Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan praktik green hotel adalah penelitian

dari Jonet (2013) dengan judul “Green Hotel Sebagai Daya Saing Suatu Destinasi

(Studi Kasus Pada Industri Hotel Berbintang di Wilayah Yogyakarta)”. Penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan penerapan green hotel di wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) serta persepsi pengelola hotel terhadap peran green hotel dalam

menciptakan daya saing Daerah Istimewa Yogyakarta.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode survey yaitu : wawancara, observasi, dan kuesioner. Sampel sendiri diambil dari

hotel berbintang 4 dan 5 yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),

yakni sebanyak 20 hotel. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan

diinterpresikan melalui proses membandingkan data yang diperoleh dengan teori-teori

yang relevan dan standar green hotel.

Sedangkan, hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan standar

green hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya sudah menerapkan praktek

ramah lingkungan. Namun, dalam penerapannya terdapat beberapa kendala yaitu

adanya sikap kurang konsisten yang dilakukan oleh staf hotel, kurangnya kesadaran

tamu, minimnya sosialisasi serta adanya anggapan bahwa penerapan green hotel justru

membutuhkan biaya yang mahal.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2014) dengan judul “Aktivitas Public

Relations Jogjakarta Plaza Hotel Dalam Mengkomunikasikan Program Green Hotel

Kepada Publik Internal dan Eksternal Periode 2011-2013”. Penelitian ini bertujuan

1
untuk mengetahui aktivitas, faktor pendukung dan faktor penghambat public relations

Jogjakarta Plaza Hotel dalam mengkomunikasikan program green hotel award kepada

publik internal dan eksternal.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan deskriptif

kualitatif, dengan menggunakan pendekatan studi kasus berdasarkan penelitian

permasalahan yang diperoleh pada objek penelitian yaitu public relation Jogjakarta

Plaza Hotel.

Hasil dari penelitian ini adalah aktivitas public relations dalam

mengkomunikasikan program green hotel kepada public internal dan eksternal sudah

cukup baik. Aktivitas public relation Jogjakarta Plaza Hotel lebih kepada teknis

komunikasi. Dimana aktivitas mengkomunikasikan program green hotel yang

dilaksanakan kepada internal dan eksternal tahun 2011-2013 banyak menggunakan

media massa.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2014) dengan judul “Pengaruh Konsep

Green Hotel Terhadap Minat Berkunjung Wisatawan ke Kota Bandung”. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis tanggapan wisatawan, minat wisatawan dan pengaruh

kunjungan wisatawan terhadap konsep green hotel di Kota Bandung.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

penyebaran kuesioner atau angket, penelitian lapangan atau observasi, studi literature,

dan e-literatur. Teknik sampel menggunakan teknik sampling purposive, sampel ini

diambil dari wisatawan yang sedang berkunjung ke Kota Bandung atau berasal dari luar

Kota Bandung, sedikit banyak memiliki pengetahuan seputar hotel yang berwawasan

2
lingkungan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi

linear sederhana dan analisis korelasi.

Berdasarkan hasil penelitian, dari delapan aspek yang terdapat pada konsep green

hotel seperti manajemen hotel yang berwawasan lingkungan, operasional hotel

berwawasan lingkungan, tata guna lahan, efisiensi penggunaan material bangunan,

efisiensi energi, kualitas pengudaraan, efisiensi air, dan pengelolaan limbah, yang

memiliki pengaruh lebih besar adalah aspek manajemen hotel berwawasan lingkungan.

Sedangkan minat wisatawan dalam memutuskan untuk berkunjung atau menginap di

sebuah hotel tentunya dapat dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, yaitu : pilihan

produk, pilihan merek, pilihan saluran distribusi, waktu pembelian, jumlah pembelian,

dan metode pembayaran. Berdasarkan hasil penelitian, dari keenam faktor yang

mempengaruhi minat berkunjung, yang memiliki pengaruh paling besar adalah pilihan

produk dan waktu pembelian. Sedangkan, seharusnya pemerintah lebih gencar dalam

mensosialisasikan konsep green hotel kepada masyarakat dan pengusaha hotel sehingga

konsep green hotel dapat berpengaruh lebih besar terhadap minat wisatawan ke Kota

Bandung.

Berdasarkan penelitian yang ada, maka penelitian ini memiliki perbedaan dengan

penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian, objek

penelitian, dan metode penelitian. Sedangkan penelitian ini dan sebelumnya sama-sama

membahas mengenai green hotel. Sedangkan, manfaat dari penelitian sebelumnya

terhadap penelitian ini adalah penelitian sebelumnya dijadikan sebagai bahan referensi

untuk teori.

3
2.2 Tinjauan Konsep

2.2.1 Tinjauan Tentang Implementasi

Menurut Nursin Usman mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi

atau pelaksanaan sebagai berikut:

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan

yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”

Implementasi atau pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari

sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana

pelaksanaan atau implementasi bisa diartikan penerapan.

Majone dan Wildavsky (Usman, 2002 :70) mengemukakan pelaksanaan sebagai

evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah perluasan

aktivitas yang saling menyesuaikan.

Implementasi (Syukur, 1987 : 40) merupakan aktivitas dan usaha-usaha yang

dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah

dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang

diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan

bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut

setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan,

langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna

mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa

implementasi merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana atau

4
program yang strategis yang sudah disusun secara matang dan terperinci guna mencapai

sasaran dari program yang ditetapkan semula.

2.2.2 Tinjauan Tentang Green Hotel

Perkembangan dalam sektor pariwisata saat ini melahirkan konsep pengembangan

pariwisata alternatif yang tepat, dan secara aktif membantu menjaga kelangsungan

pemanfaatan budaya, dan alam secara berkelanjutan dengan memperhatikan segala

aspek dari ekonomi masyarakat, lingkungan dan sosial budaya. Konsep pengembangan

pariwisata idealnya mengarah kepada hal yang menunjang pelestarian lingkungan dan

budaya lingkungan sekitar, serta mendukung perkembangan perekonomian. Pariwisata

berkelanjutan atau sustainable tourism merupakan pariwisata yang berkembang sangat

pesat termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal dan lingkungan,

dimana perkembangan pariwisata dan investasi-investasi baru dalam sektor pariwisata

seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan jika

memaksimalkan dampak positif serta meminimalkan dampak negatif yang dihasilkan.

Dikutip dari buku rencana strategis pariwisata berkelanjutan dan green jobs untuk

Indonesia (2012 : 29 - 30), pariwisata berkelanjutan didefinisikan oleh United Nations

World Tourism Organization (UNWTO) sebagai : pariwisata yang memperhitungkan

secara penuh dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan sekarang dan yang akan datang,

menjawab kebutuhan pengunjung, industri (pariwisata), lingkungan dan komunitas tuan

rumah.

Praktek pariwisata berkelanjutan tidak hanya berarti mengkonsumsi sumber daya

alami dan budaya saja, melainkan mengkonservasinya juga, tidak hanya bermanfaat

bagi sedikit orang, akan tetapi bertujuan mengkontribusikan keuntungan secara lebih

luas di antara para pemangku kepentingan dan komunitas. Pariwisata berkelanjutan

5
merupakan konsep yang komprehensif, dimaksudkan untuk segala macam usaha

pariwisata, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan, skala besar dan kecil,

swasta maupun pemerintahan.

Pada dasarnya jika sektor pariwisata dikelola secara berkelanjutan, maka akan

membantu dalam hal konservasi alam dan warisan budaya, serta mendorong

pengembangan infrastruktur yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya, dalam segi

pengelolaan hotel baik sebagai produk pariwisata dari segi bangunan maupun kegiatan

operasionalnya sudah sebaiknya harus diarahkan pada pengembangan dan pengelolaan

hotel yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk mengurangi dampak dari

kerusakan lingkungan dari kondisi alam saat ini. Adapun penjelasan perbedaan bentuk

pariwisata yang dikelola secara umum dan berkelanjutan atau green tourism dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Perbedaan Bentuk Pariwisata

Pariwisata Massal atau Mass Pariwisata Hijau atau Green


No. Tourism Tourism
Pengembangan tanpa perencanaan Diawali perencanaan lalu
1.
dikembangkan
2. Dilandasi pada skema proyek Dilandasi oleh skema konsep
Perencanaan distrik yang
3. Perencanaan pada level distrik dikoordinasi dengan perencanaan
regional
4. Pengembangan yang terpencar Pengembangan terkonsentrasi
Pengembangan terlepas dari Pengembangan terkait didalam
5.
pemukiman sistem pemukiman
Pengembangan intensif dilakukan Area yang memiliki lansekap baik
6.
pada area lansekap terbaik justru dikonservasi
7. Bangunan baru Pembangunan dari reused
Pengembangan yang didasarkan
8. Pembangunan yang spekulatif
pada kerangka tertentu
Pembangunan yang dilaksanakan Pembangunan yang dilaksanakan
9.
oleh pelaku dari luar oleh pelaksana setempat
10. Tenaga kerja dari luar Tenaga kerja setempat
11. Pembangunan bersifat ekonomis Dipertimbangkan dari aspek

6
semata ekonomis, ekologi, dan sosial
Tenaga kerja dari pertanian Sektor pertanian akan semakin
12.
terserap ke pariwisata kuat
Masyarakat terbebani social cost Pelaku pariwisata terbebani biaya
13.
mengkonservasi lingkungan
Lalu lintas diperhitungkan dengan Pengembangan diperhitungkan
14.
kendaraan pribadi dengan kendaraan umum
Kapasitas diperhitungkan sesuai Kapasitas diperhitungkan dari
15.
kapasitas musiman rerata kunjungan wisatawan
Apabila ada rintangan alam dan Rintangan alam dan artefak justru
16.
artefak dihilangkan diberdayakan dan dibuat atraksi
17. Arsitektur kota/modern Arsitektur setempat
Menggunakan tekonologi modern Peralatannya terseleksi
18
untuk mengawasi
Sumber : Chafid Fandeli (2002) dalam Ferianto (2014)

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa banyak perbedaan antara bentuk

pariwisata yang dikelola secara umum dengan berkelanjutan atau green tourism, salah

satunya adalah pariwisata yang dikelola secara umum menggunakan tenaga kerja dari

luar serta tenaga kerja dari pertanian terserap ke sektor pariwisata, sedangkan berbeda

dengan pariwisata yang dikelola secara hijau atau berkelanjutan, tenaga kerja yang

digunakan berasal dari penduduk setempat atau lokal serta sektor pertanian justru akan

semakin kuat.

Prinsip-prinsip berkelanjutan mengacu kepada aspek-aspek lingkungan, ekonomi,

dan sosio-budaya dalam pembangunan kepariwisataan, dan keseimbangan yang sesuai

harus dibentuk antara ketiga dimensi tersebut untuk menjamin keberlanjutannya dalam

jangka panjang. Salah satu konsep pariwisata berkelanjutan berbasis kearifan lokal yang

sangat relevan adalah Tri Hita Karana (THK) yang berbasis keharmonisan hubungan

antara manusia dengan penciptanya (Parhyangan), manusia dengan sesamanya

(Pawongan), manusia dengan alam (Palemahan). THK dipahami sebagai suatu konsep

nilai yang mewakili perilaku dan tindakan keseharian masyarakat Bali. Dalam kontek

pembangunan, prinsip-prinsip kebersamaan dan harmoni itu sejalan dengan pendekatan

7
integrative-holistik, yang popular dengan sebutan „keberlanjutan‟. Konsep Tri Hita

Karana (Asmara dalam Widarmayasa, 2008) dalam pengelolaan objek wisata dianggap

penting karena sebuah destinasi tetap eksis. Sehingga pihak pengelola harus tetap

menjaga harmonisasi dan prinsip kebersamaan agar tidak terjadi konflik, baik internal,

maupun eksternal. Pelaksanaan prinsip Tri Hita Karana dengan baik, maka harmoni

dan kebersamaan akan menjelma dalam proses pengelolaan dan selanjutnya akan

menghilangkan konflik.

Lingkungan bisnis sendiri saat ini terus didorong untuk menciptakan dan

mengkampanyekan konsep ramah lingkungan atau go green, termasuk di dalam bisnis

perhotelan dengan konsep green karena industri perhotelan merupakan bagian investasi

pembangunan pariwisata yang akan terus berkembang. Hotel dengan konsep ramah

lingkungan atau green hotel, menawarkan sebuah desain pariwisata berkelanjutan

sehingga pemilik hotel tidak hanya memikirkan adanya keuntungan semata, tetapi juga

berkelanjutan ekonomi dan lingkungan di masa mendatang.

Green hotel adalah sebuah konsep ramah lingkungan dan pelestarian lingkungan

hidup yang diterapkan oleh industri perhotelan secara berkelanjutan, yang akan

memberikan dampak positif kepada lingkungan dengan mengurangi pencemaran dan

kerusakan lingkungan melalui limbah-limbah yang dihasilkan oleh perusahaan.

Berbagai cara yang dapat dilakukan seperti meminimalisasikan dan efisiensi dalam

penggunaan plastik, limbah cair, bahan kimia, air, energi ( listrik, gas, solar, bensin )

dan juga dapat melakukan daur ulang limbah dan sampah yang dihasilkan oleh

perusahaan.

Selain itu dengan adanya konsep ramah lingkungan secara keberlanjutan ini juga

akan memberikan manfaat kepada perusahaan yaitu tidak hanya dikenal sebagai

8
perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan alam, tetapi juga akan membuat biaya

operasional perusahaan menjadi lebih hemat dan keuntungan perusahaan akan

meningkat secara keberlanjutan. Dengan kata lain, green hotel merupakan program

pemanduan, edukasi dan sertifikasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan alam

secara berkesinambungan bagi industri perhotelan dan pariwisata. Berikut ini

merupakan kriteria pelaksanaan green hotel (Panduan dan Pedoman Pelaksanaan Green

Hotel di Indonesia, 2013 : 8)

2.2.2.1 Operasional Hotel Berwawasan Lingkungan

Usaha hotel adalah usaha yang terfokus pada penyediaan kamar, fasilitas makan

dan minum serta fasilitas penunjang lainnya bagi tamu hotel. Dengan produk utama

tersebut, pihak manajemen hotel mengawali usahanya dengan pengadaan bahan dan

barang yang dibutuhkan. Bagi hotel yang merencanakan renovasi dan perluasan, perlu

memperhatikan kebijakan yang berwawasan lingkungan, baik dalam hal pengadaan

barang atau bahan, pemanfaatan lahan, dan aktivitas yang ditimbulkannya. Hal lainnya

yang perlu diperhatikan , antara lain :

1. Pengadaan Bahan Operasional Hotel

Pengadaan bahan operasional hotel didalam pemilihan supplier sedapat mungkin

memilih supplier yang bersedia melaksanakan praktek kegiatan pelestarian lingkungan.

Apabila belum ada yang terpilih maka dalam penyediaan barang/bahan agar dimintakan

menyediakan produk alternatif yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh

hotel dan dengan biaya yang relatif sama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan bahan dan barang adalah :

1) Mengurangi konsumsi dan ketergantungan terhadap suatu produk.

2) Mencari sumber daya dan produk lokal yang akan digunakan

9
3) Membeli hanya produk yang ramah lingkungan dan mudah didaur ulang

4) Membeli produk dalam jumlah besar guna menghemat kemasan serta

mengurangi pengolahan sampah yang dihasilkan

5) Seminimal mungkin menggunakan kemasan plastik dan produk berbahan

sintetik turunannya

6) Memilih produk yang mempunyai kegunaan ganda dan fleksibilitas yang tinggi

untuk digunakan dalam berbagai kebutuhan.

7) Memilih barang-barang elektronik untuk keperluan operasional hotel yang

mempunyai label hemat energi

8) Disarankan untuk tidak membeli peralatan makanan dan minuman yang habis

dipakai.

2. Penerapan Keamanan Pangan

Upaya pengelolalaan keamanan pangan merupakan upaya yang tidak terpisahkan

dalam penanganan hygiene sanitasi dan harus dilakukan secara baik, benar dan

konsisten. Beberapa langkah yang dapat dilakukan di bidang hygiene sanitasi antara

lain.

1) Terkait dengan fisik ruang dapur

Hal yang dapat dilakukan terkait dengan fisik ruang dapur adalah : merencanakan

disain dapur yang mudah dalam perawatan dan pembersihannya, serta menyediakan

tempat khusus untuk peralatan yang terlindungi, menyediakan akses ventilasi yang

cukup untuk memberikan penerangan alami yang cukup, memiliki program general

cleaning secara rutin (mingguan) mencakup kebersihan area dapur.

10
2) Terkait dengan karyawan/petugas dapur

Hal yang dapat dilakukan terkait dengan karyawan/petugas dapur adalah :

memiliki tenaga yang memiliki pengetahuan di bidang hygiene sanitasi, karyawan dapur

memakai seragam dan pakaian kerja yang terdiri atas celemek (apron), dan penutup

rambut (hair cover) kondisi bersih dan digunakan khusus waktu kerja saja, memeriksa

karyawan penjamaah makanan secara rutin.

3) Terkait dengan penanganan keamanan pangan

Hal yang dapat dilakukan terkait dengan penanganan keamanan pangan adalah :

menyimpan peralatan makan dan minum yang bersih didalam tempat yang terlindungi

dari serangga dan tikus, menggunakan peralatan memasak tidak bercampur baur,

memisahkan bahan pangan matang dengan bahan mentah baik dalam penyimpanan atau

ketika mengolah hingga menyajikannya, menyimpan bahan makanan di dalam chiller

dengan pembungkus yang higienis, bahan makanan yang sudah diolah perlu diberi

tanggal proses pengolahan dan diberikan batas waktu maksimal penggunaan.

2. Penerapan Green Hotel bagi karyawan, tamu hotel, dan masyarakat.

Kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka penerapan green hotel dapat

dilakukan melalui beberapa hal, antara lain :

1) Menyediakan sarana kampanye di tempat yang mudah dilihat dengan tulisan

yang jelas dan minimal mempergunakan 2 (dua) bahasa (Bahasa Inggris dan

Bahasa Indonesia)

2) Menyediakan peralatan yang secara otomatis membatasi pemakaian energi

3) Menyediakan media internal, majalah dinding, stiker kampanye yang

ditujukkan untuk kalangan internal dengan mengangkat kegiatan pelestarian

lingkungan yang dilakukan.

11
4) Menyediakan sarana atau beberapa tempat sampah dengan tanda yang jelas

agar sampah yang dibuang ditempatkan sesuai dengan jenisnya dan dalam

jumlah yang cukup

5) Melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pelaksanaan membersihkan

lingkungan setempat serta penghijauan

6) Memasang stiker “Dilarang Merokok” di dalam bangunan hotel dan

menyediakan tempat terbuka bagi tamu yang merokok.

3. Penerapan kepedulian kepada masyarakat berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan

budaya.

Untuk melaksanakan program tersebut diatas dapat dilakukan kegiatan antara lain:

1) Memberdayakan komunitas setempat untuk mengisi kebutuhan dalam hotel

2) Mengupayakan tidak terjadi tindakan yang melanggar norma agama dan adat

istiadat setempat

3) Meningkatkan pengetahuan masyarakat sekitar

4) Menggunakan produk penunjang dalam hotel dari hasil karya penduduk sekitar

5) Menanggapi aspirasi atau saran dari warga setempat

2.2.2.2 Tata Guna Lahan

Parameter persyaratan yang sebaiknya dipenuhi oleh sebuah hotel untuk

dikategorikan sebagai hotel yang ramah lingkungan antara lain :

1. Perencanaan pengelolaan lahan

Manajemen pengelolaan dan pemeliharaan lahan yang dapat dilakukan adalah

upaya pelestarian atas kondisi lahan atau memperbaiki lahan lingkungan yang rusak

akibat penyelenggaraan bangunan gedung, dan mempertimbangkan berbagai aspek

sebelum memotong atau menimbun perbedaan kontur untuk hal pembangunan

12
2. Tatanan Lansekap

Manajemen pengelolaannya melalui penggunaan secara maksimal ruang terbuka,

manajemen efisiensi dalam penggunaan air untuk sistem irigasi lansekap dengan hanya

menggunakan teknologi pengairan yang hemat air.

3. Aksesibilitas

Manajemen pemeliharaannya melalui akses yang digunakan pejalan kaki harus

dapat mengakomodasi banyaknya jumlah pengguna dan berbagai jenis penggunaannya,

adanya rambu dan marka yang digunakan untuk memberikan informasi, arah penanda,

atau petunjuk, adanya sistem pemeliharaan berkala.

2.2.2.3 Efisiensi Energi

Pada efisiensi energi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, namu dalam

penelitian hanya ditekankan pada manajemen energi, dikarenakan hanay pada bagian

tersebut yang dapat diteliti. Manajemen energi sendiri adalah kegiatan untuk mengelola

penggunaan energi secara efisien, efektif dan rasional, tanpa mengurangi kenyamanan

kerja, estetika, kesehatan, keselamatan dan produktivitas sebagai pengguna bangunan.

Untuk lebih mencapai target efisiensi energi yang telah direncanakan, pihak pengelola

hotel perlu menentukan : menyediakan kondisi lingkungan internal yang kondusif,

menentukan target efisiensi yang akan dicapai, fleksibel dan peka terhadap perubahan,

menentukan target efisiensi yang akan dicapai, merumuskan standar yang lebih tinggi

secara bertahap untuk kinerja bangunan yang lebih optimal, di masa-masa operasional

berikutnya, menyediakan fasilitas, dan pelatihan yang mewadahi setiap kebutuhan

kegiatan operasional dan penghematan.

13
2.2.2.4 Kualitas Pengudaraan dalam Ruang

Hal-hal yang dapat dilakukan terkait pemantauan terhadap kualitas pengudaraan

dalam ruangan, antara lain :

1. Sosialisasi kawasan bebas asap rokok

Hal terkait yang dapat dilakukan adalah : melarang merokok di seluruh area

gedung, menjelaskan secara terinci batasan kawasan di larang merokok, kampanye

peraturan dilarang merokok dengan minimal pemasangan kampanye tertulis secara

permanen.

2. Pengendalian kawasan bebas asap rokok dan pemeliharaannya

Hal terkait yang dapat dilakukan adalah : menyediakan ruangan dan tempat

khusus merokok, memberi tanda khusus yang dapat terlihat jelas untuk tempat khusus

merokok, adanya data list tertulis dan tersimpan jadwal pemeliharaan ruangan dan

tempat khusus merokok tersebut.

2.2.2.5 Efisiensi Air

Hotel tidak akan dapat berfungsi tanpa ada air bersih untuk melakukan semua

kegiatannya, maka untuk menjaga stabilitas kuantitas (kebutuhan) air, setiap pengelola

hotel hendaknya melakukan efisiensi air. Langkah-langkah efisiensi air:

1. Pelaksanaan Program Efisiensi Air, antara lain :

1) Membentuk tim yang bertanggung jawab dengan memberdayakan seluruh

tenaga kerja untuk terlibat aktif dalam program penghematan air dengan

memberikan training secara rutin

2) Membuat perencanaan pelaksanaan efisiensi air, antara lain : membuat kolam

pengumpul air hujan, membuat sumur resapan air dan lubang resapan biopori,

membuat target efisiensi penggunaan air bersih, melakukan perubahan

14
peralatan operasional yang hemat air dengan menggunakan teknologi tepat

guna, memonitor dan mencatat konsumsi air selama 12 bulan terakhir,

melakukan kontrol ketat terhadap penggunaan air bersih yang diambil dari

sumur dalam, membersihkan tempat penampungan air secara berkala untuk

menghindari endapan.

2. Pengawasan Program Efisiensi Air

1. Melakukan evaluasi secara periodik terhadap pelaksanaan efisiensi air yang

sudah dilakukan dengan cara : menghitung, memantau penggunaan air, baik

volume dan biaya pemakaian, menghitung penggunaan air dibandingkan

dengan standar parameter penggunaan air, mengambil tindakan korektif ketika

target penggunaan tidak terpenuhi.

2. Memantau dan merawat pipa saluran air secara berkala

3. Melakukan pemantauan terhadap peralatan saniter dan instalasi air, dengan

cara : memeriksa semua peralatan saniter secara berkala, melakukan perbaikan

sesegera mungkin jika ditemukan kerusakan, melakukan pemeriksaan semua

kinerja peralatan saniter dan instalasi air.

4. Melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap seluruh instalasi pengolahan

air

5. Mengawasi dan memelihara kualitas air bersih di kolam renang.

2.2.2.6 Pengelolaan Limbah

1. Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat terdiri dari limbah organik dan anorganik yang dihasilkan dari

kegiatan operasional hotel, antara lain yang bersumber dari dapur, kamar hotel, kantor

15
pengelola, housekeeping¸ restoran, spa, kamar mandi, serta fasilitas publik (taman,

garasi, serta pelataran parkir).

Pengelolaan limbah padat pada proses pemilahan sampah dan limbah harus jelas,

sebaiknya dilakukan masing-masing fasilitas agar mudah dilakukan pengalokasian

sesuai dengan proses lebih lanjut, seperti : mencari kemungkinan meminimalisi limbah

(reduce), memanfaatkan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan dari

sampah domestik (reuse), mendonasikan barang-barang bekas kepada pihak yang

membutuhkan, menggunakan kembali atau daur ulang (recycle), memanfaatkan kembali

barang-barang bekas menjadi fungsi yang lain (replace), dan membuat perencanaan

untuk pengelolaan sampah non-organik secara mandiri.

2. Pengelolaan Limbah Cair

Pengelolaan limbah cair di hotel diperlukan untuk menjaga kesehatan pengguna

hotel (seluruh penghuni dan pengelola), dimana semua sumber air limbah wajib diolah.

Langkah yang perlu diambil, antara lain :

1) Mempunyai Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)

2) Saluran air limbah harus dipisahkan antara buangan dari black water, grey

water, air hujan dan saluran-saluran tersebut harus kedap air

3) Tidak melakukan pengenceran air limbah.

4) Tidak melakukan bypass air limbah

5) Memasang flowmeter pada Instalasi Pengelolaan Air Limbah

6) Melakukan pencatatan secara berkala (pH dan debit harian air limbah)

7) Menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (STP) pada bak penampungan

air buangan dari dapur sebelum dialirkan ke STP.

16
3. Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, antara lain :

1) Memisahkan limbah B3 dengan sampah atau limbah jenis lainnya.

2) Menempatkan pengelolaan limbah B3 tersebut di lokasi yang aman dan terjaga

3) Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yaitu perusahaan yang sudah

mendapatkan izin beroperasi.

4) Mencatat bahan-bahan kimia yang masih digunakan dan melaksanakan

kebijakan untuk penghapusan bahan-bahan kimia berbahaya.

2.2.3 Penghargaan/Sertifikasi Terkait Implementasi Green Hotel

Sertifikasi lingkungan yang diikuti oleh hotel dalam pengimplementasian praktik

lingkungan terdapat perbedaan dari segi manajemen, luas, jumlah karyawan, pemilik

dan lokasi spesifik. Ada beberapa jenis sertifikasi yang ada terkait dengan implementasi

praktik lingkungan mulai dari global award, national award, sampai dengan local

award.

Green tourism award atau dikenal dengan Green Tourism

Certification/Accreditation telah menjadi trend pada era globalisasi ini akibat dari krisis

lingkungan. Global award/certification di bidang pariwisata dan lingkungan yang ada di

seluruh dunia sangat beragam dan namanya seperti Green Globe 21, EarthCheck, Asean

Green Certification, ISO 14001 standar internasional untuk sistem manajemen

lingkungan, Green Seal’s Certification, US EPAENERGI STAR, US Green Building

Council’s LEED Certification, Audubon Green Leaf Eco-Rating Program, TIU

(German), Ecolub, Eco Label, dan masih banyak badan sertifikasi bidang lingkungan di

seluruh dunia.

17
Salah satu global award yang akan dibahas adalah EarthCheck. EarthCheck

merupakan salah satu green tourism award yang diberikan kepada industri atau

perusahaan untuk menanggulangi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh

penggunaan energi, penyedotan air tanah, pembuangan limbah padat dan cair,

penggunaan lahan/tanah, pengerukan pantai, serta pengekploitasian alam secara

berlebihan.

Berdasarkan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan, EarthCheck membantu

industri perjalanan atau pariwisata untuk meningkatkan efisiensi, memberikan

pengalaman kepada tamu, memaksimalkan dan meminimalkan dampak lingkungan dan

sosial yang terjadi. Dengan perubahan peraturan lingkungan, pasar yang berkembang

pesat dan implikasi risiko yang kompleks, organisasi atau perusahaan memerlukan alat

khusus dan keahlian untuk mengelolanya. EarthCheck membantu perusahaan untuk

memberikan tuntunan atau navigasi jalan ke depan dengan kepastian dan ketenangan

pikiran.

Adapun proses pemberian sertifikat terdiri atas enam tahap yang harus dilalui dan

dilengkapi untuk mendapatkan sertifikat dari EarthCheck. Tahap 1 dan 2 disebut

dengan tahap benchmarking, sedangkan tahap 3-6 tahap sertifikasi. Walaupun tahap 1-2

merupakan tahap benchmarking , akan tetapi pada tahap tersebut hotel sudah berhak

mendapatkan Bronze. Selanjutnya, setelah melalui tahap 3-6 yaitu tahap sertifikasi,

hotel berhak mendapatkan silver setelah di audit setiap tahun dan paling sedikit setiap

dua tahun. Setelah rentang waktu lima tahun, hotel masih tetap mempertahankan

sertifikasi yang sudah pernah didapat maka akan mendapatkan gold. Apabila sertifikasi

tersebut terus dipertahankan setelah tahun ke-10, maka akan mendapatkan sertifikat

platinum (Suci Murni, 2014:139). Beberapa kriteria penilaian Earth Check yang

18
diuraikan dalam environmental management system ver 1.4 Melia Bali Villas & Spa,

dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Earthcheck

No Kriteria
Bahan bakar yang tumpah selama pengisian di luar mesin yang sedang di
1.
jalankan
2. Kesadaran karyawan terhadap lingkungan
3. Emisi gas rumah kaca
4. Konservasi energi
5. Air bersih
6. Kualitas air
7. Erosi dan endapan limbah
8. Resapan air
9. Kebijakan konservasi ekosistem
10. Gangguan ekosistem
11. Interaksi satwa liar
12. Sumber produk operasional hotel
13. Dampak budaya
14. Dampak sosial
15. Kepedulain terhadap masyarakat setempat
16. Kepedulian wisatawan terhadap lingkungan
17. Konteks perencanaan
18. Pengelolaan lahan dan aksesibilitas
19. Kualitas udara dan tingkat kebisingan
20. Air limbah
21. Limbah padat
22. Penyimpanan zat berbahaya
23. Pembuangan zat berbahaya
24. Kesehatan karyawan
25. Prosedur darurat terhadap bencana alam
Sumber : environmental management system ver 1.4

Pada Tabel 2.2 dapat dilihat beberapa kriteria penilaian earthcheck memiliki

sedikit persamaan dengan kriteria penilaian dari kementerian pariwisata seperti

konservasi energi, air bersih, kualitas air, sumber produk operasional hotel, kepedulian

terhadap masyarakat sekitar, pengelolaan lahan dan aksesibilitas, air limbah, limbah

padat, limbah B3, dan kesehatan karyawan.

19
Selain secara EarthCheck yang merupakan salah satu sertifikasi internasional,

adapula Asean Green Hotel Award yang merupakan sertifikasi yang diikuti oleh negara-

negara Asean. Asean Green Hotel Award terwujud dalam rangka mewujudkan

masyarakat ekonomi Asean (Asean Community), negara-negara Asean yang terdiri atas

sepuluh negara, yakni, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Lao PDR, Malaysia,

Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam telah sepakat untuk membentuk

standarization of tourism service untuk mempromosikan Quality Single Destination di

bidang pariwisata berupa Asean Green Hotel Award.

Asean Green Hotel Award diselenggarakan dua tahun sekali sejak tahun 2008.

Seperti pada Asean Green Hotel Standard, penilaiannya berupa prinsip-prinsip ramah

lingkungan alam seperti, pengembangan sumber daya manusia, pengolahan limbah,

efisiensi energi, efisiensi pemakaian air, manajemen kualitas udara, pengaturan polusi

suara, manajemen dan penanganan air yang telah dipakai, dan manajemen penanganan

pembuangan limbah kimia beracun.

Praktik Asean Green Hotel Standard pada hotel berbintang yang menerima award

tersebut, secara umum hampir sama dengan EarthCheck. Hotel-hotel yang sudah

memiliki sistem manajemen lingkungan dipilih untuk diikutkan dalam ajang sertifikasi

lingkungan tingkat Asean, yang sebelumnya sudah lolos dalam Indonesia Green Hotel

Award. (Suci Murni, 2014 : 150).

Selain secara global dan Asean, Indonesia sendiri memiliki penghargaan untuk

hotel-hotel yang telah mengimplementasikan lingkungan, yakni Green Hotel Award.

Green Hotel Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada hotel-hotel yang

ramah lingkungan dan melakukan penghematan energi, di antaranya adalah efisiensi

energi dan air, kebijakan lingkungan, tindakan dan operasi hotel, penggunaan produk

20
ramah lingkungan, kerja sama dengan masyarakat dan organisasi lokal dan praktik eco-

tourism yang berkelanjutan, manajemen kualitas udara, pengawasan polusi suara, dan

manajemen pembuangan zat kimia berbahaya. Untuk mewujudkan hal tersebut

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan memberikan penghargaan “Green Hotel

Award” kepada para pelaku usaha hotel yang mempunyai komitmen menerapkan

prinsip-prinsip ramah lingkungan, baik melalui kebijakan manajemen tapak, program

penghematan air, penghematan energi maupun mengelola limbah.

Dalam proses sertifikasi green hotel yang dilakukan oleh Kementrian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia dilakukan secara dua tahun sekali dan

selanjutnya akan diperiksa ulang (evaluasi) sesuai kriteria penilaian yang harus dicapai

dan dipenuhi. Bagi industri perhotelan khususnya berbintang 4 dan 5 yang lulus pada

penilaian berhak mencantumkan logo pada brosur, website, surat, email dan lain

sebagainya. Secara terperinci penjelasan tentang enam kriteria penilaian adalah seperti

diuraikan dalam buku panduan Green Hotel Award seperti berikut.

1. Operasional Hotel Berwawasan Lingkungan, yaitu segala sesuatu yang meliputi

1) Pengadaan bahan operasional hotel

2) Penerapan keamanan pangan

3) Penerapan green hotel bagi karyawan, tamu hotel, dan masyarakat.

4) Penerapan kepedulian kepada masyarakat berkaitan dengan sosial, ekonomi,

dan budaya.

2. Efisiensi lahan, yaitu segala sesuatu yang meliputi :

1) Pengelolaan lahan hotel dan manajemen pemeliharaannya

2) Tatanan lansekap, aksesibilitas, dan manajemen pengelolaannya

21
3. Efisiensi energi dan manajemen pengelolaannya yaitu segala sesuatu yang

meliputi :

1) Manajemen energi

4. Kualitas pengudaraan, yaitu segala sesuatu yang meliputi :

1) Kawasan bebas asap rokok

5. Air dan manajemen penggunaannya, yaitu segala sesuatu yang meliputi:

1) Pelaksanaan program efisiensi air

2) Pengelolaan Sumber Air Bersih

6. Pengelolaan limbah, yaitu segala sesuatu yang meliputi :

1) Pengelolaan limbah padat

2) Pengelolaan limbah cair

3) Pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Selain Green Hotel Awards yang dilaksanakan oleh Kementrian Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Bali sendiri memiliki sertifikasi untuk

perusahaan, atau instansi yang memiliki konsistensi dalam pelaksaaan ramah

lingkungan, yakni Tri Hita Karana Awards & Accreditation (THK awards). THK

awards diwujudkan sebagai aktivitas dan kepedulian kelompok masyarakat yang

concern dan menginginkan THK dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata

seluruh komponen masyarakat pembangunan di Bali. Salah satu wujud nyata yang

diharapkan dalam penerapan THK ini adalah tidak terjadinya konflik dalam proses

pembangunan, baik di lingkungan internal stakeholder maupun ekstenal.

Program Tri Hita Karana Awards & Accreditation yang telah berlangsung sejak

tahun 2000 hingga kini dilaksanakan secara konsisten dan simultan. Penilaian dari THK

awards ini dinilai dari tiga aspek, yakni Parhyangan (hubungan manusia dengan

22
Tuhan), Pawongan (hubungan manusia dengan sesame manusia), Palemahan

(hubungan manusia dengan alam). Pemberian penghargaan ini di serahkan kepada hotel,

Daya Tarik Wisata (DTW, seperti : Taman Rekreasi/Ecotourism), resort, atraksi wisata,

special retreat, kawasan wisata, sekolah, perguruan tinggi, dan kantor/instansi

pemerintah yang telah memenuhi tolak ukur yang telah di tetapkan

2.2.4 Tinjauan Tentang Persepsi

Rakhmat (2007:51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek,

peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan.

Slameto (2010: 102) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses yang

menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi,

manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini

dilakukan dengan inderanya, yaitu indera penglihat, pendengaran, peraba, perasa dan

pencium.

Suharman (2005 : 23) menyatakan persepsi merupakan suatu proses

menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat

indera manusia.

Menurut Sunaryo dalam Karla (2013:12), persepsi adalah daya mengenal barang,

kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati,

mengetahui, atau mengartikan setelah panca inderanya mendapat rasangan.

Berdasarkan beberapa pengertian persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa

persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsirkan kesan-kesan,

pesan, maupun informasi dari hasil pengamatan tentang objek, atau peristiwa yang

diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Persepsi yang dimaksud dalam penelitian

23
ini adalah persepsi wisatawan terhadap praktik green hotel yang dilakukan oleh hotel

bintang 5 di Kawasan Nusa Dua, Bali.

2.2.5 Tinjauan Tentang Hotel Bintang Lima

Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi, yang dapat dilihat dari segi

klasifikasi dan dari segi definisi. Menurut Panduan Green Hotel Award (2013 : 12)

usaha hotel merupakan usaha yang terfokus pada penyediaan kamar, fasilitas makan dan

minum,serta fasilitas penunjang lainnya bagi tamu hotel. Selain penyediaan fasilitas

tersebut, hotel juga harus memperhatikan beberapa aspek terkait kebutuhan tamu yaitu

keamanan (safety), perlindungan (security), hygiene sanitasi, dan kenyamanan

(comfort).

Selain dilihat dari segi definisi, hotel juga dapat dilihat dari segi klasifikasi. Salah

satu klasifikasi hotel adalah berdasarkan kepemilikan (ownership), dimana hotel chain

international merupakan bagian dari ownership tersebut. Selain itu, hotel juga dapat

diklasifikasikan berdasarkan target market, location, size, facilities, management

contract, and franchise (Baker dalam Sucimurni, 2014 : 34).

Untuk hotel bintang di Indonesia, kriteria hotel bintang lima mengacu pada

keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM.3/HK.001/MKP.02 tentang

penggolongan hotel. Dalam Kepmen tersebut, golongan kelas hotel dibedakan menjadi

hotel bintang (bintang satu sampai dengan lima) dan hotel melati. Untuk hotel bintang,

penggolongan kelasnya dinilai berdasarkan persyaratan dasar dan penilaian teknis

operasional yang dilakukan oleh PHRI bekerja sama dengan instansi terkait. Persyaratan

dasar meliputi perizinan (persetujuan prinsip, izin usaha).

Persyaratan teknis meliputi unsur fisik, unsur pengelolaan, unsur pelayanan.

Unsur fisik meliputi aspek keamanan, keselamatan dan kenyamanan termasuk

24
aksesibilitas untuk penyandang cacat. Pengelolaan meliputi kemampuan dalam

mengelola untuk menjamin berfungsinya sistem administrasi dan teknik operasional

hotel serta menjamin kelengkapan fisik. Pelayanan mencakup kemampuan dalam

memberikan pelayanan yang meliputi prosedur, dan tata urutan, kecepatan dan sikap

perilaku yang mencerminkan keramahtamahan (human touch).

Hotel bintang 5 (lima) sendiri memiliki klasifikasi, yang meliputi, adanya unsur

dekorasi Indonesia tercermin di dalam lobby, restoran, kamar tidur, dan function room,

untuk bedroom minimum mempunyai 100 kamar standar dengan luasan 26m2/kamar,

terdapat minimum empat kamar suite dengan luasan kamar 52m2/kamar, tinggi

minimum 2,6 m tiap lantai, dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam bedroom,

untuk dining room sendiri minimum mempunyai 3 buah dining room, salah satunya

dengan spesialisasi makanan (Japanese, Chinese/European Food).

25

Anda mungkin juga menyukai