Anda di halaman 1dari 12

Suseno Setiowibowo, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman

HUBUNGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI


MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN MLAJAH
Suseno Setiowibowo, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp (0341)567886
e-mail: senwibowo@gmail.com

ABSTRAK

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bangkalan tahun 2009-2029, Kelurahan Mlajah yang menjadi bagian dari BWP
Kecamatan Bangkalan, memiliki fungsi sebagai kawasan permukiman, pengembangan perumahan,
pemerintahan dan pelayanan umum, perdagangan dan jasa, olahraga, dan resapan air. Kecamatan Bangkalan,
khususnya Kelurahan Mlajah, mengalami pembangunan perumahan yang pesat. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan yang terjadi antara pembangunan perumahan dengan aspek sosial ekonomi masyarakat
dan lingkungan permukiman di Kelurahan Mlajah. Metode analisis yang digunakan adalah analisis perubahan
guna lahan menggunakan peta series selama 2009-2019, analisis kualitatif deskriptif masing-masing variabel,
dan analisis kuantitatif dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank test. Hasil analisis perubahan guna lahan
menunjukkan luas lahan perumahan di Kelurahan Mlajah mengalami peningkatan selama 10 tahun terakhir,
yaitu seluas 48 hektar. Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif variabel sosial ekonomi dan lingkungan
permukiman menunjukkan ada tidaknya hubungan aktifitas pembangunan perumahan. Kesimpulannya,
pembangunan perumahan berhubungan positif pada aspek sosial ekonomi masyarakat jika ditinjau dari segi
mata pencaharian dan pendapatan. Pembangunan perumahan juga menunjukkan hubungan pada sub variabel
lingkungan, yaitu kualitas jalan, ketersediaan air bersih, kualitas drainase, dan penggunaan daya listrik, namun
menunjukkan hubungan negatif terhadap indikator ketersediaan air dan kualitas drainase.

Kata Kunci: pembangunan-perumahan, kondisi-sosial-ekonomi, lingkungan-permukiman, uji-wilcoxon-signed-


rank-test.

ABSTRACT

Based on the RDTR of Bangkalan District 2009-20209, Mlajah Village has functions as a residential area,
housing development, government and public service area, recreation area, and water/buffer catchment area.
Bangkalan District, especially Mlajah Village, is experiencing rapid housing development. The purpose of this
study is to determine the relationship amongst housing development, socio-economic aspects of the
community, and the settlement environment in Mlajah Village. The method used were the analysis of land use
changes using the serial map during 2009-2019 and descriptive qualitative analysis of each variable, and
quantitative analysis using the Wilcoxon signed rank test. The result of land use change analysis shows that the
area of housing land in Mlajah Village has increased in 10 years, which is 48 hectares. The results of qualitative
and quantitative analysis of the socio-economic and environmental of the settlement variables show the
presence or absence of a relationship between housing development activities. In conclusion, housing
development is positively related to the socio-economic aspects of the community when viewed in terms of
livelihoods and income. Housing development also shows a relationship to environmental sub-variables, such as
road quality, availability of clean water, drainage quality, and electricity usage, but shows a negative
relationship to indicators of water availability and drainage quality.

Keywords: housing-development, social-economy aspect, environmental-aspect, Wilcoxon-signed-rank-test.


(RTRW Kabupaten Bangkalan tahun 2009-2029).
PENDAHULUAN Perkembangan penduduk Kota Surabaya sebagai
Kecamatan Bangkalan merupakan pusat kota terbesar di Provinsi Jawa Timur juga
kegiatan di Kabupaten Bangkalan. semakin mendorong laju permintaan
Perkembangan pembangunan, terutama di permukiman di Kabupaten Bangkalan. Sejak
sektor perumahan atau real estate, meningkat Jembatan Suramadu resmi dibuka pada 10
pesat sejak beroperasinya Jembatan Suramadu. Oktober 2010, banyak developer yang
Selain faktor pertumbuhan jumlah penduduk, mengincar lahan kosong, terutama di pusat
perubahan lahan kosong menjadi perumahan kegiatan Kecamatan Bangkalan, untuk
juga disebabkan oleh fungsi wilayah Kabupaten membangun perumahan (Hasil Pengamatan,
Bangkalan sebagai penyangga Kota Surabaya 2016).

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020 131
HUBUNGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI
KELURAHAN MLAJAH
Adanya pemanfaatan lahan sebagai bersifat abstrak dan berisi simbol-simbol
permukiman mendorong terjadinya alih fungsi berkaitan dengan pemahaman terhadap
lahan yang diarahkan menuju bagian selatan lingkungan. Penelitian ini menggunakan variabel
Kecamatan Bangkalan (RTRW Kabupaten kondisi dengan subvariabel pelapisan sosial,
Bangkalan tahun 2009-2029). Kebijakan tersebut yang diukur dengan melihat tingkat pendapatan
dilakukan pemerintah sejak tahun 2013 untuk dan tingkat pendidikan. Kedua parameter
meratakan tingkat pembangunan antara bagian tersebut berhubungan dengan perubahan
utara dengan selatan Kecamatan Bangkalan. ukuran pelapisan sosial yang menunjukkan
Pada tahun 2014 tercatat lahan pertanian di perubahan cara berpikir. Adapun perubahan
seluruh Kabupaten Bangkalan seluas 30.004 Ha, proses sosial adalah bentuk umum dari interaksi
sedangkan tahun 2015 menyusut menjadi sosial. Perubahan aspek perekonomian dalam
29.540 Ha (RTRW Kabupaten Bangkalan tahun suatu masyarakat akan menyebabkan
2009-2029). Lahan tersebut terbagi atas 8.104 perubahan pola interaksi sosial dalam
Ha lahan sawah teknis dan 21.436 Ha sawah non masyarakat tersebut. Interaksi sosial adalah
teknis. Kondisi tersebut menunjukkan hubungan antara individu satu dengan individu
perubahan fungsi lahan seluas 464 Ha. Selain lain, individu satu dapat menghubungi individu
menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian, lain atau sebaliknya, sehingga terdapat
infrastruktur di Kecamatan Bangkalan memiliki hubungan yang saling timbal balik (Walgito,
kualitas yang lebih baik jika dibanding 2007).
kecamatan lain, terutama dalam hal penyediaan Aspek ekonomi mencakup tiga faktor,
sarana prasarana dan aksesibilitas. yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk Hubungan ekonomi dapat dinilai dari jenis mata
mengetahui perubahan penggunaan lahan dan pencaharian dan tingkat pendapatan. pekerjaan
perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan
akibat adanya pembangunan perumahan di jasa bagi diri sendiri atau orang lain. Bekerja
Kelurahan Mlajah. Dengan mengetahui tidak hanya berhubungan dengan aspek
hubungan yang ditimbulkan, maka peneliti dapat ekonomi, namun juga berhubungan dengan
melakukan upaya-upaya peningkatan hubungan status sosial, untuk diterima menjadi bagian dari
positif dan pencegahan hubungan negatif dalam satu unit sosial ekonomi dan untuk memainkan
usaha menciptakan penataan kota yang nyaman peran dalam statusnya (Kartono, 2006).
dan teratur. Pendapatan, yaitu uang yang diterima oleh
Menurut Badudu dan Zain (2001), daya seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga,
yang menyebabkan sesuatu dapat terjadi, yang labab dan lain sebagainya.
mampu membentuk atau mengubah sesuatu Aspek lingkungan dalam pembangunan
yang lain dan tunduk atau mematuhi perintah perkotaan dapat menimbulkan konflik
atas kekuasaan orang lain. Adapun hubungan, kepetingan, yaitu dari aspek ekonomi
menurut Gottschalk (2000), sebagai suatu efek masyarakat, aspek sosial, dan aspek lingkungan
yang tegas dan membentuk terhadap perilaku tempat manusia tinggal dan membina kehidupan
dan pikiran manusia, baik secara sendiri maupun (Hadi, 2012). Kualitas suatu lingkungan
berkelompok. Konsep hubungan dalam sebuah permukiman dapat diukur dengan melihat
penelitian dapat disimpulkan sebagai reaksi yang beberapa indikator gabungan dari tiga indikator,
muncul, baik berupa tindakan ataupun keadaan, yaitu kondisi rumah, sanitasi lingkungan, dan
akibat adanya dorongan untuk mengubah atau prasarana dasar permukiman. Indikator yang
membentuk sesuatu yang baru, dilakukan oleh digunakan untuk mengetahui kondisi kualitas
pemerintah (sebagai pihak yang memiliki lingkungan masyarakat di Kelurahan Mlajah,
kekuasaan), diwujudkan dalam bentuk program terdiri dari guna lahan, baik lahan terbangun
pembangunan daerah, dan ditujukan kepada maupun lahan tak terbangun (RTH), serta kondisi
masyarakat (sebagai pihak yang mendapat prasarana penunjang perumahan.
hubungan) dengan tujuan mencapai hasil
tertentu. METODE PENELITIAN
Aspek sosial adalah adalah segala sesuatu A. Variabel Penelitian
yang digunakan sebagai acuan dalam
berinteraksi antar manusia dalam konteks Variabel penelitian yaitu variabel sosial
masyarakat atau komunitas, sebagai acuan yang ekonomi masyarakat dan variabel lingkungan

132 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020
Suseno Setiowibowo, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman

permukiman. Variabel sosial ekonomi memiliki 1. Menentukan hipotesis


indikator mata pencaharian, tingkat pendapatan, 2. Menentukan nilai level of significant
pendidikan, dan tingkat interaksi sosial. Variabel 3. Menentukan kriteria pengujian
lingkungan permukiman memiliki indikator 4. Penarikan kesimpulan berdasarkan
kualitas jalan, kondisi dan ketersediaan air pengujian hipotesis.
bersih, kualitas drainase, dan penggunaan daya
listrik. HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Populasi dan Sampel Penelitian A. Analisis Kebijakan
Populasi dalam penelitian tersebar di Kelurahan Mlajah terletak di sebelah barat
empat rukun warga (RW) yang bukan daya BWP Kecamatan Bangkalan. Menurut RDTR
merupakan wilayah perumahan di Kelurahan Kecamatan Bangkalan tahun 2013-2023,
Mlajah. Unit analisis pada penelitian ini adalah Kelurahan Mlajah memiliki fungsi sebagai
seluruh wilayah non perumahan yang terdapat kawasan permukiman, pengembangan
di Kelurahan Mlajah. Populasi variabel sosial perumahan/real estate, kawasan pemerintahan
ekonomi dan lingkungan permukiman adalah dan pelayanan umum, kawasan perdagangan
warga permukiman yang telah tinggal lebih dari dan jasa, kawasan rekreasi, dan kawasan
10 tahun di Kelurahan Mlajah. Jumlah responden resapan air/penyangga. Pembangunan
yang digunakan sebanyak 367 responden dapat perumahan di Kelurahan Mlajah telah dimulai
diwakili oleh 73 KK. sejak tahun 2008. Adapun perumahan yang
terdapat di Kelurahan Mlajah adalah Perumahan
C. Analisis Tutupan Guna Lahan
Nilam, Perumahan Pondok Halim II, Perumahan
Analisis spasial digunakan untuk Lavender, dan Perumahan Griya Mandiri.
mengetahui perubahan guna lahan di Kelurahan Wilayah Kelurahan Mlajah diperuntukkan
Mlajah pada 10 tahun terkahir. Alih fungsi lahan bagi kawasan perumahan dengan kepadatan
berfokus pada perubahan guna lahan sedang. Hal tersebut bertujuan agar
perumahan dan lahan pertanian. Keefektifan pengembangan kawasan perumahan tidak
dan efisiensi dengan analisis spasial sebagian mengganggu keberadaan lahan penyangga,
besar bergantung pada kualitas pemotretan atau berupa hutan bakau dan rawa-rawa sebagai
pengambilan data lapangan dan desain lahan resapan air di Kelurahan Mlajah. Alasan
pengorganisasian untuk pemeliharaan data lainnya adalah untuk menjaga konsistensi jumlah
secara berkesinambungan. lahan pertanian yang masih terjaga di sebelah
D. Analisis Kuantitatif dengan SPSS timur wilayah Kelurahan Mlajah. Walaupun
menjadi pusat kegiatan pemerintahan dan
Analisis dua variabel yang berkaitan pengembangan perumahan, Kelurahan Mlajah
menggunakan uji wilcoxon signed rank test. juga berfungsi sebagai kawasan pertanian yang
Analisis dilakukan dengan mengacu pada hasil berperan dalam menunjang kebutuhan pangan,
penilaian persepsi responden mengenai kondisi khususnya di BWP Bangkalan.
Kelurahan Mlajah sebelum dan Sesudah B. Analisis Spasial Tutupan Lahan Kelurahan
pembangunan perumahan. Analisis ini bertujuan Mlajah
untuk menilai seberapa besar hubungan yang Analisis spasial pada tutupan lahan
diberikan dan untuk me nilailihat hubungan yang Kelurahan Mlajah dilakukan dengan
timbul di sekitar kawasan perumahan mengidentifikasi tutupan lahan pada tahun
Uji analisis wilcoxon signed rank test 2009, tahun 2014, dan tahun 2019. Berikut
dipakai apabila data tidak terdistribusi normal. merupakan hasil perhitungan luas lahan
Dasar pengambilan keputusan untuk menerima pertanian dan lahan perumahan menggunakan
atau menolak Ho pada analisis ini adalah sebagai Sistem Informasi Geografi.
berikut.
1. jika probabilitas (Asymp.Sig) <0,05, Tabel 1. Perbandingan Luas Lahan Pertanian
maka H0 ditolak dan H1 diterima dan Lahan Perumahan di Kelurahan Mlajah
2. jika probabilitas (Asymp.Sig) >0,05, Pada 10 Tahun Terakhir
Jenis Pemanfaatan Luas Lahan Luas Lahan Luas Lahan
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Lahan Tahun 2009 Tahun 2014 Tahun 2019
Prosedur yang dilakukan untuk analisis uji (Ha) (Ha) (Ha)
wilcoxon signed rank test, antara lain. Lahan Pertanian 192,35 150 140,37
Lahan Perumahan 38,82 78,42 87,05

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020 133
HUBUNGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI
KELURAHAN MLAJAH
Luas lahan perumahan di Kelurahan menjadi peruntukan perumahan kepadatan
Mlajah mengalami peningkatan selama 10 tahun sedang, namun tetap mempertahankan lahan
terakhir, yaitu seluas 48 hektar. Pada tahun 2009 pertanian yang telah ada sebelum maraknya
luas lahan perumahan hanya 38,82 hektar, pembangunan. Berikut merupakan hasil
kemudian di tahun 2014 meningkat menjadi pemetaan tutupan lahan di Kelurahan Mlajah
78,42 hektar. Peningkatan tersebut terus terjadi yang mengacu pada tahun 2009, tahun 2014,
hingga tahun 2019 yang mencapai 87,05 hektar. dan tahun 2019.
Peningkatan yang terjadi pada luas lahan
C. Hubungan Pembangunan Perumahan
perumahan berbeda halnya dengan luas lahan
Terhadap Aspek Sosial Ekonomi
pertanian. Luas lahan pertanian di Kelurahan
Masyarakat
Mlajah pada tahun 2009 adalah 192,35 Ha.
Kemudian di tahun 2014 menurun menjadi 150 Aspek sosial ekonomi yang diamatii, terdiri
Ha. Penurunan tersebut terus terjadi hingga dari mata pencaharian, tingkat pendidikan,
ditahun 2019 luas lahan pertanian hanya 140,37 tingkat pendapatan, dan intensitas interaksi
Ha. Artinya, luas lahan pertanian selama 10 sosial.
tahun mengalami penurunan seluas 50 hektar. A. Mata Pencaharian
Data tersebut menunjukkan laju Variabel mata pencaharian atau pekerjaan
perubahan lahan perumahan lebih tinggi dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu ahli
dibandingkan laju perubahan lahan pertanian teknik dan profesional, bidang perdagangan dan
yang terdapat di Kelurahan Mlajah. Kondisi jasa, serta buruh tani dan kuli.
tersebut sesuai dengan fungsi kawasan
Kelurahan Mlajah dalam BWP Bangkalan yang

Gambar 1. Peta Sebaran Perumahan di Kelurahan Mlajah Tahun 2009

Gambar 2. Peta Sebaran Perumahan di Kelurahan Mlajah Tahun 2014

134 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020
Suseno Setiowibowo, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman

Gambar 3. Peta Sebaran Perumahan di Kelurahan Mlajah Tahun 2019


Pada kondisi sebelum maraknya Mata Pencaharian Responden
pembangunan perumahan, terjadi penurunan Setelah Adanya Pembangunan
persentase responden yang termasuk dalam Perumahan
kelompok buruh tani dan kuli dari 30 % menjadi
19 % dan responden dalam kelompok ahli teknik Buruh Tani
dan profesional dari 49 % menjadi 47 %. dan Kuli
Sebaliknya, persentase kelompok perdagangan 19%
47% Perdagana
dan jasa mengalami peningkatan, yaitu 21 % n dan Jasa
pada saat sebelum maraknya pembangunan 34%
perumahan menjadi 34 % setelah adanya Tenaga
pembangunan perumahan. Artinya, aktivitas Ahli dan
pembangunan perumahan memberikan Profesional
hubungan pada kelompok buruh tani dan kuli Gambar 5. Mata Pencaharian Setelah
serta kelompok perdagangan dan jasa, namun Pembangunan Perumahan
tidak terlalu berhubungan pada kelompok ahli B. Tingkat Pendidikan
teknik dan profesional. Peningkatan aktivitas Besarnya persentase kelompok pendidikan
usaha yang terjadi pada responden menjadi tinggi disebabkan oleh lokasi Kelurahan Mlajah
alasan teknis yang menandai laju pengembangan yang berada di Kecamatan Bangkalan sebagai
kawasan perumahan, sesuai dengan teori Arthur wilayah perkotaan serta dekat dengan kawasan
dan Simon (1994). Berikut merupakan gambaran perekonomian dan pendidikan Kabupaten
mata pencaharian responden sebelum dan Bangkalan. Dari 73 responden yang
sesudah pembangunan perumahan. diwawancara, tidak ada yang mengalami
Jenis Mata Pencaharian Responden perubahan tingkat pendidikan, baik pada kondisi
Sebelum Adanya Pembangunan sebelum adanya pembangunan perumahan
Perumahan maupun setelah adanya pembangunan
perumahan.
Buruh Tani dan
Selain itu, tidak terdapat penambahan unit
30% Kuli
sekolah menengah maupun sekolah tinggi di
49% Perdaganan dan Kelurahan Mlajah, yang mengindikasi bahwa
Jasa
pembangunan perumahan tidak memberikan
21% Tenaga Ahli dan stimulus yang kuat pada aspek pendidikan suatu
Profesional wilayah. Responden berlasan bahwa keinginan
Gambar 4. Mata Pencaharian Sebelum mengenyam pendidikan tinggi lebih didasarkan
Pembangunan Perumahan pada cita-cita dan kemampuan diri, baik secara
finansial maupun kompetensi Berikut

