Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

Basic Life Support


______________________________
Cardio Pulmonary Resuscitation

Disusun Oleh :
Yolanda Febriani Ruth H (112018077)

Pembimbing :
dr. Ucu Nurhadiat Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 19 APRIL – 8 MEI 2021
RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG
Pendahuluan
Kunci keberhasilan resusitasi jantung paru adalah penolong yang berada di lokasi
kejadian dan terdapat automated external defibrillator (AED). Resusitasi Jantung Paru (RJP)
atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan
atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan memulihkan kembali fungsi jantung dan
paru ke keadaan normal. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Basic Life Support (BLS)
adalah memberikan oksigenasi yang efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui
ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen
dengan kekuatan sendiri secara normal. Hal ini adalah untuk mencegah berhentinya sirkulasi
darah atau berhentinya pernapasan. Resusitasi mencegah terjadinya berhentinya sirkulasi atau
berhentinya respirasi yang dapat menyebabkan kematian sel-sel akibat dari kekurangan
oksigen dan memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi melalui kompresi dada (chest
compression) dan ventilasi.1

Langkah-Langkah BLS
- Mengenali Cardiac Arrest / Henti jantung
RJP segera diberikan pada orang yang tidak responsive terhadap rangsang yang
diberikan, atau pada orang yang akan mengalami henti jantung seperti orang dengan pola
pernapasan yang abnormal (agonal), dan orang yang mengalami periode kejang sesaat
sebelum henti jantung terjadi (oleh orang awam) atau apabila seorang tenaga kesehatan
menemukan keadaan yang serupa, maka perlu dilakukan pemeriksaan denyut nadi terlebih
dahulu dengan durasi tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan terjadinya henti jantung.2,3

Gambar 1. Tabel rekomendasi.3


- Aktivasi Respon Sistem Gawat Darurat
Menghubungi pelayanan emergensi atau mengaktifkan kode biru jika sedang berada dalam
lingkungan rumah sakit.2,3
- Memulai Kompresi Dada / Chest compression
Jika tidak ada pernapasan spontan dan tidak ditemukan denyut nadi dalam 10 detik,
kompresi dada dimulai sesegera mungkin. Kompresi dilakukan pada bagian bawah dari
pertengahan sternum, dengan cara:2,3,4
• mengepalkan satu tangan diatas tangan yang lain dan melakukan penekanan pada
dada dengan menggunakan ujung tangan/heel (pada orang dewasa)
• menggunakan ujung tangan/heel dari 1 tangan atau 2 tangan (pada anak diatas 1
tahun)
• menggunakan 2 jari yaitu dengan menggunakan kedua ibu jari dan jari-jari lainnya
melingkari dada atau jari telunjuk dan jari tengah (pada anak dibawah 1
tahun).(Gambar 1 dan 2)

Gambar 2. Kompresi dengan dua jari4

Gambar 3. Kompresi dengan dua ibu jari dengan teknik encircling4


Kompresi dilakukan dengan kedalaman sekitar 1/3 dari diameter anteroposterior dada,
yaitu 5 cm (pada dewasa dan anak) dan 4 cm (pada bayi) dengan kecepatan 100-120x/menit
pada bayi, anak dan dewasa. Kompresi dilakukan diatas dasar yang keras dan setiap selesai
melakukan 1 kompresi, dada diberikan kesempatan untuk mengembang (chest recoil). Hal ini
bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi jantung untuk mengisi kembali darah dari
sistemik dan pulmoner.2,3,4
Ventilasi diberikan dengan manuver head tilt – chin lift (Gambar 3) atau jaw thrust
(Gambar 4) (pada orang dengan suspek trauma spinal). Perbandingan kompresi dada : ventilasi
adalah 30:2 (untuk orang dewasa baik 1 penolong atau 2 penolong, anak dan bayi dengan 1
penolong), 15:2 (untuk anak dan bayi dengan 2 penolong), dan 3:1 (untuk bayi baru
lahir/neonatus). 2,3,4

Gambar 4. Head tilt chin lift untuk membuka jalan napas3

Gambar 5. Jaw thrust untuk membuka jalan napas3


Ketika melakukan resusitasi jantung dan paru, perlu diperhatikan beberapa hal penting
untuk mendapatkan kualitas resusitasi yang baik. Beberapa hal tersebut adalah kedalaman
kompresi minimal 5 cm dengan kecepatan 100-120 kali per menit dengan chest recoil, interupsi
minimal saat dilakukan kompresi dada, hindari pemberian ventilasi yang berlebihan, dilakukan
penggantian kompresor dada setiap 2 menit (5 siklus kompresi) apabila penolong lebih dari 1
orang atau dapat lebih cepat apabila sudah timbul kelelahan, kompresi:ventilasi 30:2 apabila
belum terpasang alat patensi jalan napas, serta penggunaan PETCO 2 apabila diperlukan.2,3
- Mengenali dan menggunakan AED

