Anda di halaman 1dari 29

SNI 03-2849-1992

Tata cara pemetaan geologi teknik lapangan

1 Ruang lingkup
Tata cara pemetaan geologi teknik ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pemetaan geologi untuk kepentingan teknik sipil.
Tujuan tata cara pemetaan geologi teknik ini adalah :
a) Memberikan gambaran bagaimana cara membuat peta geologi untuk kepentingan teknik
sipil.
b) Memberikan gambaran bagaimana cara memperoleh data geologi teknik untuk
parameter perencanaan teknis.
Tata cara pemetaan ini mencakup persyaratan, peralatan, persiapan, pelaksanaan kerja,
dan pelaporan pemetaan.

2 Istilah dan definisi

2.1
peta topografi
gambaran permukaan bumi pada suatu bidang datar yang memperlihatkan keadaan
geografis dengan skala tertentu.

2.2
peta geologi
suatu peta yang menggambarkan informasi geologi mengenai jenis dan penyebaran batuan,
struktur geologi, endapan mineral, dan lokasi terdapatnya fosil.

2.3
peta geologi teknik
jenis peta geologi yang memberikan suatu gambaran umum semua komponen dari suatu
lingkungan geologi yang dianggap penting untuk kepentingan teknik sipil.

3 Persyaratan-persyaratan

3.1 Data dan Informasi


Data dan informasi yang diperlukan untuk pelaksanaan tata cara ini adalah :
a) Literatur atau hasil studi terdahulu mengenai daerah yang akan dipetakan.
b) Keadaan daerah yang akan dipetakan ditinjau dari iklim, vegetasi dan tata guna lahan.
c) Peta topografi daerah setempat yang tersedia.

3.2 Jenis Peta Geologi Teknik


Peta geologi teknik harus dibuat berdasarkan :
a) Kegunaan
1) Peta khusus, menyajikan salah satu aspek geologi teknik untuk kepentingan khusus,
misalnya longsoran.

1 dari 29
SNI 03-2849-1992

2) Peta serba guna, menyajikan berbagai aspek geologi teknik untuk bermacam
kepentingan teknik sipil.
b) Isi
1) Peta analisis, menyajikan rincian suatu masalah analisis lingkungan geologi ; misal
kegempaan, kegunungan apian.
2) Peta umum, menyajikan unsur-unsur dasar geologi teknik secara umum.
3) Peta bantu, misalnya peta struktur kontur, peta isopach, peta dokumentasi.
4) Peta pelengkap, misalnya peta geomorfologi, peta tanah, peta geohidrologi, dan
sebagainya
c) Skala
1) Peta berskala besar, menyajikan peta dengan skala 1 : 10.000 atau lebih besar lagi.
2) Peta berskala sedang, menyajikan peta dengan skala 1 : 10.000 atau lebih besar
dari 1 : 100.000.
3) Peta berskala kecil, menyajikan peta dengan skala 1 : 100.000 atau lebih kecil lagi.

3.3 Petugas
Petugas yang melakukan pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut :
a) Berpengalaman dalam bidang geologi teknik dan tidak buta warna.
b) Dapat berkomunikasi dengan pihak perencana atau ahli teknik sipil.
c) Penanggung jawab pekerjaan harus jelas namanya dengan disertai tanda tangan dan
tanggal selesai pekerjaan.

4 Ketentuan-ketentuan
4.1 Lokasi
Lokasi daerah pemetaan geologi teknik harus ditentukan batas dan luasnya sesuai dengan
kebutuhan.

4.2 Peralatan dan perlengkapan


Jenis peralatan yang digunakan dalam pekerjaan ini :
a) Kompas geologi dan palu geologi;
b) Lensa pembesar, dengan pembesaran antara 10-20 kali;
c) Pita ukur;
d) Komparator ukuran butir;
e) Kantong untuk contoh tanah atau batu;
f) Buku catatan lapangan, komplit dengan alat-alat tulis;
g) Papan penjepit peta;
h) Tas lapangan untuk menyimpan peta, dan alat-alat tulis;
i) Tas untuk contoh batuan dan perbekalan;
j) Kamera untuk pembuatan dokumentasi lapangan;
k) Cairan HCl,0,1N.

2 dari 29
SNI 03-2849-1992

4.3 Peta dasar


Ketentuan peta dasar yang digunakan untuk pemetaan geologi teknik :
a) Peta topografi atau potret udara yang jelas skalanya dan kegunaannya disesuaikan
seperti tabel di bawah ini :

Skala Peruntukan
1 : 10.000 - 1 : 50.000 Peta digunakan sebagai dasar untuk
merencanakan penyelidikan tahap
awal.

1 : 1.000 - 1 : 10.000 Peta digunakan untuk menentukan


pilihan alternatif dan menentukan
program penyelidikan terinci.

1: 100 - 1 : 5.000 Peta digunakan sebagai dasar untuk


perencanaan teknis

1: 50 - 1 : 1.000 Peta digunakan untuk pencatatan


selama konstruksi.

b) Dapat menggambarkan kemiringan lereng dan relief daerah pemetaan.

5 Cara pengerjaan

5.1 Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan perlu dilakukan pekerjaan persiapan, sebagai
berikut :
a) Kumpulkan data mengenai keadaan daerah yang akan dipetakan, berupa : laporan
geologi yang telah ada atau data lainnya yang berhubungan dengan daerah yang akan
dipetakan.
b) Siapkan peta dasar berupa peta topografi atau potret udara dari daerah yang akan
dipetakan.
c) Buat rencana kerja sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah ditentukan, meliputi:
1) Petugas yang akan bekerja di lapangan.
2) Peralatan perlengkapan yang diperlukan.
3) Biaya yang diperlukan.
4) Waktu atau lamanya pemetaan.

5.2 Tahapan pemetaan


Pemetaan geologi teknik harus dilaksanakan sesuai dengan tahapan, sebagai berikut.
a) Pelajari keadaan lapangan, dengan tujuan untuk mengetahui keadaan tanah/batuan di
daerah pemetaan secara garis besar, nama bukit atau sungai, kampung, dan lain-lain.
b) Buat rencana lintasan pemetaan dengan pertimbangan, sebagai berikut.
1) Usahakan lintasan tegak lurus terhadap jurus lapisan batuan.
2) Usahakan lintasan di sungai, bekas galian, jalan, puncak bukit, dan pantai.
c) Tentukan lokasi pengamatan (lihat Lampiran B, Lambang Geologi) sebagai berikut.
3 dari 29
SNI 03-2849-1992

1) Lihat dan amati kemungkinan keberadaan titik triangulasi dan bentuk bentang alam
yang mudah dikenal di peta dasar sebagai obyek patokan.
2) Tarik garis dari obyek-obyek patokan ke arah kedudukan pemeta sesuai dengan
azimuth kompas.
3) Tentukan titik perpotongan antara garis-garis tersebut untuk mendapatkan kedudukan
lokasi pengamatan.
d) Lakukan pengamatan terhadap singkapan, meliputi :
1) Jenis dan sifat fisik dari tanah atau batuan yang diamati.
2) Penyebaran, luas dan ketebalan.
3) Kedudukan dari lapisan batuan dan struktur geologi yang mempengaruhi.
4) Aspek geologi lainnya yang terdapat di sekitar singkapan tersebut, contohnya mata
air, longsoran, bidang ketidak selarasan.
5) Pemotretan singkapan.
e) Lakukan penerapan hasil pengamatan pada peta dasar dan gambarkan sketsa pada
geologi tekniknya.
f) Ambil contoh/tanah seperlunya untuk diuji lebih lanjut di laboratorium, dan untuk
dideskripsi lebih jelas.
g) Gambarkan peta geologi teknik dengan cara menarik batas satuan batuan dan aspek
geologi lainnya berdasarkan data hasil pengamatan dan interpretasi.

6 Laporan pemetaan geologi teknik


Laporan pemetaan geologi teknik harus mencakup :
a) Kondisi geologi regional dan geologi lokal dari daerah pemetaan.
b) Kondisi geologi teknik dari daerah pemetaan yang meliputi sifat fisik tanah atau batuan
setempat dan masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan pekerjaan teknik sipil
di daerah tersebut.
c) Pembuatan penampang geologi teknik pada rencana bangunan.
d) Saran teknik berupa penanganan dan penanggulangan masalah yang timbul oleh sebab
kondisi geologi teknik.

4 dari 29
SNI 03-2849-1992

Lampiran A
(informatif)

Daftar Istilah

ahli geologi : geologist


ahli geologi teknik : engineering geologist
antiklin : anticline
antiklin berbalik batas : overturned syncline contact
batas perkiraan : approximate
batas direka : inferred contact
batas pasti : definite contact
batas tegak lurus : vertical contact
batas tersembunyi : concealed contact
batas lempung lanauan : silty claystone
breksi sesar : faults breccia
erosi alur : gully erosion
erosi ke samping : lateral erosion
erosi parit : rill erosion
gawir : scarp
gelembur gelombang : ripple marks
gerakan tanah : land slide
jurus dan kemiringan : strike and dip
jurus kekar tegak lurus : strike of vertical joint
kekar : joints
kekar mendatar : horizontal joint
kemiringan semu : apparent dip
ketidak selarasan : unconformity
kipas alluvium : alluvial fan
komparator ukuran butir : grain size comparator
kompas geologi : geological compass
konglomerat alas : basal conglomerate
kubah : dome
lajur sesar : fault zone
lereng : slope
lereng rombakan : talus slope
lineasi : lineations
longsoran lumpur : mudslide
mata air panas : hot spring
monoklin : monoclin
palu geologi : geological hammer
paritan uji : trial-test-trench
pemisah air : stream divide
pemisah air tanah : groundwater divide
penampang geologi : geological section
peneraan : ploting
pengaluran : channeling
penggalian : quarry
perlapisan bersusun : graded bedding
perlapisan silang siur : cross bedding
peta geologi : geological map
peta geologi teknik : engineering geological map
peta topografi : topographical map

5 dari 29
SNI 03-2849-1992

potret udara : aerial photograph


rekah kerut : mud cracks
serpih : shale
sesar : fault
sesar anjak : thrust or low angle reverse fault
sesar berbalik : reverse fault
sesar diperkirakan : approximate fault
sesar diragukan : doubtful fault, dotted
sesar direka : inferred fault
sesar tersembunyi : consealed fault
sesar turun : normal fault
sinklin : syncline
sinklin berbalik : overturned syncline
mata air : spring
sumbu diperkirakan : approximate axis
sumbu direka : inferred axis
sumbu lipatan mendatar : horizontal fold axis
sumbu tersembunyi : concealed axis
sumbu artois : artesian well
sumur pengisian kembali : recharged well
sumuran uji : trial-test-pit
sungai bawah tanah : underground river
sungai ditinggalkan : abandoned riverbed
sungai menghilang : vanishing riverbed
sungai teranyam : braided river
terowongan uji : trial-test-adit
tufa : volcanic tuff
urug : rock-fall
urutan sungai : stream order

6 dari 29
SNI 03-2849-1992

Lampiran B
(informatif)

Gambar dan Tabel

Gambar B.1 Contoh penentuan lokasi pengamatan

7 dari 29
Tabel B.1 Klasifikasi tanah

SIMBOL
URAIAN POKOK NAMA TIPIKAL KRITERIA KLASIFIKASI
GRUP
D
Kerikil bergradasi baik dan campuran
Cu  60 Lebih besar dari 4
GW D10
kerikil-pasir, sedikit atau tanpa butiran
halus ( D30 ) 2 Antara 1 dan 3
Cc 
D60 x D10
Kerikil bergradasi jelek dan campuran
GP Tidak memenuhi kriteria untuk GW
kerikil-pasir, sedikit atau tanpa butiran

KERIKIL BERSIH
halus

KERIKIL
GH Batas atterberg dibawah garis ”A” atau indeks
Kerikil berlanau, kerikil-pasir-lanau
plastisitas lebih kecil dari 4 Batas atterberg berada di

tertahan ayakan no.4


daerah arsir, digunakan
Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir- Batas atterberg dibawah garis ”A” atau indeks

50% atau lebih fraksi kasar


dua simbol klasifikasi

HALUS
+ BUTIR
KERIKIL
GC lempung plastisitas lebih besar dari 7

D60 Lebih besar dari 6


Cu 
SW Pasir bergradasi baik dan pasir berkerikil, D10
sedikit atau tak ada butiran halus ( D30 ) 2 Antara 1 dan 3
Cc 

TANAH BERBUTIR KASAR


D10 x D60

50% atau lebih lolos ayakan no.200


SP Pasir bergradasi jelek dan pasir berkerikil,

PASIR BERSIH
Tidak memenuhi kriteria untuk GW

PASIR
sedikit atau tanpa butiran halus
SM Batas atterberg dibawah garis ”A” atau indeks
Pasir berlanau, campuran pasir-lanau

8 dari 29
lolos ayakan no.4
plastisitas lebih kecil dari 4 Batas atterberg berada di
Pasir berlempung, campuran pasir KLASIFIKASI BERDASARKAN PERSEN LEBIH HALUS Batas atterberg dibawah garis ”A” atau indeks
daerah arsir, digunakan
SC

Lebih dari 50% fraksi kasar


BUTIR
dua simbol klasifikasi

HALUS
lempung

PASIR +
Kurang dari 5% lolos no.200 GW, GP, SW SP
Lebih dari 12% lolos ayakan no.200 GM, GC, SM, SC
5% - 12% lolos ayakan no.200 Klasifikasi pada bagian yang
diarsir mempunyai dua simbol

plastisitas lebih besar dari 7


Lanau inorganik, pasir halus bubuk batu,
HL berlanau atau berlempung pasir halus
berlempung
Lempung inorganik dengan plastisitas
rendah sampai sedang, lempung berkerikil,
CL
lempung berpasir, lempung berlanau,

kurang
lempung kurus
Lanau organik dan lempung berlanau
OL

Batas cair = 50% atau


organik dengan plastisitas rendah

LANAU DAN LEMPUNG


Lanau inorganik, pasir halus berkerang
MH
atau lanau, lanau elastis.
Lempung inorganik dengan plastisitas

TANAH BERBUTIR HALUS


CH
tinggi, lempung gemuk

50% atau lebih lolos ayakan no.200


dari 50%

LEMPUNG
Lempung inorganik dengan plastisitas

LANAU DAN
OH

Batas cair lebih


sedang sampai tinggi
Gambut, humus dan tanah berorganik
Tanah berorganik tinggi PT Berdasarkan pada material yang lolos ayakan 3 inci (75 mm)
tinggi lainnya
SNI 03-2849-1992
SNI 03-2849-1992

Tabel B.2 Skala kekerasan batuan secara kualitatif


Kekerasan Simbol Tanda-tanda
Sangat lunak OH-0 Bersifat setengah cair, hanya dapat diambil dengan alat
penghisap atau alat semacam perangkap; contoh :
lanau pantai.

Lunak OH-1 Mudah diremas dengan jari tangan; contoh : lempung


dan lanau basah.

Agak lunak OH-2 Tidak mudah diremas dengan jari tangan tapi bila dipijit
masih nampak bekas jari.

Agak keras OH-3 Bila dipijit tidak nampak bekas jari tetapi ujung pensil
dapat ditusukan sampai kurang lebih 1,5 cm.

Keras OH-4 Ujung pensil sukar ditusukkan dan pengambilan contoh


tanah dengan cara didorong pun sukar dilakukan.

Sangat keras OH-5 Sudah mendekati kekerasan batu, umumnya batu


lapuk, lempung kering atau pasir kompak yang mulai
mengalami sementasi.

Sangat lunak RH-0 Sama dengan OH-4 dan OH-5 dan hanya diambil
dengan pembor kering; contoh : beberapa jenis tuf dan
batu gamping.

Lunak RH-1 Dapat digores dengan kuku dan diambil dengan palu
geologi serta cepat dibor denan mata bor widya; contoh
beberapa jenis batu, batu lanau dan serpih.

Agak lunak OH-2 Dapat digores dengan pisau dan cukup baik dibor
dengan mata bor widya; contoh : batu pasir yang
tersemen baik dan batu gamping.

Agak keras RH-3 Sukar digores dengan pisau, sukar diambil dengan batu
geologi tetapi ujung contoh batu masih mudah
dipecahkan dengan palu. Masih dapat dibor dengan
widya tetapi kadang-kadang memerlukan mata bor
intan; contoh basalt.

Keras RH-4 Ujung contoh batu sukar dipecah dengan palu, tak
dapat digores dengan pisau dan pemboran memerlukan
mata bor intan; contoh sejenis kwarsit.
Sangat keras RH-5 Kemajuan pemboran dengan mata bor intan sangat
lambat; contoh : rijang, batuan tersilisifikasi.

9 dari 29
SNI 03-2849-1992

Tabel B.3 Litologi dan warna dalam peta

Litologi Warna

Breksi Jingga
Konglomerat Jingga
Batu pasir Kuning
Batu lanau Kuning muda
Serpih Abu-abu tua
Lempung Hijau
Napal Biru muda
Batu gamping Biru
Dolomit Biru tua
Tufa Coklat
Breksi volkanik Ungu
Aliran lava Merah muda
Batuan beku / metamorf Merah tua

10 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi

11 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

12 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

13 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

14 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

15 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

16 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

17 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

18 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

19 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

20 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

21 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

22 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.2 Lambang geologi (lanjutan)

23 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.3 Contoh peta geologi teknik berskala sedang

24 dari 29
25 dari 29
SNI 03-2849-1992

Gambar B.4 Contoh peta geologi teknik berskala kecil


26 dari 29
Gambar B.5 Contoh peta geologi teknik skala bersekala besar (peta serbaguna)
SNI 03-2849-1992
27 dari 29
Gambar B.6 Contoh peta geologi teknik berskala besar (peta Khusus)
SNI 03-2849-1992
SNI 03-2849-1992

Lampiran C
(informatif)
Daftar nama dan lembaga

1) Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen PeKerjaan Umum.

2) Penyusun awal

Nama Lembaga

Ir. Endang Rachmat, M.Eng. Pusat Litbang Sumber Daya Air

Ir. Carlina Soetjiono, Dipl.HE. Pusat Litbang Sumber Daya Air

3) Penyusun baru

Nama Lembaga

Ir. Edwin Ruswandi Pusat Litbang Sumber Daya Air

28 dari 29
SNI 03-2849-1992

Bibliografi

SNI 03-2849-1992, Tata cara pemetaan geologi teknik lapangan

29 dari 29

Anda mungkin juga menyukai