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020 135
HUBUNGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI
KELURAHAN MLAJAH
merupakan kondisi gambaran tingkat pendidikan 30 %, dan kelompok pendapatan tinggi
responden di Kelurahan Mlajah. meningkat walaupun tidak terlampau jauh, yaitu
Tingkat Pendidikan Responden 49 % menjadi 52 %. Artinya, aktivitas
Sebelum dan Setelah Adanya pembangunan perumahan memberikan
Pembangunan Perumahan hubungan pada kelompok pendapatan rendah
dan pendapatan sedang, namun tidak terlalu
berhubungan pada kelompok pendapatan tinggi.
Pendidikan Kondisi tersebut sangat dihubungani oleh faktor
22% perubahan profesi dari buruh tani dan kuli
Dasar
menjadi pelaku usaha pertokoan dan penyedia
Pendidikan jasa dengan memanfaatkan lahan pekarangan
52%
26% Menengah rumah. Adanya pembangunan perumahan
Pendidikan menjadi salah satu perkembangan masyarakat
Tinggi yang dilihat dari adanya kenaikan pendapatan
ditandai dengan peningkatan ekonomi pada
sektor perdagangan dan jasa. Faktor lainnya
Gambar 6. Tingkat Pendidikan Sebelum dan yang sangat berpengaruh adalah bertambahnya
Setelah Pembangunan Perumahan jumlah konsumen akibat penambahan jumlah
C. Tingkat Pendapatan perumahan di Kelurahan Mlajah.
Pada kondisi sebelum maraknya D. Interaksi Sosial
pembangunan perumahan, terjadi penurunan 37 % responden mengalami tatap muka
persentase responden yang termasuk dalam sebanyak satu hingga 2 kali dalam sepekan, 41 %
kelompok pendapatan rendah dari 28 % menjadi responden mengalami lebih dari dua kali tatap
18 %. muka, dan 22 % tidak mengalami tatap muka
Persentase Tingkat Pendapatan dengan warga non perumahan dalam sepekan
Responden Sebelum Adanya sebelum adanya aktivitas pembangunan
Pembangunan Perumahan perumahan. Perubahan jumlah yang terjadi pada
Gambar 10 menunjukkan peningkatan
Pendapatan
28% responden yang melakukan tatap muka satu
Rendah
49% Pendapatan hingga dua kali serta penurunan responden yang
Sedang melakukan tatap muka lebih dari 2 kali maupun
Pendapatan responden yang tidak melakukan tatap muka
23%
Tinggi dalam sepekan.
Persentase Responden Berdasarkan
Intensitas Interaksi Sebelum Adanya
Gambar 7. Tingkat Pendapataan Sebelum
Pembangunan Perumahan
Pembangunan Perumahan

Persentase Tingkat Rendah


Pendapatan Responden 22%
Setelah Adanya Pembangunan 41% Sedang
Perumahan
37% Tinggi
18%
Pendapatan
52%
Rendah
30% Gambar 9. Intensitas Interaksi Sebelum
Pendapatan
Pembangunan Perumahan
Sedang Hasil wawancara memperlihatkan bahwa
adanya pembangunan perumahan tidak menjadi
Gambar 8. Tingkat Pendapatan Setelah penyebab utama perubahan tingkat interaksi,
Pembangunan Perumahan namun menjadi faktor pendukung pada
Sebaliknya, persentase kelompok pendapatan peningkatan aktifitas jual beli atau ekonomi.
sedang mengalami peningkatan setelah adanya Kondisi tersebut menunjukkan hubungan timbal
pembangunan perumahan, yaitu 23 % menjadi balik pembangunan perumahan hanya terjadi

136 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020
Suseno Setiowibowo, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman

pada kelompok responden yang berprofesi di Kualitas Jalan Menurut Responden


bidang perdagangan jasa, sehingga belum dapat Sebelum Pembangunan Perumahan
menyebabkan hubungan interaksi sosial yang
dikemukakan oleh Sarwono (2009).
Persentase Responden Berdasarkan
Intensitas Interaksi Setelah Adanya 17% Kurang
Pembangunan Perumahan 27% baik
Cukup
Renda baik
19% h
33% 56% Baik
Sedan
g
Tinggi
48%
Gambar 11. Kualitas Jalan Sebelum
Pembangunan Perumahan
Gambar 10. Intensitas Interaksi Setelah
Pembangunan Perumahan
Kualitas Jalan Menurut Responden
D. Hubungan Pembangunan Perumahan
Setelah Pembangunan Perumahan
terhadap Aspek Lingkungan
A. Kualitas Prasarana Jalan
Prasarana jalan berfokus pada kondisi jalan Kurang
yang termasuk pada kategori rendah, sedang, baik
atau tinggi yang ditinjau dari kondisi permukaan 14%
jalan. Kategori rendah memiliki arti kurang dari 41% Cukup
60 % ruas jalan dalam kondisi baik, kategori baik
sedang berarti 60 – 80 % ruas jalan dalam 45% Baik
kondisi baik, dan kategori tinggi berarti 80 %
ruas jalan dalam kondisi baik. Nilai kondisi fisik
jalan diperoleh dari hasil penilaian persepsi
responden pada sebelum dan sesudah
pembangunaan perumahan. Berikut merupakan Gambar 12. Kualitas Jalan Setelah Pembangunan
hasil penilaian kondisi jalan di permukiman Perumahan
Kelurahan Mlajah. B. Kondisi dan Ketersediaan Air bersih
Sebelum adanya aktivitas pembangunan Peninjauan aspek lingkungan yang
perumahan, hanya 27 % responden yang selanjutnya adalah kondisi dan ketersediaan air
menyatakan bahwa kondisi jalan baik, namun bersih. Lebih dari 90 % responden telah
setelah pembangunan perumahan terdapat 41 % menggunakan air bersih berkualitas baik untuk
responden yang menyatakan kondisi jalan baik. memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adanya
Hasil temuan tersebut memperlihatkan upaya penurunan persentase responden yang
peningkatan kualitas jalan semakin meluas di menggunakan air bersih kurang baik disebabkan
Kelurahan Mlajah. Selain itu, terdapat oleh perluasan pelayanan PDAM di Kelurahan
penurunan responden yang menyatakan bahwa Mlajah. Adapun aktivitas pembangunan
kondisi jalan kurang baik, yaitu 17 % responden perumahan hanya berhubungan pada jumlah
pada saat sebelum adanya pembangunan rumah tangga yang menggunakan jaringan pipa
perumahan menjadi 14 % responden pada saat PDAM namun tidak berhubungan terhadap
setelah pembangunan perumahan. Alasan kualitas air bersih di Kelurahan Mlajah.
peningkatan kualitas jalan telah sesuai dengan kebutuhan air bersih sebagian besar responden
kriterian penyediaan kelengkapan fisik telah terpenuhi baik pada saat sebelum
lingkungan yang tercantum pada PP Nomor 14 pembangunan perumahan maupun setelah
tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kawasan pembangunan perumahan. Gambar 14 adalah
Permukiman. persentase responden menurut kualitas sumber
air bersih yang digunakan.

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020 137
HUBUNGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI
KELURAHAN MLAJAH

Gambar 13. Jalan di Kelurahan Mlajah dengan Perkerasan Tanah


Kualitas Air Bersih Menurut Lebih dari 70 responden menyatakan air
Responden Sebelum Pembangunan bersih yang digunakan telah mencukupi dan
Perumahan hanya 2 responden yang kebutuhan air
bersihnya belum terpenuhi. Kondisi tersebut
mengalami perubahan setelah pembangunan
1%7% Buruk
perumahan yang menunjukkan seluruh
responden telah terpenuhi kebutuhan air
Kurang bersihnya.Adapun jumlah responden pada
baik kategori sangat memenuhi mengalami
92% Baik penurunan dari 15 % responden sebelum adanya
pembangunan perumahan menjadi 11 %
responden setelah adanya pembangunan
perumahan. Pembangunan perumahan dapat
Gambar 14. Kualitas Air Bersih Sebelum meningkatkan tutupan lahan suatu wilayah yang
Pembangunan Perumahan berpengaruh pada umpan air tanah.
Ketersediaan Air Bersih Menurut
Kualitas Air Bersih Menurut Responden Sebelum Pembangunan
Responden Setelah Pembangunan Perumahan
Perumahan

Buruk
3%
Belum
0% 4%
Memenuhi
15% Memenuhi
Kurang
baik
82% Sangat
96% Baik Memenuhi

Gambar 16. Ketersediaan Air Sebelum


Gambar 15. Kualitas Air Bersih Setelah Pembangunan Perumahan
Pembangunan Perumahan

138 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020
Suseno Setiowibowo, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman

Ketersediaan Air Bersih Menurut lainnya. Dari keempat perumahan yang telah
Responden Setelah Pembangunan dibangun di Kelurahan Mlajah, hanya terdapat
Perumahan satu perumahan, yaitu perumahan lavender,
yang berpengaruh terhadap peningkatan
genangan air di sekitar wilayahnya, yaitu wilayah
RW 8. Hal tersebut dapat berpengaruh pada laju
11% 0% Belum run off yang menjadi salah satu penyebab utama
Memenuhi timbulnya genangan air di suatu wilayah.
Kualitas Drainase Menurut
Memenuhi Responden Sebelum Pembangunan
89% Perumahan