Gambar 6. AED dan lokasi pemasangannya pada dewasa dan anak.3

Automated External Defibrillator adalah alat portable yang digunakan untuk mendeteksi
ritme jantung pada orang yang diduga mengalami henti jantung. Alat ini dapat membantu untuk
mengetahui apakah kondisi pasien saat ini shockable (dapat dilakukan kejut jantung) atau perlu
dilakukan kompresi kembali. AED dilengkapi dengan dua patch elektroda yang ditempelkan
di lokasi yang berbeda. Pada orang dewasa, pemasangan elektroda dilakukan pada sisi kanan
dada tepat di bawah os clavicula dan di sisi bawah dada kiri. Pada anak dan bayi, elektroda
dipasang pada sisi depan dan sisi belakang dada (Gambar 6).3
Pada kasus tertentu, apabila AED tidak ditemukan maka CPR tetap dilanjutkan. Hal ini
dikarenakan CPR memiliki peranan penting untuk menjaga suplai darah dan oksigen ke seluruh
organ untuk mencegah terjadinya kematian jaringan. Segera setelah AED didapatkan, CPR
dihentikan sementara untuk dilakukan pengecekan terhadap ritme denyut jantung. Apabila
pasien dideteksi dapat diberikan shock berupa ritme takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel,
maka AED akan memberikan instruksi untuk dilakukan shock. Setelah dilakukan shock, akan
dilanjutkan dengan melakukan CPR kembali. Siklus ini akan berputar hingga terdapat tenaga
medis yang lebih ahli, terdapat bantuan lain atau pasien telah masuk dalam keadaan return of
spontaneous circulation (ROSC). 2,3
- Recovery Position
Jika pasien sudah sadar, dengan tanda-tanda pulihnya kesadaran seperti : pasien terbangun,
bergerak, membuka mata, bernafas. Pasien diposisikan kedalam posisi mantap. Dan jika pasien
kembali tidak responsif, maka dilakukan CPR kembali.2,3

Gambar 7. Recovery position3

Berikut ini adalah diagram yang menjelaskan alur tatalaksana BLS pada saat ditemukan
seseorang yang dicurigai mengalami henti napas atau henti jantung. 3

Gambar 8. Diagram BLS pada orang dewasa3 Gambar 9. Diagram BLS pada anak3
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk menghentikan resusitasi, yaitu apabila
pasien yang mengalami henti jantung bersifat “not witnessed” oleh penolong pertama atau oleh
tenaga medis emergensi, tidak diberikan shock dan tidak mengalami ROSC. Apabila ketiga hal
ini terpenuhi, maka resusitasi dapat dihentikan, sedangkan apabila terdapat satu poin saja yang
tidak terpenuhi, maka resusitasi tetap dilanjutkan.3

Gambar 10. Kriteria Terminasi Resusitasi3

Obstruksi Jalan Napas oleh Benda Asing


Tersedak atau choking yang menyebabkan obstruksi pada jalan napas perlu dicurigai
pada orang yang tiba-tiba tidak bisa berbicara terutama saat sedang makan. Jika pasien tidak
dapat membatukkannya, dapat diberikan bantuan dengan 5 back blows. Jika back blows tidak
efektif, dapat diberikan 5 abdominal thrust. Jika pasien mengalami henti jantung, maka mulai
lakukan CPR. 2,3
Pada bayi dengan sumbatan jalan napas oleh benda asing, maka dilakukan 5 back blows
diikuti dengan 5 chest compression hingga benda asing keluar atau subjek menjadi tidak sadar.
(Gambar 10) Apabila anak atau bayi telah kehilangan kesadaran, maka CPR segera dilakukan
tanpa memeriksa denyut nadi. Setelah dilakukan CPR selama 2 menit (5 siklus), aktifkan kode
emergensi apabila tidak ada penolong lainnya. Apabila pada saat proses CPR, benda asing
terlihat pada jalan napas dan dapat dikeluarkan, maka penolong dapat mengeluarkannya. Tidak
diperbolehkan untuk melakukan blind finger sweep untuk mencegah benda asing semakin
masuk ke dalam saluran pernapasan.4
Gambar 11. Back blow pada sumbatan jalan napas oleh benda asing pada bayi4

Gambar 12. Abdominal thrust (Heimlich Maneuver) pada dewasa (kiri) dan anak
(kanan) 3,4

Daftar Pustaka

1. Williams S. Current recommendations on adult resuscitation. BJA Education, 17 (3):


99–104(2017).
2. AHA. Adult Basic and Advanced Life Support: 2020 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation. 142 (16) : S366–S468 (2020).
3. T.M. Olasveengen, et al. European Resuscitation Council Guidelines 2021: Basic Life
Support. Resus. 8902 (17): 1-17 (2021).
4. AHA. Pediatric Basic and Advanced Life Support: 2020 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation. 142 (16) : S469- S523 (2020).

Anda mungkin juga menyukai