Anda di halaman 1dari 13

PEDOMAN PELAYANAN BANK

DARAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TAGULANDANG
DAFTAR ISI

BAB 1 : DEFINISI
BAB II : RUANG LINGKUP
BAB III : TATA LAKSANA
BAB IV : DOKUMENTASI
BAB I
DEFINISI

1. Pelayanan darah adalah upaya pelayanan bagi kesehatan yang memanfaatkan darah
manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk komersial.
2. Pelayanan transfuse darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, penyerahan, pelestarian pendonor, penyediaan darah, pendistribusian
darah dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.
3. Pelayanan darah Rumah Sakit adalah unit pelayanan di Rumah Sakit yang
bertanggungjawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas dan
dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di RSU GMIM
Kalooran Amurang dengan produk darah sebagai berikut:
a. Whole Blood atau WB (Darah utuh atau Darah Lengkap) adalah darah yang
tidak dipisahkan menjadi komponen darah.
b. Packed Red Cells atau PRC (Sel Darah Merah) adalah komponen darah yang
telah dipisahkan dari plasmanya.
c. Washed Erytrocyte atau WE (Sel Darah Merah Cuci) adalah sel darah merah
yang telah dipisahkan leukositnya dengan cara filtrasi atau dengan pencucian.
d. Trombocyte Concentrate atau TC (Platelet Concentrate) adalah komponen
darah trombosit pekat.
e. Fresh Frozen Plasma atau FPP (Plasma Segar Beku) adalah plasma yang
dibekukan agar masih segar saat dibutuhkan penderita.
f. Anti Hemorfilia Factor / Kriopresipitate atau AHF adalah komponen darah
yang berisi anti Hemofili Faktor.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pelayanan Darah di RSU GMIM Kalooran Amurang meliputi kegiatan dan
cakupan Pelayanan Darah, sebagai berikut:
1. Pemberian persetujuan (Informed Consent)

2. Pengadaan darah

3. Identifikasi pasien

4. Pemberian darah

5. Monitoring pasien

6. Identifikasi dan respon terhadap reaksi transfuse

7. Pencataan

8. Pelaporan

Penggunaan Darah Rasional

Setiap transfuse darah harus dilakukan atas dasar indikasi, pemilihan dan jenis volume darah
atau komponen darah, serta waktu transfuse yang tepat. Permintaan berlebihan dapat
menyebabkan:
1. Menurunnya stok darah sehingga pasien yang benar-benar membutuhkan tidak
mendapatkan darah.

2. Meningkatnya biaya penggantian pelayanan darah yang harus diganti ileh pasien atau
penjamin.

Pemberian darah yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko reaksi transfuse, karena itu
sebelum meminta darah, dokter harus menyiapkan dan mempertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut:
Tujuan Bahan Pertimbangan

Penggunaan Darah
Sesuai Indikasi a. Perbaikan klinis yang ingin dicapai pada pasien
b. Pengobatan lain yang dapat diberikan, seperti cairan
pengganti atau oksigen, untuk menurunkan kebutuhan
transfuse pada pasien
c. Indikasi klinik atau laboratoris spesifik pemberian darah
pada pasien
d. Pilihan lain yang dapat diberikan bila persediaan kosong
e. Catat keputusan dan alasan pemberian rekam medis pada
rekam medis
f. Jika pasien ini adalah keluarga atau diri sendiri, apakah
saya akan menyetujui pemberian darah dalam keadaan ini.

Penggunaan Darah
Upaya meminimalkan pendarahan sehingga menurunkan
Yang Rasional
kebutuhan transfuse pada pasien

Reaksi Transfusi
a. Kemungkina terjadinya penularan penyakit menular leawat
transfuse seperti HIV, Hepatitis, atau Sifilis pada pasien
b. Reaksi akibat transfuse yang mungkin muncul mulai darai
reaksi ringan sampai berat
c. Keuntungan yang akan didapat dibandingkan resiko
transfuse (medis ataupun non medis, seperti biaya)
d. Orang terlatih yang mengawasi pasien sat transfuse dan
memberikan respon dengan cepat saat terjadi reaksi
transfusi

Pertimbangan tersebut diatas ditujukan untuk melindungi dokter atas keputusan dan tindakan
tranfusi yang dilakukan. Kejelasan atas dasar diputuskannya transfusi harus tercatat dalam
rekam medis.
Beberapa resiko yang mungkin terjadi pada pemberian transfuse adalah:

