PENGEMBANGAN
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
“BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN AGROTEKNO-EKOLOGIS”
Editor:
Pasal 9:
1. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki
hak ekonomi untuk melakukan: a. penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan
dalam segala bentuknya; c. penerjemahan Ciptaan; d. pengadaptasian,
pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau
salinannya; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi
Ciptaan; dan i. penyewaan Ciptaan.
Ketentuan Pidana
Pasal 113:
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp500. 000. 000,00 (lima ratus juta
rupiah).
3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegan g
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (l) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp1. 000. 000. 000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000 000,- (empat
miliar rupiah).
Pasal 114
Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang
dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang
hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang
dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).
iii
PENGEMBANGAN
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
“BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN AGROTEKNO-EKOLOGIS”
iv
PENGEMBANGAN
PERTANIAN DAN PETERNAKAN
“BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN
AGROTEKNO-EKOLOGIS”
Penerbit:
CV. KANAKA MEDIA
Surabaya, Jawa Timur
Email : cv.kanakamedia@gmail.com
IG : katalog_knk
FB : Kanaka Media
Telp/WA: 0895384076090
ISBN: 978-623-258-349-8
Tebal: 234 hlm: 16,5x24 cm
SAMBUTAN
KETUA STIPER KENDARI
Terima kasih
Ketua,
PENGANTAR EDITOR
Editor,
Hadirman
La Panga Mpalasi
Hardin
viii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
yang ada di permukaan bumi dan atau di dalamnya menjadi hajat hidup
orang banyak dikuasai negara dan dimanfaatkan sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Jadi, upaya pemanfaatan sumber daya alam dapat
berfungsi sebagai pelestarian lingkungan dan pemenuhan kebutuhan
manusia.
tani Indonesia maupun dunia. Tujuan eksplorasi ini adalah: (1) mengetahui
bentuk kearifan lokal masyarakat Muna dalam sistem usaha tani; (2)
memahami fungsi kearifan lokal etnik Muna dalam sistem pelestarian
lingkungan; dan (3) merumuskan kearifan lokal etnik Muna dalam sistem
usaha tani yang berkelanjutan.
KAJIAN TEORETIS
Tanpa tanah dan iklim yang tepat, tidak akan ada tanaman yang
tumbuh dan tidak ada kehidupan binatang di bumi. Karena itu kita
mengenal sumber daya pertanian mulai dari tanah, tanaman, ternak dan
iklim menjadi perhatian khusus. Karena di tanah yang subur akan tumbuh
tanaman penghasil makanan, di padang rumput hidup ternak penghasil
daging, susu dan telur. Jadi, sistem pertanian awalnya berlaku sistem
pertanian campuran yakni memelihara baik tanaman pertanian dan hewan
ternak (beternak sekaligus bertani). Jenis paling mendasar ditemukan di
negara berkembang di mana para keluarga dengan tanah yang sempit
menghasilkan makanan yang cukup untuk bertahan hidup. Dasar inilah
lahirnya pertanian tebas bakar atau pertanian ladang berpindah tanpa
memperhatikan keseimbangan alam seperti kerusakan tanah, merusak
hutan, kehilangan air yang sangat berdampak pada kehidupan manusia.
4
2. Kearifan Lokal
3. Pengetahuan Lokal
PEMBAHASAN
**) Periode teknologi Era disruptif, era new Hemat sumber daya, hemat
informasi dan revolusi challenger; (VUCA) energi, issue media sosial as
industri 4.0. verysable, uncertainty, powers, social distance,
complexity, ambiguity moral VUCA Force (vision,
understanding, clearity &
agility)
*) La Panga, 2014. Basic Natural Science **); Siregar, 2018; Maftuh, 2018; La Panga, 2019
15
KESIMPULAN
sistem pertanian bagi masyarakat Muna dan (b) aturan formal (perundang-
undangan).
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORETIS
1. Etnolinguistik
2. Kearifan Lokal
3. Sistem Pertanian
PEMBAHASAN
[1] a. Kapaliki
b. pande solo
c. mie mande
d. Detambori
e. Detaghomi
Ungkapan (2) di atas memiliki makna yakni (a) dewalasa sau yakni
membuat takik dari jati dengan melukai kulitnya, dengan maksud untuk
menggugurkan daun-daun jati; (b) dewei yakni aktivitas membabat pohon
dan rerumputan serta tumbuhan liar lainnya; (c) desula yakni pembakaran
berangkasan pohon kayu berupa cabang dan ranting baik besar maupun
kecil; (d) detotawu yakni membersihkan lahan brangkasan sisa
pembakaran desula; dan (e) degalu yaitu aktivitas pemaculan dan
pengemburan tanah yang akan dijadikan sebagai tempat penanaman.
[3] a. deghala
b. dekatondo
c. Otondo
bambu dibelah menjadi tiga lalu dibuat horizontal dengan diikat dengan
bulu-bulu kecil yang dijadikan sebagai pengikat; (e) dekatondo yakni
pemagaran kebun keliling dengan tipe pagar berdiri, biasanya dari hasil
pembalakan ranting-ranting kayu jati dari lahan yang dibuka; dan (c)
ototondo yakni pemagaran kebun dengan keliling berupa susunan batu-
batu besar dan kecil. Tinggi susunan baru sekitar 1 meter.
[4] a. kafematai
b. wine
c. kalogha
d. Tisa
[5] a. Detobheha
b. Detongka
c. debuna
d. Deseli
[6] a. detoto
b. dekolusi
c. debhensi
d. desoria
Ungkapan (5) di atas memiliki makna yakni (a) detoto yakni
memotong ruas jagung. Kegiatan budaya ini dimaksudkan untuk memilah
dan memilih jagung yang akan dikonsumsi dan dijadikan persediaan
pangan keluarga. Biasanya pada saat detoto kahitela jagung yang besar dan
berkualitas baik dipisahkan untuk disimpan sebagai persediaan makanan
saat musim gagal panen (paceklik). Sedangkan, jagung karubu ‘kecil’ dan
bhoka ‘jagung besar yang mengelupas pucuknya’ dipisahkan; (b) dekulusi
yakni membuka kulit jagung untuk dimasak; (c) debhensi yakni membuka
kulit ubi kayu untuk dimasak atau dijemur; dan (d) desoria yakni jagung
yang berkualitas baik biasanya dibuatkan tempat khusus di sudut-sudut
rumah di dapur atau di atas loteng yang diatur sedemikian rupa untuk
persediaan makanan.
27
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kearifan Lokal
Hasil hutan nonkayu adalah produk biologi asli bukan kayu yang
diperoleh dari hutan, lahan perkayuan, atau lahan-lahan di sekitar hutan
(www.fao). Jenis hasil hutan bukan kayu 85 % atau lebih digunakan dalam
bentuk bahan pangan, kayu bakar, alat rumah tangga seperti sapu, dan
sikat. Lebih dari setengahnya juga memanfaatkan, kayu untuk bahan
bangunan, bahan pangan, madu, dan bambu untuk diayam. HHBK
digunakan oleh masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangganya. Keuntungan pemanfaatan HHBK belum mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, karena: (a)
masyarakat sekitar hutan belum mampu mengelola pendapatan rumah
tangga dari HHBK dengan baik; (b) pemasaran HHBK sebagian besar
terbatas pada pasar lokal, atau desa tetangga atau kunjungan turis; (c)
masyarakat sekitar hutan mengolah HHBK secara tradisional dan harga
jual yang masih rendah (Shackleton dan Shackleton, 2004).
METODE PENELITIAN
Pohon kenari dipanen dengan cara memungut biji kenari, dan tidak
diperbolehkan menebang atau melukai pohon kenari. Biji kenari yang
berjatuhan merupakan biji yang telah matang secara alami dan sisa makan
satwa hutan seperti burung pemakan biji. Pohon adalah mahluk hidup
sama halnya manusia. Apabila pohon terluka akibat terkena parang atau
benda lainnya, akan mempengaruhi pertumbuhan pohon, mutu buah atau
biji. Dengan demikian, pohon kenari akan tetap lestari kerana pohon kenari
dianggap salah satu bagian dari masyarakat itu sendiri.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Beer, J.H. dan McDermott, M.J. 1989. The Economic Value of Non-Timber
Forest Product In Southeast Asia with Emphasis on Indonesia,
Malaysia and Thailand. Pp.175pp
Kusters K., Achdiawan R., Belcher B. Dan Perez M.R. 2006. Balancing
Development and Conservation? Am Assessment of Ecology and
Society 11(2): 20.
Surtinah. 2008. Waktu Panen yang Tepat Menentukan Kandungan Gula Biji
Jaagung (Zea mays). Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol 4 . No : 2 : 1-7.
