Anda di halaman 1dari 1

Essai

Fenomena bencana gempa bumi yang terjadi di kabupaten cianjur menginspirasi saya untuk
menulis essai dengan tema desain bangunan yang ramah terhadap gempa. Bencana gempa bumi
sesungguhnya tidak secara langsung dapat membunuh manusia, tapi kegiatan manusia yang yang
berada di dalam bangunan dengan sepesifikasi kurang cermat yang mengakibatkan terjadinya
korban akibat reruntuhan atap dan diding. Menurut Dr.Ir. Hery Riyanto, M.T (2018) mengatakan
60% bangunan di Lampung tak tahan gempa, hasil itu dia peroleh ketika para mahasiswa S2
Magister Teknik UBL meneliti sejumlah gedung di Lampung.

Lalu, Mengapa kita membutuhkan rumah tahan gempa?


Karena sampai dengan saat ini kita tidak dapat memprediksi kapan gempa akan terjadi dan
seberapa kekuatan gempa apakah gempa kecil, sedang atau berat. Biaya untuk meningkatkan
ketahanan rumah "non engineered building" yang berisiko gempa, menjadi rumah tahan gempa
adalah kecil dibanding apabila risiko yang timbul karena kerusakan akibat gempa. Salah satu
cara untuk meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa antara lain dengan menambah
struktur beton bertulang pada kolom dan pondasi bangunan itu sendiri.

Saya berharap dengan essai ini, Kerabat dalam kelas ini, yang tinggal di wilayah potensi gempa
dapat mengurangi risiko korban gempa bumi dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kerentanan bangunan akibat kualitas hunian yang buruk.

Daftar Pustaka
Ahmad, L. (2022). Pengaruh Dimensi Dan Penempatan Dinding Geser (Shearwall) Terhadap
Perilaku Struktur Akibat Beban Gempa menurut SNI 03-1726-2012. (Doctoral
Dissertation, Universitas_Muhammadiyah_Mataram)
Hery Riyanto. (2018). 60 Persen Bangunan di Lampung tak Tahan Gempa, di akses melali :
https://lampungpro.co/post/14741/kata-dosen-ubl-ini-60-persen-bangunan-
di-lampung-tak-tahan-gempa

Anda mungkin juga menyukai