DISUSUN OLEH :
HARUM MAULIDIA NINGSIH
NIM. P05120421023
Karya Ilmiah Akhir Ners ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Profesi Ners (Ns)
DISUSUN OLEH :
HARUM MAULIDIA NINGSIH
NIM. P05120421023
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini
adalah betul-betul hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya
orang lain.
Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti dalam KIAN
ini ada unsur penjiplakan maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
v
BIODATA
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Akhir Ners (KIAN) ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Perawatan Jantung
Pada Pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan Gangguan Penurunan Curah
Jantung Di Ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2022”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini tidak dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Eliana., S.KM., M.PH, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Bengkulu
2. Ibu Ns. Septiyanti., S.Kep., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
3. Bapak Ns. Hermansyah., M. Kep, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Bengkulu sekaligus pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, memberikan bimbingan dan arahan
dengan penuh kesabaran dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
4. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan jurusan keperawatan yang telah
sabar mendidik dan membimbing selama proses pendidikan
5. Kedua orang tua dan semua keluarga yang telah mendoakan, mendukung dan
memberikan semangat baik moril maupun materil
6. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
Penulis menyadari ketidaksempurnaan dalam penulisan KIAN ini oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar penulis
dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga KIAN ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi
penulis sendiri dan mahasiswa jurusan keperawatan lainnya.
Bengkulu, Mei 2022
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... v
BIODATA ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 4
C. Tujuan Studi Kasus................................................................................ 4
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................. 5
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Pengkajian Keperawatan..................................................... 70
B. Gambaran Diagnosa Keperawatan ....................................................... 72
C. Gambaran Perencanaan Keperawatan .................................................. 73
D. Gambaran Implementasi Keperawatan ................................................ 74
E. Gambaran Evaluasi Keperawatan ......................................................... 78
F. Keterbatasan Studi Kasus ...................................................................... 81
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 82
B. Saran ....................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acute Coronary Syndrome (ACS) atau Sindrom Koroner Akut (SKA)
merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena menyebabkan
angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi. Sebagian besar
ACS adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner yang
koyak atau pecah akibat perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrosa
yang menutupi plak tersebut (PERKI, 2018). Sindrom Koroner Akut (SKA)
terjadi terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat dari
proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. Menurut statistik
dari Departemen Kesehatan, kematian akibat sindrom koroner akut mencapai
66,6% dari semua kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pada tahun
2015.
Pada tahun 2015, World Health Organization (WHO) mengungkapkan
bahwa 70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM),
45% disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu 17,7 juta dari
39,5 juta kematian. WHO juga memperkirakan bahwa per tahun 2019, sekitar
17,9 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler, 85% kematian yang
diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan
stroke (WHO, 2021). Setiap tahunnya, sekitar 915.000 orang Amerika akan
mengalami serangan jantung dan lebih dari 30% akan mengalami peristiwa
kedua dan berpotensi fatal (Dwiputra, B, 2018)
Angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia setiap
tahun semakin meningkat. Berdasarkan data Riskesdas (2018), prevalensi
penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5% dari
total penduduk dan tiga provinsi dengan penyakit jantung tertinggi yaitu Provinsi
Kalimantan Utara 2,2%, Gorontalo 2% dan Daerah Istimewa Yogyakarta 2%.
Kematian akibat penyakit jantung di Indonesia juga cukup tinggi. Data dari
PERKI (2019) menyebutkan bahwa sebesar 26,4% kematian akibat penyakit
2
jantung, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan
oleh kanker (6%).
Salah satu penyakit jantung yang sering terjadi yaitu Artery Coronary
Syndrome (ACS). Artery Coronary Syndrome (ACS) merupakan suatu gangguan
fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya
penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan
lapisan dinding pembuluh darah (aterosklerosis). Arteri koroner merupakan
sistem pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi ke otot jantung untuk
menjaga fungsinya. Jika arteri koroner menyempit atau tersumbat, maka aliran
darah ke jantung akan berkurang dan pasokan oksigen ke otot-otot jantung akan
berkurang bahkan berhenti sehingga pasien akan merasakan nyeri di dada hingga
mengalami serangan jantung (Anies, 2015).
ACS merupakan penyakit jantung koroner yang menjadi penyebab utama
kematian di dunia, dimana terdapat lebih dari 4,5 juta penduduk meninggal
karena ACS. Klasifikasi dari ACS adalah ST Elevasi Miocard Infark (STEMI),
Non ST Elevasi Miocard Infark (NSTEMI) dan Unstable Angina Pectoris (UAP)
(Mutarobin, 2018). Manifestasi klinis ACS yaitu penderita merasa nyeri dan
tidak nyaman yang tidak spesifik di bagian dada kiki menjalar ke leher, bahu
kiri serta tangan dan punggung kemudian di sertai keringat dingin, mual,
muntah, lemas dan pusing serta bisa pingsan yang terjadi secara tiba-tiba dengan
intensitas tinggi (Wahidah & Harahap, 2021). Pasien dengan tanda dan gejala
klinis sindrom koroner akut akan menunjukkan masalah keperawatan aktual
maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan kebutuhan dasar manusia
seperti penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak
efektif, perfusi perifer tidak efektif, intoleransi aktivitas, hipervolemia, nyeri,
ansietas, defisit nutrisi, dan resiko gangguan integritas kulit (Aspaiani, 2016).
Penurunan curah jantung merupakan ketidakadekuatan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (SDKI, 2017).
Penatalaksanaan terhadap pasien jantung koroner harus dilakukan agar tidak
terjadi perburukan kondisi. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk klien
dengan Artery Coronary Syndrome (ACS) diantaranya dengan penatalaksanaan
medis dan keperawatan. Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan
3
antara lain istirahatkan klien untuk mengurangi konsumsi oksigen, pantau tanda-
tanda vital, edukasikan tentang keadaan yang terjadi pada klien agar tidak timbul
kecemasan, atur posisi yang nyaman bagi klien (SIKI, 2016).
Masalah keperawatan penurunan curah jantung dapat dicegah dan diatasi
dengan asuhan keperawatan secara menyeluruh. Mulai dari pengkajian,
menentukan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan, implementasi serta
evaluasi pada pasien ACS. Berbagai macam pendekatan dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut, seperti farmakologi dan non farmakologi serta
kolaborasi untuk merawat dan membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan
antara suplai dan konsumsi oksigen miokard (SIKI, 2018).
Penderita membutuhkan asuhan keperawatan yang komperhensif. Perawat
sebagai edukator yang berperan dalam memberikan informasi tentang
pembatasan aktivitas pada pasien ACS yang mengalami penurunan curah
jantung serta perawat juga berperan sebagai pemberi pelayanan kepada penderita
ACS dalam meningkatkan status hemodinamik. Berbagai macam
penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan untuk memperbaiki penurunan curah
jantung berbasis evidence based. Evidence based tersebut seperti terapi relaksasi
otot progresif, terapi music klasik, terapi oksigen nasal kanul, terapi pijat
punggung dan pemberian aromaterapi mawar yang terbukti efektif tanpa
memberikan efek samping bagi tubuh yang akan dibahas dalam Karya Ilmiah
Akhir Ners ini.
Hasil survei awal yang peneliti lakukan di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu, kejadian ACS pada tahun 2021 sebanyak 241 orang. Adapun hasil
survey awal mengenai kebutuhan sirkulasi pada pasien ACS di ruang ICCU yaitu
hampir seluruh pasien penderita ACS mengalami masalah penurunan curah
jantung. Selama ini hanya terapi farmakologis yang dilakukan oleh perawat
dalam menangani masalah kebutuhan sirkulasi pasien dan belum ada
penanganan nonfarmakologi yang dilakukan di ruang ICCU. Perawat hanya
menganjurkan pada keluarga untuk melakukan monitoring intake output dan
pembatasan aktivitas secara mandiri (RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, 2021).
Berdasarkan data dari hasil rekam medik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu di
atas dengan permasalahan yang sering terjadi pada pasien dengan penyakit ACS
4
dapat berupa gangguan penurunan curah jantung sehingga penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus pada pasien ACS dengan intervensi SIKI perawatan
jantung yang dituangkan dalam Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul
“Asuhan Keperawatan Perawatan Jantung Pada Pasien Artery Coronary
Syndrome (ACS) Dengan Gangguan Penurunan Curah Jantung Di Ruang ICCU
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2022”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada studi kasus ini yaitu bagaimana gambaran asuhan
keperawatan perawatan jantung pada pasien Artery Coronary Syndrome (ACS)
di Ruang ICCU RSUD Dr. M Yunus Bengkulu Tahun 2022
2. Anatomi Jantung
ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai
ber kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun katup
atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah juga
membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel
melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel kemudian
relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus
kembali.
CO (mL/mnt) = HR (denyut/mnt) x SV (mL/denyut)
Curah jantung (cardiac output, CO) adalah volume darah yang dipompa
oleh masing-masing ventrikel per menit. Selama satu periode waktu, volume
darah yang mengalir melalui sirkulasi paru sama dengan volume yang
mengalir melalui sirkulasi sistemik. Karena itu, curah jantung dari masing-
masing ventrikel normalnya sama. Curah jantung normal adalah 4 sampai 6
liter per menit pada orang dewasa yang sehat dengan berat badan 70 kg saat
beristirahat. Volume darah yang bersirkulasi berubah sesuai kebutuhan
oksigen dan metabolik tubuh. Misalnya selama latihan, kehamilan, dan
demam curah jantung meningkat, tetapi selama tidur curah jantung menurun
(Potter & Perry, 2015).
Volume sekuncup adalah volume darah yang dipompa oleh setiap
ventrikel pada setiap kontraksi. Sekitar dua per tiga dari volume darah dalam
ventrikel pada akhir diastolik dikeluarkan selama sistolik, disebut fraksi
ejeksi. Volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah di ventrikel kiri pada akhir
diastol (preload), tahanan terhadap semprotan ventrikel kiri (afterload), dan
kontraktilitas jantung (Potter & Perry, 2015). Beban awal (preload) adalah
derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel.
Aliran balik darah vena kembali ke jantung menentukan volume akhir
diastolik ventrikel. Beban akhir (afterload) adalah tegangan serabut
miokardium yang harus terbentuk untuk kontraksi dan pemompaan darah.
Kontraktilitas merupakan perubahan kekuatan kontraksi yang terbentuk yang
terjadi tanpa tergantung perubahan pada panjang serabut miokardium.
Peningkatan kontraksi, tanpa memandang penyebabnya, meningkatkan
volume sekuncup yang memperkuat curah jantung. Sebaliknya, penurunan
11
8. WOC
9. Komplikasi
a Infark miokard
Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi terhentinya aliran
darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang menyebabkan
kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-sel menjadi nekrotik (mati) karena
kebutuhan energi akan melebihi suplai energi darah.
b Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila
menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang mengakibatkan perluasan infark.
c Gagal jantung
Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak mampu mengalirkan
darah yang cukup ke seluruh tubuh
d Syok Kardiogenik
Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam dan dihubungkan
dengan mortalitas paling tinggi, meskipun dengan perawatan agresif
e Perikarditis
Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang lebih berat pada
inspirasi dan tidur terlentang. Infark transmural membuat lapisan
epikardium yang langsung kontak dengan perikardium kasar, sehingga
merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi peradangan
f Aneurisma ventrikel
Dapat timbul setelah terjadi MCI transmural. Nekrosis dan pembentukan
parut membuat dinding miokard menjadi lemah. Ketika sistol, tekanan
tinggi dalam ventrikel membuat bagian miokard yang lemah menonjol
keluar. Darah dapat merembes ke dalam bagian yang lemah itu dan dapat
menjadi sumber emboli. Disamping itu bagian yang lemah dapat
mengganggu curah jantung kebanyakan aneurisma ventrikel terdapat pada
apex dan bagian anterior jantung
16
d Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
e Sel darah putih
Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.
f AGD dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut maupun
kronis.
g Kolesterol atau trigliserida serum meningkat, menunjukkan
arterosklerosisi sebagai penyebab IMA.
11. Penatalaksanaan
ACS merupakan kasus kegawat daruratan sehingga harus mendapatkan
penanganan yang segera. Dalam 10 menit pertama sejak pasien datang ke
instalasi gawat darurat, harus sudah dilakukan penilaian meliputi anamnesa
riwayat nyeri, pemeriksaan fisik, EKG 12 lead dan saturasi oksigen,
pemeriksaan enzim jantung, elektrolit dan bekuan darah serta menyiapkan
intravena line dengan D5%
a Pasien dianjurkan istirahat total
b Pasang iv line dan infuse untuk pemberian obat-obatan intra vena
c Atasi nyeri, dengan : - Morfin 2.5-5 mg iv atau pethidine 25-50 mg - Lain-
lain : Nitrat, Calsium antagonis, dan Beta bloker
d Pasang oksigen tambahan 2-4 liter/menit
e Berikan sedatif sedang seperti Diazepam per oral.
f Antitrombotik - Antikoagulan (Unfractional Heparin / golongan Heparin
atau Low Molecul Weight Heparin / golongan Fraxiparin) - Antiplatelet
(golongan Clopidogrel, Aspirin)
g Streptokinase/ Trombolitik (pada pasien dengan akut STEMI onset <3
jam)
h Primary PCI ( pada pasien dengan akut STEMI onset > 3 jam)
18
B. Kebutuhan Sirkulasi
1. Definisi atau Deskripsi Sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah sistem transport yang mensuplai zat-zat yang di
absorbsi dari saluran pencernaan dan oksigen ke jaringan, mengembalikan
CO ke paru-paru dan produk-produk metabolisme lainnya ke ginjal, berfungsi
dalam pengaturan temperatur tubuh dan mendistribusikan hormon-hormon
dan zat-zat lain yang mengatur fungsi sel. Sistem sirkulasi adalah sistem
pengangkut yang menyalurkan O 2 dan berbagai zat yang di absorbsi dari
saluran cerna ke jaringan, serta membawa kembali CO 2 ke paru dan hasil
metabolisme lainnya ke ginjal. Sistem sirkulasi juga berperan pada
pengaturan suhu tubuh, dan mendistribusi hormon serta berbagai zat lain yang
mengatur fungsi sel. Sistem kardiovaskular adalah bagian dari system
sirkulasi. meliputi jantung, pembuluh darah (arteri, kapilar, dan vena) dan
darah yang mengalir didalamnya. Sistem kardiovaskular dapat dipengaruhi
oleh factor perubahan volume cairan tubuh dan hormone tertentu yang secara
langsung atau tidak langsung dapat perpengaruh pada system kardiovaskular.
Darah yang merupakan pembawa berbagai zat, dipompa oleh jantung melalui
suatu sistem pembuluh darah yang tertutup.
2. Fisiologi Sistem Sirkulasi
Bagian-bagian yang berperan:
a Jantung
Jantung mempunyai empat pompa yang terpisah, yaitu : pompa primer
atrium dan 2 pompa tenaka ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung
sampai akhir berikutnya dinamakan siklus jantung. Tiap siklus dimulai
oleh timbulnya potensial aksi secara spontan pada simpul Sino Atrial node
(SA) pada dinding posterior atrium kanan dekat muara vena kava superior.
Potensial aksi berjalan cepat melalui berkas Atrio Ventrikular (VA)
kedalam ventrikel. Fungsi jantung sebagai pompa, tiap siklus jantung
terdiri atas sistole dan diastole secara berurutan dan teratur dengan adanya
katup jantung yang terbuka dan tertutup. Selama satu siklus kerja jantung
terjadi perubahan tekanan dalam rongga jantung sehingga terdapat
perubahan tekanan. Perbedaan ini menyebabkan darah mengalir dari
19
rongga tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Fungsi
katup, katup atrioventrikular (trikuspidalis dan bikuspidalis) mencegah
pengaliran balik darah dari ventrikel ke atrium selama systole, sedangkan
katup semilunaris (aorta dan pulmonalis) mencegah aliran balik dari aorta
dan arteri pulmonalis kedalam ventrikel selama periode diastole. Semua
katup ini membuka dan menutup secara pasif.
b Arteri
Arteri mentranspor darah dibawah tekanan tinggi ke jaringan. Membawa
darah meninggalkan jantung. Arteri mempunyai dinding yang tebal dan
kuat karena darah mengalir dengan cepat pada arteri. Semua dinding arteri
tersusun dari tiga lapisan; adventisia terluar terdiri dari jaringan ikat
fibrosa; media tengah terdiri dari otot polos dan / atau serabut elastis; dan
intima dalam, suatu tuba tipis yanh terbentuk dari sel-sel endothelial.
c Kapiler
Saluran mikroskopik untuk pertukaran nutrient dan zat sisa diantarra darah
dan jaringan. Kapilar menghubungkan arteriol dan venula. Semua jaringan
memiliki kapilar, kecuali kartilago, rambut, kuku, dan kornea mata. Pada
sisi kapilar yang berasal dari satu arteriol, sebuah sfingter prekapilar otot
polos mengendalikan aliran darah yang masuk ke jaringan-jaringan
kapilar. Sfingter berkontraksi dan berelaksasi secara intermiten
(vasomotion) dan lebih sering terbuka pada jaringan yang aktif.
d Vena
Saluran penampung mengankut darah dari jaringan kembali ke jantung.
Oleh karena tekanan pada system vena sangat rendah, maka dinding vena
sangat tipis, tetapi dinding vena mempunyai otot untuk berkontraksi
sehingga darah ekstra dapat dikendalikan berdasarkan kebutuhan tubuh.
Sistem vena berdinding tipis dan dapat mengembang (distensible). Vena
memiliki katup, yang muncul seperti kelepak dari lapisan terdalamnya,
untuk mencegah aliran balik. Sistem vena berawal dari ujung vena jarring-
jaring kapilar dengan venula postkapilar yang menyatu menjadi Venula,
berfungsi mengumpulkan darah dari kapilar secara bertahap dan
bergabung menjadi vena kecil, sedang, dan vena besar.
20
d Frekuensi jantung
Dengan meningkatnya frekuensi jantung akan memperberat pekerjaan
jantung.
5. Macam-macam Gangguan Sistem Sirkulasi
a Arteriosklerosis
Merupakan penyakit yang diakibatkan lemak yang bertumpuk pada bagian
bawah lapisan dinding arteri. Penyakit ini bisa terjadi pada beberapa organ
tubuh, antara lain: otak, ginjal, jantung, lengan, tungkai, dan organ lainnya.
b Hipertensi
Hipertensi disebut juga tekanan darah tinggi, yakni apabila tekanan darah
sistol dan diastol berada di atas normal, yakni tekanan sistol lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastole lebih dari 99 mmHg. Hipertensi disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain: usia, obesitas, merokok, gangguan
hormone, keturunan, dan berbagai penyakit bawaan.
c Serangan jantung
Serangan jantung dapat terjadi pada saat otot jantung mengalami
kerusakan (miokardium). Hal itu terjadi akibat berkurangnya pasokan
darah karena adanya penyumbatan atau terjadinya gangguan aliran darah
secara mendadak
d Stroke
Stroke merupakan gangguan mendadak yang terjadi pada fungsi sistem
saraf akibat gangguan peredaran darah di otak, misalnya: terjadi
penyumbatan pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah. Kondisi
tersebut mengakibatkan berkurangnya pasokan oksigen pada otak
sehingga gejala stroke akan mulai muncul.
e Varises
Varises adalah suatu kondisi, dimana terjadi pelebaran pada pembuluh
vena yang menyebabkan sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Varises
sering terjadi pada bagian bawah tubuh, misalnya pembuluh vena pada
betis. Penyebab varises sangat beragam, antara lain: faktor bawaan lahir,
kehamilan, sering berdiri, dan tumor.
22
f Hipotensi
Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah suatu kondisi dimana tekanan
sistol dan diastol berada di bawah ukuran normal, yakni kurang dari 90/70
mmHg. Penyebab hipotensi, antara lain: diare, perdarahan, kekurangan
mineral, mengonsumsi obat penurun tekanan darah secara berlebihan, dan
lain sebagainya.
3 hari. Dilakukan dengan durasi 20-30 menit karena durasi yang lama
membuat pasien rileks sehingga menekan stressor dan tekanan darah
menurun. Hal ini sesuai dengan Triyanto, et al (2014) yang menyatakan
bahwa prosedur terapi musik dilakukan dengan durasi 20-30 menit.
Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Tangahu (2015) yang
membuktikan bahwa subjek penelitian mengalami penurunan tekanan darah
disebabkan karena subjek penelitian menikmati musik klasik yang
didengarkan dan membuat subjek penelitian merasa rileks. Musik yang dapat
menurunkan tekanan darah adalah musik alkaline diantaranya musik klasik
yang lembut, instrumental, musik meditatif, dan musik yang menimbulkan
rileks dan bahagia. Sistem limbik berkaitan dengan perilaku emosional
seseorang. Mendengarkan music alkaline, membuat sistem limbik teraktivasi
dan individu tersebut pun menjadi rileks.
3. Latihan Fisik Terarah Penderita Post Sindrom Koroner Akut Dalam
Memperbaiki Otot Jantung
Program rehabilitasi jantung merupakan salah satu penatalaksanaan non
farmakologis pasien SKA. Pasien SKA merupakan indikasi utama dianjurkan
melaksanakan program rehabilitasi jantung. Program rehabilitasi jantung
untuk orangorang yang baru mengalami serangan jantung. Program penderita
yang sudah berobat jalan (out patient) yang sudah mengalami “physical
conditioning” dapat mengurangi kejadian infark miokard berulang, dan
mengurangi angka kematian bila terjadi serangan jantung kedua. Melalui
program rehabilitasi yang terencana maka secara fi sik dan mental akan
menjadi lebih kuat. Hal ini mengurangi kemungkinan serangan infark kedua
dan memperbaiki kesempatan hidup (survival).
Secara garis besar terdapat 3 fase bagi penderita yang sedang dalam
perawatan yaitu: Rehabilitasi dini di rumah sakit selama 1-2 minggu.
Rehabilitasi di rumah, mempersiapkan penderita untuk kembali bekerja
(return to work) selama 2- 6 minggu. Rehabilitasi lanjutan (out patient)
selama hidup. Sebuah penelitian menemukan bahwa meskipun program
rehabilitasi jantung terbukti membantu pasien SKA setelah pulang dari rumah
25
sakit, hampir separuh pasien SKA tidak dirujuk untuk mengikuti program
rehabilitasi jantung
4. Efektivitas Terapi Oksigen Nasal Kanul Terhadap Saturasi Oksigen Pada
Penyakit Acute Coronary Syndrome (ACS) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD
ULIN Banjarmasin
Penyakit ACS memiliki plak yang menempel pada arteri yang rusak,
selanjutnya plak dapat menebal yang menyebabkan ACS juga menjadi lebih
tebal, sehingga menghambat pergerakan darah kaya oksigen ke arah jantung.
Jika plak ini pecah trombosit akan menempel pada luka di arteri dan
membentuk penyumbatan darah. Gumpalan darah dapat memblokir arteri
menyebabkan angina semakin parah, ketika bekuan darah cukup besar maka
arteri akan tertekan menyebabkan infark miokard atau kematian otot jantung.
Diwaktu itulah pemberian oksigen diperlukan oleh sel miokardial, untuk
metabolisme aerob dimana adenosine triphosphate dibebaskan untuk energy
jantung pada waktu istirahat yang membutuhkan 70% oksigen (Kasron,
2012).
Sistem oksigenasi berperan penting dalam mengatur pertukaran oksigen
dan karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan disemua sel
untuk dapat menghasilkan sumber energi. Karbondioksida yang dihasilkan
oleh selsel secara metabolisme aktif membentuk asam yang harus dibuang
oleh tubuh. Dalam melakukan pertukaran gas sistem kardiovaskuler dan
sistem respirasi bekerja sama, sistem kardiovaskuler bertanggung jawab
untuk perfusi darah melalui paru (Darmanto, 2015).
Pemberian oksigen sendiri mampu mempengaruhi ST elevasi pada infark
anterior yang berdasarkan consensus, dianjurkan pemberian oksigen dalam 6
jam pertama terapi dan pemberian oksigen lebih dari 6 jam secara klinis tidak
bermanfaat. Oksigen harus diberikan pada pasien dengan sesak nafas, tanda
gagal jantung, syok atau saturasi oksigen <95%. Pemberian oksigen
tambahan dapat meningkatkan suplai sampai ke otot jantung, diharapkan
besarnya infark tidak bertambah dan komplikasi lain tidak terjadi. Pemberian
suplemen oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen dalam darah hingga
di atas 60 mmHg (Shuvy et al, 2015)
26
serangan jantung dan sepanjang tidak terdapat kontra indikasi, fase II segera
setelah pasien keluar rumah sakit, fase III segera setelah fase II masih dalam
pengawasan tim rehabilitasi jantung dan fase IV merupakan fase
pemeliharaan jangka panjang. Tujuan program rehabilitasi fisik akan tercapai
bila terdapat tiga komponen penting menjalankan program komponen
tersebut yaitu penerapan konsep rehabilitasi fisik secara dini, pendidikan
kesehatan bagi pasien dan keluarga dan kesiapan staf pelaksana dalam
penanganan pasien Sindrom Koroner Akut (SKA). Pada penderita yang
sedang dalam perawatan sebaiknya di putuskan oleh dokter yang
merawatnya.
Latihan fisik dilakukan terbatas pada aktivitas sehari-hari misalnya
gerakan tangan, kaki dan perubahan postur. Manfaat latihan fisik pada
penderita gangguan jantung adalah untuk mengurangi efek samping fisiologis
dan psikologis tirah baring di rumah sakit, mempercepat proses pemulihan
dan kemampuan untuk kembali pada level aktivitas sebelum serangan terjadi.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengukuran ADL sebelum
memberikan intervensi berupa latihan fisik (in patient) berdasarkan SOP.
Kemudian setelah melakukan intervensi latihan fisik (in patient) peneliti
melakukan pengukuran pengaruh latihan fisik (in patient) terhadap ADL
pada pasien dengan Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan menggunakan
kuesioner.
7. Pengaruh Mendengarkan Murottal Surat Ar Rahman Terhadap Kualitas Tidur
Pasien Sindrom Koroner Akut
Salah satu terapi komplementer, menggunakan musik, merupakan salah
satu pilihan intervensi yang mudah, murah dan efektif untuk meningkatkan
kualitas tidur pasien. Efek terapi audio dapat mempengaruhi keseluruhan
fisiologi tubuh pada basis aktivasi korteks sensori dengan aktivasi sekunder
lebih dalam pada neokorteks dan beruntun ke dalam sistem limbik,
hipotalamus dan sistem saraf otonom yang akhirnya dapat mempengaruhi
kesembuhan gangguan fisik dan emosional. Selain menggunakan musik,
penggunaan audio berupa murattal (bacaan ayat suci Al-Qur’an) juga
dilaporkan dapat menurunkan ketegangan pada saraf. Hasil penelitian
29
No Jurnal dan
Penulis dan Judul Sampel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun Terbit
1. Resti Dyah Ayuningsih, IJMS Teknik pengambilan Penelitian ini adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Ratna Setiyaningsih Indonesian sampel menggunakan deskriptif kualitatif adanya perbedaan tekanan darah dari 5
Journal On nonprobability dengan subjek sebelum dan sesudah dilakukan
Penatalaksanaan Terapi Medical Science accidental. menggunakan terapi relaksasi otot progresif pada
Relaksasi Otot Progresif Volume 5 No. 1. Jumlah sampel 5 pendekatan proses pasien hipertensi di RSUD dr. Soehadi
dengan Masalah Penurunan Januari 2018 keperawatan (nursing Prijonegoro Sragen
Curah Jantung pada Pasien proses)
Hipertensi di RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen
2. Eva Pratama Sari, Novi Indah IJMS Teknik pengambilan Penelitian ini adalah Hasil penelitian didapatkan tekanan
Aderita Indonesian sampel menggunakan deskriptif kualitatif darah dalam rentang 130-160/80-90
Journal On nonprobability dengan mmHg setelah mendengarkan musik
Penatalaksanaan Terapi Medical Science accidental. menggunakan klasik
Musik Klasik dengan Volume 5 No. 1. Jumlah sampel 5 pendekatan proses
Masalah Keperawatan Januari 2018 keperawatan (nursing
Gangguan Penurunan Curah proses)
Jantung pada Pasien
Hipertensi di RSUD Dr.
Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri
33
3. Fatin Lailatul Badriyah, Sri IJNP Indonesian Teknik pengambilan Penelitian ini adalah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kadarsih, Yuni Permatasari Journal of sampel menggunakan quasi experiment ada perbedaan fungsi otot jantung
Nursing random sampling design dengan sebelum dan sesudah dilakukan latihan
Latihan Fisik Terarah Practices technique. Jumlah pendekatan pretest- fisik terarah berdasarkan hasil
Penderita Post Sindrom Volume 1 No.1 sampel 32 posttest control pemeriksaan tekanan darah dan
Koroner Akut dalam Juni 2014 group design. gambaran EKG
Memperbaiki Otot Jantung
4. Ilmi Darmawan, Milasari CNJ Caring Teknik sampling yang Penelitian ini adalah Hasil penelitian didapatkan ada
Nursing Journal digunakan purposive quasi experiment perbedaan rata-rata saturasi oksigen
Efektivitas Terapi Oksigen Volume 3 No. 2 sampling. Jumlah design dengan sebelum dan sesudah diberikan terapi
Nasal Kanul Terhadap Oktober 2019 sampel 22 orang pendekatan pretest- oksigen nasal kanul
Saturasi Oksigen Pada posttest one group
Penyakit Acute Coronary design.
Syndrome (ACS) Di Instalasi
Gawat Darurat RSUD ULIN
Banjarmasin
5. Achmad Sya’id, Joni Jurnal Penelitian Tehnik pengambilan Penelitian ini Hasil penelitian mennjukkan bahwa
Haryanto, Kristiawati Kesehatan Suara sampel menggunakan merupakan penelitian religious imagery care terbukti efektif
Forikes, Volume metode consecutive kualitatif untuk menurunkan tingkat kecemasan
Efektivitas Religious 8, No. 4, sampling. Jumlah menggunakan pasien sindroma koroner akut
Imagery Care Untuk Oktober 2017 sampel 14 orang metode
Menurunkan Tingkat eksperimental
Kecemasan Pasien Sindroma dengan desain
Koroner Akut pretest-posttest with
control group
34
6. Kristina Tanggu Malla CHM-K Applied Teknik pengambilan Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Scientifics sampel menggunakan merupakan penelitian ada pengaruh latihan fisik (Inpatient)
Pengaruh Latihan Fisik (In journal Volume nonprobability kuantitatif dengan terhadap ADL di Ruangan: ICCU,
Patient) Terhadap Activity Of 2 Nomor 3 accidental. desain penelitian Komodo, Kelimutu dan Teratai RSUD
Daily Living Pada Pasien September 2019 Jumlah sampel 34 yang digunakan Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang.
Dengan Penyakit Jantung orang adalah Pra –
Sindrom Koroner Akutdi Experimental Design
Rsud Prof. Dr. W. Z. dengan cara
Johannes Kupang pendekatan, One –
Group Pretest –
Posttest design
7. Ahmat Pujianto, Titis Jurnal Penelitian Teknik Pengambilan Penelitian ini Hasil menunjukkan adanya perbedaan
Kurniawan, Helwiyah Ropi Kesehatan Suara sampel dengan merupakan penelitian yang bermakna rerata skor kualitas
Forikes, Volume purposive sampling. quasi experiment tidur pada kelompok intervensi antara
Pengaruh Mendengarkan 11 No. 1, Januari Jumlah sampel 36 dengan sebelum dan setelah pemberian
Murottal Surat Ar Rahman 2020. orang. nonequivalent intervensi maupun pada rerata
Terhadap Kualitas Tidur control group design peningkatan kualitas tidur antara
Pasien Sindrom Koroner kelompok intervensi dan kontrol
Akut
8. Yudha Putra Mahendra, Janu Jurnal Cendikia Sampel yang Metode penulisan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Purwono, Sapti Ayubbana Muda, Volume 1 digunakan dalam yang digunakan terjadi perubahan tekanan darah setelah
No. 2, Juni 2021 penelitian ini adalah dalam penerapan dilakukan penerapan aroma terapi
Penerapan Aroma Terapi pasien dengan SKA iniadalah rancangan mawar
Mawar Terhadap Penurunan yang diberikan aroma studi kasus deskriptif
Tekanan Darah Tinggi Pada terapi mawar dengan
Pasien Hipertensi jumlah sampel 1 orang.
35
9. Novita Kurnia Wulandari, Journal of Teknik sapling yang Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan ada
Joni Siswanto, Sri Widiyati Applied Health digunakan adalah merupakan pre pengaruh signifikan terhadap rata-rata
Management nonprobability eksperimen dengan tekanan sistolik, diastolic, tekanan rata-
Pemberian Terapi Oksigen and Technology, sampling yaitu rancangan one group rata arteri dan denyut jantung pasien
Untuk Mempertahankan Volume 2, No. consecutive sampling. pretest-posttest setelah diberi terapi oksigen.
Status Hemodinamik Pada 1, Juni 2020 Jumlah sampel 30 design.
Pasien Dengan Infark orang.
Miokard Akut Hemodinamik
Di ruang IGD RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
10. Ardiansyah Jurnal Ilmiah Tehnik pengambilan Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan tindakan
STIKES Citra sampel menggunakan menggunakan desain intervensi pijat punggung pada pasien
Pengaruh Pijat Punggung Delima Banka purposive sampling. quasi experiment hipertensi dapat memberikan pengaruh
Terhadap Tekanan Darah Belitung, Jumlah sampel 27 dengan pretest- terhadap status tekanan darah sistole
Pada Pasien Hipertensi Volume 4 No. 2, orang. posttest control dan diastole.
Januari 2021 group
36
Penyebab :
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan kontraktilitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan afterload
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif: Objektif:
1) Perubahan Irama 1) Perubahan Irama Janutng
Jantung a) Bardikardi/takikardi
a) Palpitasi b) Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
2) Perubahan preload 2) Perubahan preload
a) Lelah a) Edema
b) Distensi vena jugularis
c) Central venous pressure
(CVP)
d) Hepatomegali
3) Perubahan afterload 3) Perubahan afterload
a) Dispnea a) Tekanan darah meningkat
/ menurun
b) Nadi perifer teraba lemah
c) CRT > 3 detik
d) Oliguria
e) Warna kulit pucat dan
atau sianosis
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.2 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Rencana Tidakan Keperawatan
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Penurunan curah jantung Setelah diberikan intervensi keperawatan Perawatan Jantung
(D.0008) 3x24 jam, diharapkan curah jantung pasien Observasi:
meningkat dengan: 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
Definisi : Ketidakadekuatan 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
jantung memompa darah untuk SLKI: Curah Jantung
3. Monitor tekanan darah
memenuhi kebutuhan Ekspetasi Membaik
metabolisme Dengan level: 4. Monitor intake dan output cairan selama 24 jam
1. Menurun 5. Monitor saturasi oksigen
Penyebab : 2. Cukup menurun 6. Monitor keluhan nyeri dada
- Perubahan irama jantung 3. Sedang 7. Monitor EKG 12 Sandapan
- Perubahan frekuensi 4. Cukup meningkat
jantung 5. Meningk at Terapeutik
- Perubahan kontraktilitas Dengan kriteria hasil:
8. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke
- Perubahan preload 1. Kekuatan nadi perfier
- Perubahan afterload 2. Ejection fraction (EF) bawah atau posisi nyaman
9. Berikan diet jantung yang sesuai
Dengan level: 10. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memotivasi gaya hidup
1. Meningkat sehat
2. Cukup meningkat 11. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
3. Sedang 12. Berian dukungan emosional dan spiritual
4. Cukup Menurun
13. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
5. Menurun
>94%
41
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup
melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-
hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat
pada pasien dan mengevaluasi kerja anggota staf dan mencatat serta
melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari pasien. Implementasi meluangkan rencana asuhan
kedalam tindakan. Setelah rencana di kembangkan, sesuai dengan kebutuhan
dan prioritas pasien, perawat melakukan intervensi keperawatan spesifik,
yang mencakup tindakan perawat (Potter & Perry, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Tahap
akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan pasien dan tujuan dengan
melihat perkembangan pasien. Evaluasi pasien dilakukan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan (Potter & Perry, 2015)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan pada studi kasus ini didefinisikan sebagai suatu
rangkaian proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan pada pasien
ACS di ruang ICCU.
2. Perawatan jantung pada studi kasus ini didefinisikan sebagai rangkaian
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk merawat dan membatasi
komplikasi akibat ketidakadekuatan antara suplai dengan konsumsi oksigen
miokard pada penderita ACS
3. Acute Coronary Syndrome (ACS) pada studi kasus ini didefinisikan sebagai
suatu diagnosa dokter di RSUD Dr. M. Yunus berdasarkan tanda gejala dan
hasil pemeriksaan penunjang yang menunjukkan pasien mengalami sumbatan
pada pembuluh darah arteri koroner jantung
4. Penurunan curah jantung pada studi kasus ini didefinisikan sebagai diagnsosa
keperawatan pada pasien ACS di RSMY yang mengalami sumbatan pada
pembuluh darah arteri koroner jantung akibat kerusakan dinding pembuluh
darah (aterosklerosis)
E. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yaitu data didapatkan melalui wawancara dan observasi
dengan hasil anamnesis yang berisi tentang identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu pada keluarga,
pemeriksaan fisik pada sistem tubuh pasien serta ADL (Activity Daily Living).
Sumber data bisa dari klien, keluarga serta perawat ruangan.
45
2. Data Sekunder
Data diperoleh peneliti dengan melakukan akses pencarian menggunakan
Google Scholar, Portal Garuda, Pubmad dan situs web perpustakaan
nasional dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang
relevan dengan permasalahan yang sedang di teliti.
F. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian ini disajikan secara tekstual dan naratif yang
disajikan secara sistematis meliputi proses asuhan keperawatan yang dimulai
dari pengkajian, diagnosa, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi
keperawatan.
4. Keadilan (justice)
Peneliti memperlakukan kedua partisipan secara adil selama
pengumpulan data tanpa adanya diskriminasi dengan memenuhi kebutuhan
dasar partisipan selama di rawat di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.
5. Asas kemanfaatan (beneficiency)
Asas kemanfaatan harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas penderitaan,
bebas eksploitasi dan beban resiko. Bebas penderitaan yaitu peneliti
memberikan implementasi keperawatan untuk mengurangi rasa tidak nyaman
berupa pemberian terapi minuman dingin, aroma terapi jahe dan peppermint.
Bebas eksploitasi peneliti menjamin kerahasiaan data dan informasi yang
diberikan oleh partisipan maupun penanggung jawab, peneliti hanya
memberikan inisial pada identitas partisipan dan penanggung jawab. Bebas
risiko yaitu peneliti menjamin keselamatan partisipan selama menjalani
intervensi yang di anjurkan.
6. Maleficience
Peneliti menjamin tidak menyakiti, membahayakan, atau memberikan
ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologi.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS
Pada bab ini menjelaskan tentang studi kasus perawatan jantung melalui
pendekatan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. I dan Tn. S dengan hari
perawatan masing-masing 3 hari di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
tahun 2022. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian ini dilakukan dengan metode auto anamnesa (wawancara
dengan klien terdekat langsung), allo anamnesa (wawancara dengan keluarga
atau orang terdekat), tenaga kesehatan lainnya (perawat ruangan), pengamatan,
observasi, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan keperawatan.
1. Gambaran karakteristik Pasien ACS dengan Penurunan Curah Jantung di
Ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Tabel 4.1
Gambaran Karakteristik
Pasien Ny. I PasienTn. S
Seorang pasien perempuan berusia Seorang pasien laki-laki berusia 74
43 tahun lahir pada tanggal 10 Juni tahun lahir pada tanggal 6 Juni 1947,
1978, sudah menikah, beragama beragama islam, pendidikan terakhir
islam, pendidikan terakhir SMA, SLTA, suku serawai, pekerjaan
suku serawai, pekerjaan ibu rumah pasien dahulu adalah berkebun dan
tangga dan beralamatkan di Jalan beralamatkan di Dusun III Bukti
Raden Patah, Sumur Dewa, Kota Harapan
Bengkulu
2. Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan/keperawatan dilakukan secara
kronologis dimulai dari keluhan utama, keluhan sekarang, riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dan pemeriksaan fisik yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
48
Tabel 4.2
Riwayat Kesehatan
Karakteristik Ny. I Tn. S
Keluhan Utama Ny. I diantar oleh keluarga ke IGD RSUD Dr. M. Tn. S diantar oleh keluarga ke IGD RSUD Dr. M. Yunus
Yunus Bengkulu pada hari Senin tanggal 14 Maret Bengkulu pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2022
2022 pukul 09.48 WIB dengan keluhan sesak napas, pukul 16.05 dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri
nyeri dada sebelah kiri menjalar ke leher¸punggung menjalar ke punggung dan tangan kiri
dan tangan kiri
Penanganan yang telah Saat di IGD RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu klien Saat di IGD RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu klien diberi
dilakukan sebelum diberi terapi oksigen 3 liter/menit, diberikan terapi diberikan terapi oksigen 3 liter/menit, farmakologis
masuk ICCU farmakologis tablet aspilet loading 2 tab (1x80 mg), tablet ISDN 3x10 mg, aspilet loading 2 tab (1x80 mg),
CPG loading 4 tab (1x75 mg), ISDN 3x5 mg, ramipril CPG loading 4 tab (1x75 mg), atorvastatin 1x20 mg,
1x2,5 mg, atorvastatin 1x20 mg, trizedon 2x35 mg, amlodipin 1x5 mg, injeksi diviti 1x2,5 mg, ranitidine
injeksi diviti 1x2,5 mg, Lasix 2x 1 mg, dan cinam 2x2 ml dan dilakukan perekaman EKG. Kemudian klien
3x1,5 mg dan dilakukan perekaman EKG. Kemudian dipindahkan ke ruang ICCU
klien dipindahkan ke ruang ICCU
Keluhan sekarang Saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 14 Saat dilakukan pengkajian pada hari Senin tanggal 21
Maret 2022 pukul 14.00 WIB klien mengeluh nyeri Maret 2022 pukul 14.30 klien mengeluh nyeri dada dan
dada, sesak napas dan badan terasa lelah badan terasa lelah.
Riwayat penyakit Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi
terdahulu hipertensi dan vertigo. Hipertensi yang diderita sudah dan klien juga merupakan perokok berat. Hipertensi
5 tahun dan vertigo sudah 1 tahun. Klien juga sudah diderita selama 4 tahun dan sudah merokok sejak
merupakan perokok berat dan mulai merokok sejak 5 tahun 1965. Klien belum pernah dirawat di rumah sakit
tahun yang lalu. Klien pernah dirawat di RSUD Dr. sebelumnya.
M. Yunus dengan post PCI pada tanggal 4 Maret
2022.
49
4. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.4
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Ny. I Tn. S
Fisik
Pemeriksaan Klien tampak lemah, tingkat kesadaran composmentis, Klien tampak lemah, tingkat kesadaran composmentis,
Fisik Umum GCS 15 (E:4, M;6, V:5). Berat badan : 65 kg, tinggi GCS 15 (E:4, M;6, V:5). Berat badan : 65 kg, tinggi
badan 155 cm, IMT : 27,0 (Berat badan berlebih). TD : badan 170 cm, IMT : 22,5 (Berat badan ideal). TD :
138/98 mmHg, N : 94 x/menit, P : 28 x/menit, S : 130/85 mmHg, N : 91 x/menit, P : 25 x/menit, S : 36,5oC,
36,5oC, SpO2 : 97% SpO2 : 97%
Sistem Posisi mata klien simetris, kelopak mata tidak ada lesi, Posisi mata klien simetris, kelopak mata tidak ada lesi,
Penglihatan tidak ada ptosis, tidak ada exopthlmus, bola mata dapat tidak ada ptosis, tidak ada exopthlmus, bola mata dapat
mengikuti gerakan, konjungtiva an anemis, sklera an mengikuti gerakan, konjungtiva anemis, sklera an
ikterik, pupil isokor dan pupil mengecil saat terkena ikterik, pupil isokor dan pupil mengecil saat terkena
cahaya, fungsi penglihatan baik dan tidak memakai cahaya, fungsi penglihatan baik dan tidak memakai lensa
lensa kontak ataupun kacamata kontak ataupun kacamata
Sistem Daun telinga pasien simetris, tidak ada lesi, terdapat Daun telinga pasien simetris, tidak ada lesi, terdapat
Pendengaran sedikit serumen, tidak ada cairan yang keluar dari sedikit serumen, tidak ada cairan yang keluar dari telinga,
telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga ataupun tidak ada perasaan penuh di telinga ataupun tinnitus,
tinnitus, fungsi pendengaran baik, tidak memakai alat fungsi pendengaran baik, tidak memakai alat bantu
bantu pendengaran pendengaran
Sistem Tidak terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, Tidak terdapat penggunaan otot bantu pernapasan,
Pernapasan terdapat retraksi dinding dada, terdapat pernapasan terdapat retraksi dinding dada, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung, tidak ada sianosis, RR 28 x/menit, cuping hidung, tidak ada sianosis, RR 25x/menit,
ekspansi paru simetris kiri dan kanan, perkusi sonor ekspansi paru simetris kiri dan kanan, perkusi sonor pada
pada ICS 1-5 dextra, sonor pada ICS 1-2 sinistra, ICS 1-5 dextra, sonor pada ICS 1-2 sinistra, dullness
dullness pada ICS 3-5 sinistra, suara napas vesikuler pada ICS 3-5 sinistra, suara napas vesikuler
51
Sistem Pasien mengeluh nyeri dada, bentuk dada normochest, Pasien mengeluh nyeri dada, bentuk dada normochest,
Kardiovaskuler tidak ada sianosis, nadi 94 x/menit, nadi teraba lemah tidak ada sianosis, nadi 91x/menit, nadi teraba lemah
dan teratur. Tekanan darah mmHg, akral teraba hangat, dan teratur. Tekanan darah 137/91 mmHg, akral teraba
CRT < 3 detik, terdapat distensi vena jugularis, bunyi hangat, CRT < 3 detik, terdapat distensi vena jugularis,
jantung BJ I dan BJ II, irama teratur, terdapat nyeri dada bunyi jantung BJ I dan BJ II, irama teratur, terdapat
sebelah kiri, hasil pengkajian nyeri (P: Aktivitas, Q: nyeri dada sebelah kiri, hasil pengkajian nyeri
Tertusuk, R: Dada sebelah kiri, S: 5, T: Hilang timbul) (P: Aktivitas, Q: Tertusuk, R: Dada sebelah kiri, S: 5,
T: Hilang timbul)
Sistem Saraf Klien mengalami sakit kepala, tingkat kesadaran Klien mengatakan tidak ada nyeri kepala, tingkat
Pusat composmentis, GCS E4 M6V5 kesadaran composmentis, GCS E4M6V5
Sistem Keadaan mulut bersih, tidak terdapat caries, tidak ada Keadaan mulut bersih, terdapat caries, tidak ada
Pencernaan penggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, membran penggunaan gigi palsu, tidak ada stomatitis, membran
mukosa bibir tampak pucat dan kering, tidak ada mukosa bibir tampak pucat dan kering, tidak ada
distensi pada abdomen, bising usus 6x/menit distensi pada abdomen , bising usus 6x/menit
Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak
terdapat luka ganggren terdapat luka ganggren
Sistem Jumlah urine ±400 cc, warna kuning, tidak ada Jumlah urine ±600 cc, warna kuning, tidak ada
Urogenital distensi kandung kemih, tidak ada nyeri saat distensi kandung kemih, tidak ada nyeri saat
berkemih, tidak ada hematuria. Pasien terapasang berkemih, tidak ada hematuria. Pasien terapasang
kateter. kateter.
Sistem Turgor kulit kembali < 3 detik, tidak terdapat edema Turgor kulit kembali < 3 detik, tidak terdapat edema
Integumen pada kedua kaki, tidak ada sianosis pada kedua kaki, tidak ada sianosis
Sistem Terdapat kelemahan otot, aktivitas di bantu keluarga. Terdapat kelemahan otot, aktivitas di bantu keluarga.
Muskuloskeletal Keadaan tonus otot lemah, tidak ada fraktur, tidak ada Keadaan tonus otot lemah, tidak ada fraktur, tidak ada
edema pada ekstremitas, kekuatan otot ekstremitas edema pada ekstremitas, kekuatan otot ekstremitas
tangan dan kaki tangan dan kaki
555 555 555 555
555 555 555 555
Sistem Klien tampak pucat dan tidak ada perdarahan Klien tampak pucat dan tidak ada perdarahan
Hematologi
52
5. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.5
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Ny. I Tn. S Nilai Normal
Hematologi
Hematokrit 39 32 40-54 vol%
Hemoglobin 13,4 10,6 12,0-15,0 g/dl
Leukosit 14100 7800 4000-10000/ul
Trombosit 519000 22300 150000-450000/ul
Kimia Darah
Glukosa darah sewaktu 170 164 < 160mg/dL
Fungsi Ginjal
Ureum
Creatinin 14 54 20-40mg/dl
0,5 0,9 0,5-1,2mg/dl
Elektrolit
Natrium
Kalium - 139 135-145 mmoL
Chlorida - 4,1 3,5-5,3 mmoL
- 114 50-200 mmoL
Imuno-Serologi
Hs Troponin
22578,8 3487,8 < 19 ng/mL : Normal
20-100 ng/mL : Intremediate
> 100 ng/mL : MCI/AMI
53
ECHO Cardiography
Fraksi Ejeksi 51,9 42-47 53-77%
Aorta 35 20 20-30 mm
Left Atrium 29 32 15-40 mm
LV EDD 59 42 35-52 mm
LV ESD 43 32 26-36 mm
IVS Diastolic 9,0 13 7-11 mm
LVPW Diastolic 9,0 13 7-11 mm
Katub-katub normal, Fungsi global sistolik LV
dimensi ruang LV jantung menurun, kontraktilitas
dilatasi ringan, fungsi RV menurun, AR trivial,
sistolik dan diastolik TR mild
abnormal, hipokinetik
anteroseptal, inferior, LVH
(-)
Tabel 4.6
Pemeriksaan Radiologi
Jenis Pemeriksaan Ny. I Tn. S
Rontgen 2 Maret 2022 20 Maret 2022
Kardiomegali (Sugesti LVH) Kardiomegali, Atherosklerosis aorta
Sugestif gambaran bronchitis Pulmo tidak tampak kelainan
6. Penatalaksanaan Kolaborasi
Tabel 4.7
Terapi Obat
Ny. I 14/3/2022 15/3/2022 16/3/2022
No Obat Dosis Dosis Dosis
1. Inj. Diviti 1 x 2,5 mg 1 x 2,5 mg 1 x 2,5 mg
2. Inj. Furosemid 2 x 10 mg/ml 2 x 10 mg/ml STOP
(2x10 mg/ml extra)
3. Inj. Cinam 3 x 1,5 gr 3 x 1,5 gr 3 x 1,5 gr
4. Aspilet 1 x 80 mg 1 x 80 mg 1 x 80 mg
(loading 2 tab)
5. CPG 1 x 75 mg 1 x 75 mg 1 x 75 mg
(loading 4 tab)
6. ISDN 3 x 5 mg 3 x 5 mg 3 x 5 mg
7. Ramipril 1 x 2,5 mg STOP STOP
8. Atorvastatin 1 x 20 mg 1 x 20 mg 1 x 20 mg
9. Trizedon 2 x 35 mg 2 x 35 mg 2 x 35 mg
10. Furosemid - - 2 x 40 mg
11. Candesartan - 1 x 8 mg 1 x 8 mg
12. Digoxin - 1 x 0,25 mg 1 x 0,25 mg
B. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.8
Diagnosa Keperawatan
Ny. I Tn. S
Penurunan curah jantung berhubungan Penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan preload dan afterload dengan perubahan preload dan afterload
DS : DS :
Klien mengeluh nyeri dada, sesak napas Klien mengeluh masih terasa nyeri dada
dan badan terasa lemaas dan badan terasa lemas
DO : DO :
- TD : 138/98 mmHg - TD : 130/85 mmHg
- N : 94 x/menit - N : 91 x/menit
- P : 28 x/menit - P : 25 x/menit
- S : 36,4oC - S : 36,5 oC
- SPO2 : 97% - SPO2 : 97%
- CRT < 3 detik - CRT < 3 detik
- P : Aktivitas - P : Aktivitas
- Q : Tertusuk - Q : Tertusuk
- R : Dada sebelah kiri - R : Dada sebelah kiri
- S:5 - S:4
- T : Hilang timbul - T : Hilang timbul
- Hs Troponin : 22578,8 ng/mL - Hs Troponin : 3487,8 ng/mL
- Tampak pucat - Tampak pucat
- Ada distensi vena jugularis - Ada distensi vena jugularis
- Gambaran EKG sinus rhytm dengan - Gambaran EKG sinus rhytm dengan
ST elevasi ST non elevasi
- Echocardiography : - Echocardiography :
Katub-katub normal Fungsi global sistolik LV
Dimensi ruang jantung LV dilatasi menurun
ringan Kontraktilitas RV menurun
Abnormal diastolic function n AR trivial, TR mild
systolic function - Ro. Thorax :
Hipokinetik anteroseptal, inferior, Kardiomegali, atherosklerosis aorta
segmen lain normokinetik Pulmo tidak tampak kelainan
LVH (-)
- Ro. Thorax :
Kardiomegali (Sugesti LVH)
Sugestif gambaran bronchitis
56
C. Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.9
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Penurunan curah jantung Setelah diberikan intervensi keperawatan Perawatan Jantung
(D.0008) 3x24 jam, diharapkan curah jantung pasien Observasi:
: 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
Definisi : Ketidakadekuatan 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
jantung memompa darah untuk SLKI: Curah Jantung Meningkat 3. Monitor tekanan darah
memenuhi kebutuhan Dengan level : 4. Monitor intake dan output cairan selama 24 jam
metabolisme 1. Meningkat 5. Monitor saturasi oksigen
2. Cukup meningkat 6. Monitor keluhan nyeri dada
Penyebab : 3. Sedang 7. Monitor EKG 12 sandapan
Perubahan preload dan 4. Cukup menurun
afterload 5. Menurun Terapeutik
Dengan kriteria hasil: 8. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke
1. Lelah menurun (5) bawah atau posisi nyaman
2. Distensi vena jugularis menurun (5) 9. Berikan diet jantung yang sesuai
3. Dyspnea menurun (5) 10. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memotivasi gaya hidup
4. Pucat menurun (5) sehat
11. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu
12. Berian dukungan emosional dan spiritual
57
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Pengkajian Diagnosa
Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi Hasil (S-O-A-P)
Intervensi (S-O-A-P)
S: 16.00 WIB 20.30 WIB
Pasien mengeluh nyeri dada, sesak 1. Mengidentifikasi tanda 1. Pasien mengeluh dispnea, S:
napas dan badan terasa lelah gejala penurunan curah lelah, tampak pucat Pasien mengeluh masih terasa
jantung sesak napas dan nyeri dada
O: 2. Memonitor tekanan darah 2. Tekanan darah 138/98 sedikit berkurang
- Tekanan darah 138/98 mmHg mmHg
- Nadi 94 x/menit 3. Memonitor saturasi 3. Saturasi oksigen 98% O:
- Pernapasan 28 x/menit oksigen - Tekanan darah 135/97
- Suhu 36,5 oC 4. Memonitor hasil EKG 12 4. Hasil EKG 12 sandapan mmHg
- SPO2 97 % sandapan segmen ST non elevasi - Nadi 92 x/menit
- CRT < 3 detik - Pernapasan 26 x/menit
- P : Aktifitas 16.30 WIB - SPO2 97 %
- Q : Tertusuk 5. Menganjurkan beraktivitas 5. Pasien diposisikan semi - CRT < 3 detik
- R : Dada sebelah kiri fisik sesuai toleransi fowler dan dianjurkan BAK - P : Aktifitas
- S:5 di tempat tidur - Q : Tertusuk
- T : Hilang timbul 6. Memberikan terapi 6. TD : 137/98 mmHg - R : Dada sebelah kiri
- Ada distensi vena jugularis relaksasi otot pregresif Nadi : 94 x/menit - S:5
59
Pengkajian Diagnosa
Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi (S-O-A-P)
Intervensi (S-O-A-P)
S: 16.00 WIB 20.30 WIB
Pasien mengeluh sesak napas, 1. Mengidentifikasi tanda 1. Pasien mengeluh sesak, S:
nyeri dada berkurang, badan gejala penurunan curah lelah, tampak pucat Pasien mengeluh sesak napas
terasa lelah jantung dan nyeri dada berkurang, badan
2. Memonitor tekanan darah 2. Tekanan darah 127/87 terasa lelah
O: mmHg
- Tekanan darah 127/87 3. Memonitor saturasi oksigen 3. Saturasi oksigen 98% O:
mmHg 4. Memonitor hasil EKG 12 4. Hasil EKG 12 sandapan - Tekanan darah 124/85
- Nadi 97 x/menit sandapan segmen ST non elevasi mmHg
- Pernapasan 24 x/menit - Nadi 94 x/menit
- Suhu 36,5 oC 16.30 WIB - Pernapasan 20 x/menit
- SPO2 98 % 5. Menganjurkan beraktivitas 5. Pasien diposisikan semi - Suhu 36,5 oC
- CRT < 3 detik fisik sesuai toleransi fowler dan dianjurkan BAK - SpO2 : 98 %
- P : Aktifitas di tempat tidur - CRT < 3 detik
- Q : Tertusuk 6. Memberikan terapi relaksasi 6. TD : 127/85 mmHg - P : Aktifitas
- R : Dada sebelah kiri otot progresif Nadi : 96 x/menit - Q : Tertusuk
- S:4 Rr : 22 x/menit - R : Dada sebelah kiri
- T : Hilang timbul 7. Memonitor pemberian terapi 7. Oksigen nasal kanul - S:4
- Ada distensi vena jugularis oksigen nasal kanul terpasang 3 lpm dengan - T : Hilang timbul
- Tampak pucat hasil SpO2 : 98 % - Ada distensi vena jugularis
- Tidak ada sianosis - Tidak ada sianosis
61
Pengkajian Diagnosa
IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF EVALUASI (S-O-A-P)
Intervensi (S-O-A-P)
S: 16.00 WIB 20.30 WIB
Pasien mengeluh badan terasa 1. Mengidentifikasi tanda 1. Pasien mengeluh lelah S:
lelah dan terkadang nyeri dada gejala penurunan curah Pasien mengeluh badan masih
jantung terasa lelah dan nyeri dada
O: 2. Memonitor tekanan darah 2. Tekanan darah 125/85 sedikit berkurang
- Tekanan darah 125/85 mmHg
mmHg 3. Memonitor saturasi oksigen 3. Saturasi oksigen 98% O:
- Nadi 90 x/menit 4. Memonitor hasil EKG 12 4. Hasil EKG 12 sandapan - Tekanan darah 122/82
- Pernapasan 20 x/menit sandapan segmen ST non elevasi mmHg
- Suhu 36,5 oC - Nadi 85 x/menit
- SpO2 98% 16.30 WIB - Pernapasan 20 x/menit
- CRT < 3 detik 5. Menganjurkan beraktivitas 5. Pasien diposisikan semi - Suhu 36,4 oC
- P : Aktifitas fisik sesuai toleran fowler dan dianjurkan BAK - SpO2 98%
- Q : Tertusuk di tempat tidur - CRT < 3 detik
- R : Dada sebelah kiri 6. Memberikan terapi relaksasi 6. TD : 124/85 mmHg - P : Aktifitas
- S:3 otot progresif Nadi : 90 x/menit - Q : Tertusuk
- T : Hilang timbul Rr : 20 x/menit - R : Dada sebelah kiri
- Tidak ada sianosis 7. Memonitor pemberian terapi 7. Oksigen nasal kanul - S:3
- HS Troponin 22578,8 ng/mL oksigen nasal kanul terpasang 3 lpm dengan - T : Hilang timbul
- Gambaran EKG hasil SpO2 : 98 % - Tidak ada sianosis
- Echocardiography :
63
P:
Lakukan SIKI : Perawatan
jantung
64
Pengkajian Diagnosa
Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi (S-O-A-P)
Intervensi (S-O-A-P)
S: 16.00 WIB 20.30 WIB
Pasien mengeluh masih terasa 1. Mengidentifikasi tanda 1. Pasien mengeluh lelah, S:
nyeri dada, badan terasa lelah gejala penurunan curah tampak pucat Pasien mengeluh nyeri dada
jantung berkurang, badan terasa lelah
O: 2. Memonitor tekanan darah 2. Tekanan darah 130/85
- Tekanan darah 130/85 mmHg O:
mmHg 3. Memonitor saturasi oksigen 3. Saturasi oksigen 97% - Tekanan darah 127/82
- Nadi 91 x/menit 4. Memonitor hasil EKG 12 4. Hasil Ekg 12 sandapan mmHg
- Pernapasan 25 x/menit sandapan segmen ST non elevasi - Nadi 80 x/menit
- Suhu 36,5 oC - Pernapasan 24 x/menit
- SpO2 97% 16.40 WIB - Suhu 36,4 oC
- CRT < 3 detik 5. Menganjurkan beraktifitas 5. Pasien diposisikan semi - SpO2 97%
- P : Aktifitas fisik sesuai toleransi fowler dan dianjurkan BAK - CRT < 3 detik
- Q : Tertusuk di tempat tidur - P : Aktifitas
- R : Dada sebelah kiri 6. Memberikan terapi relaksasi 6. TD : 131/85 mmHg - Q : Tertusuk
- S:4 otot progresif Nadi : 89 x/menit - R : Dada sebelah kiri
- T : Hilang timbul Rr : 25 x/menit - S:4
- Ada distensi vena jugularis 7. Memonitor pemberian terapi 7. Oksigen nasal kanul - T : Hilang timbul
- Tampak pucat oksigen nasal kanul terpasang 3 lpm dengan - Ada distensi vena jugularis
- Tidak ada sianosis hasil SpO2 : 97 % - Tampak pucat
65
P:
SIKI : Lakukan intervensi
Perawatan jantung
66
Pengkajian Diagnosa
Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi (S-O-A-P)
Intervensi (S-O-A-P)
S: 16.00 WIB 20.30 WIB
Pasien mengeluh nyeri dada 1. Mengidentifikasi tanda 1. Pasien mengeluh badan S:
terkadang timbul, badan terasa gejala penurunan curah terasa lemas Pasien mengeluh badan terasa
lelah jantung lelah
2. Memonitor tekanan darah 2. Tekanan darah 120/80
O: mmHg O:
- Tekanan darah 120/80 3. Memonitor saturasi oksigen 3. Saturasi oksigen 98% - Tekanan darah 115/75
mmHg 4. Memonitor hasil EKG 12 4. Hasil EKG 12 sandapan mmHg
- Nadi 80 x/menit sandapan semen ST non elevasi - Nadi 70 x/menit
- Pernapasan 20 x/menit - Pernapasan 18 x/menit
- Suhu 36,5 oC 16.30 WIB - Suhu 36,4 oC
- SpO2 : 98% 5. Menganjurkan beraktivitas 5. Pasien diposisikan semi - SpO2 : 98%
- CRT < 3 detik fisik sesuai toleran fowler dan dianjurkan BAK - CRT < 3 detik
- P : Aktifitas di tempat tidur - P : Aktifitas
- Q : Tertusuk 6. Memberikan terapi relaksasi 6. TD : 119/85 mmHg - Q : Tertusuk
- R : Dada sebelah kiri otot progresif Nadi : 76 x/menit - R : Dada sebelah kiri
- S:3 Rr : 20 x/menit - S:3
- T : Hilang timbul 7. Memonitor pemberian terapi 7. Oksigen nasal kanul - T : Hilang timbul
- Ada distensi vena jugularis oksigen nasal kanul terpasang 3 lpm dengan - Tidak ada distensi vena
- Tidak ada sianosis hasil SpO2 : 98 % jugularis
- HS Troponin 3487,8 ng/mL - Tidak ada sianosis
67
P:
Lakukan SIKI : Perawatan
jantung
68
Pengkajian Diagnosa
Implementasi Evaluasi Formatif Evaluasi (S-O-A-P)
Intervensi (S-O-A-P)
S: 08.00 WIB 11.00 WIB
Pasien mengeluh badan terasa 1. Mengidentifikasi tanda 1. Pasien mengeluh lelah S:
lelah gejala penurunan curah Pasien mengeluh badan lelah
jantung berkurang
O: 2. Memonitor tekanan darah 2. Tekanan darah 115/74
- Tekanan darah 115/75 mmHg O:
mmHg 3. Memonitor saturasi oksigen 3. Saturasi oksigen 98% - Tekanan darah 110/68
- Nadi 70 x/menit 4. Memonitor hasil EKG 12 4. Hasil EKG 12 sandapan mmHg
- Pernapasan 18 x/menit sandapan segmen ST non elevasi - Nadi 65 x/menit
- Suhu 36,5 oC - Pernapasan 18 x/menit
- SpO2 : 99 % 09.00 WIB - Suhu 36,5 oC
- CRT < 3 detik 5. Menganjurkan beraktivitas 5. Pasien diposisikan semi - SpO2 : 99 %
- HS Troponin 3487,8 ng/mL fisik sesuai toleransi fowler dan dianjurkan BAK - CRT < 3 detik
- Gambaran EKG sinus rhytm di tempat tidur
dengan ST non elevasi 6. Memberikan terapi 6. TD : 115/70 mmHg A:
- Echocardiography : relaksasi otot progresif Nadi : 68 mmHg SLKI : Curah jantung berada
Fungsi global sistolik Rr : 18 x/menit pada level 5 meningkat
LV menurun
69
Dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara konsep teori dan
tindakan proses asuhan keperawatan gangguan kebutuhan sirkulasi pada pasien
ACS yang dilakukan di ruang ICCU RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu.
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk klien merupakan
salah satu wujud tanggung gugat perawatan yang terdiri dari tahap pengkajian
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Potter & Perry, 2015).
sama. Perencanaan atau intervensi yang disusun penulis untuk semua diagnosis
sudah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
Evidence based yang diterapkan pada pasien hanya lima dari sepuluh
evidence based yang telah dipaparkan oleh peneliti. Hanya 5 evidence based
yang dipilih untuk dilakukan karena dianggap paling mudah untuk diterapkan
pada kedua pasien. Kelima evidence based lainnya juga dapat diterapkan pada
pasien ACS dengan penurunan curah jantung.