37
PENDAHULUAN
Hutan adalah sumber daya alam nasional yang mempunyai arti dan
berperan penting diberbagai segi kehidupan sosial, pembangunan dan
lingkungan hidup. Hutan juga memiliki beragam manfaat untuk kehidupan
dimuka bumi ini, yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung
38
maupun secara tidak langsung. Manfaat hutan dapat diperoleh jika hutan
dapat terjamin keeksistensiannya agar dapat bermanfaat secara optimal
bagi seluruh masyarakat (Fitriah, 2005).
Salah satu tanaman yang merupakan hasil hutan bukan kayu adalah
tanaman enau/aren (Arenga pinnata Merr). Enau adalah sebagai tumbuhan
yang memiliki beragam manfaat yang dapat menghasilkan beragam bahan
industri dan hampir seluruh bagian fisik serta produk dari tumbuhan enau
ini dapat diambil manfaatnya dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Tetapi tumbuhan enau ini tidak mendapatkan perhatian lebih agar dapat
dikembangkan secara optimal, pada akhirnya tanaman enau yang dapat
dimanfaatkan umumnya masih termasuk jenis tanaman yang tumbuh liar
dan hanya berkembang secara alamiah.
METODOLOGI PENELITIAN
PEMBAHASAN
Tujuan dari salawat adalah meminta kepada yang Maha Kuasa agar
dilimpahkan berkah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. dan
dilimpahkan pula kepada keluarga dan para sahabatnya, dan semoga
keselamatan tercurah kepada kita semua. Para penyadap memohon agar
mendapatkan keberkahan yang melimpah dan dijauhkan dari marabahaya
ketika hendak melakukan aktivitas menyadap. Doa menjadi lebih mudah
terkabul apabila selalu diiringi dengan salawat.
Artinya:
Tangga yang biasa digunakan untuk memanjat pohon enau pada saat
menyadap biasanya dari bambu atau kayu yang dianggap kuat dan dibuat
tapak kerja yang aman dan nyaman. Tangga untuk memanjat pohon enau
diletakan sejajar dengan pohon enau, kemudian diikat dengan kuat pada
batang enau agar penyadap tidak terjatuh pada saat naik diatas pohon enau
untuk membersihkan ijuk dan melakukan tahapan penyadapan selanjut-
nya.
Tujuan dari doa yang dituturkan diatas adalah meminta izin kepada
penunggu (jin) yang menjaga pohon enau agar tidak marah atau merasa
terganggu ketika ijuknya dipotong oleh penyadap. Penyadap meyakini
bahwa disetiap pohon itu pasti ada penjaganya, itulah mereka mengapa
selalu membacakan mantra disetiap tahapan dalam menyadap ini karena
mereka tidak mengetahui dimana letak penunggu (jin) pada pohon enau
tersebut karena tidak bisa dilihat dengan kasatmata. Hal ini dilakukan agar
terhindar dari gangguan makhluk halus (jin) yang menghuni pohon enau
tersebut.
Manfaat lain depolopa tongku pada pohon enau adalah agar pohon
enau dapat terkena sinar matahari langsung. Fungsi energi matahari untuk
tumbuhan adalah untuk membantu dalam proses fotosintesis. Hal ini
sangat berguna untuk kelangsungan hidup enau nanti. Sinar matahari juga
sangat berguna untuk membantu pada pembentukan glukosa terhadap
tumbuh-tumbuhan. Jika tahapan fotosintesis telah selesai maka senyawa
yang telah terbentuk dari glukosa yang telah menjadi lemak dan protein
dialirkan kesemua bagian dari tumbuhan tersebut untuk berkembang biak,
bernapas, dan sebagai cadangan makanan yang selalu disimpan pada umbi,
45
akar, biji, dan buah. Sinar matahari juga memiliki peranan guna menjaga
suhu yang dibutuhkan untuk memindahkan air supaya tetap seimbang dan
stabil (Nafisah, 2020).
Artinya:
Artinya:
6) Dewangku (dipukul-pukul/peningguran)
Artinya:
Pada tahapan ini air nira yang keluar belum bisa ditampung, karena
biasanya nira yang dihasilkan masih sedikit. Sambil menunggu sampai air
niranya banyak, setelah itu tandan enau sudah siap untuk disadap.
dibacakan setiap kali akan menyadap. Adapun proses dokebha dapat kita
lihat pada gambar berikut.
Gambar 12. Air nira yang Gambar 13. Air nira yang telah
disebut kakara menjadi kameko
(Dokumen Peneliti, 22 April 2020) (Dokumen Peneliti, 22 April 2020)
Artinya:
Artinya:
Artinya:
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
pembangunan di bidang pangan yang meliputi lima aspek yakni: (1) dari
orientasi swasembada beras menjadi swasembada pangan; (2) dari
orientasi pemenuhan kuantitas menjadi orientasi yang semakin
menekankan kepada kualitas pangan; (3) dari orientasi produksi yang
menekankan kepada upaya mencukupi melalui peningkatan produksi,
menjadi orientasi untuk menghasilkan/memproduksi pangan yang sesuai
dengan permintaan pasar; (4) dari orientasi yang menitikberatkan kepada
komoditas tunggal (single comodity) menjadi orientasi kepada pangan yang
beraneka ragam; dan (5) orientasi yang berupaya untuk mengatasi situasi
yang berlebih melalui mekanisme pasar (dari orientasi protektif kepada
orientasi mekanisme pasar).
RUMUSAN PERMASALAHAN
TUJUAN PENELITIAN
MANFAAT PENELITIAN
TINJAUAN TEORETIK
Lahan merupakan modal utama dalam usaha tani padi sawah selain
tenaga kerja dalam menopang kehidupannya. Meningkatnya jumlah
penduduk mengakibatkan lahan yang dapat diusahakan untuk pertanian
menjadi semakin berkurang. Berkurangnya lahan pertanian menyebabkan
jumlah usaha tani sempit bertambah.
Minapadi biasa juga disebut tumpang sari. Istilah mina padi berasal
dari bahasa Sansekerta yaitu mina (yang berarti ikan). Minapadi dapat
diartikan sebagai sistem pemeliharaan ikan di sawah yang dilakukan
bersamaan dengan penanaman atau pemeliharaan padi. Batas masa
pemeliharaan ikan pada sistem mina padi berkisar 45-65 hari. Batas masa
pemeliharaan ikan ini terkait erat dengan umur padi. Dalam praktiknya,
waktu pemanenan ikan disesuaikan dengan tujuan penanaman ikan, untuk
pendederan atau pembesaran.
tunas akibat genangan tadi, sebaiknya dipilih tanaman padi yang cepat
bertunas banyak;
5) Batang kuat dan tidak mudah rebah. Karena banyak air di sekitar
perakaran, maka kemungkinan air yang diserap tanaman lebih banyak.
Akibatnya, batang tanaman padi menjadi lemah. Untuk mencegah
masalah itu, sebaiknya padi yang ditanam mempunyai batang yang kuat
dan tidak mudah rebah;
6) Tahan hama dan penyakit. Semua tanaman yang akan ditanam harus
mempunyai sifat tahan terhadap hama penyakit;
7) Produksi tinggi dan daun tegak. Untuk memperbanyak sinar matahari
yang dapat diterima oleh permukaan daun, sehingga diharapkan hasil
fotosintesis besar dan hasil padi tentunya akan meningkat; dan
8) Rasanya enak sehingga disukai masyarakat.
sawah dataran rendah, ikan ditebarkan 5-7 hari setelah tanaman padi,
sedangkan di sawah dataran sedang ikan ditebar 10-12 hari setelah tanam
padi. Hal ini disebabkan kecepatan pertumbuhan padi di sawah dataran
sedang relatif lebih lambat. Jika ikan ditebar lebih awal, risiko
kemungkinan merusak tanaman padi lebih besar.
Pada dasarnya usaha tani padi memiliki dua faktor yang akan
mempengaruhi proses produksi, yaitu faktor internal penggunaan lahan,
tenaga kerja dan modal serta faktor-faktor eksternal yang meliputi faktor
produksi yang tidak dapat dikontrol oleh petani seperti iklim, cuaca,
perubahan harga dan sebagainya.
(a) Tanah
Tanah memiliki beberapa sifat antara lain: (1) luas relatif tetap atau
dianggap tetap; (2) tidak dapat dipindahkan; dan (3) dapat dipindah-
tangankan dan atau diperjualbelikan. Dalam usaha tani, lahan didefinisikan
sebagai tempat produksi dan tempat tinggal keluarga petani. Tingkat
kesuburan dan luas lahan mempunyai pengaruh yang nyata dalam
peningkatan produksi padi. Besarnya luas lahan usaha tani mempengaruhi
petani dalam menerapkan cara-cara berproduksi. Luas lahan usaha tani
yang relatif kecil membuat petani sukar mengusahakan cabang usaha yang
bermacam-macam, karena ia tidak dapat memilih kombinasi-kombinasi
cabang usaha yang paling menguntungkan.
71
Tenaga kerja usaha tani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan
luar keluarga petani. Tenaga luar keluarga dapat diperoleh dengan cara
upahan, di mana upah pekerja pria, wanita dan anak-anak berbeda.