Sangat
Memenuhi 5%
Rendah
Gambar 17. Ketersediaan Air Menurut
18%
Responden Setelah Pembangunan Perumahan Sedang
C. Kualitas Drainase
Indikator kualitas drainase yang digunakan 77% Tinggi
mengacu pada Ditjen Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum Tahun 2006. Berdasarkan hasil
analisis, lebih dari 70 % menyatakan bahwa
kualitas drainase tinggi, baik pada kondisi
Gambar 18. Kualitas Drainase Sebelum
sebelum pembangunan perumahan maupun
Pembangunan Perumahan
setelah pembangunan perumahan. Namun,
jumlah responden yang menyatakan kualitas Kualitas Drainase Menurut
drainase rendah meningkat dari 5 % sebelum Responden Setelah Pembangunan
adanya pembangunan perumahan menjadi 16 % Perumahan
setelah adanya pembangunan perumahan.
Kondisi yang berbeda terjadi pada jumlah
responden yang menyatakan kualitas drainase
sedang dan tinggi mengalami penurunan pada 16% Rendah
10 tahun terakhir. 11%
Pembangunan perumahan berhubungan Sedang
pada timbulnya genangan air terutama di 73%
Tinggi
lingkungan permukiman RW 8 yang
bersebelahan dengan Perumahan Lavender.
Walaupun skala lingkungan terkena hubungan
dapat dikatakan hanya mencakup satu rukun
warga (RW), namun perlu adanya upaya Gambar 19. Kualitas Drainase Setelah
perbaikan prasarana lingkungan permukiman Pembangunan Perumahan
agar masyarakat RW 8 dapat merasakan
kenyamanan bermukim sama halnya dengan
masyarakat di lingkungan Kelurahan Mlajah

Tabel 2. Rekapitulasi Variabel Berhubungan dari Adanya Pembangunan Perumahan


Variabel Indikator Nilai Standar Nilai Uji Interpreasi
Sosial Ekonomi Mata Pencaharian o H1 diterima dan Ho 0.012 Berhubungan
Pendidikan ditolak apabila nilai 1 Tidak berhubungan
Pendapatan uji < 0.05 0.003 Berhubungan
Interaksi Sosial o H1 ditolak dan Ho 0.157 Tidak berhubungan
Lingkungan Kualitas Jalan diterima apabila nilai 0.001 Berhubungan
Permukiman Kondisi Air Bersih uji > 0.05 0.059 Tidak berhubungan
Ketersediaan Air Bersih 0.011 Berhubungan
Kualitas Drainase 0.014 Berhubungan
Penggunaan Daya Listrik 0.002 Berhubungan

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020 139
HUBUNGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI
KELURAHAN MLAJAH

Gambar 20. Daerah Mengalami Penurunan Air Tanah

Gambar 21. Wilayah Permukiman Tergenang Air di Kelurahan Mlajah


D. Penggunaan Daya Listrik tingkat pendapatan jika dikaitkan dengan aspek
Berdasarkan hasil analisis, jumlah responden ekonomi masyarakat.
pengguna daya listrik > 450 VA sebanyak 59 % Penggunaan Daya Listrik Menurut
pada saat sebelum pembangunan perumahan. Responden Sebelum
Jumlah tersebut mengalami peningkatan tajam Pembangunan Perumahan
pada kondisi setelah pembangunan perumahan,
yaitu 75 % responden telah menggunakan daya 11%
listrik > 450 VA. Adapun persentase responden < 450 VA
penggunan daya listrik < 450 VA menurun dari 11
450 VA
% pada saat sebelum pembangunan perumahan 30%
59%
menjadi hanya 3 % pada saat setelah > 450 VA
pembangunan perumahan. Pembangunan
perumahan berhubungan pada peningkatan
konsumsi listrik sebagian masyarakat di
Kelurahan Mlajah Hal tersebut ditinjau dari Gambar 22. Penggunaan Daya Listrik Sebelum
jumlah responden yang mengalami perubahan Pembangunan Perumahan

140 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020
Suseno Setiowibowo, Eddi Basuki Kurniawan, Fadly Usman