Intervensi tambahan dari beberapa evidence based yang dapat dijadikan
intervensi untuk mengatasi masalah keperawatan telah disesuaikan untuk dapat
dilaksanakan dengan tujuan mengatasi masalah penurunan curah jantung, salah
satunya dengan teknik relaksasi otot progresif. Terapi relaksasi otot progresif
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasikan
otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan terapi
relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Ayuningsih & Setiyaningsih,
2018). Rasionalisasi dari terapi relaksasi otot progresif adalah dapat membantu
mengurangi ketegangan otot, stres, menurunkan tekanan darah, meningkatkan
toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas, sehingga
status fungsional dan kualitas hidup meningkat (Sucipto, 2014).
Sejalan dengan penelitian oleh Ayuningsih & Setiyaningsih (2018)
tentang terapi relaksasi otot progresif diperoleh nilai ρ value adalah 0,01 (p <
0,05), hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi relaksasi otot progresif
lebih efektif meningkatkan curah jantung pada pasien dengan masalah
penurunan curah jantung.
2022 sedangkan pada Tn.S dimulai pada tanggal 21 Maret 2022 sampai 23
Maret 2022. Pada studi kasus ini penulis melakukan implementasi dan
mengevaluasi keadaan pasien setiap hari.
Kedua pasien dilakukan implementasi keperawatan yang sama sesuai
dengan intervensi SIKI perawatan jantung. Implementasi yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi tanda/gejala primer dan sekunder penurunan curah jantung,
memonitor tekanan darah, memonitor saturasi oksigen, memonitor keluhan
nyeri, memonitor EKG 12 sandapan, memposisikan pasien semi fowler atau
fowler, berikan terapi relaksasi otot progresif, memberikan terapi musik klasik,
memberikan terapi oksigen, memberikan terapi pijat punggung dan
memberikan aromaterapi mawar, menganjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi dan menganjurkan beraktifitas fisik secara bertahap.
Pada evidence based pertama peneliti memberikan terapi relaksasi otot
progresif yang merupakan hasil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ayuningsih & Setiyaningsih (2018), dimana didapatkan hasil penelitian
menunjukkan tingkat signifikan nilai ρ value adalah 0,01 (p < 0,05). Hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi relaksasi otot progresif lebih efektif
meningkatkan curah jantung pada pasien dengan masalah penurunan curah
jantung. Terapi relaksasi otot progresif dilakukan selama 3 hari dengan durasi
10 menit. Terapi relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu
aktivitas otot dengan mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan terapi relaksasi untuk
mendapatkan perasaan rileks (Ayuningsih & Setiyaningsih, 2018).
Rasionalisasi dari terapi relaksasi otot progresif adalah dapat membantu
mengurangi ketegangan otot, stres, menurunkan tekanan darah, meningkatkan
toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas, sehingga
status fungsional dan kualitas hidup meningkat (Sucipto, 2014).
Pada evidence based kedua peneliti memberikan terapi musik klasik yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu Sari & Aderita (2018). Terapi musik
menurut Djohan (2009) adalah terapi musik sebagai sebuah aktivitas terapeutik
yang menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki, memelihara,
mengembangkan mental, fisik dan kesehatan emosi. Pemberian terapi musik
76
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga mampu menerapkan berbagai metode
latihan perawatan jantung sehingga bisa dilakukan dirumah secara mandiri.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningk atkan mutu pendidikan yang berkualitas
dan profesional sehingga terlahir perawat yang berkompeten dalam
menerapkan berbagai evidence based serta mampu memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif sesuai kode etik keperawatan khususnya
asuhan keperawatan pada pasien stroke.
3. Bagi Perawat RSUD Dr. M. Yunus
Perawat diharapkan dapat menggunakan evidence based melakukan
terapi pijat punggung sebagai salah satu tindakan mandiri dan
mengembangkannya dalam mengatasi masalah penurunan curah jantung
yang dialami pasien ACS.
84
Aspaiani, RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan
Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Darmawan, Ilmi & Milasari (2019). Efektivitas Terapi Oksigenasi Nasal Kanul
Terhadap Saturasi Oksigen Pada Penyakit Acute Coronary Syindrome (Acs)
Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Ulin Banjarmasin. CNJ: Caring Nursing
Journal, 3(2), 68-73.
Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press.
Mala, K. T. (2019). Pengaruh Latihan Fisik (In Patient) terhadap Activity Of Daily
Living pada Pasien dengan Penyakit Jantung Sindrom Koroner Akutdi RSUD
Prof. Dr. WZ Johannes Kupang. CHMK Applied Scientific Journal, 2(3), 87-
92.
Murti, T., & Meikawati, W. (2012). Perbedaan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Esensial Sebelum Dan Sesudah Pemberian Relaksasi Otot
Progresif Di RSUD Tugurejo Semarang. Karya Ilmiah.
Newberg, A. (2011). Spirituality and the Aging Brain, Journal of the American
Society on Aging, 35 (2), 83 – 91.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 1. Jogjakarta :
Mediaction
Potter, P.A., & Perry, A. . (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika.
Rosfiati, E., et al. (2015). Pengaruh Pijat Punggung terhadap Tingkat Kecemasan
dan Kenyamanan Pasien Angina Pektoris Stabil Sebelum Tindakan Angiografi
Koroner. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(2), 102-114.
Sanjani, Rizal Dwi & Nurkusumasari, Nanda. (2020). Sindrom Koroner Akut.
Surkarta; PP PERKI
Sari, Eva Pratama & Aderita, Novi Indah. (2018). Penatalaksanaan Terapi Musik
Klasik dengan Masalah Keperawatan Gangguan Penurunan Curah Jantung
pada Pasien Hipertensi di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri. IJMS-Indonesian Journal on Medical Science, 5(1).
Shuvy, M., et al. (2015). Oxygen Therapy In Acute Coronary Syndrome: Are The
Benefits Worth The Risk. Eur Heart.
Sya’id, A., & Haryanto, J. (2017). Efektivitas Religious Imagery Care Untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan Pasien Sindroma Koroner Akut. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Wahidah, W., & Harahap, R. A. (2021). PJK (Penyakit Jantung Koroner) dan SKA
(Sindrome Kororner Akut) dari Prespektif Epidemiologi. Afiasi: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 6(1), 54-65.
Zunaidi, A., et al. (2014). Pengaruh Pijat Refleksi Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi di Klinik Sehat Hasta Therapetika Tugurejo Semarang.
In Prosiding Seminar Nasional & Internasional (Vol. 2, No. 1)
LAMPIRAN
Lampiran 1
Pengukuran Kriteria Hasil Ny. I dan Tn. S
Hari Ny. I Tn. S
I Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Lemas Ada Ada Ada Ada
Distensi vena Ada Ada Ada Ada
jugularis
Pucat Ada Ada Ada Ada
TD 138/98 mmHg 137/98 mmHg 130/85 mmHg 130/85 mmHg
N 94 x/menit 92 x/menit 91 x/menit 91 x/menit
P 28 x/menit 26 x/menit 25 x/menit 25 x/menit
SpO2 97 % 97% 97 % 97 %
CRT < 3 detik < 3 detik < 3 detik < 3 detik
Dengan hormat, anda diminta berpartisipasi dalam penelitian ini dengan tujuan
penelitian untuk Asuhan Keperawatan Perawatan Jantung Pada Pasien Acute
Coronary Syndrome (ACS) Dengan Gangguan Penurunan Curah Jantung Di
Ruangan ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2022. Peneliti (saya)
akan memberikan lembar persetujuan ini dan menjelaskan bahwa keterlibatan anda
dalam penelitian ini atas dasar sukarela.
Nama saya adalah Harum Maulidia Ningsih Mahasiswa Prodi Pendidikan
Profesi Ners Jurusan Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang
beralamat Di Jalan Pepaya I RT 17 RW 05 No. 15 Kelurahan Bumi Ayu Kecamatan
Selebar Kota Bengkulu. Saya dapat di hubungi di nomor Hp 082181956858.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan tugas akhir Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIAN) .
Penelitian ini melibatkan pasien ACS dengan Penurunan Curah Jantung yang
dirawat di ruangan ICCU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Keputusan anda untuk
ikut ataupun tidak dalam penelitian ini, tidak berpengaruh pada fasilitas
pelayanan kesehatan anda. Apabila anda memutuskan untuk ikut serta, anda juga
bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian. Sekitar 2 pasien ACS dengan
Penurunan Curah Jantung akan terlibat dalam penelitian ini. Tindakan yang akan
dilakukan yaitu berupa Perawatan Jantung pada pasien ACS .
Saya akan menjaga kerahasian anda dalam penelitian ini. Nama anda tidak
akan dicatat dimanapun. Selain itu Keterlibatan anda dalam penelitian ini, sejauh
yang saya ketahui, tidak akan menyebabkan resiko yang besar. Keterlibatan dalam
penelitian ini dapat memberikan keuntungan langsung pada anda, hasil penelitian
ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan anda tentang mengatasi
Penurunan Jantung. Apabila setelah terlibat dalam penelitian ini, anda masih punya
pertanyaan, anda dapat menghubungi saya pada nomor telepon diatas.
Setelah membaca informasi dan memahami tujuan penelitian dan peran yang
diharapkan dalam penelitian ini, saya setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
Bengkulu,....................... 2022
Mengetahui,
Saksi Saya
(______________________) (_______________________)
Lampiran 4
Kode Responden:
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
(…………………...………..) (..............................................)
Saksi,
(....................................................)
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
LEMBAR KONSUL KARYA ILMIAH AKHIR NERS
PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU TAHUN AJARAN 2021/2022