TIM PENYUSUN
Dr. Ir. Abdul Kahar, S.T., M.Si
Dr. Hairul Huda, S.T., M.T
Dr. Eko Heryadi, S. Hut., M.P.
Ir. Indah P. DS., S.T., M.T., PhD.
Dr. Retno Wulandari, S.Hut., M.P.
Ari Susandy Sanjaya, S.T., M.T.
Tantra Diwa Larasati, S.T., M.T
Rif’an Fathoni, S.T., M.T.
Koordinator Praktikum :
Pembimbing Praktikum :
Asisten Praktikum :
1. Praktikan wajib hadir ±10 menit sebelum praktikum dimulai. Keterlambatan lebih dari 15
menit tanpa alasan yang jelas tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
2. Sebelum beraktifitas di dalam laboratorium, pahami dan taati tata tertib laboratorium yang
berlaku.
3. Untuk dapat mengikuti praktikum, praktikan wajib mengenakan alat pelindung diri berupa
jas laboratorium dan sepatu tertutup yang selalu dikenakan selama praktikum berlangsung.
Jika hendak bekerja dengan bahan kimia berbahaya, praktikan wajib melengkapi diri
dengan alat pelindung diri tambahan seperti masker dan sarung tangan.
4. Praktikan wajib mengumpulkan bukti bahwa laporan telah disetujui dosen pembimbing
dari praktikum minggu sebelumnya. Jika tidak mengumpulkan maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum selanjutnya.
5. Jika karena suatu hal tidak dapat mengikuti praktikum, praktikan wajib menunjukkan
surat ijin, surat keterangan atau persetujuan lainnya yang sah dan masih berlaku. Praktikan
wajib mengganti praktikum yang tertinggal dengan hari yang lain.
6. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum tanpa alasan yang jelas, dianggap mendapatkan
nilai 0 pada praktikum yang tidak diikuti tersebut.
7. Untuk menguji kesiapan praktikan melakukan praktikum, praktikan diwajibkan untuk
lulus uji responsi secara lisan maupun tertulis terlebih dahulu dengan pembimbing
praktikum yang bersangkutan.
8. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan wajib mengisi borang peminjaman alat
laboratorium yang telah disediakan. Setelah praktikum selesai, praktikan wajib
mengembalikan borang peminjaman alat laboratorium dengan kesesuaian alat yang
dipinjam sebelumnya. Setiap praktikan, wajib mengembalikan alat dan bahan yang
digunakan ke tempat semula.
9. Kerusakan alat, baik dilakukan perorangan maupun kelompok, harus melapor kepada
asisten atau salah satu pihak dari tim praktikum operasi teknik kimia 1 dan diwajibkan
untuk mengganti. Batas waktu penggantian alat adalah sebelum praktikum minggu
Samarinda, 2022
Tim Praktikum
Operasi Teknik Kimia 1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penyusunan Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia 1 Tahun Ajaran
2022/2023 dapat terselesaikan.
Penuntun praktikum ini disusun untuk mempermudah kegiatan praktikum Operasi Teknik
Kimia 1 yang dilaksanakan oleh mahasiswa program studi teknik kimia tahun ajaran
2022/2023. Penuntun ini terdiri dari 6 judul praktikum yang masing-masing diawali dengan
pemaparan tujuan percobaan secara umum serta teori yang mendasari percobaan. Selanjutnya
terdapat metodologi percobaan yang terdiri dari pemaparan bahan dan alat yang digunakan
maupun prosedur kerja yang telah dijabarkan sejelas mungkin. Data pengamatan yang
diperoleh selama melaksanakan praktikum dapat diisikan pada laporan sementara untuk
kemudian digunakan sebagai data yang valid dalam melakukan perhitungan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut aktif membantu
penyusunan Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia 1 ini. Penyusun menyadari bahwa
dalam buku ini masih jauh dari sempurna. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penyusun
akan terbuka untuk menerima kritik yang membangun demi kesempurnaan penuntun ini.
Semoga Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia 1 dapat bermanfaat bagi kita semua.
Samarinda, 2022
Tim Praktikum
Operasi Teknik Kimia 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
TIM PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 ii
TATA TERTIB iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
PERCOBAAN 1 MIXING 1
PERCOBAAN 2 DINAMIKA PROSES 20
PERCOBAAN 3 FILTRASI 41
PERCOBAAN 4 SEDIMENTASI 65
PERCOBAAN 5 LEACHING 77
PERCOBAAN 6 KONTAKTOR GAS CAIR 94
PERCOBAAN I
MIXING
Prinsip pengadukan ialah mencampur dua cairan yang saling melarut, melarutkan padatan dalam
cairan, mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung dan untuk 1
mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan koil pemanas dan jaket pada dinding
bejana.
c. Kelarutan, semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur satu terhadap
lainnya, semakin baik pencampurannya.
a. Propeller
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan arah aliran
aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki viskositas rendah dan
tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas sirkulasi yang dihasilkan
besar dan sensitif terhadap beban head. Dalam perancangan propeller, luas sudah biasa
dinyatakan dalam perbandingan luas area yang terbentuk dengan luas daerah disk.
Pengaduk propeller terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran meninggalkan
pengaduk secara kontinyu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai dibelokkan oleh
dinding atau dasar tangki.
b. Turbine
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa memandang
rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine merupakan pengaduk
dengan sudut tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis ini digunakan pada
viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis propeller. Pengaduk turbin
menimbulkan aliran arah radial dan tengensial. Disekitar turbin terjadi daerah turbulensi
yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar fluida. Salah satu jenis pengaduk turbine
adalah pitched blade. Pengaduk jenis ini memiliki sudut sudut konstan. Aliran terjadi
pada arah aksial, meski demikian terdapat pola aliran pada arah radial. Aliran ini akan
mendominasi jika sudut berada dekat dengan dasar tangki.
c. Paddle
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses pencampuran dalam
industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudut, horizontal atau vertikal,
dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran fluida laminar, transisi atau
turbulen tanpa baffle. Pengaduk paddle menimbulkan aliran arah radial dan tangensial
dan hampir tanpa gerak vertical sama sekali. Arus yang bergerak kearah horizontal
setelah mencapai dinding akan dibelokkan keatas atau kebawah. Bila digunakan pada
kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
Gambar 2. Bentuk-bentuk Pengaduk : (a) Pengaduk Paddle, (b) Pengaduk Propeller, (c)
Pengaduk Turbine
Gambar 3. Tipe-tipe Pengaduk Jenis Turbin : (a) Flate Blade, (b) Curved Blade, (c)
Pitched Blade
Sekat (baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada dinding tangki. Tujuan
utama menggunkan sekat dalam tangki adalah memecah terjadinya pusaran saat terjadinya
pengadukan dan pencampuran. Oleh karena itu, posisi sumbu pengaduk pada tangki bersekat
berada di tengah. Namun, pada umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan
yang berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan. Sekat pada tangki juga
membentuk distribusi konsentrasi yang lebih baik di dalam tangki, karena pola aliran yang
terjadi terpecah menjadi 4 bagian. Penggunaan ukuran sekat yang lebih besar mampu
menghasilkan pencampuran yang lebih baik.
Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 2.3 biasanya dapat
menghasilkan pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan sebaiknya
berukuran 1/12 diameter tangki.
Bilangan Reynoldss adalah suatu rasio antara gaya inersia terhadap gaya viskositas yang
mengkuantifikasikan antara hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu.
Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, misalnya pada jenis
aliran laminar dan turbulen. Bilangan Reynolds merupakan salah satu bilangan tak berdimensi
yang paling penting dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak
berdimensi lain. Untuk memberikan kriteria untuk menentukan dynamic similitude. Jika dua pola
aliran yang mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda
pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya disebut memiliki kemiripan
dinamis. Sistem pengadukan yang terjadi bisa diketahui bilangan Reynolds-nya dengan
menggunakan persamaan:
Dimana :
Re : Bilangan Reynolds
ρ : Densitas Fluida
µ : Viskositas Fluida
Aliran turbulen yaitu pergerakan dari partikel-partikel fluida yang tidak bisa menentu
dikarenakan mengalami campuran serta putaran partikel antar lapisan, dan dapat
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida dan kebagian fluida
lainnya dan dalam skala yang begitu besar. Dalam keadaan yang alirannya turbulen maka
turbulensi yang akan terjadi membangkitkan tegangan geser merata diseluruh aliran
fluida sehingga akan menghasilkan kerugian-kerugian aliran. Aliran turbulenakan terjadi
jika nilai bilangan Reynolds Re > 4000.
3. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Apabila
Reynoldss number didapatkan hasil aliran transisi terjadi pada 2100 < Re < 4000.
1.3. BAHAN
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan mixing, antara lain:
1. Aquades
2. Gula
3. Kacang Hijau
4. Pewarna Makanan
1.4. ALAT
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan mixing, antara lain:
1. Rangkaian alat tangki berpengaduk
2. Beaker glass 100 mL
3. Beaker glass 250 mL
4. Picnometer 25 mL
5. Penggaris
6. Bulb
7. Viscometer
8. Stopwatch
9. Neraca analitik
10. Batang pengaduk
11. Kunci batang pengaduk
12. Propeller
13. Baffle
14. Timbangan
Rangkaian Alat
1 Keterangan :
2 1. Motor pengaduk
2. Speed controller
3. Tangki
3 4. Baffle
5. Pengaduk
4
f. Diulangi percobaan yang sama dengan variabel kecepatan putar pengaduk yang
berbeda sebesar 350 dan 400 rpm
g. Diulangi percobaan dengan tangki berbaffle
Analisa Perhitungan
akuades pada suhu oC, diperoleh dari data Tabel 2.30 Perry, 1997, “Process and Unit
Operations”, diperoleh ρ = g/cm3
Volume piknometer = volume aquadest
Tabel 7. Hasil Perhitungan Densitas NaCl untuk Tangki tanpa Baffle pada Penentuan
Power Consumption
Berat larutan NaCl Vpiknometer ρNaCl
n (rps) 3 3
(gram) (cm ) (g/cm )
= g/cm.s
3
ρaq = g/cm
t NaCl = s
= g/cm.s
Tabel 9. Hasil Perhitungan Viskositas NaCl untuk Tangki tanpa Baffle pada Pengamatan
Waktu Pengadukan Sempurna
N ρNaCl ρaq t NaCl t aq μaq μNaCl
3 3
(rps) (g/cm ) (g/cm ) (s) (s) (g/cm.s) (g/cm.s)
= g/cm.s
= g/cm.s
= g/cm.s
Da = cm
ρNaCl 3
= g/cm
μNaCl = g/cm.s
nD 2
NRe =a NaCl
NaC l
=
b) Pada tangki berbaffle untuk waktu pengadukan sempurna
Kecepatan putar impellerrpm = rps
Da = cm
3
ρNaCl = g/cm
μNaCl = g/cm.s
n D 2
NRe = a NaCl
NaC l
=
c) Pada tangki berbaffle untuk waktu pengadukan sempurna
Kecepatan putar impellerrpm = rps
Da = cm
3
ρNaCl = g/cm
μNaCl = g/cm.s
n D 2
NRe = a NaCl
NaC l
Tabel 12. Hasil Perhitungan Bilangan Reynold NaCl untuk Tangki Berbaffle pada
Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
n Da ρNaCl μNaCl
3 NRe
(rps) (cm) (g/cm ) (g/cm.s)
μNaCl = g/cm.s
n D 2
NRe = a NaCl
NaC l
=
Analog dengan perhitungan di atas maka didapat :
Tabel 13. Hasil Perhitungan Bilangan Reynold NaCl untuk Tangki tanpa Baffle pada
Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
n Da ρNaCl μNaCl
3 NRe
(rps) (cm) (g/cm ) (g/cm.s)
ρNaCl = 3
g/cm
μNaCl = g/cm.s
n D 2
NRe = a NaCl
NaC l
=
Analog dengan perhitungan di atas maka didapat :
Tabel 15. Hasil Perhitungan Bilangan Reynold NaCl untuk Tangki tanpa Baffle pada
Penentuan Power Consumption
Da ρNaCl μNaCl
n (rps) 3 NRe
(cm) (g/cm ) (g/cm.s)
Dt = cm
Zt = cm
Da = cm
D
t = (Brown, hal 507)
Da graph
Z t
= (Brown, hal 507)
D
a graph
Pr = W
D Z D Z
Pr = P t
t
t
t
D a D a desired D a D a graph
Dt = cm
Zt = cm
Da = cm
D
t
= (Brown, hal 507)
D
a graph
Zt
= (Brown, hal 507)
D
a graph
Pr = W
Analog dengan perhitungan di atas maka didapat :
Tabel 17. Hasil Perhitungan Daya Pengadukan untuk Tangki tanpa Baffle
n Da NaCl P Pr
P0 NRe 3
(rps) (cm) (g/cm ) (W) (W)
Gambar 2. Grafik Hubungan antara Waktu Pengadukan Sempurna (tT) dengan Bilangan
Reynold (NRe) pada Tangki tanpa Baffle
NRe Pr ( W )
Gambar 3. Grafik Hubungan antara Daya Pengadukan (Pr) dengan Bilangan Reynold
(NRe) pada Tangki Berbaffle
PERCOBAAN 2
DINAMIKA PROSES
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dinamika (perilaku) proses tidak tunak (unsteady state) melalui sistem fisik
sederhana.
2. Mengetahui keadaan tunak dan tidak tunak untuk sistem-sistem fisik sederhana.
3. Mengetahui model matematika untuk sistem-sistem fisik sederhana yang berada dalam
keadaan tidak tunak.
4. Menentukan parameter-parameter model matematika di atas dari rangkaian data
percobaan, seperti tanggapan sistem terhadap gangguan fungsi tangga.
Diskripsi
Landasan Teori
Dalam bidang Teknik Kimia sangat dibutuhkan suatu kemampuan untuk mengkuantifikasikan
dari kelakuan suatu elemen proses atau proses itu sendiri. Kemampuan tersebut dikenal
dengan pemodelan. Untuk melakukan pemodelan digunakan prinsip reaksi kimia, proses
fisika, dan matematika untuk memperoleh suatu persamaan. Dengan mempergunakan
persamaan tersebut dapat diperkirakan suatu kejadian pada suatu hasil (produk) dengan
mengubah suhu, tekanan, ukuran alat dan sebagainya.
Tahap awal dari pembuatan model suatu proses adalah dengan melakukan analisa dari proses
tersebut. Tujuan analisa adalah mendapatkan gambaran dari kejadian secara fisik,
memprediksi kelakuan proses, membandingkan dengan kelakuan sebenarnya mengevaluasi
terhadap keterbatasan dari model yang telah dibentuk, dan kemudian dapat diteruskan dengan
perancangan alat atau unit proses yang diperlukan.
Dasar teori ini akan ditinjau contoh pemodelan suatu proses sederhana seperti terlihat pada
gambar yaitu suatu tangki dengan luas penampang tetap (A), diisi dengan air pada ketinggian
awal (h0). Kemudian tangki tersebut dikosongkan dengan cara mengalirkan air melalui
lubang kecil (orifice) dibagian dasar tangki dengan luas penampang orifice (Ao).
ρ = densitas air
h0
Dimana :
3 3
q : Laju alir volume cairan dari tangki (ft /detik, liter/detik, m /detik)
2 2
A: Luas penampang tangki (m , ft )
2 2 2
A0 : Luas penampang lubang kecil atau orifice (m , cm , ft )
h0 : Ketinggian cairan pada t = 0 (cm, m, ft)
h : Ketinggian cairan dalam tangki terhadap perubahan waktu (ft, m, cm)
3
ρ : Densitas cairan (lb/ft , kg/liter)
t : Waktu (detik)
“Massa cairan yang keluar tangki sama dengan perubahan massa di dalam tangki”. Massa
cairan adalah ρ . A . h jadi perubahan massa tersebut adalah d . [ρ . A . h]/dt.
Tanda negatif menyatakan bahwa aliran menghasilkan pengurangan massa dalam tangki,
dimana ρ dan A adalah tetap (konstanta).
Dinamika proses adalah variasi unjuk kerja suatu proses dinamik dari waktu ke waktu sebagai
respon terhadap gangguan-gangguan dan perubahan-perubahan terhadap proses tersebut.
Dinamika proses menunjukkan adanya kondisi tidak unak dalam setiap proses/ sistem teknik
kimia setelah diberi gangguan untuk mencapai keadaan tunak baru. Ketidaktunakan ini
diakibatkan adanya gangguan pada sistem yang telah tunak. Pada praktikum ini, dinamika
proses diamati pada percobaan profil ketinggian air dalam tangki terhadap waktu serta
perubahan temperatur terhadap waktu pada sebuah termometer.
Dalam dinamika proses ada dua keadaan yang ditinjau dari dinamika proses yang terjadi,
yaitu:
a. Keadaan tunak (steady state)
Kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem tidak berubah dengan berjalannya waktu
(konstan). Pada beberapa sistem, keadaan tunak baru akan dicapai beberapa waktu
setelah sistem dimulai, kondisi awal ini sering disebut keadaan trannen.
b. Keadaan tidak tunak (unsteady state)
Untuk mempermudah penyelesaian bentuk kompeks dari non linier diubah menjadi
bentuk linier diseputar kondisi tunak.
Kedinamisan tangki air diuji coba dengan pengosongan tangki dan pemberian gangguan pada
tangki berisi air yang tenang dengan ketinggian tunak. Luas penampang tangki dikalibrasi
dengan mengalurkan grafik volume terhadap penurunan ketinggian air dalam tangki (h).
Volume tangki dihitung dengan persamaan:
.
.h
.
dimana adalah luas penampan tangki. Dengan demikian A adalah gradien dari grafik V-
h. Jika diketahui luas penampang, maka laju alir volumetrik dari valve yang digunakan
(dengan bukaan tertentu) dapat diketahui.
Pada percobaan ini digunakan 3 valve. Dua valve untuk mengalirkan air dari reserviar, dan
satu valve lain sebagai saluran keluaran tangki. Masing-masing valve mempunyai
karakteristik dan laju alir berbeda-beda. Pengukuran laju alir volumetrik dilakukan dengan
mengukur volume keluaran tiap selang waktu tertentu. Debit air biasa dihitung dengan
mencari gradien grafik. Volume terhadap waktu. Persamaan yang digunakan adalah:
Debit air pada masing-masing valve bergantung pada variasi bukaan valve. Makin besar
bukaan valve, makin besar pula debit airnya. Perhitungan debit air ini dilakukan untuk
memperkirakan bukaan valve yang sesuai dengan yang dibutuhkan saat percobaan simulasi
gangguan.
. g.h . g.h
Mulut tangki dan saluran keluaran terbuka pada tekanan atmosfer sehingga, persamaan
tersebut menjadi:
.[ ] g . [h h]
2 2
Selanjutnya digunkan asumsi v1 dapat diabaikan terhadap v2 karena dianggap luas
penampang tangki jauh lebih besar daripada saluran keluaran sehingga,
. [ ] g . [h h ]
2
v adalah laju linear, sedangkan debit adalah A . v2 = A . √ . g . h , dari persamaan ini diketahui bahwa debit adalah fungsi h,
n
Q=k.h
Pada proses pengosongan tangki ini, neraca massa dalam tangki adalah:
d
dt out
dh n
A . dt k.h
n
dh k
dt A .h
Dari persamaan tersebut disimpulkan bahwa laju perubahan ketinggian air dalam tangki
bergantung pada ketinggian tangki setiap saat. Konstanta k dan n merupakan parameter yang
menunjukkan keidelan tangki.
Data yang diperoleh adalah h dan t. Nilai k dan n bisa dicari dengan linearisasi persamaan
neraca massa:
n . ln h ln ( k)
ln dt
dt A
dimana ( ) adalah gradien garis.
Cara lain yang lebih akurat adalah dengan metoda numerik dengan menggunakan bantuan
program komputer. Simulasi gangguan pada tangki dilakukan dengan mengguangg sistem
tangki yang sudah tunak. Gangguan diberikan dengan menambahkan air masuk masuk secara
tiba-tiba atau mengurangi jumlah air yang sudah tunak degan memperbesar bukaan valve
keluaran.
Jika dilakukan gangguan penambahan air ke dalam tangki, neraca massa tangki
akan menjadi:
dh
A
dt (
) out
Dengan adanya tambahan air, maka debit keluaran akan berubah dan akhirnya mencapai
keadaan tunak yang kedua. Selama simulasi dicatat perubahan ketinggian terhadap waktu.
Umumnya keadaan tunak sulit dicapai, dibutuhkan waktu yang lebih lama dan tangki dengan
luas permukaan relatif besar untuk mencapai kondisi tunak yang sempurna. Waktu untuk
mencapai kondisi tunak dipengaruhi besar kecilnya debit pada tiap-tiap valve, yang
mempengaruhi parameter k dan n.
Kesalahan seringkali terjadi karena ketidaktepatan penentuan waktu saat terjadinya kondisi
tunak. Jika simulasi sudah berlangsung lama, perubahan ketinggian air pada setiap variasi
bukaan akan sangat lambat, walaupun mempunyai kecenderungan untuk berubah pada jangka
waktu yang lama.
1. Air
Rangkaian Alat
Prosedur Pelaksanaan
Pembahasan
1. Grafik dan Perhitungan Penentuan Luas Penampang pada Tangki 1 dan Tangki 2
Penentuan luas penampang tangki 1 dan tangki 2 menggunakan data yang terdapat pada
Tabel 4.1 beriku ini :
Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2, untuk menempattkan luas penampang tangki maka
dibuat kurva dengan sumbu x = h (cm) dan sumbu y = V (mL) seperti pada Gambar 4.1 dan
Gambar 4.2 dan menghasilkan persamaan dengan menggunakan regresi linier y = ax + b .
Sehingga a = hasil luas penampangnya.
Tangki 1
y = ax - b
R² = ...
(mL)Volume
Tinggi (cm)
Tangki 2
y = ax - b
R² = ...
(mL)Volume
Tinggi (cm)
Berdasarkan Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa luas penampang tangki 1
2 2
adalah cm dan luas penampang tangki 2 adalah cm .
Laju alir keluaran tangki dapat ditentukan dengan menghitung volume tiap tangki dengan
mencari terlebih dahulu nilai r (jari-jari) tangki berdasarkan luas permukaan tangki dengan
rumus:
2
A=. . , maka D = √ , r =
Untuk tangki 1,
D =
r = Untuk
tangki 2,
D =
r=
Dari masing-masing nilai r tangki yang didapat, kemudian dihitung masing-masing volume
berdasarkan ketinggian air pada tangki dengan rumus:
2
V= .r .h
Pada percobaan yang dilakukan untuk menentukan laju alir keluaran tangki 1 diperlukan
variasi bukaan valve yaitu 2 dan 2,5 putaran dan waktu penurunan ketinggian tangki dicatat
setiap 1 cm. Setelah didapat data ketinggian dan waktu masing-masing tangki, kemudian
dihitung nilai volume berdasarkan ketinggian air. Hasil perhitungan volume masing-masing
tangki dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Berdasarkan Tabel 4.2 maka kurva penentuan laju alir keluaran tangki 1 dapat dilihat pada
Gambar 4.3 dibawah ini.
2 PUTARAN
2.5 PUTARAN
y = ax+ b Linear (2 PUTARAN)
R² = ....
Linear (2.5 PUTARAN)
y = ax + b
R² = ...
Waktu (s)
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa laju alir keluaran tangki 1 pada bukaan
m m
⁄s dan pada bukaan valve 2,5 putaran adalah ⁄s.
valve 2 putaran adalah
dh
Nilai ⁄dt dapat dicari dari regresi non linier grafik h terhadap t dengan memasukkan nilai t sebagai variabel bebas. Hasil
integrasi persamaan tersebut adalah garis lurus dengan intersep
k
– ln ( ⁄A) dengan gradien n. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan ini maka dilakukan simulasi
pengosongan tangki.
dh
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 maka kurva t terhadap h untuk menentukan nilai ⁄dt dapat dilihat pada Gambar 4.4
dan Gambar 4.5 dibawah ini.
ln(-A.dh/dt)
y = ax + b
R² = ...
ln h
Gambar 4.4 Kurva Penentuan Nilai k dan n pada Tangki 1 dengan Bukaan 2 Putaran
ln( -A.dh/dt)
y = ax + b
R² = .....
ln h
Gambar 4.5 Kurva Penentuan Nilai k dan n pada Tangki 1 dengan Bukaan 2,75 Putaran
dh
Berdasarkan Gambar 4.4 maka dapat diketahui nilai ⁄dt. Sedangkan berdasarkan Gambar 4.5 maka dapat
dh dh dh dh
diketahui nilai ⁄dt. Setelah nilai ⁄dt didapatkan maka dapat dihitung nilai A . - ⁄dt , ln (- A . ⁄dt )
dan ln h. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 dibawah ini.
Dari Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 maka dapat dilihat kurva linierisasi untuk simulasi pengosongan
tangki 1 pada bukaan 2 dan 2,75 putaran seperti Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 dibawah ini.
Gambar 4.7 Kurva Linierisasi Pengosongan Tangki 1 pada Bukaan 2,75 Putaran
Pada tangki yang telah tunak, langsung diberikan gangguan secara mendadak dengan
menambah bukaa valve input sebanyak 1 putaran. Karena gangguan tersebut maka sistem
didalam tangki menjadi tidak stabil dan profil ketinggian berubah.
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 dapat dibuat grafik perbedaan profil ketinggian tangki
sebelum diberi gangguan dan setelah diberi gangguan seperti pada Gambar 4.8 dan Gambar
4.9 dibawah ini.
Keadaan Tunak
y = ax + b
Tinggi (cm)
R² = ...
Waktu (s)
Diberi Gangguan
y = ax + b
Tinggi (cm)
R² = ...
Waktu (s)
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA
Hari/ Tanggal :
Kelompok :
Anggota :
4 27 7,09 27 6,20
5 26 9,01 26 7,40
6 25 11,51 25 9,93
7 24 13,30 24 11,18
8 23 14,71 23 13,20
9 22 23,08 22 14,66
10 21 25,33 21 16,25
dst 20 29,78 20 18,56
PERCOBAAN 3
FILTRASI
1.2 Sasaran
Berkaitan dengan tujuan praktikum, praktikan diharapkan dapat:
a. Menentukan persamaan penyaringan pada tekanan tetap.
b. Menghitung tahanan medium penyaring dan tahanan spesifik padatan saring.
c. Menentukan pengaruh tekanan terhadap tahanan spesifik padatan dan kekeringan
padatan.
Diskripsi
Praktikum filtrasi mengajarkan tentang pengamatan, pengambilan keputusan dan analisis data
pada fenomena-fenomena yang biasa terjadi pada proses penyaringan menggunakan peralatan
filtrasi berjenis filter press.
Proses Filtrasi merupakan proses pemisahan padatan dari campuran fasa cair dengan driving
force berupa perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan fasa cair melewati
medium filter sedangkan padatan akan tertinggal pada medium filter. Filtrasi banyak
digunakan dalam proses-proses industri seperti industri makanan-minuman yang
menggunakan filtrasi untuk memisahkan produk makanan dan minuman yang diinginkan,
maupun pada industri lainnya sebagai proses pengolahan air bersih atau limbah.
Proses filtrasi akan menghasilkan “cake” padatan yang terbentuk pada media filter seiring
dengan bertambahnya waktu. Cake pada media tersebut akan terus terakumulasi dan
memberikan hambatan/tahanan lain pada proses filtrasi yang perlu diperhitungkan selain
hambatan dari media. Untuk itu, sekarang ini telah banyak modifikasi pada teknologi filtrasi
yang diterapkan di industri kimia untuk memperbaiki sifat dan karakteristik fisika dan
kimiawi cake yang terakumulasi, salah satunya adalah dengan menggunakan filter aid.
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MULAWARMAN | 41
PENUNTUN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 PERCOBAAN III
TAHUN AJARAN 2022/2023 FILTRASI
Metode filtrasi konvensional mudah untuk dipelajari dalam melihat resistansi spesifik medium
maupun resistansi cake yang terakumulasi. Praktikum ini akan dilakukan menggunakan salah satu
metode filtrasi konfensional yaitu metode plate and frame filter press. Filter terdiri atas plate and
frame yang tersusun secara selang-seling, dimana frame dipisahkan dari plate dengan
menggunakan filter cloth (media penyaring). Penempatan plate and frame harus tepat dan rapat
untuk mencegah kebocoran dalam proses filtrasi. Oleh karena itu, plate and frame yang digunakan
dipress menggunakan putaran hidrolik manual untuk memastikan kerapatan. Slurry padatan yang
ingin dipisahkan didorong menggunakan udara tekan memasuki lubang pada frame-frame yang
kemudian tersaring pada media filter pada jalan keluarnya. Slurry yang tertinggal dalam ruang
penyaringan antara media filter pada frame akan menjadi cake sedangkan fasa cair yang telah
bersih akan keluar melewati media filter.
Landasan Teori
Untuk memisahkan partikel padat dari suatu larutan suspensi atau slurry dapat dilakukan
dengan cara filtrasi, diantaranya dengan menggunakan filter press. Filter press terdiri dari
seperangkap pinggan atau lempeng (plate) yang dirancang untuk memberikan sederetan ruang
tempat zat padat dapat ditahan. Lempeng (plate) itu ditutup dengan medium penyaring (filter)
atau kanvas. Slurry umpan masuk ke dalam masing-masing komponen itu dengan tekanan,
cairannya lewat melalui kanvas dan keluar melalui pipa pengeluaran dan meninggalkan zat
padat basah di dalam ruang itu. Pinggan yang digunakan berbentuk plate dan frame (pinggan
dan bingkai).
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dalam suatu fluida (cairan) menggunakan
suatu medium berpori atau bahan berpori lain untuk memisahkan sebanyak mungkin zat padat
halus yang tersuspensi maupun koloid dalam fluida tersebut. Hal yang paling utama dalam
filtrasi adalah mengalirkan fluida melalui media berpori. Filtrasi dapat terjadi karena adanya
gaya dorong, misalnya gravitasi, tekanan dan gaya sentrifugal. Pada beberapa proses media
filter membantu balok berpori (cake) untuk menahan partikel-partikel padatan di dalam
suspensi sehingga terbentuk lapisan berturut turut pada balok sebagai filtrat yang melewati
balok dan media tersebut.
Filter Gravitasi (Gravity Filter) merupakan tipe yang paling tua dan sederhana. Filter ini
tersusun atas tangki-tangki yang bagian bawahnya berlubang-lubang dan diisi dengan pasir-
pasir berpori dimana fluida mengalir secara laminer. Filter ini digunakan untuk proses fluida
dengan kuantitas yang besar dan mengandung sedikit padatan. Contohnya pada pemurnian air.
Prinsip kerja metode filter gravity atau filtrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi antara
lain:
1. Tangki biasanya terbuat dari kayu, bata atau logam tetapi untuk pengolahan air biasa
digunakan beton.
2. Saluran dibagian bawah yang berlubang mengarah pada filtrat, saluran itu dilengkapi
dengan pintu atau keran agar memungkinkan backwashing dari dasar pasir untuk
menghilangkan padatan-padatan yang terakumulasi.
3. Bagian bawah yang berlubang tertutup oleh batuan atau kerikil setinggi 1 kaki atau
lebih untuk menahan pasir. Pasir yang biasa digunakan dalam pengolahan air sebagai
media filter adalah pasir-pasir kuarsa dalam bentuk yang seragam. Kokas yang
dihancurkan biasanya digunakan untuk menyaring asam sulfur. Batu kapur biasanya
digunakan untuk membersihkan cairan organik baik dalam filtrasi maupun adsorbsi.
4. Hal yang harus diperhatikan dalam filter gravitasi, bongkahan-bongkahan kasar (batu
atau kerikil) diletakkan bagian atas balok berpori (cake) untuk menahan materi-materi
kecil yang ada di atasnya (pasir dan lain-lain).
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MULAWARMAN | 43
PENUNTUN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 PERCOBAAN III
TAHUN AJARAN 2022/2023 FILTRASI
Pressure Filtration adalah suatu metode filtrasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan
sebagai pengaruh utama dalam penyaringannya, contohnya adalah pada tipe plate and frame
filter. Alat ini akan bekerja berdasarkan driving force, yaitu perbedaan tekanan. Alat ini
dilengkapi dengan kain penyaring yang disebut filter cloth, yang terletak pada tiap sisi
platenya. Plate and frame filter digunakan untuk memisahkan padatan cairan dengan media
berpori yang meneruskan cairannya dan menahan padatannya. Larutan yang lolos dari filtrasi
disebut pula dengan filtrat, sedangkan padatan yang tertahan pada pelat disebut juga dengan
cake.
Vacum filtration merupakan teknik pemisahan zat padat dari pelarut atau suatu campuran.
Umpan dilewatkan melalui suatu filter dalam corong buchner. Udara dipompa keluar,
sehingga umpan tertekan ke bawah, zat padat tertinggal di corong buchner sedangkan, pelarut
terdorong ke penampung.
Selain itu adapun bagian-bagian dari alat filtrasi tersebut terdiri dari:
1. Press filter
Press filter terdiri atas elemen-elemen filter (hingga mencapai 100 buah) yang berdiri
tegak atau terletak mendatar, disusun secara berdampingan atau satu di atas yang lain.
Elemen-elemen ini terbuat dari pelat-pelat beralur yang dilapisi kain filter dan
disusun pada balok-balok luncur sehingga dapat digeser-geser. Dengan suatu sumbu
giling atau perlengkapan hidraulik, pelat-pelat itu dipres menjadi satu diantara bagian
alat yang diam (bagian kepala) dan bagian yang bergerak. Saluran masuk dan saluran
keluar terdapat dibagian kepala (untuk sistem tertutup) atau saluran keluarnya di
samping pelat-pelat (untuk sistem terbuka).
2. Filter putar
Filter putar terdiri atas sebuah tromol ayak yang berputar lambat dan terbagi dalam
sel-sel. Kain filter direntangkan pada permukaan tromol dan bagian bawah tromol
tercelup di dalam bak berisi suspensi yang harus dipisahkan. Putaran dikontrol oleh
bagian pengendali yang tidak bergerak di pusat. Dalam satu kali putaran, pada setiap
sel berlangsung berturut-turut:
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MULAWARMAN | 44
PENUNTUN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 PERCOBAAN III
TAHUN AJARAN 2022/2023 FILTRASI
Kriteria Pemilihan alat pada metode pemisahan filtrasi dapat di pengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
1. Jenis campuran, campuran gas-padat memerlukan ruang filtrasi dan luas permukaan
filter yang lebih besar daripada campuran cair-padat. Hal ini disebabkan volume gas
lebih besar dari pada cairan. Disamping itu pada campuran gas-padat hanya mungkin
digunakan beda tekanan yang kecil.
2. Jumlah bahan yang lolos dan tertahan, semakin besar jumlah campuran yang harus
difiltrasi, semakin besar daya filtrasi yang diperlukan dan dengan demikian juga
semakin besar luas permukaan total filter. Ukuran pemanfaatan yang optimal dapat
berupa luas permukaan filter yang sebesar mungkin dengan ruang filter yang sekecil
mungkin.
3. Tekanan filtrasi (beda tekanan), tekanan filtrasi mempengaruhi jenis konstruksi dan
ukuran alat filtrasi.
4. Jenis operasi, konstruksi alat pada dasarnya berbeda untuk operasi yang kontinue atau
yang tidak kontinue.
5. Pencucian, bila kue filter harus dicuci , diperlukan tambahan perlengkapan untuk
mencuci. Tergantung pada jenis cairan pencuci yang digunakan, yaitu apakah
mengandung air, mudah terbakar atau beracun, maka alat filtrasi harus dikonstruksi
dengan cara yang berbeda-beda (misalnya terbuka, tertutup, dengan perangkat
penghisap, dengan ruang-ruang terpisah).
6. Sifat bahan yang di filtrasi, baik konstruksi maupun bahan yang dipakai untuk
membuat alat filtrasi tergantung pada bahan yang difiltrasi, apakah bersifat asam, basa,
netral, mengandung air, mudah terbakar, tahan api, peka terhadap oksidasi, steril, panas
atau dingin. Konstruksi dapat terbuka, tertutup atau dalam lingkungan gas inert.
7. Sifat filtrasi, apakah kue filter yang terbentuk dapat ditekan atau tidak dapat ditekan,
tergantung pada ukuran dan bentuk partikel bahan padat. Sifat kue filter itu selanjutnya
mempengaruhi luas permukaan filter, tebal kue, beda tekanan, dan juga ukuran pori dari
media filter.
Pada proses filtrasi tentunya terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi efisiensi dan
keberhasilan proses itu sendiri, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
1. Debit filtrasi (dimana debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya
filter secara efisien).
2. Konsentrasi (konsentrasi sangat memepengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi air
yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media ata akan
jadi clogging).
3. Temperatur (adanya perubahan suhu dari air yang akan di filtrasi, akan menyebabkan
massa jenis , viskositas akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan
memepengaruhi daya tarik menarik dianatara partikel halus, sehingga terjadi perbedaan
dalam ukuran besar partikel yang akan disaring.
4. Kedalaman media, ukuran dan material (pemilihan media dan ukuran merupakan
keputusan penting dalam perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan
menentukan lamanya pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya
mempunyai daya saring yang sangat tinggi,tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang
lama).
Tinggi muka air di atas media dan kehilangan tekanan (keadaan tinggi muka air di atas media
berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air
yang cukup tinggi di atas media akan meningkatkan daya tekan air untuk masuk ke dalam
pori. Dengan muka pori yang tinggi akan meningkatkan laju filtrasi).
Pinggan disusun silih berganti, diletakan secara vertikal pada rak logam dan kain dipasang
menutupi setiap bingkai dan dirapatkan dengan bantuan skrup atau ram hidrolik. Slurry
mengalir melalui saluran yang terpasang memanjang pada salah satu sudut rakitan. Dari
bidang ini, melalui saluran tambahan mengalir ke dalam masing-masing bingkai. Di sini zat
padat itu dapat melalui alur pada muka pinggan, sampai keluar dari filter press. Emulsi
(slurry) umpan dipompakan dari tangki pada tekanan 3 – 10 atm. Filtrasi dioperasikan hingga
tidak ada lagi zat cair yang keluar dan tekanan filtrasi akan naik dengan tajam. Hal ini dapat
terjadi bila bingkai sudah penuh dengan zat padat, sehingga emulsi tidak dapat lewat lagi.
Proses selanjutnya adalah pencucian, dengan cara mengalirkan cairan pencuci untuk
membersihkan.
Prinsip kerja filter press yaitu berdasarkan tekanan, bubur umpan masuk kedalam masing-masing
komponen dengan tekanan. Sehingga cairannya lewat melalui kanvas dan keluar melalui pipa
pengeluar dan meninggalkan ampas basah didalam ruang. Filtrasi sering dilakukan pada keadaan
bertekanan tetap dengan rumus :
t Cs Rm
2 V
V 2 A (P) A(P) ................................ (2.1)
t
Kp.V B
V ........................................... (2.2)
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MULAWARMAN | 47
PENUNTUN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 PERCOBAAN III
TAHUN AJARAN 2022/2023 FILTRASI
(McCabe, 1993).
= V+ = Kp + B ........................ (2.3)
Kp = ...…….....…...………..…………(2.4)
B= ...………...…………..…………(2.5)
Cs = ...………..........….………..…………(2.6)
Keterangan:
t = waktu filtrasi ( s )
V = volume filtrat yang dihasilkan saat t ( m3 )
W = berat cake (kg)
= koefisien tahanan cake (m/kg)
Rm = koefisien medium filter ( m-1)
μ = viskositas filtrat (Pa s atau kg/m s )
A = luas total medium filter ( m2)
ΔP = perbedaan tekanan ( N/ m2 atau kg/m s2 )
Cs = konsentrasi slurry ( kg/m3 )
(Geankoplis, 1993)
Keuntungan dari plate and frame filter press yaitu pekerjaannya mudah hanya memerlukan tenaga
terlatih biasa karena cara operasi alatnya sederhana, dapat langsung melihat hasil penyaringan yaitu
keruh atau jernih, dapat digunakan pada tekanan yang tinggi, penambahan kapasitas mudah cukup
dengan menambah jumlah plate dan frame tanpa menambah unit filter press, dapat digunakan untuk
penyaringan larutan yang mempunyai viskositas yang tinggi, dan dapat dipakai untuk penyaringan
larutan yang mengandung kadar koloid (kotoran) relatif rendah (Geankoplis, 1993).
Kerugian dari plate and frame filter press ini adalah kemungkinan bocor banyak dan operasinya
tidak kontinyu. Kerugian lain dari plate and frame filter press adalah tenaga kerja yang dibutuhkan
banyak karena dibutuhkan untuk membongkar dan memasang filter, selain itu membutuhkan waktu
yang lama (Geankoplis, 1993).