1. Pemberian WB dan komponen darah yang mengandung sel darah merah (PRC,WE):
a. Rekasi hemolysis
b. Penularan infeksi meular lewar transfusi darah, seperti HIV, Hepatitis B,
Hepatitis C, malaria, Sifilis dan penyakit lainnya.
c. Kontaminasi bakteri akibat proses produksi atau penyimpanan yang tidak tepat

2. Pemberian komponen darah yang mengandung plasma (WB, FFP, LC, TC)
a. Penularan infeksi menular lewat transfusi darah dan kontaminasi bakteri
b. Reaksi transfusi lain seperti alergi

Pelayanan Darah
1. Penyediaan layanan darah dan produk darah dilaksanakan oleh staf yang kompeten,
dimonitoring dan dievaluasi, yang diberikan sesuai dengan perundang-undangan
meliputi :
a. Pemberian persetujuan (informed consent)
b. Pengadaan darah
c. Identifikasi Pasien
d. Pemberian Darah
e. Monitoring Pasien
f. Identifikasi dan Reaksi Terhadap Transfusi

2. Rumah Sakit menetapkan pelaksanaan proses secara khusus untuk kelompok\pasien


beresiko atau pelayanan yang beresiko tinggi agar tepat dan efektif dalam mengurangi
resiko terkait, yang meliputi:
a. Bagaimana perencanaan dibuat termasuk identifikasi perbedaan pasien dewasa
degan anak atau keadaan khusus lain.
b. Dokumentasi yang diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja dan
berkomunikasi secara efektif.
c. Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan.
d. Persyaratan pemantauan pasien.
e. Kompetensi atau keterampilan khusus staf yang terlibat dalam proses asuhan.
f. Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
BAB III
TATA LAKSANA
1. Pemberian Persetujuan (Informed Consent)

Pasien yang akan melakukan proses transfusi darah harus menandatangani formulir
persetujuan transfusi, setelah diberkan penjelasan olej DPJP tentang:

a. Dasar Diagnosis
b. Tindakan Kedokteran
c. Indikasi Tindakan
d. Tujuan Pemberian Transfusi
e. Kemungkina timbulnya reaksi tranfusi jika terjadi ketidak cocokkan darah antara
darah pasien dengan darah donor.
2. Pengadan Darah

Perawat ruangan akan mengisi lembar permintaan darah dan membawa formulir
perintaan darah ke bagian pelayanan darah, yang selanjutnya bagian pelayanan darah akan
melakukan permintaan darah ke UTDD.

3. Identifikasi Pasien

Petugas pelayanan darah akan menginformasikan ke ruangan apabila komponen darah


yang diminta sudah tersedia dan melakukan identifikasi terhadap kantong darah yang
meliputi:

a. Nama Pasien
b. No RM Pasien
c. No Kantong Darah
d. No Selang Pada Kantong
e. Tanggal Pembuatan Komponen Darah
f. Tanggal Kadalwarsa
4. Pemberian Darah

Komponen darah yang sudah diambil dari bagian pelayanan darah akan di distribusikan
atau diserahkan ke pasien dan perawat melakukan pemantauan selama proses tranfusi
berlangsung dalam formulir khusus.
Perhatian khusus pada pemberian transfusi

a. Pemberian darah tidak perlu dihangatkan terlebih dahulu kecuali transfusi


cepat, tranfusi msif, tranfusi tukar atau ada cold agglutin. Pada kondisi
tersebut penghangatan dilakukan menggunakn blood warmer khusus.
b. Bila pasien mendapatkan transfusi lebih dari satu jenis darah atau
komponen darah, dan salah satunya merupakan komponen darah TC, maka
untuk transfusi TC harus diberikan dengan menggunakan trombocyt
transfusion set / blood set yang baru, diberikan pertama kali dan
dilanjutkan dengan komponen darah lainnya.
c. Pemberian darah melalui vena sentral hanya boleh dilakukan oleh perawat
terlatih dalam peggunaa central vein catheter (CVC).