Penggunaan Daya Listrik Menurut Soekarno-Hata bagian barat daya hingga tahun
Responden Setelah Pembangunan 2019.
Perumahan Adapun aktifitas pembangunan perumahan
menunjukkan hubungan pada responden
kelompok pendapatan rendah dan pendapatan
3% sedang, namun tidak tidak menunjukkan
< 450 VA
hubungan pada responden kelompok pendapatan
22% 450 VA tinggi. Hal tersebut dilihat dari penurunan
presentase responden pendapatan rendah dari
75% 28 % menjadi 18 % dan peningkatan jumlah
> 450 VA
responden pendapatan sedang dari 23 % menjadi
30 % setelah adanya pembangunan perumahan
hingga tahun 2019. Dari 25 responden yang
Gambar 23. Penggunaan Daya Listrik Setelah bekerja di bidang perdagangan dan jasa, terdapat
Pembangunan Perumahan 15 responden yang mengalami peningkatan
E. Hasil Rekapitulasi Uji Wilcoxon Signed Rank pendapatan sebesar 30 % setelah adanya
Test pembangunan perumahan. Peningkatan
Hasil analisis variabel aspek sosial ekonomi pendapatan dapat terjadi karena kenaikan jumlah
dan variabel lingkungan permukiman diperoleh konsumen yang berasal dari wilayah perumahan.
dari uji wilcoxon signed rank test. Adapun indikator pendidikan dan interaksi
Pengelompokkan hasil uji bertujuan untuk sosial pada variabel sosial ekonomi tidak memiliki
melihat indikator-indikator pada setiap variabel, hubungan sama sekali dengan adanya
baik yang berhubungan ataupun yang tidak pembangunan perumahan. Tingginya
berhubungan, dari adanya aktifitas pembangunan pembangunan perumahan tidak berhubungan
perumahan di Kelurahan Mlajah. signifikan terhadap kualitas pendidikan, dan
Berdasarkan Tabel 2, indikator berhubungan tingkat interaksi masyarakat di Mlajah.
pada variabel sosial ekonomi adalah mata
pencaharian dan pendapatan, sedangkan B. Hubungan Pembangunan Perumahan
indikator pendidikan dan interaksi sosial tidak Terhadap Lingkungan Permukiman
berhubungan atau tidak mengalami perubahan Pembangunan perumahan menunjukkan
signifikan selama pembangunan perumahan. adanya hubungan pada empat indikator yang
Adapun indikator berhubungan pada variabel termasuk dalam variabel lingkungan
lingkungan permukiman adalah kualitas jalan, permukiman, yaitu kualitas jalan, ketersediaan air
ketersediaan air bersih, kualitas drainase, dan bersih, kualitas drainase, dan penggunaan daya
penggunaan daya listrik, sedangkan indikator listrik. Pembangunan perumahan berhubungan
kondisi air bersih tidak berhubungan oleh terhadap peningkatan kualitas jalan dan
aktifitas pembangunan perumahan di Kelurahan penggunaan daya listrik. Pada tahun 2019,
Mlajah. terdapat 41 % responden yang menyatakan
kondisi jalan cukup baik dan 45 % responden
KESIMPULAN menyatakan kondisi jalan baik setelah adanya
A. Hubungan Pembangunan Perumahan aktifitas perumahan. Hanya terdapat 14 %
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi responden yang menyatakan kondisi jalan masih
kurang baik.
Hubungan pembangunan perumahan pada Pembangunan perumahan memiliki
aspek sosial ekonomi masyarakat dapat ditinjau hubungan pada peningkatan konsumsi listrik
dari segi mata pencaharian dan pendapatan. sebagian masyarakat di Kelurahan Mlajah. Hal
Aktifitas pembangunan perumahan berhubungan tersebut dapat dikategorikan sebagai hubungan
langsung pada kelompok buruh tani dan kuli serta yang baik karena berpengaruh pada pemasukan
kelompok perdagangan dan jasa, namun tidak sektor energi di tingkat daerah. Jumlah
berhubungan pada kelompok ahli teknik dan responden pemakai daya listrik > 450 VA
profesional. Selain itu, terjadi pertumbuhan mengalami peningkatan dari 56 % menjadi 75 %
kawasan perdagangan dan jasa di sepanjang Jalan setelah pembangunan perumahan pada tahun
R.E. Martadinata Jalan Anggrek, dan Jalan 2019.

Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020 141
HUBUNGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI
KELURAHAN MLAJAH
Adapun pembangunan perumahan Badudu dan Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa
menunjukkan hubungan terhadap berkurangnya Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
kapasitas infiltrasi bagi responden yang Ditjen Cipta Karya Dept. Pekerjaan Umum Tahun
memanfaatkan air tanah. Responden pengguna 2006.
air tanah yang tinggal di sekitar Jalan RE. Gottschalk, Louis. 2006. Understanding History.
Martadinata mengaku bahwa air tanah semakin Ab. Nugroho Notosusanto. Mengerti
menurun ditinjau dari kedalaman pipa bor Sejarah. Jakarta: UI PRESS.
maupun sumur. Sebagian besar rumah tangga di Hadi, Sudharto P. 2012. Dimensi Lingkungan
sisi barat Jalan R.E. Martadinata telah beralih Perencanaan Pembangunan. Gajah Mada
menggunakan PDAM. University Press: Yogyakarta.
Pembangunan perumahan juga
Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin dan
memperlihatkan hubungan terhadap timbulnya Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali.
genangan air terutama di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Bangkalan. 2009.
permukiman RW 8 yang bersebelahan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
Perumahan Lavender. Walaupun skala lingkungan Bangkalan 2009 – 2029.
terkena dampak dapat dikatakan hanya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun
mencakup satu rukun warga (RW), namun 2010 mengenai Persyaratan Kualitas Air
responden yang tinggal di RW 8 menyatakan Minum.
terjadi peningkatan ketinggian dan lama waktu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01
genangan air setelah adanya pembangunan Tahun 2004 tentang Kualitas Jalan.
perumahan lavender. RTRW Bangkalan Tahun 2009-2029.
SNI Nomor 03-1733-2004.
DAFTAR PUSTAKA Sarwono, S.W. 2009. Psikologi Sosial Psikologi
Arthur, B. Gallion dan Simon. 1994. Pengantar Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta:
Perancangan Kota. Erlangga: Jakarta. Balai Pustaka.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Walgito, B. 2007. Psikologi Sosial: Suatu
Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset.

142 Planning for Urban Region and Environment Volume 9, Nomor 4, Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai