Anda di halaman 1dari 17

PROSES KIMIA

PEMBENTUKAN AAT
Dr. Esthi Kusdarini, ST MT
1. OKSIDASI SULFIDA
• Proses pembentukan AAT disebabkan oleh oksidasi sulfida, merupakan
proses kompleks yang melibatkan faktor kimia, fisika, dan biologi yang saling
berkaitan.
• Proses utama yang menyebabkan terbentuknya AAT adalah oksidasi mineral
sulfida, dilanjutkan dengan penguraian serta transport dari unsur-unsur
berbahaya bagi lingkungan, seperti logam berat.
• Proses oksidasi akan mengubah spesies dalam mineral sulfida yang relative
tidak larut menjadi lebih mudah larut, seperti Cu2+ dan Zn2+ .
• Selanjutnya sebagian ion terlarut dapat mengalami
presipitasi(pengendapan) menjadi mineral sekunder, seperti sulfat,
karbonat, dan hidroksida. Contoh : oksidasi mineral kalkopirit (CuFeS2) akan
menghasilkan Cu2+, Fe3+, dan SO42- serta mineral sekunder seperti malasit
(Cu2CO3(OH)2) dan hidroksida besi (Fe(OH)3).
• Air merupakan reaktan dalam proses pembentukan AAT dan berfungsi
melarutkan dan membawa spesies kimiawi yang dihasilkan dari oksidasi
sulfida. Unsur-unsur terlarut tersebut dapat mengalir ke badan perairan
permukaan atau air tanah.

• Faktor utama yang mempengaruhi oksidasi sulfida :


• 1. Jenis mineral sulfida
• 2. Lingkungan ambien
• 3. Unsur atau zat pengoksidasi
Beberapa hal yang bisa mempengaruhi laju
oksidasi mineral sulfida
• 1. Ukuran butir pirit, porositas, dan luas permukaan
• 2. Kristalografi dari pirit
• 3. Kehadiran trace elements
• 4. Kehadiran mineral sulfida lain, seperti galena, sfalerit, dan pirit
• 5. Suhu dari batuan pirit
• 6. Aktivitas mikrobiologi
• 7. Konsentrasi oksigen di dalam fasa gas dan cair
• 8. Konsentrasi CO2 di dalam fasa gas dan cair
• 9. Nilai pH larutan
• 10. Ketersediaan air
• 11. Nisbah Fe2+/Fe3+
2. PROSES PELAPUKAN
• Pelapukan : proses yang menyebabkan material geologi mengalami
perubahan akibat terpapar dengan suhu dan tekanan atmosfer di
permukaan serta aktivitas atmosfer (udara, air, dan biologi).
• Pelapukan fisik diakibatkan penggalian, ekspansi termal dan kontraksi
mineral, pembentukan kristal garam dan tumbuhnya akar dalam rekahan.
• Reaksi pelapukan kimia berupa :
• A. Hidrasi
• B. Pertukaran ion
• C. Hidrolisis
• D. Oksidasi dan reduksi
2.1. Perubahan fisik akibat pelapukan
Memperbesar luas Pelapukan fisik Perubahan suhu
Terbentuknya
permukaan dan meningkatkan laju menyebabkan
rekahan dan
terdedahnya reaksi pelapukan rekahan sepanjang
pecahnya batuan
permukaan mineral kimiawi batas butir mineral

Partikel batuan dapat mengalami


Pembentukan rekahan oleh proses pelapukan kimia
kristal garam dapat seperti pelarutan, hidrasi, dan reaksi
memperbesar pertukaran kation yang akan
ukuran rekahan mengembangkan dan menyusutkan
ukuran butir kristal.
2.2. Pelarutan dan pengendapan (presipitasi)
• Pelarutan (disolusi) : melarutnya unsur kimia dalam air.
• Unsur terlarut berbentuk ion bebas atau kompleks : ion hidroksil,
karbonat, bikarbonat, dan sulfat.
• Contoh reaksi pelarutan mineral sfalerit :
ZnS + 2O2 Zn2+ + SO42-
• Pada air tambang yang hampir netral konsentrasi tinggi adalah kation
kalsium. Gipsum akan mengendap jika laju oksidasi sulfida dan pelepasan
kalsium ke dalam larutan menghasilkan sulfat dan kalsium yang melampaui
batas kelarutan gypsum.
• CaSO4.2H2O Ca2+ + SO42- + 2H2O
• Pelarutan mineral karbonat dipercepat dengan oksidasi sulfida dan akan
menetralkan keasaman
• CaCO3 + H+ Ca2+ + HCO3-
• CaCO3 + H2CO3 Ca2+ + 2HCO3-
• Asam karbonat terbentuk oleh pelarutan CO2 dalam air :
• CO2 + H2O H2CO3
3. PEMBENTUKAN MINERAL SEKUNDER

• Pelapukan mineral sulfida akan melepaskan kation dan anion yang larut
dalam air pori sehingga air pori menjadi saline/garam.
• Sebagian ion dalam larutan berinteraksi dengan mineral dan terserap, dan
beberapa ion bercampur dengan larutan hasil oksidasi. Jika larutan jenuh
maka dapat terjadi pengendapan sebagai mineral sekunder.
• Mineral sekunder : mineral yang terbentuk selama proses pelapukan, dapat
terjadi sebelum, selama atau setelah proses penambangan.
Mineral sekunder sebagai hasil oksidasi mineral sulfida a.l. sulfat
terlarut, sulfat hydrous, hidroksisulfat, oksida dan hidroksida
logam, lempung, karbonat dan supergene, serta sulfur diagenetik.

Beberapa mineral sekunder dapat mempengaruhi kualitas air


karena pada saat pembentukannya melepaskan keasaman atau
pada saat pelarutannya melepaskan keasaman, sulfat atau logam.
Proses penghasil presipitasi mineral sekunder

• 1. Oksidasi dan hidrolisa kation terlarut (Fe2+)


• 2. Hidrolisis dari kation terlarut (mis. Fe3+, Al3+)
• 3. Reaksi AAT dengan mineral penetral asam atau air yang bersifat
alkalin/basa
• 4. Pencampuran antara AAT dengan air yang bersifat netral
• 5. Oksidasi mineral sulfida pada udara lembab
• 6. Konsentrasi air tambang karena evaporasi
• Evaporasi akan meningkatkan konsentrasi kation dan anion dalam air
sampai mencapai kejenuhan dan membentuk mineral sekunder.
• Endapan berbentuk kristalin atau amorf.
• Jenis mineral sekunder yang terbentuk bergantung pada komposisi batuan
penutup atau tailing.
a. Pada tambang batubara : mengandung sulfat besi, aluminium, kalsium,
magnesium, natrium dan kalium.
b. Pada tambang bijih : garam sulfat, besi, aluminium, dan logam berat.
Kelarutan mineral sekunder

• Mudah larut: hydrous sulfat logam


• Tidak larut : hidroksisulfat besi dan aluminium
• Tidak mudah larut : beberapa sulfat dan karbonat a.l. barit, anglesit dan
cerrucite
• Mineral sulfida memiliki luas permukaan besar sehingga dapat menyerap
atau mengendapkan trace elements.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai