Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

Oleh Ananda Puspitasari, 0806316101

Kelas B1

PENDAHULUAN
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan
langsung menghasilkan perasaan bahagia. Konsep diri positif adalah dapat menerima keadaan
dirinya sesuai dengan kenyataan. Sedangkan konsep diri negatif adalah tidak dapat menerima
keadaan dirinya sesuai dengan kenyataan. Konsep diri negatif meliputi harga diri rendah, yaitu
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal dalam mencapai
keinginan.
Menurut stuart dan sundeen (1998), perilaku HDR ditunjukkan dengan tanda-tanda
sebagai berikut:
Produktivitas menurun, mengukur diri sendiri dan orang lain, gangguan dalam berhubungan,
perasaan tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan
negative terhadap tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan, pandangan
hidup yang pesimis, keluhan fisik, destruktif terhadap diri sendiri, menolak diri secara sosial,
penyalahgunaan obat dan menarik diri dari realitas.

Kasus:

Nn Y berusia 25 tahun. Saat ini ia menderita penyakit kanker dan harus menjalani kemoterapi.
Akibat dari pengobatan penyakitnya itu, rambutnya menjadi rontok dan ada bagian yang botak
sehingga ia malu karena merasa tidak berharga lagi. Terkadang, Ia mengejek dirinya sendiri.
Selain itu, Nn Y selalu merasa bahwa Ia tidak bisa melakukan apa-apa, merasa tidak mampu, dan
merasa bodoh. Hal ini membuat Nn Y tampak murung, sering melamun, lebih suka menyendiri
dan tidak mau bertemu orang lain.

Pengkajian :

- Data subjektif : Klien merasa malu dan tidak berharga lagi, klien merasa ia tidak bisa
melakukan apa-apa, merasa tidak mampu dan merasa bodoh.
- Data objektif : Rambut klien rontok dan ada bagian yang botak, klien mengejek dirinya
sendiri, klien tampak murung, sering melamun, lebih suka menyendiri
dan tidak mau bertemu dengan orang lain.
- Citra tubuh : Citra tubuh klien terganggu ditandai dengan ia malu karena rambutnya
rontok dan ada bagian yang botak sehingga Nn Y merasa tidak berharga
lagi.
- Identitas : Identitas klien terganggu ditandai dengan Nn Y merasa bahwa dirinya
tidak mampu dan bodoh
- Peran : Klien cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya, sehingga
interaksi sosialnya terganggu.
- Harga diri : Harga diri klien rendah ditandai dengan pernyataan dari Nn Y bahwa
dia merasa dirinya tidak bisa melakukan apa-apa, merasa tidak mampu
dan merasa bodoh.
- Ideal diri : Klien merasa dirinya tidak ideal ditandai dengan penolakan terhadap
keadaannya dirinya saat ini.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan:

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien : Klien tampak murung, sering melamun, lebih suka
menyendiri dan tidak mau bertemu orang lain.
2. Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah
3. Tujuan keperawatan :
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan & aspek positif yang dimiliki.
4. Tindakan keperawatan :
- Bina hubungan saling percaya.
- Diskusikan kemampuan & aspek positif yang dimiliki klien.
- Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif

B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase orientasi pertemuan pertama
a. Salam terapeutik : Selamat pagi mbak! Perkenalkan saya perawat Ananda
Puspitasari, lebih senang dipanggil Nanda. Saya yang akan bertugas merawat mbak
dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti. Nama mbak siapa? Senangnya dipanggil
apa?
b. Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan mbak sekarang?
c. Kontrak (topic, waktu, tempat) :
o Topik : Baiklah mbak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang
mengenai hal-hal positif yang bisa mbak lakukan sehari-hari?
o Waktu : Mbak mau berapa lama kita ngobrolnya? Bagaimana kalau 15 menit?
o Tempat : Mbak mau kita ngobrol dimana? Bagaimana kalau di teras depan saja?
2. Fase kerja
Coba mbak ceritakan kepada saya apa yang menyebabkan mbak murung dan sering
melamun?
Baiklah, kalau begitu. Apa hobi atau hal-hal yang bisa mbak lakukan sehari-hari?
Masakan apa yang paling sering mbak masak?
Bagaimana cara memasaknya?
Bagus, ternyata mbak memiliki keahlian yang belum tentu orang lain bisa
melakukannya.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif : Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang?
b. Evaluasi objektif : Baiklah mbak, coba mbak sebutkan lagi bagaimana cara
memasak nasi goreng
c. Rencana tindak lanjut : Kapan mbak akan mencoba memasak nasi goreng?
d. Kontrak yang akan datang: Baiklah, pertemuan kali ini cukup sampai disini. Nanti
siang pukul 11 saya akan datang lagi kemari. Apa topik yang ingin mbak bicarakan
nanti? Bagaimana kalau mbak mempraktekan memasak nasi goreng? Apakah mbak
setuju? Kalau begitu, nanti kita akan berbincang-bincang di dapur saja ya mbak.
Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat siang.

Anda mungkin juga menyukai