Anda di halaman 1dari 14

1

Karya ilmiah bisa dikatakan erat dengan dunia pendidikan dan penelitian. Kebanyakan karya
ilmiah yang diterbitkan merupakan hasil dari riset yang dilakukan lembaga penelitian dan
pendidikan.
Satu di antara tujuan dari karya ilmiah ialah untuk kepentingan memecahkan masalah dari
suatu persoalan yang ada dan dipilih oleh penulisnya. Dalam karya ilmiah harus berisi data,
fakta, dan solusi mengenai masalah yang diangkat.
Jadi, saat membuat karya ilmiah, seorang penulis harus menaati bagian-bagian penting dalam
kaidah kepenulisan karya ilmiah, seperti menggunakan bahasa yang formal, baku, sesuai
teori, dan fakta yang ada di lapangan.
Beberapa jenis karya tulis ilmiah yang populer, antara lain makalah, paper, skripsi, tesis, dan
disertasi.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang karya ilmiah bisa membaca pengertian dari para ahli,
tujuan hingga manfaatnya.
Berikut ini pengertian karya ilmiah menurut ahli, ciri-ciri, struktur, hingga manfaatnya,
seperti dikutip dari laman Gurupendidikan dan Sevima, Selasa (8/12/2020).

1. Munawar Syamsudin
Tulisan ilmiah adalah naskah yang membahas suatu masalah tertentu, atas dasar konsepsi
keilmuan tertentu, dengan memilih metode penyajian tertentu secara utuh, teratur, dan
konsisten.
2. Yamilah dan Samsoerizal
Ragam karya ilmiah terdiri dari beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Menurut
pengelompokan itu, dikenal ragam karya ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
3. Brotowidjoyo
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
4. Wahyu
Suatu karangan dapat dikatakan ilmiah jika ia mengungkapkan suatu permasalahan dengan
metode ilmiah.
5. Maryadi dalam Harun, dkk
Karya ilmiah yaitu suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu permasalahan tertentu
dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan.
1. Reproduktif
Karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan dimaknai oleh pembacanya
sesuai makna yang ingin disampaikan. Pembaca harus bisa langsung memahami konten dari
karya ilmiah.
2. Tidak Ambigu
Sebuah karya ilmiah harus memberikan pemahaman secara detail dan tidak dikemas dengan
bahasa yang tidak membingungkan. Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu bisa
langsung diterima oleh pembacanya.
3. Harus Objektif dan Hindari Kesan Emotif
Ciri-ciri karya ilmiah selanjutnya ialah harus objektif dan tidak boleh emotif atau dibuat
dengan dasar perasaan penulis. Hal ini penting agar karya ilmiah yang dibuat dapat menjadi
suatu karya objektif, bukan berpihak pada emosi penulis.
4. Menggunakan Bahasa yang Baku dan Memperhatikan Cara Penulisan yang Tepat
Ciri-ciri karya ilmiah yang keempat mengharuskan sebuah karya ilmiah untuk ditulis
menggunakan bahasa yang baku dan memperhatikan cara penulisan yang tepat. Bahasa yang
baku maksudnya di sini adalah bahasa yang formal dan resmi sesuai Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI).
5. Menggunakan Kaidah Keilmuan
Ciri-ciri karya ilmiah yang kelima, yakni sebuah karya ilmiah harus ditulis dan disusun
dengan kaidah keilmuan. Kaidah keilmuan di sini maksudnya adalah metodologi penelitian
yang harus diperhatikan oleh penulis karena dengan metodologi, karya ilmiah memiliki
kerangka pemikiran yang logis.
6. Berkohesi dan Menggunakan Kalimat yang Efektif
Ciri-ciri karya ilmiah yang terakhir ialah berkohesi dan menggunakan kalimat yang efektif.
Berkohesi di sini maksudnya adalah antara satu bab dengan bab yang lain harus saling
berkesinambungan, terutama isinya.
Hindari penggunakan kalimat yang tidak efektif alias bertele-tele dalam menulis sebuah
karya ilmiah.

Tujuan Penulisan Karya Ilmiah

 Sebagai wahana untuk melatih ide tersurat atau hasil penelitian dalam bentuk karya
ilmiah yang sistematis dan metodologis.
 Makalah ilmiah yang telah ditulis diharapkan menjadi wahana transformasi
pengetahuan antara sekolah dan masyarakat.
 Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa sehingga tidak hanya menjadi
konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen)
pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah
penyelesaian studinya.
 Membuktikan pengetahuan dan potensi ilmiah yang dimiliki oleh siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah dalam bentuk karya ilmiah yang bersangkutan
setelah mendapat pengetahuan.
 Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

 
Manfaat Penulisan Karya Ilmiah

 Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.


 Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.
 Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.
 Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis.
 Memperoleh kepuasan intelektual.
 Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
 Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya.

 
Struktur Karya Ilmiah

o Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan ini berisi dasar dalam penelitian ilmiah yang dilakukan, masalah yang
diangkat, dan mekanisme dari penyelesaian masalah tersebut.

o Bagian Isi dan Pembahasan

Bagian dari isi dan pembahasan biasanya terdiri dari satu atau dua bab, dengan jumlah bab
yang tergantung pada seberapa pelik pembedahan dan pembahasannya dari bahan penelitian
itu sendiri.

o Bagian Penutup dan Kesimpulan

Bagian dari kesimpulan adalah hasil analisis penelitian dari bagian isi dan pembahasan.
Dengan kesimpulan yang disampaikan di bagian yang berupa penjelasan singkat dan padat,
tentang hasil analisis. Biasanya bagian ini terdiri dari satu bab saja dan ditambah dengan
paparan saran.
 
Mahasiswa biasanya identik dengan karya tulis ilmiah. Produk keilmuan ini biasanya
diperkenalkan di bangku kuliah dan terus dilatih selama proses pembelajaran. Pentingnya
karya tulis ilmiah ternyata tidak hanya dirasakan oleh orang yang bersangkutan, tetapi juga
oleh seluruh orang yang berkecimpung dalam hal keilmuan. Manfaatnya lebih besar dari
sekadar menyimpulkan hipotesis dan menjawab permasalahan.
Bagi kamu yang saat ini sedang menghadapi pembuatan karya tulis dan berusaha memahami
manfaatnya, simak beberapa hal di bawah ini.

Pengembangan keterampilan membaca efektif


Proses pengumpulan fakta dan data dalam pembuatan karya tulis ilmiah menuntut mahasiswa
untuk membaca efektif. Membaca efektif adalah kegiatan membaca yang disertai dengan
pemahaman isi bacaannya. Hal ini tentu berbeda dengan membaca bacaan ringan yang bisa
dilakukan sambil lalu. Proses ini dilakukan agar mahasiswa menemukan materi yang
mendukung gagasan dari penyusunan karya ilmiah tersebut.
Pentingnya karya tulis ilmiah adalah melatih mahasiswa untuk mengembangkan
keterampilan ini. Dengan membiasakan diri membaca efektif, mereka akan mampu
menyaring informasi serta memilahnya antara yang perlu dan tidak. Akhirnya, mahasiswa
mampu memperkaya cakrawala wawasannya sendiri.

Penyampaian gagasan berdasarkan sumber


Setelah mengumpulkan berbagai fakta, mahasiswa dituntut menyampaikannya dalam karya
tulis ilmiah dengan menyertakan sumber. Penyertaan sumber ini adalah suatu kewajiban
karena semua fakta dan data harus dapat dipertanggungjawabkan dan ditelusuri asalnya.
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah agar mahasiswa dapat menyimpulkan
gagasannya sebagai suatu kenyataan yang bisa diterima publik. Jika pondasi sumbernya tidak
kuat, gagasan ini dapat dipatahkan dan dianggap sebagai kebenaran yang diterima sebagian
orang saja.

Pengenalan kegiatan kepustakaan


Pentingnya karya tulis ilmiah adalah mengenalkan kegiatan kepustakaan kepada mahasiswa.
Proses dari penyusunan karya tulis ini sendiri adalah sebuah kegiatan kepustakaan.
Mahasiswa sebagai peneliti melakukan berbagai hal, seperti menggali informasi lebih dalam
terkait hal yang diamati, mencari teknik pengumpulan dan analisis datanya, memahami
masalah yang diteliti, dan menghindari plagiarisme. Hal ini menuntut mahasiswa untuk lebih
tekun dan teliti layaknya seorang ilmuwan.

Peningkatan penyusunan data secara sistematis


Dengan membuat karya tulis ilmiah, mahasiswa akan terbiasa untuk menyajikan gagasannya
secara terstruktur dan sistematis. Hal ini sangat penting agar orang lain dapat lebih mudah
memahami apa yang disampaikan. Jadi, ilmu yang dimiliki penulis dapat ditransfer dengan
baik kepada pembaca.
Dalam kehidupan sehari-hari, pentingnya karya tulis ilmiah ini juga berdampak pada
bagaimana cara mahasiswa menyampaikan pendapatnya kepada orang lain dengan lebih
baik. Tidak langsung melompat pada kesimpulan, tapi disertai juga latar belakang
permasalahan, tujuan, hipotesis, metode, fakta-fakta, dan analisis.

Pelestarian budaya penelitian berkelanjutan


Pentingnya karya tulis ilmiah adalah melestarikan penelitian agar terus berkembang seiring
berjalannya waktu. Oleh sebab itu, biasanya penulis menyertakan saran untuk penelitian
selanjutnya pada bagian akhir karya tulis.Mungkin penulis melihat potensi dari masalah yang
sedang diteliti. Namun, karena keterbatasan saat ini, dia memberikan saran kepada peneliti
selanjutnya agar objek penelitian memberikan hasil yang lebih baik.
Budaya penelitian berkelanjutan ini sangat bermanfaat karena dunia terus berkembang.
Perbedaan waktu dan tempat bisa menunjukkan hasil yang berbeda, meskipun objek yang
diteliti adalah sama. Perbedaan cara menganalisis suatu masalah, apakah memberikan hasil
yang sama atau berbeda, hanya bisa dibuktikan oleh peneliti selanjutnya.
Pengetahuan dini terhadap karya tulis akan banyak membantumu menghadapi tugas-tugas
sebagai mahasiswa. Pada semester akhir, pemahamanmu akan proses penelitian ini
dituangkan dalam tugas akhir. Jangan takut! Para dosen selalu siap membimbingmu agar
dapat menghasilkan penelitian yang tidak hanya terstruktur dan sistematis, tetapi juga
bermanfaat secara nyata.

MANFAAT PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI MAHASISWA


Mahasiswa dapat mengetahui, memahami konsep dasar penulisan karya ilmiah
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami naskah ilmiah, jenis-jenis dan ciri-ciri serta
syarat-syarat dalam penulisan karya ilmiah.
Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mampu mengimplementasikan teori, konsep
dan langkah-langkah penulisan karangan ilmiah dan unsur-unsurnya.
Mahasiswa mengetahui, memahami dan menguasai tentang kajian kepustakaan untuk
mengimplementasikan dalam penulisan karangan ilmiah.
Mahasiswa mengetahui, memahami dan menguasai tentang pembuatan skipsi,
tesis, disertasi jurnal .
Mahasiswa mengetahui, memahami, dan menguasai cara menyajikan tabel, grafik beserta
petunjuk pembuatan tabel.
Mahasiswa dapat memahami dan menguasai pembuatan bibliografi, summary dan indeks.
2.

Syarat-syarat Karya Ilmiah


Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan karya ilmiah. Syarat-syarat itu
antara lain:
1.             Komunikatif, artinya uraian yang disampaikan dapat dipahami pembaca. Kata dan kalimat yang
disusun penulis hendaknya bersifat denotatif, sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda
pada pembaca. Pemahaman penulis hendaknya sama dengan pemahaman pembaca.
2.             Bernalar, artinya tulisan itu harus sistematis, berurutan secara logis, ada kohesi dan koherensi,
dan mengikuti metode ilmiah yang tepat, dipaparkan secara objektif, benar, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3.             Ekonomis, artinya kata atau kalimat yang ditulis hendaknya diseleksi sedemikian rupa sehingga
tersusun secara padat berisi.
4.             Berdasarkan landasan teori yang kuat, artinya suatu hasil karya ilmiah bukan subjektifitas
penlisnya, melainkan harus berdasarkan teori-teori tertentu yang dikuasai secara mendalam oleh
penulis. Penulis melakukan kajian berdasarkan teori-teori tersebut.
5.             Tulisan harus relevan dengan disiplin ilmu tertentu, artinya tulisan ilmiah itu ditlis oleh
seseorang yang menguasai suatu bidang ilmu tertentu.
6.             Memiliki sumber penopang yang mutakhir, artinya tulisan ilmiah harus mempergunakan
landasan teori berupa teori mutakhir (baru).
7.             Bertanggungjawab, artinya sumber data, buku acuan, dan kutipan harus secra bertanggung
jawab disebutkan dan ditulis dalam karya ilmiah.

D.           Prinsip-prinsip Umum yang Mendasari Penlisan Sebuah Karya Ilmiah


1.             Objektif, artinya setiap pernyataan ilmiah dalam karyanya harus didasarkan kepada data dan
fakta. Kegiatan ini disebut studi empiris.
2.             Prosedur atau penyimpulan penemuannya melalui penalaran induktif dan deduktif.
3.             Rasional dalam pembahasan data. Seorang penulis karya ilmiah dalam menganalisis data harus
menggunakan pengalaman dan pikiran secara logis.

E.            Bahasa Baku dalam Karya Ilmiah


Dalam penlisan karya ilmiah, bahasa yang digunakan harus bahasa yang baku. Bahasa
baku memiliki tiga sifat utama, sifat pertama, adanya kemantapan dinamis. Kemampuan dinamis
ini diwujudkan melalui kaidah dan aturan kebahasaan yang bersifat tetap. Bahasa baku tidak
berubah setiap saat. Namun, kemantapan baku ini juga bersifat dinamis, artinya bahasa baku
masih memngkinkan adanya perubahan yang bersistem dan teratur dibidang kosakata dan
peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan dalam kehidupan
modern.
Sifat kedua, yang menandai bahasa baku adalah sifat kecendekiaannya. Kecendekiaan
bahasa terwujud melalui penyusunan kalimat, paragraf, dan kesatuan bahasa yang lebih besar
yang menunjukan penalaran dan pemikiran yang logis, teratur, dan masuk akal. Proses
pecendekiaan bahasa itu penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini
umumnya masih bersumber dari bahasa asing, harus dapat dilangsungkan lewat buku bahasa
indonesia.
Sifat ketiga, yang menandai bahasa baku adalah sifat penyeragaman kaidah. Ada kaidah-
kaidah bahasa yang bersifat tetap, berlaku resmi untuk semua kepentingan resmi, dan dipahami
secara sama oleh pengguna bahasa baku. Bahas baku merupakan ragam bahasa yang
dipergunakan dalam situasi resmi di antaranya pada penulisan karya ilmiah dan laporan
penelitian. Oleh karena itu, karya ilmiah harus mempergunakan secara ketat ketentuan-ketentuan
yang berlaku dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, serta sususan gramatikal yang lengkap dan eksplisit.
Bahasa baku merupakan bahasa yang diharapkan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah
ejaan, peristilahan, dan tata bahasa. Semua pemakai bahasa baku harus menaati kaidah agar
komunikasi mudah dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, penulis karya ilmiah diharapakn
memiliki pemahaman yang benar mengenai tata cara menggunakan bahasa baku bahasa
indonesia. Dengan memahami dan menaati kaidah bahasa baku, diharapkan tulisan ilmiah tampil
secara memadai dan lebih menonjol keilmiahannya.
Berbagi

Bagaimana teknik penulisan karya ilmiah?


Tips Penting Dalam Penulisan Karya Ilmiah
 Membuat Judul Karya Ilmiah. ...
 Memberikan isi latar belakang yang bagus. ...
 Membuat rumusan masalah. ...
 Membuat pembahasan yang sederhana dan sesuai dengan variabel judul. ...
 Membuat kesimpulan.

3
Menentukan topik atau tema
Mengumpulkan bahan
Menentukan hipotesis
Menyusun rancangan penelitian
Melaksanan percobaan, turun ke lapangan, atau kajian data
Melakukan pengumpulan data
Menganalisis data
Merumuskan hasil penelitian

Menurut Munawar Syamsudin dalam buku Dasar-dasar dan Metode Penulisan Ilmiah
(1994), tulisan ilmiah adalah naskah yang membahas suatu masalah tertentu, atas dasar
konsepsi keilmuan tertentu, dengan memilih metode penyajian tertentu secara utuh, teratur
dan konsisten. Berikut langkah-langkah dalam menyusun karya ilmiah:

Menentukan topik atau tema


Topik atau tema merupakan inti atau pokok pembahasan dalam karya ilmiah. Tema atau
topik untuk tugas sekolah dan sejenisnya sering kali sudah ditentukan oleh pengajar.
Peserta didik tinggal menyusun karya ilmiah berdasarkan tema yang ditawarkan. Lain
halnya bila harus menentukan sendiri tema atau topik karya ilmiah. Sebisa mungkin, tema
atau topik yang ingin diangkat harus sesuai dengan kemampuan si penyusun karya ilmiah.
Baik dari segi objek penelitian, teori dan metodologi yang digunakan, sampai jenis karya
ilmiah perlu dipertimbangkan dalam menentukan topik. Dapatkan informasi, inspirasi dan
insight di email kamu. Daftarkan email Hal ini perlu diperhatikan agar penulisan karya ilmiah
tidak berhenti di tengah jalan karena tidak sesuai dengan bidang studi atau fokus keilmuan
penulis. Baca juga: Guru Terganjal Karya Ilmiah

Mengumpulkan bahan
Bahan yang dimaksud dapat berupa pustaka atau benda-benda yang berkaitan dengan
penelitian. Untuk karya ilmiah yang menggunakan percobaan atau eksperimen dengan ilmu
eksakta, butuh mengumpulkan bahan dan alat tertentu sesuai kebutuhan penelitian. Namun
untuk karya ilmiah berbasis analisis dan teori, maka sumber pustaka dapat bewujud cetak
maupun elektronik. Contohnya buku, jurnal, dokumen resmi, berita, atau sumber-sumber
dari internet.
4.
Sebelum menjawab hubungan antara judul penelitian, rumusan
masalah penelitian, dan hipotesis penelitian, ada beberapa hal yang
perlu kita ketahui:
1) Topik ini sebenarnya bukan masuk dalam kategori matematika, tapi
lebih ke Bahasa Indonesia ya :)

2) Ketiga komponen ini merupakan bagian dari laporan penelitian.


Yang dimaksud dengan laporan penelitian adalah suatu laporan atau
makalah resmi yang disusun dengan mengikuti pedoman atau tata
cara khusus dalam melaporkan penelitian yang telah dilakukan. 

Setiap laporan penelitian diawali dengan judul penelitian. Judul


penelitian memberikan gambaran kepada setiap pembaca laporan
perihal:
- Jenis penelitian yang dilakukan
- Pihak yang melakukan penelitian
- Masalah yang diteliti.

Dengan kata lain, lewat judul penelitian, setiap pembaca laporan bisa
memperoleh informasi singkat tentang penelitian seperti apa yang
akan dilaporkan. 

Sementara itu, bagian lain dalam laporan tersebut adalah rumusan


masalah penelitian. Setelah melalui sedikit pengantar, daftar isi, dan
daftar tabel, pembaca diarahkan pada rumusan masalah penelitian.
Pada bagian ini, pembaca dihadapkan pada masalah yang dipilih oleh
sang peneliti dan ingin dipelajari lebih lanjut. Dengan kata lain,
disinilah sang peneliti memberikan pembahasan lebih detil dari judul
laporan. Setiap aspek masalah yang menarik diberikan disini.

Aspek selanjutnya adalah hipotesis penelitian. Setelah memeriksa


masalah dan melakukan penelitian, sang peneliti BISA sampai pada
suatu tahap yang disebut dengan hipotesis penelitian. Hipotesis
sifatnya dugaan, jadi bisa benar bisa salah. Oleh karena itu, sebelum
dijadikan simpulan dari penelitian, hipotesis harus diuji dahulu bahkan
bisa hingga mencapai berkali-kali untuk memastikan validitasnya.

Jadi, apabila ditanya keterkaitan judul penelitian, rumusan masalah


penelitian, dan hipotesis penelitian, secara singkat dapat disampaikan
dengan uraian berikut:
Judul penelitian memberikan gambaran singkat kepada pembaca
tentang masalah yang diteliti oleh si peneliti. Kemudian, dalam
rumusan masalah penelitian, sang peneliti menjabarkan masalah
yang ingin diteliti, termasuk segala aspek dan alasan di balik
pemilihan masalah tersebut. Sementara di bagian hipotesis
penelitian, ia menyampaikan suatu dugaan terkait masalah
tersebut dan kemungkinan solusinya.

Salah satu contoh judul laporan penelitian yang bisa kamu pelajari
tentang keterkaitan tiga komponen ini adalah Laporan Penelitian
Tindakan Sekolah: Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas VI
dalam Pembelajaran Matematika Melalui Supervisi Akademik

Dari contoh ini, sang peneliti ingin menyampaikan bahwa ia memilih


masalah tertentu. Masalah tersebut adalah kemampuan guru kelas VI
dalam pembelajaran matematika. Sang peneliti mungkin menganggap
kemampuan guru dalam bidang tersebut masih rendah. Atas alasan
inilah ia melakukan penelitian.

Nantinya, dalam rumusan masalah penelitian, ia akan menjabarkan


lebih lanjut tentang masalah-masalah seperti apa yang membuatnya
berpikir bahwa kemampuan guru kelas VI dalam pembelajaran
matematika perlu ditingkatkan. 
Kemudian, nanti di hipotesis penelitian, ia akan menyampaikan
dugaan kenapa masalah tersebut bisa terjadi dan kemungkinan solusi
yang bisa diberikan. Tentunya, hipotesis ini masih harus diuji lagi dan
lagi untuk bisa pada akhirnya menjadi kesimpulan penelitian. Dengan
kata lain ketiga aspek ini, dan juga seluruh aspek dalam laporan
penelitian, berpusat pada masalah, cara mengenalinya, dan cara
menyelesaikannya.

Modul
Dalam dunia pendidikan dan pelatihan terdapat beberapa jenis bahan untuk
membantu proses pembelajaran. Semua bahan ataupun pedoman tentu harus
memuat sudut pandang yang jelas terutama tentang prinsip-prinsp yang digunakan,
pendekatan yang dianut, metode yang digunakan, teknik pengajaran yang
digunakan serta sarana yang digunakan.

Salah satu bahan ajar yang sering digunakan adalah buku cetak dan modul. Sekilas
dari yang sering kita dengar keduanya mempunyai tujuan yang sama yakni
mempermudah pengajar dan peserta didik dalam menyampaikan materi
pembelajaran.

Tapi jika ditinjau lebih detail, 2 jenis buku ini memiliki perbedaan berdasarkan
definisi, karakteristik, dan standar proses penulisan. Berikut ini kami jelaskan
beberapa perbedaan tersebut.