Cara pemberian produk darah sebagai berikut:


1. Tranfusi WB/PRC pada dewasa:
a. Tranfusi di lakukan dalam 15 menit setelah darah donor tiba di ruangan.
b. Transfusi di lakukan oleh 2 orang perawat terlatih.
c. Volume 1 kantong WB : 250 ml
d. Volume 1 kantong PRC : 50-170 ml
2. Tranfusi Trombosit
a. Tranfusi diberikan kepada pasien 1 jam setelah darah keluar UTD PMI
b. Transfusi terapi pada pendarahan dengan trombosit <50.000 /ul
c. Volume 1 kantong TC : 50 ml
3. Tranfusi FFP
a. Transfusi darah diberikan kepada pasien dalam waktu 2 jam setelah darah
keluar dari UTD PMI
b. Koreksi pada perpanjangan INR / APTT dan defisiensi faktor koagulasi
c. Menggunakan infusion set standart
d. Volume 1 labu FFP : 80 ml sampai 170 ml.

5. Monitoring
Selama pemberian transfuse, perawat melakukan monitoring reaksi transfuse dalam
formulir khusus, dengan melakukan pengamatan menggigil, gatal, mual, ultikaria. Monitoring
dilakukan sejak awal pemberian transfuse sampai dengan 4 jam post transfuse.
a. Reaksi transfuse akut dapat terjadi pada 1-2% pasien yang dapat transfuse
darah. Deteksi dan penanganan dini reaksi transfuse dapat menyelamatkan
jiwa pasien. Karena itu, pasien yang mendapat transfuse harus diawasi
dengan baik.
b. Untuk pemberian transfuse darah dianjurkan untuk mengawasi pasien:
1) Saat mulai ditransfusi
2) 15 menit setelah transfuse mulai
3) Saat selesai transfuse
4) 4 jam setelah transfuse, kantong darah terakhir untuk pasien rawat
inap atau untuk pasien rawat jalan tidak boleh pulang selama 1 jam
setelah transfuse
c. Reaksi yang berat biasanya terjadi selama 15 menit pertama pemberian
transfuse setiap kantong. Karena itu, pada 15 menit pertama transfuse, pasien
harus diawasi dan kecepatan transfusi diatur dengan kecepatan lambat,
kurang lebih 2mL/menit. Apabila tidak terjadi reaksi apapun maka transfuse
dapat dipercepat sesuai target dan sesuai keadaan pasien.
d. Pada saat mengakhiri tindakan transfuse, keadaan pasien dan tanda-tanda
vital dicatat, kantong darah beserta selangnya dibuang sesuai
prosedurpembuangan limbah medis.
6. Identifikasi dan respon reaksi bila terjadi reaksi transfusi maka:
a. Hemolisis Intravascular akut
b. Kontaminasi bakteri dan syok septik
c. Kelebihan cairan
d. Reaksi anafilatik
e. Transfusion-Associated Acute Lung Injury (TRALI)
Reaksi hemolysis intravascular akut terjadi karena pemberian darah yang tidak cocok/
incompatible. Antibody yang terletak dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah
donor. Bahkan pemberian 10-50 ml darah inkompatibel dapat menyebabkan reaksi berat dan
pemberian dalam jumlah volume besar akan meningkatkan resiko tersebut.

Inkompatibilitas ABO biasanya terjadi karena :


1. Kesalahan permintaan darah
2. Kesalahan pengambilan sampel darah
3. Kesalahan pemberian label identitas pasien dalam wadah sampel darah
4. Ketidaktelitian dalam memeriksa identitas pasien sebelum memberikan transfuse

Berdasarkan keluhan dan tanda reaksi transfuse ini dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yaitu :
1. Kategori I (reaksi ringan)
2. Kategori II (reaksi sedang)
3. Kategori III (reaksi berat)
Gejala dan tanda reaksi transfuse akut :
KATEGORI I KATEGORI II KATEGORI II
Gejala/Keluhan
Gatal  Cemas  Cemas
 Gatal  Nyeri dada
 Palpitasi  Nyeri didaerah
 Sesak napas ringan pemasangan jarum
 Sakit kepala suntik
 Gangguan
pernapasan
 Nyeri punggung atau
nyeri pada daerah
pangkal paha
 Sakit kepala

TANDA
Reaksi pada kulit yang  Flusing (kulit menjadi  Kaku/rigor
terkontaminasi. Urtikaria dan merah)  Gelisah
bercak merah/rush  Urtikaria  Hipotensi (tekanan
 Kaku / rigor darah sistolik turun ≥
 Demam 20%)
 Gelisah  Takikardi (frekuensi
 Takikardi denyut jantung
meningkat ≥ 20%)
 Hemoglobinuria (air
seni berwarna merah)
 Pendarahan yang
tidak diketahui
alasannya (DIC)

Penanganan reaksi transfusi ringan :

a. Hentikan transfuse
b. Berikan antihistamin intramuscular (IM)
c. Lakukan observasi dalam waktu 30 menit. Jika tidak ada perbaikan, perlakukan
sebagai kategori II. Jika ada perbaikan, transfuse dapat dilanjutkan.

Penanganan reaksi transfusi sedang :

a. Hentikan transfusi, ganti dengan cairan infus NaCl 0.9% untuk tetap menjaga
pembuluh darah tetap terbuka. Panas tanpa gejala lainnya hanya diberikan antipiretik.
b. Hubungi dokter yang bertanggungjawab terhadap pelayanan pasien dan UTD
c. Kirim kantong darah, selang set transfusi, dan sampel darah baru (sampel darah tanpa
antikoagulan dan dampel darah dengan antikoagulan) dari vena kontralateral.
d. Berikan anti Histamin IM dan Antipiretik oral atau per rektal.
e. Berikan kortikosteroid dan bronkodilator IV bila terjadi reaksi anafilaksis (contoh:
bronkospame, stridor).
f. Kumpulkan urine 24 jam untuk memeriksa adanya hemolysis.
g. akukan observasi dalam waktu 15 menit. Jika tidak ada perbaikan, pelakukan sebagai
kategori III. Jika ada perbaikan, transfuse darah dengan kantong baru dapat dimulai
dengan observasi lebih ketat.

Penanganan reaksi transfusi berat :

a. Hentikan transfusi. Ganti dengan cairan infus NaCl 0.9% untuk menjaga pembuluh
darah tetap terbuka.
b. Berikan infus NaCl 0.9% untuk menjaga tekanan darah sistolik. Jika terjadi
hipotensi, berikan selama 5 menit dan tinggikan tungkai bawah pasien.
c. Jaga saluran nafas dan berikan oksigen dengan tekanan tinggi menggunakan
sungkup.
d. Hubungi dokter yang bertanggungjawab terhadap pelayanan pasien atau dokter yang
kompeten dan BDRS.
e. Berikan adrenalin IM secara pelan.

f. Berikan kortikosteroid dan bronkodilator IV bila terjadi reaksi anafilaktoid (contoh:


bronkospame, stridor).
g. Berikan diuretic IV.
h. Kirim kantong darah, selang set transfuse, dan sampel darah baru (sampel darah
tanpa antikoagulan dan dampel darah dengan antikoagulan) dari vena kontralateral

i. Periksa urine segar untuk melihat tanda terjadinya hemoglobinuria.

j. Kumpulkan urine 24 jam untuk memeriksa adanya hemilisis.

k. Catat semua cairan yang masuk dan keluar untuk mengetahui keseimbangan cairan.

l. Periksa apakah terjadi perdarahan di tempat pemasangan blood set atau pada luka
ditempat lain. Jika terdapat bukti terjadinya DIC, berikanTC dan AHF atau FFP.

m. Periksa kembali, jika terjadi hipotensi berikan lebih banyak NaCl 0.9% selama 5
menit, dan,jika tersedia, berikan obat inotropic.

n. Jika output urine menurun atu terdapat tanda terjadinya gagal ginjal akut, hitung
keseimbangan cairan, pertimbangkan pemberian Furosemide, jika ada pertimbangkan
pemberian infus dopamine, rujuk kepada dokter spesialis yang sesuai seperti pada
kasus pasien yang memerlukan dialysis.

o. Jika diperkirakan terjadi bakterimia, berikan antibiotic spectrum luas secara IV.

7. Pencatatan dan Pelaporan


Informasi yang harus didokumentasikan dalam rekam medis mencakup:
a. Persetujuan pemberian darah dan produk darah

b. Alasan transfuse dan target dari pemberian transfuse

c. Nama jelas dan tanda tangan dokter yang meminta darah

d. Hasil verivikasi yang dilakukan sebelum transfuse terdiri dari :

1) Identitas pasien

2) Identifikasi dan keadaan kantong darah


3) Nama jelas dua petugas yang melakukan verivikasi serta tanda tangan

e. Transfsi yang dilakukan :

1) Jenis darah dan volme darah yang di transfusikan

2) Nomor kantong darah

3) Goongan darah ABO dan Rhesus

4) Waktu mulai transfuse dari setiap

Anda mungkin juga menyukai