Anda di halaman 1dari 6

Wanita,

yuk Akrabkan Diri Dengan Poligami

Dulu aku sering memprotes Allah, sebagai orang beriman aku merasa
mengapa poligami itu ada padahal itu menyakiti perasaan wanita.
Seorang pria muslim akan mendukung poligami karena ini ada dalam
syariat, dan bersesuaian juga dengan fitrah nafsunya.
Namun sebagai seorang perempuan muslim, begitu anda menikah,
probabilitas suami anda akan menikah lagi sudah menjadi 50%:50%.
Kecuali memang anda mensyaratkan sebelum nikah, bahwa anda tidak
ingin diduakan (boleh saja dan tidak bertentangan dengan agama).
Ini artinya, belajar memahami poligami adalah kewajiban, jika anda
adalah orang yang suka menyiapkan diri.
Bagaimanakah menyikapi poligami jika anda seorang wanita muslim.
Apa maksudnya ini, apakah ini ujian kesabaran? Apakah hikmahnya
bagi wanita.
Sudut pandang ujian
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-
Baqarah: 216)
Percaya kepada Allah dan syariatnya, adalah sumber ketentraman,
meski dalam ujian sekalipun. Poligami adalah ujian terbesar bagi
seorang istri yang mencintai suaminya, namun itu hanyalah sebuah
ujian daripada ujian lainnya. Ada yang diuji dengan kanker, ada yang
diuji dengan harta, ada juga yang diuji dengan poligami. Tetapi tidak
ada ujian yang lebih berat daripada yang bisa ditanggung manusia.
Banyak wanita yang menolak diuji dengan poligami, alasannya adalah
untuk mencapai surga, bisa dengan jalan lain. Ya betul, tetapi sangat
berbahaya bagi jiwa seorang perempuan muslim, jika ia menolak ujian
ini jika dia datang, dan memilih bercerai dari suaminya. Karena
terlarang bagi seorang wanita untuk meminta cerai dengan alasan
poligami.
“Istri mana saja yang menuntut cerai dari suaminya padahal tidak ada
kesulitan yang mendesak, maka haram baginya mencium wangi surga.”
(HR. at-Tirmidzi no. 1187, Ibnu Majah no. 2055, dll, dinyatakan sahih
dalam Shahih at-Tirmidzi)
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,
maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya, dan apa saja yang
ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk
melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Fathir: 2)
Sudut pandang penyucian jiwa
Apa yang dianggap lebih kuat daripada cinta terhadap pasangan?
Cinta orang tua kepada anaknya.
Ingatkah cerita tentang nabi ibrahim alaihissalam, atau disebut
abraham dalam ibrani, bapak dari para rasul, salah satu nabi besar..
Pelajaran apa yang kita dapat dari kisahnya, ketika ia dan istrinya
memohon diberikan seorang anak, dan kemudian diberikan padanya
seorang anak yang sempurna lagi soleh. Namun belum beberapa lama,
anak tersebut sudah diminta Allah kembali. Nabi Ibrahim bermimpi dia
harus menyembelih anaknya.
Apakah nabi Ibrahim menolak, apa anaknya menolak?
Sekalipun tidak, ia patuh untuk menyembelih anaknya hingga akhirnya
sembelihan itu diganti oleh Allah, dengan kambing. Oleh karena inilah
ia dijuluki bapak tauhid (monotheism), dan ia digelari khalilullah, atau
kekasih Allah.
Apakah nabi ibrahim tidak sayang, apakah tega pada anaknya? Jangan
ditanya lagi soal itu, namun adanya ajaran dan contoh ini membuat kita
harusnya berpikir tentang tauhid. Apakah tauhid itu? Tauhid adalah
melepaskan dan merelakan semua hal yang ada didunia ini, untuk
memilih Allah dan menaati perintahnya.
Anak adalah false attachment, demikian juga pasangan hidup, atau
harta, kesehatan, popularitas, komitmen. Apa sifatnya false
attachment? Ia akan datang, membuat kita bahagia, mengajarkan kita
hikmah, namun bukan milik kita, dan bukan tujuan kita. Ia bersifat tidak
abadi, dan sunatullahnya adalah ia pasti memiliki ajal.
Wanita sangat dipengaruhi perasaannya, karena itu memang fitrah.
Tetapi terkadang jika bersuami, harta dan rasa aman diberikan suami,
pakaian dan kasih sayang juga dilimpahkan suami, wanita sering lupa
bahwa bukanlah kecintaan itu yang jadi tujuan akhir. Banyak wanita
yang dalam pengabdiannya, melupakan bahwa bukan suami tujuan
kita, namun ridho Allah.
Hati manusia, terutama wanita, selalu inginkan kebahagiaan abadi, tapi
jangan lupa bahwa keabadian itu milik Allah, dan tidak ada diatas dunia.
Maka jangan salah, poligami adalah salah satu ajaran yang hikmahnya
untuk membuat wanita kembali pada Allah.. untuk mengerti tauhid.

Terakhir, ini beberapa kalimat kunci, yang kuharapkan dapat mengajak


para ibu ibu untuk membuka mata terhadap poligami. Berikanlah
kesempatan pada agama untuk datang dan menjelaskan, jangan keburu
marah, tetapi berikanlah kesempatan pada agama yang kita yakini...
1. Kita tidak punya kontrol terhadap hati pasangan kita. Juga hati kita.
Atau hati anak anak kita. Sebetulnya malah, apakah ada sesuatu diatas
dunia ini yang bisa kita kontrol seutuhnya?
Tidak ada.
2. Pasangan kita bukan sumber bahagia, dan bukan kewajiban
pasangan kita untuk membuat kita bahagia.. bahagia itu datangnya dari
Allah. Maka jangan kecewa padanya yang tidak mampu bahagiakan
kita.
3. Jikapun anda memiliki utuh cinta suami anda dimuka bumi, ingatlah
bahwa di padang mahsyar nanti suami anda akan melupakan anda, dan
anda pun demikian. Berakhirlah cinta diatas bumi, digantikan dengan
kebenaran hakiki, yaitu urusan hamba Allah (anda) dengan Allah sendiri
4. Suami adalah hadiah terindah dalam hidup anda. Namun ia adalah
hadiah, pemberian Allah agar anda bersyukur...
Ujilah diri anda dengan hadits, "Tidak beriman seseorang dari kalian
hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari-Muslim dari Anas ra). Apakah sanggup anda memberikan
hadiah tersebut (suami anda) kepada wanita lain? Jika tidak, mengapa?
Apakah anda merasa berhak memiliki suami anda seorang diri
selamanya, kalau iya mengapa?
Mari kita berprasangka baik kepada Allah, pelajaran poligami membuat
kita menata kembali hati, meski terpaksa. Saya menduga poligami ini
akan membuat kita memiliki hati yang selamat (qalbun salim), dan
bukankah itu tujuan kita?
“Yaitu hari yang harta dan anak-anak tidak akan memberi manfaat,
kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan membawa
hati yang selamat”(Asy Syu’ara : 88-89)
Yang belum mampu menerapkannya janganlah menentang atau
berbicara buruk tentang syariat agama. Namun menangislah, para
wanita, menangislah dan meminta kekuatan, pengertian, hikmah,
kemudahan, dan mengadulah kepada Allah. Itu lebih baik daripada
mencela syariat. Allah pasti menolong hambaNya, dan Ia sebaik baik
penolong.
Semoga kelak, dengan menerima poligami, hati kita selamat dan akal
kita mampu meletakkan segala false attachment, cinta dunia kita, pada
tempat yang semestinya.
Pandangilah suami anda, anak anak anda, dan bersyukurlah atas hadiah
dari Allah kepada anda hari ini. Namun latihlah hati agar ia ikhlas,
manakala hadiah itu hilang, diambil orang, atau ditarik oleh si pemberi
hadiah.
________
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30).

“Maha benarlah Allah yang Maha Agung”

Anda mungkin juga menyukai