhadap lingkungan. McLellan and R. Smith (eds). 1999. Tourism: The
Selain itu, jika selama ini dalam State of the Art, Chichester. John Willey &
mengimplementasikan peraturannya, pemerintah Sons, New York.
cenderung langsung berhubungan dengan pihak Cordeiro, J.J. and Sarkis, J. 1997. Environmental
pengelola hotel, sekarang sudah saatnya untuk proactivism and firm performance: evidence
menyasar biro perjalanan wisata dan wisatawan. from security analyist earning forecast.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui Business Strategy and the Environment, 6 (2):
edukasi biro perjalanan wisata dan wisatawan 104–14.
tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan Cramer, J. 1998. Environmental management: from
melalui mekanisme pengelolaan lingkungan pada “fit” to “strech”. Business Strategy and the
hotel berbintang di Bali. Tidak hanya dengan Environment, 7 (3): 162–72.
pendekatan konvensional seperti membuat peraturan,
Jaya Pramono, Isu-isu Pengelolaan Lingkungan pada ... . 73
Dobers, P. 1997. Strategies for environmental Kirk, D. 1995. Environmental management in hotels.
control: a comparison between regulation and International Journal of Contemporary
centralized control in germany and reforms Hospitality Management 7 (6): 3-8.
leading to decentralized control in Sweden. Merritt, Q. 1998. EM into SME wont go? Attitudes,
Business Strategy and the Environment, 6 (1): awareness and practices in the London Borough
34–45. of Croydon. Business Strategy and the
Donaldson, T. and Preston, L.E. 1995. The Environment, 7 (2): 90–100.
stakeholder theory of the corporation: concepts, Moreno, Eva Carmona, Jose´Ce´spedes-Lorente and
evidence, and implications. Academy of Jero´nimo de Burgos-Jimenez. 2004.
Management Review, 20 (1): 65–91. Environmental strategies in Spanish hotels:
El Dief, M., and Font, X. 2010. Determinants of contextual factors and performance. The
environmental management in the Red Sea Service Industries Journal, 24 (3): 101–130.
Hotels: personal and organizational values and Mycock, S., and Baker., C 2008. Environmental
contextual variables. International Centre for Management for Hotels: The Industry Guide
ResponsibleTourism. ICRT Occasional Paper to Sustainable Operation by International
No. 17. Tourism Partnership. John Willey & Sons,
Ernst and Young. 2008. Hospitality going green. New York.
global hospitality insights. A publication for the Nehrt, C. 1996. Timing and intensity effects of
hospitality industry (cited 2013 Jun.15). environmental investments. Strategic
Available from: http://www.irei.com/ uploads/ Management Journal, 17 (7): 535–47.
marketresearch/128/marketResearchFile/ Putra, K.G.D. 2009. Tri Hita Karana Awards
hospitality_insights_DF0052.pdf &Accr editation:Menuju Pembangunan
Feiertag, H. 1994. Boost sales with environmental- Pariwisata yang Berkelanjutan dan Ramah
driven strategy. Hotel and Motel Management, Lingkungan. Center for Environmental Studies
209 (2): 8-18. Faculty of Science Udayana University. (cited
Fineman, S., and Clarke, K. 1996. Green 2012 Jan. 2010] Available from: http://
Stakeholders, Industry Interpretations and kgdharmaputra. blogspot.com/2009/12/tri-
Response. Journal of Management Studies, 33 hita-karana-awards accreditation.html
(6): 715-730. Russo, M. V., and Fouts, P.A. 1997. A resource-
Freeman, R.E. 1984. Strategic Management: A based perspective on corporate environmental
Stakeholder Approach. Boston: Pitman. performance and profitability. Academy of
Frooman, J. 1999. Stakeholder influence strategies. Management Journal 40 (3): 534-559.
Academy of Management Review, 24 (2): 191–205. Sharma, S., and Vredenbur, H. 1998. Proactive
Grant, R.M. 1991. The resource-based theory of corporate environmental strategy and the
competitive advantage: implications for development of competitive valuable
strategy formulation. California Management organizational capabilities. Strategic
Review, 33 (3): 114–35. Management Journal, 19 (8): 729-753.
Guimarães, T. Y., and Liska, K. 1995. Exploring the www.disparda.baliprov.go. Statistik Pariwisata.
business benefits of environmental stewardship. Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali.
Business Strategy and the Environment, 4 (1): 9-22. Diunduh Tanggal 10 Februari 2015.
Henriques, I. Y., and Sadorsky, P. 1999. The Walley, N., and Whitehead, B. 1994. Its not easy
relationship between environmental commitment being green. Harvard Business Review, 72 (3):
and managerial perceptions of stakeholder 46–50.
importance. Academy of Management Journal, Welford, R. 1995. Environmental Strategy and
42 (1): 87-99. Sustanaible Development. The Corporate
IHEI (International Hotels Environment Initiative). Challenge for the 21st Century. London & New
1993. Environmental Management for Hotels. York: Routledge.
Oxford: Butterworth-Heinemann. Worrell, D., Gilley, K.M., Davidson III, W.D., and
Judge, W.Q., and Douglas, T.J. 1998. Performance El-Jely, A. 1995. When green turns to red: stock
implications of incorporating natural market reaction to announced greening
environmental issues into the strategic planning activities. Paper presented at the Academy
process: an empirical assessment. Journal of of Management Meeting, Vancouver.
Management Studies, 35 (2): 241–62.