Pembayaran upah dapat harian atau mingguan ataupun setelah usai
pekerjaan, atau bahkan borongan. Tenaga upahan ini ada juga yang dibayar
dengan natura atau hasil panen. Tenaga kerja dalam keluarga umumnya
tidak diperhitungkan karena sulit dalam pengukuran penggunaannya,
biasanya tenaga kerja ini lebih banyak digunakan pada petani yang
menggarap lahan sempit.
72
(c) Modal
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah, dan petani
tambak/kolam yang mengusahakan sistem usaha tani terpadu minapadi
yang tersebar homogenitas di seluruh wilayah daerah pengeliaran irigasi
Konaweha Kabupaten Konawe.
3. Pengumpulan Data
Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data
kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif adalah jumlah produksi, jumlah
petani Minapadi peternak, dan petani tambak. Sedangkan data kualitatif
meliputi data hasil kajian dengan pertanyaan (what, where, who, when, why
and how) 4 W + 1 H. Sumber data dalam penelitian ini akan diperoleh data
primer dan data sekunder. Data primer dapat dilakukan dengan melakukan
observasi, wawancara, focus grup discusion (FGD). Sedangkan data
sekunder dapat diperoleh melalui pengumpulan data-data pendukung dari
instansi terkait dan RPJM dan dokumentasi.
Jumlah
Jenis kelompok Umur Pendidikan Pengalaman Pendapatan ∑sampel
anggota
Luas lahan
No Kecamatan Persentase (%)
sawah (Ha)
1 Abuki 5.792 15.48
2 Tongauna 8.782 23.48
3 Uepai 3.015 8.06
4 Lambuya 3165 8.46
5 Wawotobi 2.454 6.56
6 Anggaberi 2.027 5.42
7 Wonggeduku 9.475 25.33
8. Kapoyala/Bondoala 2.694 7.20
Total 37.404 100.00
Sumber: Diolah dari data, 2014
Luas panen
No Kecamatan Persentase (%)
sawah (Ha)
1 Abuki 5.745 15.31
2 Tongauna 8.905 23.73
3 Wepai 3.408 9.08
4 Lambuya 3.465 9.23
5 Wawotobi 2.732 7.28
6 Anggaberi 1.461 3.89
7 Wonggeduku 9.219 24.57
8 Kopoyala/Bondoala 2.592 6.91
Total 37.527 100.00
Sumber: Diolah dari data 2014
79
Tabel 4. Potensi usaha tani minapadi (padi sawah + kolam ikan) dan realisasi
penebaran ikan kolam berdasarkan kecamatan
penanaman ikan areal kolam ikan yang waktunya dapat diusahakan secara
bersamaan baik dalam bentuk kolam maupun tambak dan atau sebahagian
kecil menyebar ikan pada areal sekitar padi sawah tapi belum tertata
dengan baik.
Jenis ternak
No Kecamatan
Sapi Kambing Unggas
1 Abuki 1762 314 47.070
2 Uepai 2416 467 34.539
3 Wonggeduku 992 2398 114.224
4 Wawotobi 291 294 2.835
Total 5.461 3.473 198.668
Sumber: Diolah dari data, 2015
kelas kemampuan kelompok tani agar dapat menjadi simpul pasar beras
masing-masing dan atau menjembatani Bulog dengan kepentingan petani.
Kelas kemampuan petani awalnya dilakukan pada ketua kelompok
sebagai bentuk upaya pembinaan pemerintah kepada petani agar petani
dapat meningkatkan usaha taninya sekaligus meningkatkan pendapatan-
nya. Penguatan kelas kelompok tani sawah sebagai petani sukses dalam
meningkatkan produksi sekaligus meningkatkan usaha tani dan
pendistribusiannya melalui Bulog sebagai mitra petani. Akan tetapi, peran
Bulog sekarang ini hanya menyangga harga beras untuk kebutuhan
pemerintah dengan harga standar sehingga mereka enggan menjual gabah
kering giling/beras kepada Bulog.
terdiri atas 8 kelompok pemula dan 1 kelompok lanjut; serta (e) kelompok
tanaman pangan terdiri atas 6 kelompok pemula. Hal ini menunjukkan di
kecamatan seluruh wilayah sampel mempunyai potensi untuk penguatan
kelembagaan dari masing-masing jenis usaha tani sehingga dapat menjadi
daerah lumbung pangan yang baik.
Tabel 9. Rata-rata luas panen, luas kolam ikan dan produksi beras pada
lokasi pengembangan lumbung beras provinsi
struktur organisasi
dalam kelompok yang
ada di masing-masing
usaha tani
5. Memberikan insentif
kepada masing-masing
anggota kelompok
berdasarkan jumlah dan
mutu hasil pertanian
yang diperoleh dengan
pengawan langsung
oleh pemerintah
6. Membentuk model
usaha tani kemitraan
yang terintegrasi antara
pertanian, peternakan
dan perikanan dengan
mendatangkan
beberapa inventor/
pemberi modal dengan
perjanjian MoU
sehingga petani bisa
yakin.
ANCAMAN (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
1. Partisipasi 1. Meningkatkan 1. Membangun maindset
masyarakat rendah partisipasi masyarakat masyarakat terkait dengan
2. Hama dan penyakit dalam mengelolah uasahatani untuk
3. Fluktuasi harga kelembagaan uasaha menghasilkan mutu yang baik
hasil pertanian dan tani yang ada dengan dengan pembentukan Perda
peternakan serta memberikan reward untuk baku mutu produk
perikanan kepada petani yang sehingga dapat
4. Berkembangnya berhasil mempersiapakan diri pada era
lembaga 2. Menentukan harga pasar MEA.
pengkreditan dasar dari hasil 2. Membangun maindset
tradisional pertanian, peternakan masyarakat terkait dengan
5. Perdagangan global dan perikanan di pentingnya kelembagaan
6. Kelembagaan yang tingkat petani. dalam usaha tani sehingga
tidak kuat 3. Membangun kawasan mereka dapat terpacu untuk
7. Degradasi pertanian terpadu yang memperbaiki manajemen
sumberdaya alam diawasi oleh usahanya dalam mencapai
8. Keberpihakan pemerintah sehingga swasembada pangan di
lembaga bank dalam pengawasan Kabupaten Konawe
mengenai penyakit 3. Membentuk team yang dapat
dapat tangani dengan menjalin kemitraan/ mencari
cepat mitra baik dengan sistem inti-
4. Menyediakan lembaga plasma untuk permodalan,
pengkreditan dengan pemasaran dan bahkan
suku bungan yang investor yang dapat membantu
rendah dan tanpa masyarakat mengembangkan
agunan dengan usahanya sehingga dapat
kesepakatan yang menghasilkan produk yang
bersama. berkualitas baik
5. Peningkatan 4. Membangun pos pelayanan
94
Prioritas Strategi
1 Mengembangkan kegiatan intensifikasi budidaya pertanian,
peternakan dan perikanan dengan mempertimbangkan aspek
biogeofisik (biologi, kimia, dan fisika) dengn kesesuaian lahan, serta
daya dukung yang dapat menyerap tenaga kerja terampil yang lebih
maju dan berkelanjutan.
2 Memberdayakan kelembagaan perekonomian/keuangan berbasis
masyarakat dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal serta mejalin
kerja sama pemasaran lokal dengan pengusaha swasta melalui
fasilitator pemerintah.
3 Membangun maindset masyarakat terkait dengan pentingnya
kelembagaan dalam usaha tani sehingga mereka dapat terpacu untuk
memperbaiki manajemen usahanya dalam mencapai swasembada
pangan di Kabupaten Konawe
4 Melakukan pelatihan terpola dan terjadwal tiap tahunnya kepada
masyarakat petani yang mempunyai keterampilan yang rendah.
5 Optimalisasi peran serta lembaga penyuluhan BP3K yang ada di
kecamatan dalam rangka mengawal dan membimbing setiap item
kegiatan dan teknologi yang diberikan agar tepat sasaran.
6 Membangun pos pelayanan terpadu yang dikelolah oleh lembaga
penyuluhan agan masyarakat dapat mengaduhkan permasalahan
yang dihadapi di lapangan dengan pengawan langsung dari
pemerintah daerah.
7 Membentuk kembali struktur organisasi dalam kelompok yang ada di
masing-masing usaha tani.
8 Membentuk team yang dapat menjalin kemitraan/mencari mitra baik
dengan sistem inti-plasma untuk permodalan, pemasaran dan bahkan
investor yang dapat membantu masyarakat mengembangkan
usahanya sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik.
9 Membangun maindset masyarakat terkait dengan uasahatani untuk
menghasilkan mutu yang baik dengan pembentukan perda untuk
baku mutu produk sehingga dapat mempersiapakan diri pada era
pasar MEA.
10 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola kelembagaan
uasaha tani yang ada dengan memberikan reward kepada petani yang
berhasil
11 Mengaktifkan kembali Koperasi Unit Desa dan bekerja sama dengan
pemerintah dengan pengawasan langsung dari pemerintah daerah.
