Anda di halaman 1dari 2

Masyarakat adat Ketamanggung Tamambaloh pada tahun 2007 hingga 2013

menggarap perjuangan dalam membentengi lingkungan alam dari adanya perkebunan


sawit. Upaya tersebut kini di Kabupaten KLapuas Hulu menghasilkan sebuah kecamatan
terbebas dari perkebunan sawit. Kondisi menarik lain pada wilayah Ketamangungan
Tamambaloh terdiri dari sebagian besar zona konservasi Taman Nasional Betung Kerihun.
Taman tersebut di bagian baratnya terdapat Sungai tamambaloh yang kini telah menjadi
destinasi wisata yang sangat menarik hati wisatawan untuk hadir melancong. Hal ini
merupakan fenomena sosial-budaya dan sosial politik-ekonomi yang menampilkan ikatan
antara aksi konservasi lingkungan dengan kosmologi Dayak Tamambaloh. Sehubungan
diatas pemaparan tersebut memberikan acuan mengenai krusialnya posisi masyarakat lokal
yang berperan untuk menjaga melestarikan lingkungan.

Ekologi tradisional ialah kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang lingkungan


yang tumbuh dari keadaan dan aktivitas masyarakat lokal. Dayak Tamambaloh tergolong ke
dalam jenis masyarakat lokal yang memiliki istilah Indegenous peoples. Hubungan yang erat
dengan alam disekitarnya dapat ditemukan pada Dayak Tamambaloh. Hal ini tampak pada
artikulasi dan pengapdosian nama sukunya yang bermakna dari motif kebutuhan dan rasa
syukur akan hasil alam.

Berdasarkan peruntukan dan akses sumber daya, ketamanggungan Tamambaloh


terdapat pembagian beberapa kawasan, yakni kawasan adat Toan palalo (kawasan yang
dilindungi), zona area adat produksi, zona adat pemukiman, dan kawasan adat
Ketamanggungan Tamambaloh berdasarkan akses sumber daya. Dayak Tamambaloh dalam
mengelola sumber daya alamnya, selain menjaga dan melindungi juga menerapankan
aturan tentang tata cara pengelolaan agar dapat memberikan sanksi dan hukuman kepada
pihak yang tidak bertanggung jawab. Terdapat dua macam bentuk pengelolaan, yaitu bagian
milik pribadi (hasil warisan) dan bagian umu yang dikelola dan dimanfaatkan oleh semua
suku Dayak Tamambaloh.

Dayak Tamambaloh dalam mengatur akses sumber daya mencantumkan nilai-nilai


konservasi ekologi. Cakupan pengaturan ini tidak hanya berlaku bagi anggota
ketamanggungan Dayak tamambaloh saja, tapi juga berlaku kepada semua khalayak yang
menggunakan sumber daya tersebut. Dalam menetapkan aturan dan sanksi adat tentang
pemanfaatan sumber daya merupakan hasil keputusan bersama seluruh warga
ketamanggungan Tamambaloh. Dalam pengujarannya, aturan ini dapat mendukung konsep
menjaga kelestarian alam dan aturan ini berjalan sampai sekarang.

Dayak Tamambaloh dalam memanfaatkan sumber daya alam dilakukan secara


commons property (komunal). Collective goods (milik bersama) adalah sudut pandang
mereka dalam kepemilikan sumber daya alam, sehingga secara turun-temurun terjadi
making dicisions (proses membuat keputusan) dalam tata cara pemanfaatan sesuai dengan
mekanisme etnis ini, yaitu berlandaskan pada pantang-larang yang berkaitan erat dengan
kosmologi. Hal ini dapat diliat pada beberapa ritual seperti untuk membuka lahan,maupun
menebang pohon untuk membangun rumah.

Salah satu bukti atas tercapainya keberhasilan dalam menyokong berbagai program
konservasi lingkungan ialah terdapat pengetahuan dan pemahaman ekologi tradisional pada
etnis tersebut. Cakupan ekologi tradisonal Dayak Tamambaloh diantaranya adalah kalender
musim dengan empat model konservasi alam, aturan akses sumber daya alam, pembagian
kawasan adat berdasarkan peruntukan dan jalan pengaksesan SDA, aturan pantang-larang
dalam pengelolaan lingkungan alam, dan pemahaman genetika atau etnomedisin.

Anda mungkin juga menyukai