Anda di halaman 1dari 1

Husna Munirah

XI IPS 2
RUMAH LAKSAMANA TADASHI MAEDA SAKSI BISU PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI
Sebelum proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, terjadi sebuah peristiwa penting
sehari sebelumnya di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, perwira Angkatan Laut Jepang di
Jalan Meiji Dori Nomor 1 yang sekarang dikenal dengan Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat.
Proklamasi kemerdekaan pada Agustus 1945 terjadi karena adanya desakan dari golongan
muda. Mereka menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok agar tidak terpengaruh Jepang.
Perumusan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda dilakukan sepulangnya Soekarno dan
Hatta dari Rengasdengklok, pada 16 Agustus 1945. Rumah Laksamana Maeda yang saat ini
menjadi Museum Naskah Proklamasi dianggap tempat aman yang dituju untuk dapat segera
mempercepat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Saat rumahnya digunakan sebagai tempat perumusan naskah proklamasi, Maeda pun
menyingkir ke lantai dua rumahnya. Ia mempersilakan para tokoh kemerdekaan dan para
pemuda menggelar rapat untuk mempersiapkan proklamasi. Dalam rapat tersebut, disepakati
bersama naskah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang akan dibacakan pada tanggal 17
Agustus 1945. Naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Hatta, dan Soebardjo di ruang makan
Maeda pada 17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB. Soekarno menunjuk Hatta untuk menyusun teks
ringkas naskah proklamasi, karena menurutnya bahasa dari Hatta adalah yang terbaik. Hatta
meminta untuk Soekarno yang menuliskan naskahnya sedangkan Hatta yang akan mendiktekan
isinya. Setelah Hatta memikirkan apa yang sebaiknya ditulis dalam naskah proklamasi, ia
memutuskan untuk membuat dua ayat yang diambil dari akhir alinea ketiga rencana
Pembukaan UUD yang berbunyi, "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan
cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya".
Soekarno-Hatta dan tokoh-tokoh lain menyetujui isi naskah yang dibuat oleh Hatta dan ditulis
Soekarno tersebut. Kemudian mereka pergi ke ruang tengah untuk bertemu dengan seluruh
anggota PPKI. Soekarno membuka pertemuan dengan membacakan rumusan teks proklamasi
dan meminta persetujuan semua orang yang ada di ruangan. Setelah disetujui, Hatta pun
mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh seluruh anggota yang hadir
dalam pertemuan itu. Namun, Sukarni tidak menyetujui ide tersebut karena ia tidak ingin
kelompoknya disamakan dengan para anggota PPKI. Sukarni menyampaikan pendapatnya, dan
baginya cukup Soekarno dan Hatta saja yang menandatangani naskah proklamasi tersebut.
Soekarno pun menyetujui pendapat Sukarni. Setelah itu naskah proklamasi diserahkan kepada
Sayuti Melik untuk mengetik naskah tersebut. Kemudian naskah kembali diserahkan kepada
Soekarno untuk ditandatangani.

Anda mungkin juga menyukai