12 Membuat kebijakan tertulis tentang pengawasan mutu hasil pertanian
mulai dari bibit yang akan ditanam dan dipeliharan secsra waktu
panen yang baik.
13 Pemberian bantuan modal dan bantuan sarana dan prasarana
pertanian dengan pengawasan langsung oleh pemerintah
96
PENUTUP
1. Kesimpulan
kelembagaan yang tidak kuat; (15) degradasi sumber daya alam; dan
(16) keberpihakan lembaga bank.
4) Prioritas strategi kebijakan pengembangan minapadi dan daerah
lumbung pangan meliputi lima prioritas utama antara lain: (1)
mengembangkan kegiatan intensifikasi budidaya pertanian, peternakan
dan perikanan dengan mempertimbangkan aspek biogeofisik (biologi,
kimia, dan fisika) dengn kesesuaian lahan, serta daya dukung yang
dapat menyerap tenaga kerja terampil yang lebih maju dan
berkelanjutan; (2) memberdayakan kelembagaan perekonomian/
keuangan berbasis masyarakat dengan memanfaatkan tenaga kerja
lokal serta menjalin kerja sama pemasaran lokal dengan pengusaha
swasta melalui fasilitator pemerintah; (3) membangun maindset
masyarakat terkait dengan pentingnya kelembagaan dalam usaha tani
sehingga mereka dapat terpacu untuk memperbaiki manajemen
usahanya dalam mencapai swasembada pangan di Kabupaten Konawe;
(4) melakukan pelatihan terpola dan terjadwal tiap tahunnya kepada
masyarakat petani yang mempunyai keterampilan yang rendah; (5)
optimalisasi peran serta lembaga penyuluhan BP3K yang ada di
kecamatan dalam rangka mengawal dan membimbing setiap item
kegiatan dan teknologi yang diberikan agar tepat sasaran.
5) Kebijakan pengembangan usaha tani minapadi dalam rangka
pembangunan daerah lumbung pangan beras Sulawesi Tenggara di
Kabupaten Konawe, melalui pendekatan agroekoteknopreneur dengan
empat dimensi utama: (1) dimensi ekologis; (2) dimensi teknologi; (3)
dimensi sosial ekonomi/agrobisnis; dan (4) dimensi hukum kemitraan
perdagangan global.
2. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, D. dan R.K. TURNER. 1990. Economic of Natural Resourcer and The
Environment. Harvester Wheatsheaf, New York. p. 378.
PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
TINJAUAN PUSTAKA
2. Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau
berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu
masih hijau atau setelah dikomposkan. Manfaat pupuk hijau adalah
meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah
sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang
selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan
ketahanan tanah terhadap erosi (Srihartomo, 2010).
a. Arachis pintoi
b. Centrosema pubescens
c. Calopogonium mucunoides
Calopogonium mucunoides adalah tanaman yang tumbuh cepat,
menjalar, membelit atau melata. Panjang hingga beberapa meter,
membentuk sekumpulan daun yang tak beraturan dengan ketebalan 30-50
cm yang memiliki batang padat merona dengan rambut-rambut yang
tersebar. Tanaman ini Berdaun tiga, panjang tangkai daun hingga 16 cm
dan merona. Daun berbentuk bundar telur dengan ukuran 4-10 cm x 2-5
cm, bagian lateral menyerong, kedua permukaan merona. Tanaman ini
memiliki polong memita-melonjong dengan ukuran 2-4 cm x 3.5-5 mm,
lurus atau melengkung, merona halus dengan rambut coklat kemerahan di
antara biji yang berjumlah 3-8. Biji berbentuk persegi padat dengan
panjang 2-3 mm, berwarna kekuningan atau coklat kemerahan (Chen and
Aminah, 1992).
107
b. Porositas Tanah
Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah
(terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-
pori kecil dan pori-pori besar. Pori-pori kecil berisi air kapiler atau udara.
Sedang pori-pori besar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah
hilang karena gaya gravitasi). Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori
besar lebih banyak dari pada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori
besar lebih sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-
tanah liat mempunyai pori-pori total (jumlah pori-pori makro + mikro)
lebih tinggi dari pada tanah pasir (Hardjowigeno, 2003).
108
d. Permeabilitas Tanah
5. Tanaman Jagung
a. Botani
Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam tata nama atau sistematika
(Taksonomi) tumbuh-tumbuhan dimasukan dalam klasifikasi sebagai
berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Classes : Monocotyledone (berkeping satu)
Familia : Gramineae
Geunus : Zea
Spesies : Zea mays L (Warisno, 1998)
Jagung (Zea mays L.) memiliki batang bulat silindris dan tidak
berlubang , berisi berkas-berkas pembuluh, beruas-ruas, tinggi tanaman 1-
3 meter, dengan diameter batangnya 3-4 (Suprapto, 2000). Batang jagung
beruas-ruas dengan jumlah ruas biasanya 8-12 ruas. Ruas batang pendek
dan tebal pada bagian sebelah bawah, kemudian ruasnya lebih panjang dan
tebal dibagian sebelah atau runcing sampai ujung bunga jantan (Effendi,
1985).
b. Syarat Tumbuh
Jagung (Zea mays L.) dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah
selama tanah tersebut menunjukkan drainase dan aerasi yang baik serta
banyak mengandung humus. Jagung dapat ditanam pada lokasi dengan
ketinggian tempat 0 - 1300 m dpl serta dapat ditanam pada daerah
beriklim kering dengan curah hujan berkisar 250 mm tahun-1) sampai
beriklim basah dengan curah hujan berkisar 500 mm tahun-1) (Eddy,
2004).
METODOLOGI PENELITIAN
3. Metode Penelitian
4. Pelaksanaan Penelitian
1) Persiapan
d. Penyiapan Benih
Benih jagung Lokal Muna dipilih yang sehat, bebas hama dan
penyakit, tidak pecah dan memiliki berat yang seragam, kemudian
direndam selama 24 jam.
e. Penanaman
3) Pemeliharaan
4) Tahap Pengamatan
b. Porositas Tanah
d. Permeabilitas tanah
Bobot 100 butir dihitung setelah panen dan dipilih sebanyak 100
butir lalu ditimbang.
5. Analisis Laboratorium
6. Pengolahan Data
Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan metode analisis
variansi untuk melihat pengaruh pupuk hijau yang dicobakan terhadap
berat volume tanah (BV), porositas tanah, kadar air tanah (KAT),
permeabilitas tanah, tinggi tanaman umur 14 dan 56 HST, diameter batang
umur 14 dan 56 HST, bobot 100 butir dan produksi pipilan kering terhadap
tanah bekas tambang. Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka dilakukan
uji lanjut Duncan.
117
1. Hasil
Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Nilai KAT, BV, Porositas Tanah dan Permeabilitas
Tanah pada Berbagai Jenis Pupuk Hijau
Perlakuan Parameter
KAT BV Porositas Permeabilitas
(%) (g.cm-3) (%) (cm.jam-1)
Kontrol (A0) 42.33 1.06 59.91 506.52
Arachis (A1) 38.53 1.11 58.19 662.87
Centro (A2) 35.86 1.08 59.45 707.76
Calopogonium (A3) 36.75 1.05 59.60 217.42
Tabel 2. Hasil Rata-Rata Nilai Tinggi Tanaman, Diameter Batang, Bobot 100
Butir, dan Produksi Pipilan Kering pada Berbagai Jenis Pupuk Hijau
Perlakuan Parameter
Tinggi Tanaman Diameter Batang Bobot Produksi
14 HST 56 HST 14 HST 56 HST 100 Pipilan
(cm) (cm) (cm) (cm) Butir Kering
(g) (g)
Kontrol (A0) 36.11 102.64 0.43 3.75 16.66 529.86
Arachis (A1) 38.61 118.16 0.47 4.21 21.18 708.01
Centro (A2) 40.81 146.22 0.52 4.50 21.39 1406.49
Calopogonium 38.09 134.97 0.57 4.30 19.23 677.99
(A3)
2. Pembahasan
Berat volume tanah adalah massa (bobot) suatu unit isi tanah
kering. Dalam hal ini termasuk padatan dan pori-pori (Soepardi, 1983).
Berat volume menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering
dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah (Hardjowigeno,
119
2003). Perbedaan nilai Berat volume tanah (BV) pada setiap perlakuan
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil Analisis dan Perhitungan Berat Volume Tanah (g.cm -3)
b) Porositas
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh
udara dan air. Persentase volume ruang pori total disebut porositas (Foth,
1995). Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padatan tanah
(terisi oleh air dan udara) (Hanafia, 2005). Perbedaan nilai porositas pada
setiap perlakuan disajikan pada tabel berikut.
120
Berdasarkan hasil sidik ragam tabel (4) bahwa pupuk hijau arachis,
centro dan calopogonium berpengaruh tidak nyata dalam peningkatan
porositas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kontrol mempunyai
porositas lebih tinggi jika dibanding dengan perlakuan pupuk hijau lainnya.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh banyaknya terdapat kerikil-kerikil
didaerah penelitian sehingga diduga porositasnya tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya Safaruddin (2010), bahwa nilai yang porositas yang
tertinggi pada perlakuan kontrol juga bahkan nilai porositasnya berkisar
65-70 %.
Air merupakan unsur tanah yang dinamis dan harus tersedia pada
saat tumbuhan memerlukannya untuk pertumbuhan tanaman, karena air
tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah (Hakim et al,
1986). Perbedaan nilai kadar air tanah pada setiap perlakuan lebih jelasnya
disajikan pada tabel berikut.
d) Permeabilitas Tanah
tersusun dari pori-pori yang besar yang sangat efisien untuk pergerakan
air dan udara hal ini menyebabkan rendahnya kapasitas menahan air.
Hasil pengamatan dan sidik ragam bobot 100 butir tanaman jagung
disajikan pada Lampiran 14a dan 14b. Sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk hijau Arachis, Centro dan Calopogonium berpengaruh
tidak nyata terhadap bobot 100 butir tanaman jagung. Hal ini disebabkan
karena apabila pertumbuhan tanaman tidak terpenuhi maka kemungkinan
besar untuk menghasilkan buah dalam jumlah sedikit. Selain itu, diduga
karena pemberian pupuk hijau tidak hanya dimanfaatkan dalam
pembentukan buah tetapi juga dimanfaatkan oleh seluruh bagian
tumbuhan (akar, batang dan daun). Disamping itu juga hasil penelitian
123
Gima (2001) bahwa pupuk hijau dengan dosis 10 ton ha-1 belum mampu
mensuplai kebutuhan unsur hara dalam jumlah yang cukup, seimbang dan
tersedia sesuai kebutuhan tanaman sehingga bobot 100 butir belum
memberikan produksi yang lebih baik kecuali dengan pemberian pupuk
hijau dengan dosis 15 ton ha-1.
1. Kesimpulan
hijau yang lain serta berpengaruh tidak nyata pula terhadap tinggi
tanaman, diameter batang dan bobot 100 butir.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Endriani dan Zurhalena. 2008. Kajian Beberapa Sifat Fisik Tanah Andisol
Pada Beberapa Penggunaan Lahan dan dan Beberapa kelerengan Di
Kecamatan Gunung Kerinci. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi-II 2008. Universitas Lampung, 17-18 November 2008.
125
Hakim, N., Yusuf, M.N., Lubis, A.M., Sutopo, G.N., Rusdi, M.S., Amin, M.D., Go
Ban Hong dan Bailey, H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit
Universitas Lampung.
Sarief, E.S., 1986. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB Press. Bogor. Press. Bogor.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Offset.
Yogyakarta.
Sofwan
PENDAHULUAN
kegiatan penebangan adalah liar, dengan nilai mencapai 365 juta dolar AS.
Berdasarkan hasil analisis FWI (Forest Watch Indonesia) dan GFW (Global
Forest Watch), dalam kurun waktu 50 tahun luas tutupan hutan Indonesia
mengalami penurunan sekitar 40 % dari total tutupan hutan di Indonesia
(http://ariestiaayou.wordpress.com). Diperlukan suatu upaya untuk
mengurangi volume penebangan pohon.
“Di tahun 2013 lalu adalah suhu paling panas di Antartika sejak
44000 tahun terakhir (Live Science, Jumat, 25-10-2013), dan efek emisi gas
karbon hasil produksi industri dan polusi menjadi penyebab utama”
(http://techno.okezone.com). “Bumi saat ini terus melepaskan karbon
dioksida sebanyak 54 persen penyebab lapisan ozon berlubang. Hingga
tahun 2011 lalu atmosfer bumi sudah tercemar oleh karbon sebanyak 531
gigaton” (http://techno.okezone.com). “Emisi CO2 dalam proses pembuatan
bata memberi pengaruh signifikan terhadap pemanasan global” (Siram,
2012). Diperlukan upaya untuk mengurangi volume pembakaran.
PEMBATASAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
TINJAUAN TEORETIS
1. Batu Bata
b) Ukuran standar
a) Densitas
Densitas adalah perbandingan antara massa dan volume. Nilai
densitas menggambarkan tingkat kepadatan batu bata. Nilai densitas dari
setiap sampel untuk masing-masing bentuk dan masing-masing ukuran
ditentukan melalui perbandingan massa dan volume. Jika, nilai densitas
rendah, maka batu bata cenderung rapuh dan mudah patah. SNI 15-2094-
2000 mensyaratkan nilai densitas minimum batu bata untuk pasangan
dinding sebesar 1,2 gr/cm³ atau 1200 kg/m3.
b) Serapan (Porositas)
c) Kuat Tekan
d) Kandungan garam
e) Mikrostruktur
PEMBAHASAN
produksi semakin tinggi dengan semakin langkanya kayu bakar. Jika kita
hitung dengan baik, maka memproduksi batu bata konvensional dengan
proses pembakaran menimbulkan kerusakan lingkungan, perambahan
hutan, pencemaran udara, secara financial tidak layak untuk sebuah usaha.
3. Ramah Lingkungan
Untuk dinding bata ekspose dan paving block dari tanah tanpa proses
pembakaran, dapat digunakan untuk keperluan-keperluan sebagaimana
contoh gambar-gambar berikut:
138
PENUTUP
Batu bata tanah tanpa pembakaran ini juga ramah lingkungan, karena
tidak menyebebkan kerusakan alam, tidak merusak lahan pertanian,
pemakaian air relatif sangat sedikit, tidak menyebabkan kerusakan hutan
akibat penebangan pohon untuk kayu bakar, tidak menimbulkan polusi
udara dan tidak menambah suhu pemanasan global (global warming)
akibat banyaknya gas karbondioksida yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1995 tentang Perlindungan tanaman
(Pasal 3) disebutkan Perlindungan tanaman dilaksanakan melakui sistem pengendalian
142
METODE PENELITIAN
hama terpadu. Penjelasan lebih lanjut dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
390/Kpts/Tp.600/5/1994 tentang Penyelenggaraan Program Nasional Pengendalian
Hama Terpadu. Keputusan Menteri tersebut mengatur Usaha Pokok, Tujuan, Pedoman
dan Tata Kerja, Organisasi, Prinsip-Prinsip penyelenggaraan Program Nasional PHT.
143
HASIL PENELITIAN
Kekuatan Kelemahan
Faktor Internal a.Insentif pengendalian a.SDM terbatas
b.Alumni SLPHT b.Kelembagaan
c.Kepemilikan lahan pekebun
d.Nilai-nilai gotong-royong c.Pascapanen
Faktor Eksternal e.Musuh alami d.Tanaman naungan
e.Limbah kakao
Peluang Peningkatan mutu biji Peningkatan SDM
1.Potensi pasar kakao Kelembagaan
2.Perusahan benih Efisiensi rantai pekebun
3.Kebijakan Perlintan pemasaran Transfer teknologi
4.PT/LP Transfer teknologi Peningkatan mutu
5.Peranan LSM biji kakao
Ancaman
1.Subsidi pupuk Peningkatan SDM Efisiensi rantai
2.Pestisida ilegal Pengembangan teknologi pemasaran
3.Fluktuasi harga PHT Pengembangan
4.Suku bunga Kelembagaan pekebun teknologi
5.Pembukaan hutan PHT
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
[Disbun] Dinas Perkebunan. 2007. Data Luas Tanam dan Produksi Kakao
Kabupaten Kolaka. Kolaka: Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka.
Peshin R, Bandral RS, Zang WJ, Wilson L, Dhawan AK. 2009. Integrated Pest
Management: A Global Overview of History, Progress and Adoption.
Di dalam Dhawan AK, Peshin R, editor. Integrated Pest Management:
Innovation-Develop-ment Process. Springer Netherlands:
Netherlands. 689pp.
Sjafaruddin M et al. 2000. Hasil Kajian Penggerek Buah Kakao dan Status
Hara Areal Pertanaman Kakao di Kabupaten Kolaka. Kendari: Balai
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
149
Anshar
1. PENDAHULUAN
2. KLASIFIKASI KELOR
3. MORFOLOGI KELOR
VITAMIN
12 Vitamin A 186 IU/100 g BBIA
13 Vitamin B1 45.5 mg/kg BBIA
14 Vitamin B2 100 mg/kg BBIA
15 Vitamin B6 3.32 mg/kg BBIA
16 Vitamin C <2.00 g/kg BBIA
153
ASAM
19 Asam Folat <0.25 mg/kg BBIA
20 Asam Oleat 0.48 % BBIA
MINERAL
21 Kalsium (Ca) 36.7 mg/100 g BBIA
22 Kalium (K) 120 mg/100 g BBIA
23 Natrium (Na) 109 mg/100 g BBIA
24 Magnesium (Mg) 319 mg/100 g BBIA
25 Fospor (P) 227 mg/100 g BBIA
26 Besi (Fe) 60.5 mg/100 g BBIA
27 Tembaga (Cu) 4.95 mg/kg BBIA
28 Seng (Zn) 16.0 mg/kg BBIA
29 Kromium (Cr) <0.006 mg/kg BBIA
30 Mangan (Mn) 68.9 mg/kg BBIA
31 Selenium (Se) 0.10 mg/kg BBIA
ASAM AMINO
32 Aspartat 32006.83 ppm SIG
33 Glutamat 29305.61 ppm SIG
34 Serin 9435.72 ppm SIG
35 Glisin 11906.73 ppm SIG
36 Histidin 6252.59 ppm SIG
37 Arginin 13398.70 ppm SIG
38 Threorin 8605.36 ppm SIG
39 Alanin 15262.89 ppm SIG
40 Prolin 19607.69 ppm SIG
41 Falin 14576.56 ppm SIG
42 Metionin 3687.79 ppm SIG
43 Isoleusin 11327.12 ppm SIG
44 Leusin 18352.47 ppm SIG
45 Phenilalanin 15510.73 ppm SIG
46 Lisin (Lysine HCL) 11509.12 ppm SIG
Kandungan Lainnya
47 Polifenol 24649.44 ppm SIG
48 EGCG 381.25 mg/100 g SIG
Sumber : Krisnadi (2015)
Keterangan:
- BBIA : Balai Besar Industri Agro – Bogor
- SIG : PT. Saraswanti Indo Genetech
- Farmasi UNAIR : Unit Layanan Pengujian Fak. Farmasi Univ. Airlangga
154
Sebagai salah satu bahan pangan, bahan dari tanaman kelor juga
dapat dicampur dengan bahan lain menjadi tepung komposit yang terbuat
dari dari kedelai, kacang hijau, bayem merah, dan daun kelor yang memiliki
kandungan protein dan energi yang memadai untuk dijadikan bahan dasar
produk diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) yaitu diet yang
mengandung energy dan protein diatas kebutuhan normal (Tanuwijaya, et
al., 2016).
b) Bidang Kesehatan
pendengaran.
8 Isoleusin Membangun protein dan enzim serta menyediakan bahan-
bahan yang digunakan untuk membuat komponen biokimia lain
yang penting dalam tubuh, beberapa di antaranya
mempromosikan energi dan merangsang otak untuk membuat
kita selalu waspada.
9 Leusin Bekerja dengan isoleusin untuk membangun protein dan enzim
yang meningkatkan energi tubuh
10 Lisin Lisin membantu dalam produksi antibodi, hormon, dan enzim
11 Prolin Sangat penting untuk fungsi yang tepat dari sendi dan tendon,
serta membantu menjaga dan memperkuat otot-otot jantung.
12 Serin Penting dalam menyimpan glukosa dalam hati dan otot.
Antibodi yang membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh
serta mensintesis selubung asam lemak sekitar serat saraf.
13 Threorin treonin membantu mencegah tertimbunnya lemak dalam hati,
meningkatkan pencernaan tubuh dan kesehatan saluran usus.
14 Tirosin Mengirimkan impuls saraf ke otak, membantu mengatasi
depresi, meningkatkan memori, meningkatkan kewaspadaan
mental, mempromosikan kesehatan fungsi tiroid, adrenal, dan
kelenjar pituitari
15 Valin Penting dalam mempromosikan pikiran yang tajam, koordinasi
otot-otot, dan suasana hati yang tenang
16 Mineral untuk menjaga kesehatan tubuh
Homes dan Hooper (2005) ada 10 jenis asam amino esensial, yaitu
histidin, arginin, treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin
dan tritophan. Berdasarkan hasil uji laboratorium kandungan asam amino
esensian pada tepung daun kelor Teh Kelor Te Wuna ada delapan jenis
yaitu arginin, histidin, threonin, valin, isoleusin, leusin, fenilalanin dan lisin.
dalam sperma suatu jenis ikan (kaviar), asam amino ini bermanfaat baik
untuk kesehatan radang sendi dan memperkuat hubungan antar syaraf
khususnya syaraf organ pendengaran. Histidin bermanfaat untuk
perbaikan jaringan, dibutuhkan dalam dalam pengobatan alergi,
rheumatoid arthritis, anemia serta dalam pembentukan sel darah merah
dan sel darah putih.
8. PROSES PRODUKSI
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dewi, F., Latif, S., Ashraf, M and Gilani A. H, 2007, Moringga Oleifera: a Food
Palnt With Multile Medicinal uses. Phytother. Res. 21, 17-25
Saulino S. 2004. Analisa Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil
Kedelai. Buletin Teknik Pertanian. Volume 4 No. 1 tahun 2004.
Tanuwijaya, L.K., Nawangsasi, A.P.G., Ummi, I.I., Kusuma, I.S dan Ruhana, A.
2016. Potensi Khimelor Sebagai Tepung Komposisi Tinggi Energi
Tinggi Protein Berbasis Pangan Lokal. Indonesian Journal of
Human Nutrition 3 (1) Suplemen : 71-79.
Rahmah Dzulhajjah
PENDAHULUAN
koleksi tanaman dan blok lainnya. Secara umum data vegetasi Tahura Nipa-
Nipa terdiri dari hutan sebesar 67,69 %, kebun campuran 7,63%, semak
belukar 23,98%, alang-alang 0,57%, dan pemukiman sebesar 0,13%
Berdasarkan hal tersebut perambahan hutan Tahura Nipa-Nipa Kota
Kendari berdasarkan analisis bentuk-bentuk perambahan termasuk dalam
kategori rendah/sedang (Muslianto, 2015).
METODE PENELITIAN
4. Analisis Data
Pohon
BK = 0.11 2.62 Ketterings, 2001
bercabang
Pohon tidak
BK = EXP(-2,134)*D2,530 Manuri S et al, 2011
bercabang
𝐵𝐾 𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡
Semak Belukar Bb Total = 𝑥 𝐵𝐵 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 Hairiah, 2011
𝐵𝐵 𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡
Keterangan: BK= berat kering; BB= Berat Basah, D= diameter pohon, cm;
cm; = BJ kayu, g/ cm3 Sumber: Hairiah 2011 dan Manuri. S., et al 2011.
1. Jenis Tanaman
Dengan adanya hutan yang lestari maka jumlah karbon (C) yang
disimpan akan semakin banyak semakin lama. Oleh karena itu, kegiatan
penanaman vegetasi pada lahan yang kosong atau merehabilitasi hutan
yang rusak akan membantu menyerap CO2 di atmosfer (Adinugroho et al.,
2009).
Luas
Lokasi
Simpanan Keseluruhan
Penelitian Biomassa Simpanan
No Karbon Penggunaan
(Penggunaan ton/ha Karbon (ton)
(ton/ha) Lahan
Lahan)
(ha)
1 Hutan Primer 7,78 3,58 435 1.557,3
2 Kebun Campuran 7,33 3,37 557,08 1.877,36
3 Perkebunan 8,25 3,80 465,4 1.768,52
4 Semak Belukar 6,64 3,05 855,51 2.609,30
5 Pemukiman 2,69 1,24 598,29 741,87
Total 32,69 15,04 2.911,26 8.554,27
171
Lokasi Jumlah
Kelurahan No Jenis Tanaman
Penelitian Tanaman
1 Angsana (Pterocarpus indica) 13
Kayu Besi (Metrosideros
2 57
petiolata)
Akasia Daun Lebar (Accacia
3 23
mangium)
4 Eha (Castonopsis buruana) 3
Kulahi (Fragereaera fragrans
5 5
Tipulu, L.)
Punggaloba 6 Matoa (Pometian pinatta) 8
Hutan Primer dan Benu- 7 Pulai (Alstonia scolari L.) 2
Benua 8 Puta (Barringtonia racemosa) 27
Putat/wewu (Planchonia
9 16
valida BL)
Ruruhi (syzygium
10 8
sublagaauca)
Kemutun (Cratoxylum
11 3
cochinchnense)
12 litsea Sp 2
13 Rasmalan (Hamamelidaceae) 4
1 Durian (Durio zibethinus) 2
Jambu Mete (Anacardium
2 14
occidentale)
3 Jati putih (Gmelina arborea) 8
4 Longkida (Nauclea orientalis) 3
5 Mangga (Mangifera indica) 19
Belimbing (Averrhoa
6 2
carombola)
7 Coklat (Theobroma cacao L.) 14
Perkebunan Alolama
8 Jambu Batu (Psidium guajava) 3
9 Jati lokal (Tectona grandis L.) 3
Rambutan (Nephelium
10 15
lappaceum L.)
11 Sawo (Manilkara zapot) 3
Cengkeh (Syzigium
12 3
aromaticum)
13 Gamal (Gliricidia sepium) 2
14 Jeruk (Citrus Sp) 5
Akasia Daun Lebar (Accacia
1
mangium) 30
Tipulu, 2 Angsana (Pterocarpus indica) 38
Punggaloba 3 Asam (Tamarindus indica) 15
pemukiman
dan Benu- 4 Bambu (Bambusa SP) 171
Benua Belimbing (Averrhoa 25
5
carombola)
6 Beringin (Vicus Benjamina) 24
172
Rambutan (Naphelium
8 6
lappaceum L.)
9 Dengi (Dilenia Sp.) 4
10 Eha (Castonopsis buruana) 7
11 Durian (Durio zibethinus) 1
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adinugroho, W.C., Syahbani I., Rengku M.T., Arifin Z., Mukhaidil. 2009.
Pendugaan Cadangan Karbon (C-stock) dalam Rangka
PemanfaatanFungsiHutan Sebagai Penyerap Karbon.
http://www.Sith.itb.ac.id/profile/databuendah/publications/12%2
0yayaMAPinsurabaya.pdf
Aklile, Y., B. Fekadu, 2014. Examining drivers of land use change among
pastoralists in Eastern Ethiopia. Journal of Land Science 4(9), pp.
402-413.
Hairiah, K., Ekadinata, A., Sari, R.R., dan Rahayu. S., 2011. Pengukuran
Cadangan Karbon dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan Edisi 2.
Bogor, World Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional Office,
University of Brawijaya (UB), Malang.
Ketterings, QM, Richard C, Meine VN, Yakub A, Cheryl AP, 2001. Reducing
Uncertainty in The Use of Allometric Biomass Equations for
Predicting Above-Ground Tree Biomass in Mixed Secondary Forest.
Forest Ecology and Management 146 (2001) 199-209.
PENDAHULUAN
Populasi kambing dengan produk susu yang cukup baik (tipe perah)
di Indonesia masih sangat terbatas. Sebagian masyarakat Indonesia lebih
banyak tahu tentang sapi perah dibandingkan kambing tipe perah tersebut.
Kambing peranakan etawa (PE) memiliki potensi produksi susu cukup baik
yang merupakan bangsa kambing asli Indonesia, merupakan hasil
persilangan antara kambing etawa yang berasal dari India dengan kambing
kacang yang merupakan bangsa kambing asli Indonesia. Kambing ini
dibudidayakan pertama kali oleh masyarakat Kaligesing, Purworejo, Jawa
Tengah. Sejak lama kambing PE sudah menyebar ke berbagai wilayah di
Indonesia dan mendominasi spesies kambing di Indonesia, khususnya di
wilayah Sulawesi Tenggara.
METODE
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Mei sampai dengan Juni
Tahun 2019 di Kelurahan Watubangga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari.
1. Days open
4. Litter size
5. Berat Lahir
Berat lahir dihitung dari bobot anak kambing (cempe) dalam setiap
kelahiran.
187
6. Berat Sapih
Parameter Rataan
Berat sapih dihitung dari berat anak kambing (cempe) pada saat
berhentinya menyusui terhadap induk baik secara bertahap maupun
secara paksa. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif, yaitu dengan
mengamati sejauhmana potensi reproduksi di daerah penelitian, kemudian
diinterpretasikan sebagai dasar dalam penarikan kesimpulan.
Days Open (DO) adalah banyaknya hari saat sesudah induk beranak
ampai dengan bunting. Days Open pada seekor ternak dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya IB yang mencakup teknik inseminasi,
penggunaan semen berkualitas baik, kualitas estrus induk, kesehatan
ternak, fertilitas induk dan manajemen yang meliputi recording, ketepatan
dalam deteksi estrus dan nilai nutrisi yang memadai (Susilawati dan Sri,
2010).
lebih pendek yaitu 249 hari dibandingkan yang dikandang 266 hari.
Normalnya angka rataan jarak beranak yang dicapai kambing PE di
Kelurahan Watubangga dijelaskan, bahwa kambing-kambing PE tersebut
dapat beradaptasi dengan suhu lingkungannya.
4. Litter size
5. Bobot Lahir
Hal ini sesuai dengan pendapat Ihsan (2010) berat lahir yang tinggi
menunjukkan bahwa pejantan yang digunakan dalam perkawinan ini
memiliki mutu genetik yang tinggi dan juga manajemen pemeliharaan yang
baik. Menurut Alfiansyah (2011) faktor hormon androgen yang terdapat
pada sistem hormonal kambing jantan diduga menyebabkan bobot lahir
jantan lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kelamin betina. Hormon
estrogen yang dihasilkan hewan betina akan membatasi pertumbuhan
tulang pipa dalam proses pembentukan tulang pada fase prenatal sudah
berlangsung pada hari ke-50 hari masa kebuntingan, dengan demikian
hormon estrogen yang dihasilkan oleh foetus betina akan menghambat
pertumbuhan tulang pipa sejak hormon estrogen berfungsi, dengan
terhambatnya pertumbuhan tulang pipa, maka tempat tempat melekatnya
daging akan berkurang, sehingga laju pertumbuhan otot terbatas. Bagian
tubuh yang memiliki tulang pipa meliputi tulang paha, tulang hasta, tulang
lengan atas, tulang pengumpil, tulang betis dan tulang kering. Disebut
tulang pipa karena tulang jenis tersebut seperti pipa dengan kedua
ujungnya yang bulat. Ujung tulang berbentuk bulat tersusun atas tulang
rawan yang disebut epifise, sedangkan pada jenis ini bagian tengah tulang
pipa yang berbentuk silindris dan berongga disebut diafase. Tulang pipa
memiliki dua sumsum tulang yakni sumsum tulang merah dan kuning.
Tempat sel-sel darah dibentuk berada di dalam sumsum tulang merah.
192
6. Bobot Sapih
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Atabany, A., Abdulgani, I.K., Sudono, A., dan Mudikdjo. 2000. Performa
Produksi, Reproduksi Dan Nilai Ekonomis Kambing Peranakan
Etawah Di Peternakan Barokah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak.
FakultasPeternakan, Institut Pertanian Bogor. 1(1):1-7.
Blakely, J. & D.H. Blade. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi Ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Greyling, J.P.C. 2000. Reproduction traits in the Boer goat doe. Journal of
Small Rum. Res. 36: 171-177.
194
Lu, C.D. 2002. Boer goat production: Progress and perspective. Vice
Chancellor of Academic Affairs, University if Hawai'i Hilo, Hawai.
http://www.uhh.hawaii.edu/uhh/vc aa/. Tanggal akses 25 Agustus
2012.
Priyanto, D.S., A, Supriyanto dan T.B, Mardiah. 1992. Potensi Daya Dukung
Wilayah Dalam Usaha Pengembangan ternak domb dan kambing
pada dua kondisi agroekosistem adat ternak. Dalam domba dan
kambing untuk kesejahteraan masyarakat. Pros. Sarasehan Usaha
Ternak domba dan kambing era PJPT II, kerjasama ISPI dan HPDK
Cab. Bogor.
Sodiq, A. 2012. Non genetic factors affecting pre-weaning weight and growth
rate of Etawah grade goats. Media Peternakan. 21-27.
196
Taylor, R.E. & T.G. Field. 2004. Scientific Farm Animal Production An
Introduction to Animal Science. Pearson Education, Inc., Upper Saddle
River, New Jersey.
PENDAHULUAN
berpunuk. Ambing besar mencirikan tipe sapi perah dengan produksi susu
cukup tinggi. Adaptasi lingkungan dengan suhu tropis cukup baik, lebih
toleran terhadap serangan ektoparasit, tahan penyakit dan produktivitas
cukup tinggi.
METODE PENELITIAN
Jumlah 9
Sumber: Data Lapangan, 2018
c) Kabupaten Konawe
d) Kabupaten Bombana
1) Pertimbangan ekonomi
2) Pertimbangan Keilmuan
3. Metode Konservasi
5. Output Penelitian
PENUTUP
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan tabulasi data dan analisis data
terhadap kegiatan kajian model konservasi plasma nutfah Sapi Sahiwal
Cross penghasil daging dan susu di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
sebagai berikut:
1) Perlindungan dan pelestarian (konservasi) plasma nutfah Sapi Sahiwal
Cross merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan populasi
dan memperbaiki produktivitas usaha ternak Sapi Sahiwal Cross di
211
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ensminger, M.E. 1987. Beef Cattle Science, Ed. The Interstate Printers and
Publishers Inc. Danville. Illinois.
FAO. 2000. World Watch List for Domestic Animal Diversity, SCHERF,
B.D. (Ed). Food and Agriculture Organization of the United
Nations, Rome, Italy.
tahun 2007; (2) Pemateri pada Forum Ilmiah Konsultasi Publik Draft
Roadmap Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Hasil Hutan Bukan
Kayu (IPHHBK) skala kecil menengah berbasis produk unggulan KPHP Gula
Raya Dishut dan Lingkungan Hidup Provinsi Sultra, 25 Juli 2017; (3)
Pemateri pada Forum Ilmiah Pengendalian Mutu dan Penyusunan Jurnal
Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sultra, 21-23
September 2017. Di bidang publikasi ilmiah, ada beberapa karya yang
dimuat di jurnal lokal, nasional, maupun internasional di antaranya (1)
Analisis Proses Produksi dan Mutu Rotan Asalan Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara (Studi Kasus Industri Pengolahan Rotan CV.
