Anda di halaman 1dari 2

Nama: Saskia Villary Wongkar

Nim: E041201043

Prodi: Ilmu Politik

Mata Kuliah: Pancasila 51

Kelompok 6

Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Etika pada


Masa Orde Lama, Orde Baru dan Era Reformasi

Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena sama-sama
mengajarkan tentang nilai-nilai yang mengandung kebaikan. Etika Pancasila adalah etika
yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan,
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan.

Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih terbentuk sebagai
Philosofiche Grondslog dan Weltaschauung. Sebagai Philosofiche Grondslog dan
Weltashauung, Pancasila akhirnya menjadi Ideologi Nasional Indonesia. Sebagai ideologi,
Pancasila memuat gagasan tentang bagaimana seharusnya bangsa Indonesia mengelola
kehidupannya.

Pancasila di masa Orde Lama dengan Presiden Soekarno sebagai motornya. Pancasila
pada masa demokrasi terpimpin tidak memperoleh tempat sesuai dengan kedudukannya
sebagai dasar negara. Kebijakan-kebijakan Orde Lama kenyataannya justru menempatkan
Pancasila sebagai ideologi yang tidak berfungsi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Puncak dari penyelewengan Pancasila di masa Orde Lama adalah pecahnya perang saudara
atas nama perbedaan ideologi.

Semangat atau Tekad Orde Baru dalam mempertahankan keberlangsungan Pancasila


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diwujudkan melalui sistem pemerintahan yang
meletakkan dan menjunjung tinggi prinsip kekeluargaan dan gotong royong, yaitu sistem
Demokrasi Pancasila. Orde Baru menggunakan P4 (Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa sebagai usaha untuk membudayakan Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pada era Orde Baru, Pancasila diredusir dengan makna yang tidak sesuai, disalah
artikan arah dan tujuannya, serta disalahgunakan oleh Presiden Soeharto sebagai simbol
untuk menjaga dan melanggengkan kekuasaan. Demokrasi Pancasila yang juga selalu
didengung-dengungkan oleh Presiden Soeharto tidak pernah terjadi. Karena Presiden
Soeharto dalam memimpin negara menggunakan cara-cara keotoritarian.

Memasuki Era Reformasi, Pancasila bukannya makin terhormat, yang tampak seolah-
seolah terus tergerus dan semakin tenggelam. Pancasila seolah terhapus dan hilang dari
memori kolektif bangsa Indonesia. Pasca Reformasi, Pancasila semakin jarang diucapkan,
dikutip dan dibahas. Pancasila seperti tidak memperoleh tempat baik dalam konteks
ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan.

Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan
masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab utamanya karena rezim Orde Lama dan Orde
Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang tinggi.

Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat
pelaksana Pegara, dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politik. Puncak dari
keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka timbullah berbagai
gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai
gerakan moral politik yang menuntut adanya "Reformasi" di segala bidang politik, ekonomi
dan hukum. Dasar negara itu untuk sementara waktu seolah dilupakan karena hampir selalu
identik dengan rezim Orde Baru.

Dengan seolah-olah "dikesampingkannya" Pancasila pada Era Reformasi ini, pada


awalnya memang tidak napak suatu dampak negatif yang berarti, namun semakin hari
dampaknya makin terasa dan berdampak sangat fatal terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai