Anda di halaman 1dari 14

TAHAPAN PERENCANAAN FAKTOR TOPOGRAFI ,

FAKTOR GEOFISIK DAN FAKTOR LINGKUNGAN DALAM


PENENTUAN TRASE JALAN

Dosen Pengampu :
Iskandar Zulkarnain, S.T.M.T

Disusun Oleh :
Ibnu Fajar Alifa (20735012)

Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan Dan Jembatan


Politeknik Negeri Lampung
2022/2023
TAHAP PERENCANAAN FAKTOR TOPOGRAFI

A. Topografi

Topografi adalah study tentang bentuk permukaan bumi dan obyek lain seperti
planet, satelit alam, dalam arti luas topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan
tetapi juga pengaruh manusia terhadap lingkungan. Peranan topografi dalam penetapan
trase jalan adalah sangat penting, karena akan mempengaruhi penetapan alinyemen,
kelandaian jalan, jarak pandang, penampang melintang saluran samping jalan, dan
sebagainya .

Adapun pelaksanaan kegiatan topografi adalah berupa survey topografi yaitu


pengukuran route disepanjang trase jalan yang akan direncanakan dengan tujuan
memindahkan kondisi permukaan bumi dari lokasi yang diukur pada kertas berupa
kertas planimetri. Peta ini akan digunakan sebagai peta dasar untuk ploting geometrik
jalan.

Dalam kegiatan survey topografi berupa penentuan trase jalan yang perlu
diperhatikan adalah:

1. Trase jalan dibuat lurus, pendek, sedikit tikungan dan kelandaian seminim
mungkin;

2. Trase jalan sebaiknya menjauhi daerah aliran sungai (DAS), bila rencana trase
jalan harus memotong sungai diusahakan bentang sungai yang pendek,serta
pembuatan jembatan dibuat tegak lurus sungai;

3. Mempertimbangkan besarnya volume galian dan timbunan dalam penyiapan


badan jalan;

4. Trase jalan diletakkan pada kondisi tanah dasar sebaiknya mempunyai nilai
CBR memenuhi syarat spesifikasi, sehingga keberadaan tanah di lokasi trase
jalan yang akan dibuat dapat digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan;

5. Penentuan trase jalan dipertimbangkan kondisi lingkungan, hutan lindung,


cagar budaya serta iklim;
6. Penentuan trase jalan dihindari di daerah patahan, tanah rawan longsor, muka
air tanah yang tinggi dan intensitas curah hujan yang tinggi.

Secara garis besarnya tahapan tahapan survey Topografi untuk pekerjaan


penentuan trase jalan adalah :

1. Persiapan Administrasi

Kegiatan persiapan administrasi untuk melaksanakan survey topografi


adalah :

a) Surat penetapan petugas pelaksana survey

b) b) Surat izin melaksanakan survey

2. Penyiapan Peralatan Survey

Kegiatan melaksanakan survey topografi berupa penyiapan peralatan yang


diperlukan dilapangan adalah :

a) Alat ukur total station yang mempunyai ketelitian pembacaan sudut


terkecilnya 1 detik dan akurasi pengukuran jaraknya 5+3 ppm
b) Prisma target
c) Statif
d) Kompas, GPS Handheld
e) Meteran jalan
f) HT untuk komunikasi anatara petugas survey
g) Laptop dan printer
h) Kamera
i) Alat pelindung diri (APD)
j) Alat tulis

3. Penyiapan Persyaratan

Teknik Kegiatan yang dilakukan oleh tim survey topografi yang berkaitan
dengan teknis adalah menyiapkan :

a) Peta topografi skala 1:100.000 s/d 1: 25.000


b) Peta geologi
c) Peta bumi Indonesia skala 1: 50.000
d) Foto udara
e) Penyediaan peta kerja
f) Penyediaan deskripsi titik ikat planimetris dan ketinggian yang telah ada
di lokasi atau di sekitar lokasi pemetaan
g) Orientasi lapangan
h) Pemeriksaan kondisi fisik dan koordinat planimetris dan ketinggian titik
ikat yang akan digunakan
i) Penentuan lokasi basecamp
j) Perencanaan penempatan dan pemberian nomor patok permanen dan
sementara
k) Penyediaan formulir pencatatan data pengukuran
l) Dan lain lain yang diperlukan

4. Persiapan Managerial
Kegiatan persiapan managerial untuk survey di lapangan yang harus
dilakukan tim survey adalah:
a) Pembuatan jadwal pelaksanan kerja survey
b) Pemberian pengarahan dan petunjuk survey dari pimpinan survey
c) Penyusunan laporan pendahuluan
d) Hal hal lain yang diperlukan