Unaaha Indah), Jurnal Agrokompleks, Juni 2011; (2) Pengaruh Varietas dan
Lama Penyimpanan terhadap Mutu Nasi Tumpeng Kadumina, Jurnal
Bertani, Mei 2012; (3) Korelasi Kebiasaan Makan dan Status Gizi terhadap
Prestasi Belajar Anak SD di Kota Kendari, Jurnal Kesehatan Juni 2012; (4)
Analisis Kolaborasi Multipihak dalam Pengelolaan Hutan Rakyat di Kec.
Laeya Kabupaten Konawe Selatan (Studi Kasus Implementasi Program
Sertifikasi Forest Stewardship Council), jurnal Agrokompleks, Desember
2012; (5) Analisis Pola Diversifikasi Teknologi Pangan dan Mutu Makanan
Jajanan Anak Sekolah di Kecamatan Poasia Kota Kendari, Jurnal Bertani,
Januari 2013; (6) Analisis Potensi Pengembangan Budidaya Rumput Laut
melalui Pendekatan Kesesuaian Lahan di Kabupaten Konawe Selatan,
Jurnal Agrokompleks, April 2014; (7) Analisis Dampak Kegiatan
Pertambangan terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten
Konawe Selatan, Jurnal Agrokompleks, Agustus, 2014; (8) Analysis of
Diversification Patttern and Income of Integrated Farming Develop Cashew
farmers in the Muna Regency. International Journal of Scientific and
Research Publications. Volume 6, Issue 11. November 2016; (9) Kajian
Diversifikasi Usaha Tani Terpadu Jambu Mete di Provinsi Sulawesi
Tenggara, dimuat dalam Jurnal Formasi, Desember, 2017; (10) Perbaikan
Teknik Pengolahan Mete Gelondong dan Diversifikasi Produk Kacang Mete
di Desa Mabodo Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna Sulawesi
Tenggara, Jurnal Sultra Sains, Agustus 2018; (11) Diseminasi Model
Penerapan Teknologi Usaha Ternak Sapi Terintegrasi dengan Tanaman
Jambu Mete di Sultra, Jurnal Formasi, Desember 2018; dan (12) Kajian
Model Konservasi Plasma Nutfah Sapi Sahiwal Cross Dual Porpose Penghasil
Daging dan Susu di Provinsi Sulawesi Tenggara, Jurnal Formasi, Desember
2019.
216
Karya buku yang ditulis yakni: (1) Teori dan Praktik Kuliah Kerja
Profesi Banchmarking “Panduan Praktis Mahasiswa dan Dosen
Pembimbing Lapangan” (Penerbit Farha, 2020); (2) Agrobisnis dan
Pemberdayaan Masyarakat (Penerbit Kanaka, 2020); (3) Diversifikasi
Usaha Tani Terpadu (Penerbit Kanaka, 2020); dan (4) Entrepreneurship
dalam Usaha Tani Terpadu (Penerbit Kanaka, 2020).
***
***
Akademi Kebidanan Pelita Ibu kendari dan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
Kendari.
Sejak kuliah S1 dan kuliah S2 sampai sekarang, penulis aktif di
lembaga kemahasiswaan dan organisasi kepemudaan diantaranya pernah
menjadi Ketua Fraksi Dewan Perwakilan Mahasiswa FKIP Unhalu Tahun
2007-2008, Anggota Majelis Permusyiawaratan Mahasiswa Unhalu Tahun
2009, Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiya (IMM) Komisariat
IPS-Bahasa Unhalu Tahun 2006-2007, Wakil Ketua Pimpinan Cabang IMM
Kota Kendari Tahun 2007-2008, Wakil Ketua DPD IMM Bali Tahun 2010-
2012, Sekretaris Umum DPD IMM Bali 2012-2014, Wakil Ketua Pimpinan
Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sultra Tahun 2014-2018, Ketua Umum
Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Kendari 2018-2020, Wakil
Ketua KNPI Sultra 2016-2020, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda
Muhammadiyah Sultra 2018-2022 dan Pengurus Asosiasi Tradisi Lisan
(ATL) Sulawesi Tenggara Tahun 2016-2020. Selain aktif di organisasi
kepemudaan dan organisasi profesi, penulis aktif juga dalam kegiatan-
kegiatan ilmiah baik sebagai pemakalah/pembicara di tingkat local,
nasional maupun internasional. Kegiatan yang pernah diikuti antara lain;
Pembicara pada Pelatihan “Penerapan Model Pengembangan Usaha Tani
Integrasi Sapi Potong dengan Jambu Mete di Sulawesi Tenggara, pada
tanggal 13-16November 2017, pemakalah pada International Conference
On Islam And Local Wisdom (ICLAW) di Kendari Tahun 2017, pemakalah
pada Simposium Internasional Bahasa-Bahasa Lokal, Nasional dan Global,
di Kendari tahun 2016, pemakalah pada Seminar Antarbangsa Ke-6
Arkeologi, Sejarah dan Budaya Di Alam Melayu, di Johor Baru Malaysia
tahun 2017, pemakalah pada Seminar Nasional NITISASTRA 2 di Malang
tahun 2017, pemakalah pada Seminar Nasional “Implementasi Gerakan
Literasi Menuju Masyarakat Mandiri dan Berkemajuan di Porworejo Jawa
Tengah tahun 2017, pemakalah pada Konferensi Internasional Ikatan
Dosen Budaya Daerah Indonesia (IKADBUDI) “Penguatan Budaya Lokal
Sebagai Peneguh Multikulturalisme Melalui Toleransi Budaya” di Makassar
Tahun 2017, pemakalah pada The International Postgraduate Research
Conference Islamic Studies, Sosial Sciences and Multiculturalism, di
Manado tahun 2018, pemakalah pada At the International Seminar on
Globalizing Oral Tradition in the Industrial Revolution Era 4.0 di Manado
tahun 2019, Pemakalah pada in the International Conference on
Sumatera’s Local Wisdom “Local Wisdom For Sustainable Development” di
Universitas Sumatera Utara pada tanggal 24-25 Agustus 2017, Pemakalah
219
***
Manajemen Bahasa dalam Penulisan Karya Ilmiah (UM Press, 2011), Sikap
Bahasa: Kajian Sosiolinguistik (UM Press, 2012), Seni Berpikir Kreatif:
Tingkatkan Kreativitas Berpikir Anda (karya bersama, STAIN Manado
Press, 2013), Food Culture of Southeast Asia: Perspective of Social Science
and Food Science (Kassel University Press, 2017), Khazanah Islam:
Perjumpaan Kajian dengan Ilmu Sosial (buku Bunga Rampai, Deepublish,
2018), dan Pesan Moderasi Islam dalam Bingkai Multikulturalisme (buku
Bunga Rampai, FUAD IAIN Manado, 2019). Selain menulis buku, ia juga
menjadi editor dan penyelia bahasa beberapa buku dan mitra bebestari
beberapa jurnal ilmiah. Ia juga aktif melaksanakan kegiatan penelitian
dalam bidang pendidikan dan kebahasaan.
***
Ketua Program SPI, saat ini diamanahi tugas sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Manado semenjak tahun 2019 sampai sekarang. Beberapa
tulisan ilmiah telah dipublikasikan (individu maupun tulisan bersama)
pada beberapa prosiding dan jurnal ilmiah, antara lain: Evaluasi
Implementasi Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar Negeri 2 Tabongo
Kabupaten Gorontalo (Studi Evaluatif Berdasarkan Model CIPP), Hubungan
Lingkungan Kerja dengan Stres Kerja di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Batu Da’a Kabupaten Gorontalo. Buku yang pernah ditulis yakni Budaya
Lokal dan Perkampungan Islam (Komparasi Kota Seribu Gereja dan Seribu
Pura (Penerbit Farha, 2019).
***
***
***
Sejak tahun 2015 sampai sekarang tercatat sebagai dosen tetap pada
Program Studi Peternakan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER)
Kendari. Selain sebagai dosen, ia mendapat tugas tambahan sebagai
Sekertaris Program Studi Peternakan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Kendari (2015-2019). Beberapa publikasi ilmiah yang telah
dihasilkan diantaranya : Studi Residu Antibiotik Daging Broiler yang
Beredar di Pasar Tradisional Kota Kendari (2012), Preferensi Konsumen
Telur Puyuh Kota Kendari (2014) dan Penampilan Reproduksi Kambing
Peranakan Etawa (PE) di Kelurahan Watubangga Kecamatan Baruga Kota
Kendari (2020).
224