Anda di halaman 1dari 5

HAK PENGUSAHAAN HUTAN DAN HAK PEMUNGUTAN HASIL HUTAN

PP No. 21 Tahun 1970, LN. 1970-31.

Mengingat:
1. Pasal 5 ajat (2) Undang-undang Dasar 1945;
2. Undang-undang No. 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kehutanan;
3. Undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing;
4. Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri;
5. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1967 tentang Iuran Hak Pengusahaan
Hutan dan Iuran Hasil Hutan.

BAB I. KETENTUAN UMUM

Pas. 1. Didalam Peraturan Pemerintah ini jang dimaksud dengan;


(1) "Hak Pengusahaan Hutan" adalah hak untuk mengusahakan hutan didalam suatu
Kawasan Hutan jang meliputi kegiatan-kegiatan penebangan kaju, permudaan
dan pemeliharaan hutan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan sesuai
dengan Rentjana Karya Pengusahaan Hutan menurut ketentuan-ketentuan jang
berlaku serta berdasarkan azas kelestarian hutan dan azas perusahaan.
(2) "Pemegang Hak Pengusahaan Hutan" adalah Badan Hukum Indonesia jang diberi
Hak Pengusahaan Hutan oleh Menteri Pertanian.
(3) "Areal Kerdja Pengusahaan Hutan" adalah areal hutan jang dibebani Hak
Pengusahaan Hutan.
(4) "Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan" ialah idjin beserta ketentuan-
ketentuannja jang diberikan oleh Menteri Pertanian untuk melaksanakan
pengusahaan hutan atas suatu areal kerdja Pengusahaan Hutan.
(5) "Hak Pemungutan Hasil Hutan" adalah hak untuk menebang menurut kemampuan
jang meliputi areal hutan paling luas 100 (seratus) ha untuk djangka
waktu selama-lamanja 2 (dua) tahun serta untuk mengambil kaju dan hasil
hutan lainnja dalam djumlah jang ditetapkan dalam surat idjin jang
bersangkutan untuk djangka waktu 6 (enam) bulan.
(6) "Rentjana Karya Pengusahaan Hutan" adalah rentjana kegiatan-kegiatan jang
meliputi seluruh areal kerdja Pengusahaan Hutan selama berlangsungnja
Pengusahaan Hutan.
(7) "Kewadjiban finansiil Pemohon Hak Pengusahaan Hutan" adalah semua biaja
jang dibebankan kepada pemohon sedjak masuknja surat permohonan sampai
dengan keluarnja Surat Keputusan Menteri Pertanian.
(8) "Usaha setjara njata dalam melaksanakan Hak Pengusahaan Hutan" adalah
persiapan dilapangan sekurang-kurangnja ada base camp terdiri dari
bangunan-bangunan dan peralatan-peralatan untuk melaksanakan pengusahaan
hutan.

BAB II. SJARAT PERMOHONAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN DAN KEWADJIBAN


PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN
DAN PEMEGANG HAK PEMUNGUTAN HASIL HUTAN

Pasal 2.
(1) Sjarat-sjarat dan tjara mengadjukan permohonan serta tjara memberikan
Hak Pengusahaan Hutan ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
(2) Biaja jang sehubungan dengan pelaksanaan dari pada ajat (1) pasal ini
dibebankan kepada pihak pemohon dan diserahkan kepada Instansi jang
diserahi tugas/wewenang mengurus Kehutanan, jang berupa:
1. Biaja survey.
2. Uang Muka penjelesaian pelaksanaan.
(3) Pelaksanaan dari pada ajat (2) tersebut diatas akan diatur lebih
landjut oleh Menteri Pertanian.
Pasal 3.
(1) Pemegang Hak Pengusahaan Hutan wadjib membajar Iuran Hak Pengusahaan
Hutan, iuran Hasil Hutan dan lain-lain pembajaran sesuai dengan
peraturan jang berlaku.
(2) Pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan wadjib membajar Iuran Hasil Hutan
dan lain-lain pembajaran sesuai dengan peraturan jang berlaku.
(3) Pemegang Hak Pengusahaan Hutan wadjib membuat Rentjana Karya
Pengusahaan Hutan jang terdiri atas;
a. Rentjana Karya Tahunan jang harus diserahkan untuk disetudjui
Menteri Pertanian dua bulan sebelum penebangan dimulai;
b. Rentjana Karya Lima Tahun jang harus diserahkan untuk disetudjui
Menteri Pertanian dalam waktu satu tahun setelah dikeluarkan
Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan;
c. Rentjana Karya Pengusahaan Hutan jang meliputi seluruh djangka
waktu Pengusahaan Hutan jang harus diserahkan untuk disetudjui
Menteri Pertanian dalam waktu tiga tahun setelah dikeluarkannja
Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan.
(4) Pemegang Hak Pengusahaan Hutan wadjib mengelola areal Pengusahaan
Hutan berdasarkan Rentjana Karya Pengusahaan Hutan serta mentaati
segala ketentuan dibidang Kehutanan jang ditetapkan oleh Pemerintah.

Pasal 4.
Pemegang Hak Pengusahaan Hutan wadjib mentaati segala ketentuan dibidang
perburuhan menurut peraturan jang berlaku serta diwadjibkan untuk
memperkerdjakan setjukupnja tenaga-tenaga ahli Kehutanan jang memenuhi
persjaratan menurut penilaian Menteri Pertanian terutama dibidang:
a. Perentjanaan dan Penataan Hutan;
b. Pengelolaan Hutan;
c. Pengukuran dan Pengudjian Kaju.

Pasal 5.
Pemegang Hak Pengusahaan Hutan diwadjibkan untuk dengan sungguh-sungguh
mendirikan lndustri Pengolahan Hasil Hutan di Indonesia sebagaimana
dinjatakan dalam Rentjana Karya Pengusahaan Hutan jang disjahkan oleh
Menteri Pertanian.

Pasal 6.
(1) Hak-hak Masjarakat Hukum Adat dan anggota-anggotanja untuk memungut
hasil hutan jang didasarkan atas suatu peraturan hukum adat
sepandjang menurut kenjataannja masih ada, pelaksanaannja perlu
ditertibkan sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pengusahaan hutan.
(2) Pelaksanaan tersebut dalam ajat (1) pasal ini harus seidjin Pemegang
Hak Pengusahaan Hutan jang diwadjibkan meluluskan pelaksanaan hak
tersebut pada ajat (1) pasal ini jang diatur dengan suatu tata-tertib
sebagai hasil musjawarah antara Pemegang Hak dan Masjarakat Hukum
Adat dengan bimbingan dan pengawasan Dinas Kehutanan.
(3) Demi keselamatan umum, didalam areal hutan jang sedang dikerdjakan
dalam rangka pengusahaan hutan, pelaksanaan hak rakjat untuk memungut
hasil hutan dibekukan.

Pasal 7.
Pemegang Hak Pengusahaan Hutan dan Pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan
wadjib memberikan semua data dan bantuan kepada petugas-petugas jang
melaksanakan pemeriksaan, baik jang dilakukan oleh pedjabat-pedjabat jang
berwenang untuk itu maupun petugas-petugas Kehutanan.
BAB III. PEMBERIAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN DAN HAK PEMUNGUTAN HASIL HUTAN

Pasal 8.
(1) Hak Pengusahaan Hutan pada dasarnja hanja diberikan untuk penebangan
dengan tjara tebang pilih atas dasar kelestarian hutan pengolahan dan
pemasaran hasil hutan, dengan dibebani kewadjiban untuk mengadakan
pemudaan setjara alami atau buatan dan pemeliharaan hutannja.
(2) Dalam Kawasan Hutan dapat dibuka tanah baik untuk penanaman bahan
makanan guna keperluan sendiri maupun untuk bangunan-bangunan, djalan
djalan darat dan air, djembatan-djembatan dan lain-lain jang langsung
diperlukan dalam pelaksanaan pengusahaan hutan tersebut, satu dan
lain sebagaimana tertjantum pada Rentjana Karya Pengusahaan Hutan.
Bangunan-bangunan, djalan-djalan darat dan air, djembatan-djembatan
tersebut diatas mendjadi milik Negara pada waktu Hak Pengusahaan
Hutan berachir.

Pasal 9.
Hak Pengusahaan Hutan dapat diberikan kepada:
a. Perusahaan milik Negara;
b. Perusahaan Swasta;
c. Perusahaan tjampuran.

Pasal 10.
(1) Hak Pengusahaan Hutan diberikan untuk djangka waktu paling lama 20
(dua puluh) tahun dan dapat diperpandjang apabila tidak bertentangan
dengan kepentingan umum.
(2) Luas areal hutan jang diberikan sebagai areal kerdja kepada Pemegang
Hak sebagaimana dilukiskan pada peta lampiran Surat Keputusan Hak
Pengusahaan Hutan jang dikeluarkan Menteri Pertanian sekaligus
merupakan penetapan Kawasan Hutan.
(3) Luas areal hutan jang diberikan kepada Pemohon Hak Pengusahaan Hutan
adalah sesuai dengan Rentjana Karya Pengusahaan Hutan dan target
produksi jang diadjukan oleh jang bersangkutan dan disjahkan olch
Menteri Pertanian.
(4) Atas Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam, Hutan Wisata dan Hutan dengan
peruntukan chusus lainnja tidak dapat diberikan Hak Pengusahaan Hutan
maupun Hak Pemungutan Hasil Hutan.

Pasal 11.
(1) Hak Pemungutan Hasil Hutan hanja dapat diberikan kepada Warga Negara
Indonesia dan Badan-badan Hukum Indonesia jang seluruh modalnja
dimiliki oleh Warga Negara Indonesia.
(2) Pemegang Hak Pengusahaan Hutan dan Pemegang Hak Pemungutan Hasil
Hutan tidak boleh menangkap dan mengeluarkan Margasatwa dan tumbuh -
tumbuhan jang dilindungi.