5. Lingkup Kerja Survey


Topografi Kegiatan yang dilakukan tim survey topografi yang berkaitan
dengan pengukuran di lapangan adalah:
a) Pemasangan patok permanen, sementara dan patok pembantu
b) Patok permanen dibuat dari beton dipasang setiap jarak 1 km, untuk
patok sementara terbuat dari kayu dipasang setiap jarak sesuai dengan
kebutuhan, sedangkan untuk patok pembantu dipasang setiap jarak 200
meter
c) Patok-patok tersebut dicat, diberi nomor tanggal,bulan dan tahun.
d) Melaksanakan pengukuran kerangka horizontal dan vertikal peta
topografi menggunakan peralatan theodolite dan waterpass
e) Melaksanakan pengukuran situasi dan detail topografi dan penampang
melintang

6. Pengolahan Data Survey Topografi


Kegiatan pengolahan data dan survey yang dilakukan tim survey topografi di
lapangan adalah :
a) Pengendalian data yang diperoleh pengukuran survey ini diolah
menggunakan software survey
b) Setiap lembar data ukur dan hasil perhitungannya yang telah disetujui
selanjutnya diberi paraf
c) Semua data ukur dan data hitungannya selalu di klasifikasikan menurut
jenisnya, kemudian disusun secara urut, dan disimpan pada tempat yang
aman.

7. Pembuatan Peta Topografi


Pembuatan peta topografi diperoleh dari penggambaran titik-titik kerangka
dasar pengukuran dan titik detail yang dinyatakan dengan penyebaran patok,
BM, titik-titik ketinggian dan obyek-obyek lainnya dianggap perlu dalam area
pekejaan . Penggambaran area pekerjaan diproyeksikan pada bidang datar
dengan skala 1 :1000, interval kontur 0,5 meter pada lembar peta.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penggambaran peta antara


lain :

a) Judul peta dan lokasi proyek


b) Arah utara peta
c) Legenda
d) Garis kontur dengan interval 1 meter
e) Gambar situasi jalan
f) Bench Mark (BM)
g) Peta Indeks Koordinat topografi
TAHAPAN PERENCANAAN FAKTOR GEOFISIKA

B. Geofisika

Faktor geofisik adalah satu persyaratan dalam merencanakan trase jalan adapun
tujuannya untuk memetakan penyebaran tanah/ batuan dasar yang meliputi kisaran
tebal tanah pelapukan pada daerah sepanjang trase rencana, sehingga dapat
memberikan informasi mengenai stabilitas lereng, prediksi penurunan lapisan tanah
dasar dan daya dukung tanah. Dalam perencanan trase jalan perlu dihindari daerah
patahan, kondisi karakteristik tanah yang lunak (exvansive soil), kondisi permukaan air
tanah yang tinggi, serta faktor iklim.

Jika dalam penentuan trase jalan ditemukan kondisi tersebut diatas sebaiknya
lokasi trase jalan dialihkan ketempat lain.

Faktor-faktor geofisik yang harus dihindari dalam membuat trase jalan adalah sebagai
berikut :

1. DAERAH PATAHAN

Daerah patahan terjadi akibat oleh tenaga endogen yang berasal dari kulit bumi
yaitu berupa kenampakan permukaan bumi yang terlihat patah. Daerah Patahan terbagi
atas tanah naik (horst) dan tanah turun (graben). Permukaan bumi dikenal sebagai
permukaan yang kasar. Hal ini terjadi karena muka bumi memiliki relief. Relief-relief
ini memiliki bentuk berbeda dengan ukuran yang berbeda pula.

Salah satu penyebab permukaan bumi memiliki bentuk yang berbeda-beda


adalah disebabkan oleh tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal
dari dalam bumi membuat permukaan bumi menjadi tidak rata. Selain itu, tenaga
endogen ini juga menjadi salah satu penyebab perbedaan tinggi dan rendah permukaan
bumi. Tenaga endogen terjadi di darat dan laut sehingga menyebabkan
keanekaragaman bentuk muka bumi. Salah satu dampak dari adanya tenaga endogen
ini adalah munculnya patahan.
Kedalaman patahan bisa hingga mencapai dasar samudera serta memiliki
panjang hingga lintas dunia. Akibat terjadinya patahan, mengakibatkan adanya gempa
bumi. Bila ditemui daerah patahan (fault zone) sebaiknya pembuatan trase jalan
dialihkan ketempat lain.

