Anda di halaman 1dari 3

1.

Kenapa penjelasan diatas (catatan Kenapa Harus Pacaran) menganggap pacaran berakhir
dengan syahwat??
Sebagai seorang muslim kita harus melihat baik dan buruknya suatu perbuatan yang akan
kita lakukan. Adapun mengenai pacaran, kita harus berpikir jauh kedepan, apakah pacaran
tersebut ada manfaatnya atau tidak? Apakah pacaran tersebut bertentangan dengan syar’i
atau tidak? Apa dampak terburuk dari perbuatan tersebut?

Pacaran jelas lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya dan pacaran tersebut jelas-
jelas bertentangan dengan syar’i serta dampak terburuk dari pacaran tersebut adalah
maksiat (zina).
“Tidak boleh seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan dan itu tidak halal
baginya karna yang ketiga diantara mereka adalah syetan, kecuali ada mahram yang
mendampingi mereka (HR. Ahmad bin Hambal).

Hadits ini menyatakan adanya peluang bagi syetan memperdaya laki-laki dan perempuan
ketika mereka sedang berduaan, bukan hanya tergantung pada kondisi ramai atau sepinya
tempat mereka berdua, dimanapun mereka berada memungkinkan mereka berbuat maksiat.

2. Kenapa tulisan diatas seperti meragukan iman seseorang ya? Ada juga kok dengan
pacaran membuat ilmu agama kita bertambah…

Ingat sahabatku, hati begitu mudah bolak-balik atau berubah, iman bisa naik dan turun.
Pacaran pasti dilandasi dengan masalah hati. Jika kita mencintai seseorang kita pasti akan
sering memikirkannya, ingin memandangnya, ingin menyentuhnya, ingin curhat, bermanja-
manja, pergi jalan-jalan, dan duduk berdekatan.

Kalau memang ilmu agama akan bertambah dengan pacaran, kenapa tidak sekalian
mempelajari masalah pacaran menurut islam? Ok, tarohlah ilmu agama akan bertambah
selama berpacaran dengan seseorang, namun yang namanya pacaran tersebut tetap
dilarang oleh agama.

Kenapa dalam catatan tersebut seakan-akan saya meragukan iman seseorang? Maka disini
akan saya jelaskan.
Allah memerintahkan kita untuk menjaga pandangan serta adanya larangan berkhalwat.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah
kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya (An-Nur 30-31)

Ibnu ‘Abbas berkata”Perangkap syetan pada laki-laki itu ada 3 cara yaitu pandangannya,
hatinya dan kemaluannya. Sedangkan pada wanita terdapat 3 cara yaitu pandangannya,
hatinya dan kelemahannya.

Sahabat Nabi bernama Fadl saling berpapasan dengan seorang wanita cantik. Pandangan
itu merupakan pandangan pertama mereka dan terjadi agak lama. Nabi segera
memalingkan leher Fadl kearah lain. Kemudian al-Abbas bertanya “Ya Rasulullah, kenapa
engkau memalingkan leher anak pamanmu sendiri? Rasulullah menjawab “Aku melihat
seorang pemuda yang tidak aman dari fitnah syetan (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari penjelasan-penjelasan diatas, mampukah kita menjaga pandangan ketika kita
berhadapan dgn lawan jenis, ketika berduaan dengannya apalagi kita mempunyai perasaan
padanya, mampukah?

Kemudian dalam pacaran ada keinginan untuk menyentuhnya dan duduk dekat dengannya,
padahal kita dilarang berkhalwat.

“Tidak boleh seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang perempuan dan hal itu tidak halal
baginya karena yang ketiga diantara mereka adalah syetan (HR. Ahmad bin Hanbal)
Rasulullah bersabda “Jauhilah berkhalwat dengan kaum wanita. Demi Allah, tidaklah
seorang laki-laki yang berkhalwat dengan perempuan kecuali syetan menyertai mereka.
Sesungguhnya seorang laki-laki yang berdesakan-desakan dengan seekor babi yang
berlumur tanah lumpur dan najis lebih baik baginya daripada bahunya menempel pada bahu
perempuan yang bukan mahramnya (HR. At Tabrani).

Dari Ma’qil bin Yasar dari Rasulullah, beliau bersabda “sesungguhnya ditusuknya kepala
salah seorang diantara kamu dengan jarum besi itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita
yang tidak halal baginya (HR. Thabrani dan Baihaqi).

Dari penjelasan-penjelasan diatas, ketika kamu pacaran bisakah kamu menahan diri untuk
tidak duduk berdekatan dengannya, tidak pergi berduaan dan tidak berpegangan tangan.
Mampukah kamu menghindari hal-hal tersebut ketika pacaran?

Selama pacaran biasanya kita sering telp-telpnan, nah biasanya orang yang saling cinta
maka ia akan berbicara lembut, manja dan kadang merayu maka disanalah yang dikatakan
bahwa suara wanita adalah aurat.
“Karena itu janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang
ada penyakit didalam hatinya (Al-Ahzab: 32).
Selama kamu pacaran mampukah kamu menjaga suaramu agar biasa-biasa saja, tidak
bermanja-manja atau mendayu-dayu sambil merayu?
Mampukah kamu selama pacaran tidak saling memandang, tidak berkhalwat dan menjaga
suara? Kalaupun awalnya mampu, tapi sampai kapan kamu bisa bertahan ?? Ingat, dengan
kegiatan pacaran tersebut syetan semakin mudah mendorongmu untuk mendekati zina.
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (al-isra’ : 32).

3. Bukankah berduaan dengan yang bukan mahram itu berdosa? Maka kalau berduaan
dengan tukang ojek, sopir taksi, dokter dll adalah dosa buat saya?
Jika kita bisa menghindarinya agar tidak berduaan dengan seseorang maka hindarilah,
namun jika dalam keadaan darurat, terpaksa demi kepentingan menuntut ilmu, pergi bekerja
untuk memenuhi kebutuhan, untuk pengobatan maka tidak dilarang selama orang tersebut
bisa dipercaya dan selama itu merupakan keharusan. Namun bila kita memiliki perasaan
khusus terhadap orang tersebut atau kita mengetahui orang tersebut mempunyai perasaan
khusus kepada kita maka perlu kita hindari sebab syetan akan begitu mudah menggoda
manusia melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah.
Nah itulah jawaban dari saya yang berkomentar dicatatan.
Dan pada status sebelumnya “Pacaran bukanlah sebuah komitmen. Itu hanya aturan yg
disahkan manusia tanpa peduli aturan Allah atau mungkin membuat pembenaran sendiri
mengingat hal itu kini makin membudaya.Rasa2nya kita perlu pertanyakan seberapa jauh
kita mengenal Islam bila kita abaikan aturan2 di dalamnya. Sungguh Islam tak layak hanya
dijadikan identitas karena itu bersumber dari Allah.Mari bermuhasabah!!” , saya akan coba
menambah jawaban yang telah diberikan oleh patner saya (hanya komentar yang menurut
saya perlu ditambahkan).

1. Bolehkah pacaran lewat sms?


Ada sahabat yang mengatakan bahwa pacaran melalui sms boleh aja, bahkan di FB ada
disalah satu status teman (membuat tulisan ayank…muach… ) ketika sahabatnya menegur
kata-katanya (eh dosa tuh…lebay..) dia dengan bangganya menjawab “ngak dosa kalau
cuma di FB”. Na’udzubillah…pemikiran dari mana itu?
Apapun yang namanya pacaran baik lewat sms, chatting ataupun media lainnya tetap tidak
diperbolehkan, memang secara fisik tidak terjadi khalwat namun yang terjadi adalah cyber
khalwat. Esensi khalwat itu adalah rasa bebas dan aman berekspresi dengan lawan
khalwatnya, dimana isi dan tema pembicaraan tidak diketahui oleh orang lain (sms dan
chatting) maupun yang diketahui orang lain (status FB). Intinya mereka dalam bersms,
chatting atau status FB tersebut tetap mengumbar perasaan, membicarakan sesuatu yang
bisa membuat mereka berangan-angan dan berkhayal.

2. Ada sahabat yang berkomentar pacaran boleh secara islami, pacaran syah-syah aja, asal
tau norma agama.

Maka dari komentar sahabat yang berkata demikian, saya bertanya darimanakah sahabat
berkesimpulan seperti itu? Apakah ada dalil atau hadits yang menyatakan bahwa pacaran
boleh secara islami??
Sepengetahuan saya tak ada satu ayatpun atau hadits yang menyatakan boleh pacaran
secara islami dan jika seseorang tau dan teguh dengan norma agama maka ia tidak akan
melakukan pacaran karna ia tau pacaran diharamkan.
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu
sembunyikan yang hak itu , sedang kamu mengetahui (Al-Baqarah: 42)
Kalau memang pacaran itu dibenarkan, kenapa sayyidina Ali lebih memilih diam dengan
cintanya pada fatimah,..
Kalau pacaran diperbolehkan tentulah ali akan segera nyatakan cintanya pada fatimah.
Dengan begini mungkin ada yang berpendapat bahwa tentu saja karen itu zaman
Rosulullah. Lantas apa bedanya zaman nabi dengan sekarang? Bukankah kehidupan
merekalah yang sepatutnya kita teladani.. Kenapa sebagai muslim kita malah ikut-ikutan
budaya barat? Padahal aturan Allah berlaku sepanjang zaman.. Karena dalam al-qur’an pun
hanya pernikahan yang dibenarkan. Cara mengenal lebih jauh orang yang kita anggap
cocokpun bukan dengan pacaran tapi ta’aruf. Dan ta’aruf pun bkn ajang coba-coba. Proses
ini bagi mereka yang benar-benar ingin mendapatkan pasangan. Jadi sebenarnya pa kita
sudah siap menikah? Tentu saja 99% pasti cuma beralasan, nyambung aja, cocok, nyaman
di dekatnya, perhatian dll. Tapi klo ditanya kapan nikah? Pasti juga ada lebih banyak alasan.
Bagaimana mugkin nikah kalau trend pcaran kini makin meluas bahkan oleh siswa SD.
Astaghfirulloh, semakin tipiskah keislaman kita?.
Hanya kepuasan sajalah yang mungkin didapat dari pacaran, disamping takut dibilang kuper
atau gak laku.. Apakah bangga kita punya banyak mantan pacar akibat kegagalan pacaran
yang kita anggap benar? Apa yang akan kita ceritakan pada pasangan kita kelak?..
Bukankah selain dosa, pacaran juga menjadikan waktu kita terbuang sia-sia bila akhirnya
putus/ tak sampai menikah. Kalaupun sampai menikah, tetap saja hubngan pacarn dalam
prosesnya adalah dosa. Pernikahan adalah sesuatu yang suci, maka menempuhnya pun
juga dengan cara yang suci.

3. Apa harus dihentikan yang namanya pacaran tersebut?


Jika kamu pacaran maka sebaiknya dihentikan, kalau bisa secepatnya menikah maka
menikahlah, jika tidak hentikanlah. Hanya ada dua pilihan untukmu, mau tetap larut dalam
linangan dosa atau kamu ingin bertaubat? Maka pikirkanlah apa yang terbaik menurutmu.
“Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik
hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan.” (Al-Maidah : 100).
Namun banyak yang terjadi sekarang adalah mereka tahu bahwa pacaran tersebut dilarang
namun tetap melakukannya.
Mengapa mereka melakukan itu??
Karena “syetan pun menjadikan indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan.Maka
tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (Al-An’am : 44).

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya
dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah
yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa
kamu tidak mengambil pelajaran? (Al-Jasiyah : 45)

Oleh karena itu sahabatku, janganlah kamu mencari-cari alasan untuk memperbolehkan
pacaran dan janganlah kamu mengikuti trend (pacaran) dari kebanyakan orang karena “jika
kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka,
dan mereka tidak lain hanyalah membuat kebohongan ( Al-An’am : 116) .
Ingatlah, syetan akan selalu menggodamu dan menyesatkanmu sesuai dengan janjinya
pada Allah “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan menyesatkan mereka
dari jalanMu yang lurus kemudian aku pasti akan mendatangi mereka dari depan, dari
belakang, dari kanan dan kiri mereka (Al-A’raf : 16-17)
Maka berlindunglah kepada Allah dan bertakwalah dengan mengerjakan apa yang
diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarangNya, mengerjakan sesuatu yang
bersumberkan Al-Qur’an dan Hadits bukan berdasarkan persangkaan belaka.

Anda mungkin juga menyukai