Buku Cetak
Buku cetak dikenal pula dengan sebutan buku ajar, buku materi, buku paket, atau
buku panduan belajar. Bentuknya bisa berupa buku teks cetak maupun buku teks
elektronik (e-book).
Buku cetak merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Setiap dosen
atau guru membutuhkan buku cetak untuk membantu proses mengajar. Tujuan dari
buku ajar tidak lain membantu komunikasi antara pengajar dan peserta didik sesuai
kurikulum yang berlaku.

Buku cetak biasanya merupakan bekal pendamping pembelajaran yang melibatkan


pengajar dan peserta didik secara langsung baik itu tatap muka maupun daring.

Bentuk buku ajar seperti buku biasa yang isinya menjadi acuan berkualitas dan
biasanya pada pendidikan formal buku ajar diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan
atau Dinas Pendidikan setempat. Sedangkan pada buku ajar lembaga pendidikan
non formal buku ajar ditulis oleh pakar di bidangnya masing-masing. Buku ajar
ditulis untuk tujuan intruksional tertentu. Buku ajar dilengkapi dengan sarana
pengajaran.

Selanjutnnya pemerintah menetapkan standar tertentu yang harus dipenuhi oleh


setiap penerbitan buku yang akan digunakan oleh satuan pendidikan. Dalam hal ini
standar tersebut ditetapkan dan dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).

Buku Ajar memiliki ciri-ciri seperti berikut ini:


1. Buku ajar disusun dengan alur logika sesuai dengan rencana
pembelajaran.
2. Bersifat mindful yang berupaya untuk memberikan perspektif baru bagi
peserta didik supaya lebih kritis.
3. Mendorong motivasi belajar siswa supaya melakukan belajar tanpa
harus disuruh.
4. Penggunaan buku ajar biasanya butuh pendampingan dari pengajar
5. Dikemas sesederhana mungkin supaya lebih mudah dipahami, tidak
memunculkan kontradiktif, dan tetap relevan.
6. Ada ilustrasi yang menarik sehingga peserta didik lebih mudah
memahami.
7. Materi yang disampaikan memiliki sudut pandang yang jelas, tegas.
Sehingga tidak membingungkan peserta didik dalam memahaminya.
8. Isi materi relevan sesuai dengan kurikulum.
9. Bahasa yang digunakan baku dengan memperhatikan idiom tabu
kedaerahan agar tidak terjadi kesalahpahaman tata bahasa.
Modul
Modul adalah satu kesatuan bahan pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta
didik secara mandiri. Didalamnya terdapat komponen dan petunjuk yang jelas
sehingga peserta didik dapat mengikuti secara runut tanpa campur tangan pengajar.

Modul juga dikemas secara sistematis dan menarik dengan cakupan materi,
metode, dan evaluasi yang dapat dipakai secara mandiri agar tercapai komptensi
yang diharapkan.

Ciri-ciri Modul
1. Dapat dipelajari secara mandiri oleh siapa saja.
2. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus, bersumber pada tingkah
laku.
3. Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menurut
kemampuannya masing-masing.
4. Paket pengajaran yang bersifat self-learning membuka kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
5. Memiliki daya informasi yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan
urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga peserta
didik secara spontan mempelajarinya.
6. Terdapat petunjuk yang jelas dengan satu kesatuan evaluasi pada
setiap akhir sesi pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran, modul memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelemahan pembelajaran dengan menggunakan modul ialah:
1. Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
2. Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki
oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum matang pada
khususnya.
3. Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus
menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan
konsultasi secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.
 

Meski begitu, modul juga memiliki kelebihan menggunakan modul.


1. Motivasi peserta didik dipertinggi karena setiap kali peserta didik
mengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai
dengan kemampuannya.
2. Sesudah pelajaran selesai pengajar dan peserta didik mengetahui
kemampuan peserta didik yang berhasil dengan baik dan mana yang
kurang berhasil.
3. Peserta didik mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
4. Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
5. Pendidikan lebih berdaya guna.
Referensi: kemas ulang informasi dari Deepublish.com

Oleh: dirto

editor: Dwi Budyarti kurnia sari

Anda mungkin juga menyukai