2. KARAKTERISTIK TANAH DASAR

Tanah dasar (sub grade) merupakan lapisan tanah yang paling bawah yang
berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi
perkerasan jalan diatasnya. Tanah dasar dapat berupa tanah asli atau tanah urugan
yang didatangkan dari tempat lain atau tanah setempat yang distabilisasi dengan
semen, kapur dan bahan lainnya. Sehingga memenuhi spesifikasi teknis dan dapat
digunakan untuk pembentukan badan jalan. Ditinjau dari muka tanah asli maka
tanah dasar dibedakan menjadi :

a) Tanah dasar terbentuk dari galian

b) Tanah dasar terbentuk dari tanah urugan

c) Tanah asli Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan


sangat tergantung dari sifat sifat dan daya dukung tanah dasar.

Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar mempunyai sifat


karakteristik sebagai berikut :

1. Permeabilitas yaitu kemampuan tanah dilewati air melalui pori pori


butiran tanah

2. Pada tanah lunak (expansive soil) Sifat mengembang dan menyusut


tanah akibat perubahan kadar air. Bila ditemukan tanah lunak seperti
ini agar penentuan lokasi sumbu as jalan dialihkan ketempat lain.

3. Konsolidasi yaitu adanya penurunan tanah akibat perubahan isi pori


tanah akibat beban (settlement)

4. Kuat geser tanah (shear strength) adalah untuk mengukur kemampuan


tanah menahan tekanan tanpa terjadi keruntuhan
5. Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat
sifat tanah pada lokasi berdekatan atau akibat kesalahan dalam
pelaksanaan pekerjaan pemadatan yang kurang baik.

3. IKLIM

Faktor iklim juga mempengaruhi penetuan trase jalan, misalnya pada


daerah sering hujan dengan Intensitas tinggi, memaksa perencana untuk
mengunakan lereng melintang perkerasan yang lebih besar dari pada normal dan
juga membuat alinyemen yang jauh lebih tinggi dari pada permukaan tanah asli.
Dalam menentukan trase jalan data curah hujan bermanfaat untuk melihat
apakah permukaan tanah yang akan dijadikan trase jalan tersebut kondisinya
selalu basah pengaruh tingginya muka air tanah. Selain itu juga pengaruh data
curah hujan dipakai untuk menghitung dimensi saluran disepanjang kiri dan
kanan trase jalan yang akan direncanakan.

4. MUKA AIR TANAH

Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat dibawah permukaan


bumi yang salah satu sumber asalnya dari air hujan yang meresap kebawah
permukaan tanah lewat pori-pori tanah.

Air tanah sangat berpengaruh terhadap :

1. Sifat sifat tanah khususnya pada tanah yang berbutir halus

2. Penurunan dan stabilitas badan jalan dan lereng akibat gerakan tanah
akibat air yang mengalir melalui pori tanah. Perlu diketahui bahwa air
yang mengalir kedalam tanah melalui 3 (tiga) zone yaitu:

a) Zona jenuh air

b) Zona kapiler Zona

c) penuh sebagian

Air yang mengalir melalui zona tersebut umumnya berasal dari air hujan
sebagian meresap kedalam tanah sebagian lagi mengalir kepermukaan tanah.
Kesimpulannya adalah bila jumlah air pada suatu wilayah semakin banyak akan
mengakibatkan tanah tidak kuat menahan beban yang akan dipikulnya sehingga
terjadinya erosi pada tanah tersebut.
TAHAPAN PERENCANAAN FAKTOR LINGKUNGAN

C. LINGKUNGAN

Dalam pekerjaan konstruksi akan terdapat banyak komponen kegiatan yang


dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, sehingga untuk
mengantisipasi hal tersebut diatas, maka sesuai dengan ketentuan- ketentuan dalam
peraturan perundangan yang berlaku kegiatan tersebut di atas wajib dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang pelaksanaannya mengacu
pada berbagai pedoman dan petunjuk teknis AMDAL yang relevan, dengan
memperhatikan sasaran dan ciri-ciri atau karakteristik kegiatan pekerjaan yang
bersangkutan.

Dokumen AMDAL tersebut diatas terdiri atas berbagai dokumen yang berturut-
turut sebagai berikut : 1. KA (Kerangka Acuan) – ANDAL, yaitu ruang lingkup studi
AMDAL yang merupakan hasil pelingkupan atau proses pemusatan studi pada hal-hal
penting yang berkaitan dengan dampak penting.

2. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), yaitu dokumen yang menelaah


secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana atau kegiatan.

3. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung


upaya penanganan dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh
rencana kegiatan.

4. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) adalah dokumen yang mengandung


upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat
rencana kegiatan.
Tabel diatas berdasarkan Kep.Men Kimpraswil No: 17/KPTS/M/2003 tentang:
Penetapan Jenis Usaha dan Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang
Wajib tujuannya adalah untuk tuk memperkecil dampak negatif yang mungkin timbul
akibat adanya rencana pembangunan jalan, baik saat konstruksi maupun setelah
digunakan dan mengoptimalkan dampak positif.

Dengan dilakukannya kegiatan AMDAL ini, dampak yang mungkin timbul


dapat diprediksi dengan mengevaluasi rencana kegiatan (selama konstruksi misal:
rencana penempatan base camp, rencana metoda pelaksanaan yang tepat, rencana
pemilihan lokasi quary, rencana sistem pengangkuatan material dan rencana pengaturan
lalu lintas) serta mengiventarisasi rona lingkungan sepanjang jalan rencana ini.
D. TATA GUNA LAHAN

Tata guna lahan merupakan hal paling mendasar dalam perencanaan trase
jalan, karena adanya suatu musyawarah mufakat yang berhubungan langsung
dengan masyarakat pemilik tanah yang tanahnya terkena untuk pembuatan trase
jalan. Akibat dibangunnya suatu trase jalan sering terjadi permasalahan dalam
urusan pembebasan lahan.

Pada prinsipnya pembebasan tanah untuk pembuatan trase jalan adalah sama
seperti membeli tanah untuk kegiatan ekonomi lainnya yang akan menggantikan
penggunaan sebelumnya untuk kepentingan umum khususnya dalam pembuatan
trase jalan,maka kepada si pemilik tanah yang sah yang tanahnya terkena pembuatan
trase jalan akan menerima ganti rugi sesuai dengan Undang-Undang No.2 Tahun
2012 tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum serta Peraturan Presiden
No.148 tahun 2015 tentang perubahan ke 4 atas peraturan Presiden No.71 tahun
2012 tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.

Dalam pasal 49 ditambahkan 1 ayat berbunyi pelaksanaan pengadaan tanah


dilaksanakan oleh Menteri yaitu kepala kantor wilayah BPN selaku ketua pelaksana
pengadaan tanah. Pengadaan tanah disini adalah kegiatan membebaskan tanah
kepada pemilik tanah yang sah berupa ganti rugi yang layak berdasarkan mufakat
dan musyawarah.

1. Kawasan Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok


sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengetahui tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah. Penggunaan kawasan hutan lindung untuk
pembuatan trase jalan jelas akan mengubah fungsi hutan lindung tersebut
sehingga akan menyebabkan fungsi hutan lindung tersebut tidak mampu lagi
menjadi perlindungan sistem penyangga kehidupan yang secara langsung akan
berdampak pada keadaan lingkungan sekitar. Dalam hal pembuatan trase jalan
di area hutan lindung diluar kepentingan kegiatan kehutanan, maka
pelaksanaanya diatur didalam Undang-Undang No.41 Tahun 1999 Pasal 38 dan
seizin Menteri Kehutanan dan Persetujuan DPR.

Berdasarkan PP No.24 Tahun 2010 tentang penggunaan kawasan hutan


lindung ada pasal yang boleh melakukan kegiatan yaitu salah satunya adalah
pembangunan jalan dan jalur kereta.

2. Cagar Budaya Pengertian

cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda


cagar budaya, bangunan cagar budaya, kawasan cagar budaya baik yang ada di
darat maupun di laut perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan. kawasan cagar
budaya dilindungi oleh Undang Undang No.11 tahun 2010 tetang cagar budaya
Peraturan Pemerintah No.66 tahun 2015 tentang museum.

Dalam hal membuat pembangunan jalan di area kawasan cagar budaya


yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Penentuan lokasi trase jalan tidak merusak bangunan cagar budaya dan
ada batasannya dari as jalan jalan sampai kiri kanan bangunan cagar
budaya yang seharusnya dipelihara keberadaannya.

b) Harus membuat kajian AMDAL serta untung ruginya kalau lokasi As


jalan tersebut terpaksa melewati kawasan cagar budaya .

c) Koordinasi dengan lembaga atau instansi yang bertanggung jawab


kepada pelaksana perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan
cagar budaya yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Direktorat jenderal kebudayaan.

d) Alternatif apabila trase jalan berada di daerah cagar budaya, adalah


dengan menggunakan konstruksi layang, overpass, sehingga cagar
budaya yang ada tidak terusik.

Anda mungkin juga menyukai