Pasal 12.
(1) Hak Pengusahaan Hutan diberikan oleh Menteri Pertanian setelah
mendengar pendapat Gubemur/Kepala Daerah Propinsi jang bersangkutan.
(2) Hak Pemungutan Hasil Hutan diberikan oleh Gubernur/Kepala Daerah
Propinsi jang bersangkutan sesuai dengan petundjuk-petundjuk Menteri
Pertanian.

BAB IV. HAPUSNJA HAK PENGUSAHAAN HUTAN

Pasal 13.
(1) Hak Pengusahaan Hutan hapus karena:
a. Djangka waktu jang diberikan telah berachir;
b. Ditjabut oleh Menteri Pertanian sebagai sanksi jang dikenakan
kepada Pemegang Hak Pengusahaan Hutan;
c. Diserahkan kembali oleh Pemegang Hak Pengusahaan Hutan kepada
Pemerintah sebelum djangka waktu jang diberikan berachir.
(2) Berachirnja Hak Pengusahaan Hutan atas dasar ketentuan ajat (1) pasal
ini tetap mewadjibkan Pemegang Hak Pengusahaan Hutan untuk:
a. melunasi iuran Hak Pengusahaan Hutan dan iuran Hasil Hutan serta
lain-lain kewadjiban finansiil terhadap Pemerintah;
b. melaksanakan semua ketentuan-ketentuan jang ditetapkan dalam
rangka berachirnja Hak Pengusahaan Hutan sesuai dengan ketentuan
jang berlaku.

BAB V. SANKSI

Pasal 14.
Hak Pengusahaan Hutan ditjabut karena:
a. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan tidak membajar Iuran Hak Pengusahaan
Hutan pada waktu jang telah ditentukan sebagaimana tertera dalam
surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan;
b. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan tidak membajar Iuran Hasil Hutan
terhadap kaju jang telah dikeluarkan dari areal Pengusahaan Hutannja
sesuai dengan peraturan jang berlaku;
c. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan tidak melaksanakan usahanja setjara
njata dalam waktu 180 hari setelah Surat Keputusan Hak Pengusahaan
Hutan dikeluarkan;
d. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan tidak menjerahkan Rentjana Karya
Tahunan, Rentjana Karya Lima Tahun dan Rentjana Karya Pengusahaan
Hutan menurut ketentuan pasal 3 ajat (3) Peraturan Pemerintah ini;
e. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan meninggalkan arealnja dan
pekerdjaannja sebelum Hak Pengusahaan Hutan berachir;
f. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan tidak mendirikan Industri Pengolahan
Hasil Hutan menurut ketentuan pasal 5 tersebut diatas;
g. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan tidak mengindahkan tegoran dan
peringatan jang telah diberikan tiga kali berturut-turut oleh jang
berwadjib.

Pasal 15.
Luas areal jang dibebani Hak Pengusahaan Hutan dapat dikurangi karena
Pemegang Hak tidak berhasil memenuhi target produksi sebagaimana telah
ditetapkan dalam Rentjana Karya Pengusahaan Hutan jang telah disjahkan
oleh Menteri Pertanian.

Pasal 16.
(1) Tindakan jang menjalahi ketentuan-ketentuan jang berlaku dan
kelalaian-kelalaian dari pada Pemegang Hak jang mengakibatkan
kerusakan hutan, didjatuhi denda sesuai dengan berat serta intensitas
kerusakan jang ditimbulkan dan diatur lebih landjut dengan Peraturan
Menteri Pertanian.
(2) Pemegang Hak jang meninggalkan usahanja sebelum berachirnja djangka
waktu Hak Pengusahaan Hutannja tanpa pemberitahuan kepada serta idjin
dari Pemerintah, segala milik perusahaannja disita untuk Negara.

BAB VI. KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 17.
Idjin "Konsesi Hutan", "Persil Penebangan" dan "Hak Pengusahaan Hutan"
jang telah dikeluarkan sebelum Peraturan Pemerintah ini berlaku, akan
ditindjau kembali dan disesuaikan dengan djiwa dan bunji pasal-pasal
Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 18.
Dengan berlakunja Peraturan Pemerintah ini, maka ketentuan jang
tertjantum dalam Bab II pasal-pasal 9, 10, 11 dan 12 Peraturan Pemerintah
No. 64 tahun 1957 tentang Penjerahan sebagian dari Urusan Pemerintah
Pusat di lapangan Perikanan Laut, Kehutanan dan Karet Rakjat kepada
Daerah-daerah Swatantra tingkat I, sepandjang mengenai Eksploitasi Hutan
ditjabut.

BAB VII. KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19.
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku sedjak tanggal ditetapkan.
Diundangkan di Djakarta pada tanggal 23 Mei 1970.

Anda mungkin juga menyukai