Anda di halaman 1dari 7

BEBERAPA FAEDAH DAN MALAPETAKA SEBUAH

PERNIKAHAN

‘Ulama telah membahas tentang tujuan, faedah dan juga malapelatakanya


pernikahan. Imam Ar-Romli berkata: “faedah pernikahan itu adalah menjaga
keturunan, menyalurkan sesuatu yang berbahaya jika ditahan, mendapatkan
kelezatan dan tamattu’1, yang mana bukan hanya didunia mendapatkannya,
namun juga disurga.

Ibnu Abidin didalam hasyiyah2nya: “menyibukkan diri terhadap sesuatu


yang ada di dalam pernikahan itu lebih baik daripada sendiri atau jomblo yang
beribadah sunnah” bersibuk disini bisa terdiri dari melaksanakan kemaslahatan
yang ada didalam pernikahan, menjaga diri dari yang haram, mendidik anak dan
yang lainnya.

Imam Al-Ghazali mencurahkan didalam kitab beliau Ihya’ Ulumiddin


tentang hadits faedah dan malapetaka pernikahan, beliau berkata: “ada 5 faedah
didalam pernikahan, yaitu; anak (tujuan utama), menyalurkan syahwat, mengurus
rumah tangga, memperbanyak pergaulan, bersungguh-sungguh / seriusnya diri
dengan pernikahan.

Berikut adalah rincian tentang 5 faedah diatas:

1) Faedah pertama: Anak.

Anak menjadi asal dan tujuan utama dari sebuah pernikahan. Maksudnya
adalah mempertahankan keturunan agar dunia tidak berkurang dari populasi
manusia. Dan syahwat adalah motivasi dan pendorong terhadap anak.

Ada 4 sisi yang menjadikan anak sebagai perantara diri untuk mendekatkan
diri kepada Allah ta’ala, sehingga seseorang itu tidak ingin berjumpa dengan
Allah dalam keadaan jomblo

1.1 Sisi pertama: Selaras dengan kecintaan Allah dalam memiliki anak
untuk mempertahankan komunitas manusia. Aspek atau sisi ini adalah
yang paling halus dan paling penting namun sulit dipahami. Hanya bisa
terlihat oleh orang yang memiliki pandangan yang tembus terhadap
keajaiban ciptaan Allah. Dari sini, bagi seseorang yang enggan untuk
menikah adalah orang yang menelantarkan benih dan alat yang sudah

1
Tamattu’ adalah bersenang senang atau hubungan suami istri
2
Hasyiyah adalah syarah dari syarah atau penjelas dari penjelasan
Allah ciptakan, orang yang berpaling dan menyimpang dari fitrah dan
hikmah alami manusia. Orang yang menikah adalah orang yang
berusaha menyempurnakan kecintaan terhadap Allah.

1.2 Sisi kedua: Berusaha terhadap kecintaan Rasulullah shallaallahu ‘alaihi


wa sallam dengan memperbanyak kebanggaan beliau. Karena rasulullah
telah menjelaskan demikian. Beliau berkata: “nikahilah perempuan
yang lemah lembut lagi subur karena aku adalah orang yang memiliki
banyak umat pada hari kiamat” beliau juga berkata: “perempuan yang
paling baik diantara kalian adalah yang lemah lembut lagi subur” dan
“perempuan yang hitam namun subur lebih baik daripada yang cantik
namun tidak dapat memiliki anak” ini menunjukkan bahwa anak adalah
fadhilah yang paling pas dari pernikahan.

1.3 Sisi ketiga: Memperoleh barokah dengan do’a anak yang sholih.
Sebagaimana didalam hadits tentang amalan seorang anak adam yang
terputus setelah wafat kecuali 3 hal yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, dan do’a anak yang sholeh. Imam Al-Ghazali berkata:
“secara garis besar, do’a seorang mu’min itu sampai kepada kedua
orangtua nya, baik ia berperilaku baik ataupun pendosa. Maka
orangtuanya itu diberi pahala sebab do’a anaknya, namun tidak dengan
dosanya. Karena seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.
Sebagaimana dalam alqur’an surah At-Thur ayat 21. Artinya Allah
tidak akan mengurangi amal mereka dan Allah jadikan anak sebagai
tambahan pahala mereka.

1.4 Sisi keempat: Anak bisa menjadi pemberi syafa”at jika ia wafat
sebelum kedua orangtuanya atau sebelum ia lahir. Rasulullah
shallaallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ketika seorang anak
diperintahkan untuk masuk ke surga maka ia protes dengan penuh
kemarahan lalu berkata: “aku tidak akan masuk ke surga kecuali
bersama kedua orangtuaku” maka dikatakan: “masukkan ia ke surga
beserta kedua orangtuanya”. Rasul juga bersabda: “barang siapa yang 3
orang anaknya wafat sebelum mencapai umur baligh maka Allah akan
memasukkannya ke surga dengan karunia dan rahmat dariNya. Ada
yang bertanya: “bagaimana jika 2 orang ya Rasulullah?” berkata rasul:
“2 orang juga”

4 sisi ini menyatakan secara jelas bahwa kebanyakan fadhilah menikah itu
karena menjadi penyebab adanya anak.
2) Faedah kedua: Membentengi diri dari setan, meluapkan keinginan,
menundukkan pandangan, menjaga faraj. Banyak hadits yang membahas
tentang perkara ini. Perkara ini bukan yang pertama, karena syahwat itu
mewakilkan untuk menghasilkan anak. Maka syahwat dan anak itu ada
keterkaitan. Anak menjadi tujuan dengan fitrah manusia yang suci, sedangkan
syahwat menjadi motivasi untuk hal demikian. Imam Al-Ghazali berkata:
“demi umurku, didalam syahwat itu ada hikmah lain selain memotivasi
terhadap anak yaitu mencapai kelezatan yang tidak didapat dengan hal lain,
dan merasakan kelezatan yang dijanjikan disurga. Karena ini syahwat
menjadi salah satu faedah kelezatan dunia yang diharapkan akan
mencapainya juga hingga disurga, supaya menjadi pendorong beribadah
kepada Allah ta’ala.

3) Faedah ketiga: Mengistirahatkan diri dengan duduk bersama, bermain


bersama atau bersenda gurau. Mengistirahatkan hati dan menguatkan untuk
beribadah. Nafsu itu pembosan sehingga biasanya lari dari haq atau
kebenaran, karena nafsu itu bertolak belakang dengan haq. Maka jika nafsu
terus menerus dibebani dengan yang haq ia akan berhenti dan mati. Oleh
karena itu diistirahatkan dengan kelezatan disebagian waktu agar menjadi
kuat dan rajin kembali. Ketika manusia istirahat dengan sesuatu yang
menyenangkan, itu akan menghilangkan kesedihan, menenangkan hati.
Sepantasnya bagi jiwa yang bertakwa itu beristirahat dengan perkara-perkara
yang mubah, sebagiamana dalam firman dalam surah Al-A’raf ayat 189. Dan
berkata oleh sayyiduna Ali: “istirahatkanlah hati sejenak karena jika hati itu
dipaksa ia akan buta” didalam hadits lain: “orang yang berakal itu membagi 3
waktunya; 1 waktunya untuk bermunajat atau ibadah kepada tuhannya, 1
waktu lagi bermuhasabah diri, dan 1 waktu yang lain untuk perkara mubah
seperti makan, minum dan yang lain. Dan waktu yang ketiga ini sebagai
penolong dua waktu sebelumnya.

4) Faedah Keempat: Mengosongkan hati , mengurus rumah, dan menyiapkan


sarana penghidupan. Jika seseorang tidak memiliki keinginan untuk
berhubungan seks, dia tidak akan bisa tinggal di rumah sendirian, jika dia
membenani dirinya dengan semua urusan rumah , dia akan membuang
sebagian besar waktunya, dan dia tidak mengabdikan dirinya untuk belajar
dan bekerja. Wanita salehah yang melayani rumah adalah penolong agama
dengan cara ini, dan ketidakseimbangan sebab-sebab ini menyebabkan
kekhawatiran dan gangguan pada hati, dan gangguan dalam kehidupan.Oleh
karena itu, Abu Suleiman al-Darani, semoga Tuhan merahmatinya , berkata:
Istri yang salehah bukan dari dunia ini, karena dia memfokuskanmu untuk
akhirat, dan dirinya menyibukan dirinya dengan mengurus rumah dan
memenuhi semua keinginanmu.

5) Faedah Kelima: Berjuang dan melatih diri melalui pengasuhan dan perwalian,
menunaikan hak-hak keluarga, bersabar dengan akhlak seorang istri, menahan
celaka dari mereka, berjuang memperbaiki dan membimbing mereka ke jalan
agama, berjuang mencari uang untuk kepentingan mereka , dan mengasuh
anak-anaknya. Kebajikan kepedulian itu hebat, tetapi dia yang menjaganya
takut gagal memenuhi haknya.

Inilah manfaat perkawinan sebagaimana yang disinggung oleh imam Al-


Ghazali dalam Al-Ihya, dan disana jelas bahwa manfaat dan tujuan perkawinan
adalah untuk melindungi manusia dari tirani nafsu dan hubungan seksual yang
bersifat kebinatangan, serta untuk melindungi keturunan dari hilangnya garis
keturunan dan struktur yang lemah, serta rekreasi jiwa, mengosongkan hati dari
mengurus rumah, dan tanggung jawab mengasuh orang tua dan anak.

Dan perkawinan dengan ini mengangkat derajat manusia karena - selain


transendensinya dalam menanggapi naluri seksual karena menempatkan tanggung
jawab suci padanya, membangun keluarga bukanlah perkara mudah,
membutuhkan usaha dan ikhtiar yang terus menerus dalam pengeluaran,
perawatan dan perlindungan, dan upaya ini adalah tanggung jawab suami dan istri
bersama, jadi jika laki-laki membelanjakan uang untuk keluarga, dan untuk istri
dan anak-anaknya menjadi gembala yang penyayang dan tegas dan murah hati,
karena Yang Maha Kuasa harus menjaga suami dan anak-anaknya, dan
melakukan apa yang dia bisa lakukan agar keluarga selalu menjadi sel hidup yang
menyediakan aktivitas dan kekuatan bagi tubuh masyarakat.

Menetapkan manusia adalah dasar untuk menghormati dan mempromosikan


dia dan memanfaatkan segala sesuatu yang lain untuk dia. Pernikahan adalah
tanggung jawab dan tanda amanah, dan kemudian pada hakikatnya merupakan
manifestasi dari kehormatan manusia, dan itulah sebabnya setiap hubungan antara
laki-laki dan perempuan selain perkawinan yang sah merupakan pelarian dari
tanggung jawab dan tidak menghormati martabat manusia. Dan pengkhianatan
terhadap keutuhan khilafah di muka bumi.

Selain pesan pernikahan dalam imunisasi pria dan wanita, dan transendensi
naluri seksual ke cakrawala yang murni dan bersih sesuai dengan status manusia
di alam semesta dan misinya dalam hidup, kelangsungan hidup spesies manusia di
alam semesta. sepenuhnya, perbanyakan bangsa, pencapaian kebanggaan Nabi
semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, dan penegasannya
tentang makna martabat dan tanggung jawab manusia, dokumen pernikahan. Juga
antara orang-orang adalah ikatan sosial, dan itu memperluas lingkaran keluarga,
sehingga masyarakat meningkat dalam kekuatan dan kohesi, dan kemudian faktor
perpecahan dan konflik di dalamnya berkurang.Allah menghendaki hamba-
hamba-Nya dalam ayat ini , Maha Suci Allah, menciptakan laki-laki dan
perempuan dari air yang hina, dan menjadikan tanda yang sah di antara mereka
tiang silsilah yang benar, dan jalan perkawinan dan pertalian. jalan yang
menjamin stabilitas dan dasar bumi dengan kebaikan.

Kesimpulannya, bahwa sesungguhnya Allah ta'ala, telah mengatur


pernikahan untuk banyak aturan dan tujuan beberapa di antaranya terkait dengan
individu itu sendiri, dan beberapa di antaranya terkait dengan kemaslahatan
masyarakat dan beberapa di antaranya terkait dengan seluruh jenis manusia.

Individu seorang pria atau seorang wanita, merasakan kecenderungan


bawaan terhadap satu sama lain, dan tidak ada cara untuk memuaskan
kecenderungan ini sepenuhnya kecuali melalui pernikahan yang sah yang
menggabungkan pasangan yang belum menikah pada perumahan, kasih sayang
dan belas kasihan.

Tidak ada cara untuk menjalani kehidupan yang baik dan bersih bagi
masyarakat mana pun kecuali dengan keluarga sehat yang layak huni, dan andalan
pembentukan keluarga tersebut adalah perkawinan bagi masyarakat, kehidupan
yang aman dan stabil yang tidak mengenal penyimpangan moral. , perpecahan
sosial, atau anak terlantar dan anak tunawisma, yang mempersempit masyarakat,
dan masyarakat mempersempit mereka.

Dan Tuhan menciptakan jenis manusia dan menakdirkannya untuk tetap


pada tujuan yang Allah inginkan untuk kelangsungan hidupnya, untuk menjajah
tanah di mana Allah meninggalkannya, dan untuk berterima kasih kepada Tuhan
dengan menyembah Allah atas nikmat-Nya yang tak terhitung jumlahnya.

MALAPETAKA PADA PERNIKAHAN:

1) Pengertian Malapetaka Pada Pernikahan

Malapetaka pada pernikahan adalah sebuah kejadian yang tidak diinginkan yg


menimpa laki-laki dan perempuan didalam hubungan pernikahan.
2) Macam-Macam Malapetaka Pada Pernikahan
Adapun malapetaka pada pernikahan yaitu :
A. Susahnya mencari perkara yang halal.
Suatu perkara yang sangat sulit ketika gelombang hidup lebih banyak
dibawah daripada diatas. Ketika seseorang sudah menikah otomatis tanggung
jawab yang dihadapi oleh sepasang suami istri pun akan semakin berat.
Ketika itu terjadi, maka semakin sulitlah untuk orang tersebut memenuhi
kebutuhan dan hak-hak dalam kelurganya.
Karna dizaman sekarang ini, banyak pekerjaan yang diharamkan oleh syariat
agama yang begitu mudah untuk kita dapatkan. Oleh karena itu, dizaman
sekarang ini sangat sedikit orang yang berpenghasilan halal. Akibatnya, banyak
orang yang menjual akhiratnya untuk kepentingan dunia.
Tentu saja, hal ini menjadi malapetaka didalam pernikahan. Karna jika
seseorang bekerja dengan pekerjaan yang tidak halal, dan berpenghasilan yang
haram dan kemudian penghasilannya itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, maka semakin banyaklah orang yang memakan harta haram yang
disebabkan oleh susahnya mencari pekerjaan yang halal.

B. Susahnya berlaku adil bagi orang yang berpoligami


Malapetaka yang kedua ini bagi orang yang memiliki istri lebih dari satu
dengan istilah poligami. Nah, disini yang sering terjadi adalah seorang suami
tidak memberikan hak-hak istri, kurang sabar dalam menghadapi sikap mereka,
yang paling bahaya adalah ketika seorang suami tidak adil terhadap para istrinya.
Kelak orang yang seperti akan diadzab oleh Allah.

C. Perhatian kepada Allah SWT menjadi berkurang


Didalam keluarga, pasti banyak kesibukan yang kita dapati. Karena, jikalau
seseorang telah berkeluarga pastilah suami yang menjadi kepala keluarga banyak
menghabiskan waktu untuk mencari kebutuhan keluarganya. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya malapetaka dalam keluarga tersebut, yang mana
seseorang itu, perlu kerja keras untuk mencapai semua kebutuhan keluarganya.
Dari terbit matahari hingga larut malam hanya digunakan untuk keperluan dunia
sehingga berpotensi meninggalkan kewajibannya sebagai hamba untuk beribadah
kepada Allah.
Apa penyebab ini semua bisa terjadi ?
Penyebabnya karena mengikuti semua permintaan keluarganya. Oleh
karena itu jelaslah bahwa seharusnya ketika didalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan hak-haknya, orang itu harus selalu bersiaga supaya tetap
didalam batasan-batasan syariat agama. Agar terhindar dari kelalaian terhadap
Allah SWT dan juga terhindar dari jalan kemaksiatan.

Anda mungkin juga menyukai