Tahanan spesifik cake (α), selam proses berlangsung tebal cake akan bertambah dan laju filtrasi akan
menurun atau dapat juga dikatakan pertambahan volume cake sebanding dengan pertambahan
volume filtrat. Nilai tahanan medium penyaring (Rm) biasanya bernilai konstan, tidak bergantung
pada jumlah cara yang dihasilkan, sedangkan tekanan cake (Rc) bervariasi bergantung pada volume
cake yang telah di filtrasi. Untuk hubungan antara perbedaan tekanan dengan nilai α berdasarkan
teori yang telah ada pada filtrasi tekanan tetap, dimana persamaaannya adalah :
α= ...……………………...…………(2.7)
yang artinya disaat tekanan dinaikan maka nilai α akan naik, supaya tetap dapat mencegah padatan
terbawa dalam filtrat. Dan untuk hubungan antara perbedaan tekanan dengan nilai Rm pada filtrasi
tekanan tetap, dimana persamaannya :
Rm ...……………………...…………(2.8)
artinya disaat tekanan dinaikan, nilai Rm akan semakin besar agar dapat menyaring/memisahkan
padatan dengan sempurna (Chandra, 2014).
Untuk tekanan konstan, α konstan dan cake yang tidak dapat dimampatkan (incompressible), maka
variabelnya hanya V dan t, sehingga integrasi:
∫ ∫ ...……………………...…(2.9)
t= V2 + B V ...……………………...………(2.10)
= V + B ...……………………...…………(2.11)
...……...............…………......(2.12)
Sifat fisik dan kimia kapur (CaCO3) adalah berbentuk serbuk, berwarna putih tidak berbau, tidak
memiliki rasa. Titik lebur adalah 1517-2442 oF, pH adalah 8-9 ketika dalam air. Penguapan 0% larut
dalam asam asetat, asam sitrat, dan alumunium klorida. Menyebabkan iritasi kulit dan mata. Dapat
diperburuk oleh paparan bahan yaitu pada gangguan sistem darah, saluran pencernaan, hormonal,
ginjal, dan metabolik (Reyhan, 1998).
Air adalah senyawa kimia dengan rumus H2O tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
Kondisi standar pada tekanan 100 kPa dan suhu 0 oC. Dapat melarutkan banyak zat kimia, air akan
berbahaya jika mengandung bahan kimia beracun (Oxtoby, 2001).
Rangkaian Alat
Prosedur Pelaksanaan
a. Disiapkan rangkaian alat filtrasi
b. Ditimbang piknometer kosong dan piknometer yang berisi aquadest
c. Diukur viskositas aquadest dengan menggunakan viskometer
d. Ditimbang filter cloth dengan neraca analitik
e. Ditimbang padatan CaCO3 sebanyak 300 gram
f. Dimasukkan air sebanyak 10 liter kedalam tangki berpengaduk
g. Dimasukkan padatan CaCO3 sebanyak 300 gram yang telah ditimbang
h. Ditutup rapat tangki berpengaduk hingga tidak ada celah untuk udara keluar
i. Dinyalakan motor pengaduk sampai padatan CaCO3 dan air tercampur rata selama 2 – 3
menit
j. Dinyalakan kompresor untuk menambah tekanan di dalam tangki berpengaduk sebesar 2
bar
k. Dimatikan motor pengaduk dan kompresor
l. Dibuka kran agar fluida yang ada dalam tangki berpengaduk mengalir ke arah plate dan
frame dengan menjaga tekanan tetap konstan sebesar 0,6 bar
m. Ditampung filtrat dan dihitung debit filtrat setiap 1 liter (dalam satuan per detik) hingga air
di dalam tangki berpengaduk habis
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J., (1993), Transport Process and Unit Operations, 2nd Edition, Boston: Allyn
and Bacon Inc.
Larian, M.G., 1958, Fundamentals of Chemical Engineering Operations: Prentice Hall, Inc. Mc
Cabe, W.L., (1993), Unit Operation of Chemical Engineering, 5th Edition, Singapore:Mc-Graw
Hill Book Co.
LAMPIRAN A
TABEL DATA MENTAH
Pada lampiran ini ditunjukkan contoh tabel data praktikum yang dapat diisi beberapa variasi
yang mungkin dilakukan, namun variasi ini bersifat tidak tetap bergantung pada penugasan
dari dosen yang terkait.
Tabel 1. Variasi Percobaan
Run 1 Run 2 Run 3 Run 4 Run ..
Jenis media penyaring Jeans Jeans Jeans Jeans
% padatan (W/W) 3 3 5 5
Putaran motor (RPM) 300 300 500 500
P (psig) 3 3 5 5
Jumlah Plate & Frame 3 3 5 5
Luas Frame (m2)
Massa cawan kosong (g)
Massa cawan + cake basah (g)
Massa cawan + cake kering (g)
LAMPIRAN B
PROSEDUR PERHITUNGAN
10
11
12
13
14
15
16
17
18
∑
a) Menghitung harga Cs
W ………. kg
Cs = ………. kg/m3
V ……….m3
b) Menghitung harga α
Cs
Dari gradien grafik Kp
2A 2 (P)
Kp 2A 2 (P)
Cs
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MULAWARMAN | 58
PENUNTUN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 PERCOBAAN III
TAHUN AJARAN 2022/2023 FILTRASI
α = .............. m/kg
3) Menghitung Rm
Rm
Dari intercept grafik =B
A(P)
B A(P)
Rm =
Rm = .............. m-1
Data Percobaan II
Tabel.3 Data perhitungan filtrasi percobaan II
Volume filtrat (m3) Waktu t/V
No. X.Y X2
(X) (s) (Y)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
∑
y Kpx
B
n
= ……….
t
Persamaan regresi menjadi : = ……….V + ……….
V
Dengan :
∆Р = .............. Pa
L = ……….cm = ............. m
D = ………. cm = .............. m
A = ¼ π D2 = .............m2
V = ............. m3
µ = ............. kg/m.s
W = ……….gr = ............. kg
1. Menghitung harga Cs
W kg
Cs = ............. 3 ............. kg/m3
V .............m
2. Menghitung harga α
Cs
Dari gradien grafik Kp
2A 2 (P)
Kp 2A 2 (P)
Cs
α= m/kg
3. Menghitung Rm
Rm
Dari intercept grafik =B
A(P)
B A(P)
Rm =
Rm = m-1
Data Percobaan III
Tabel.4 Data perhitungan filtrasi percobaan III
Volume filtrat (m3) Waktu t/V
No. X.Y X2
(X) (s) (Y)
1
2
3
4
5
6
7
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MULAWARMAN | 60
PENUNTUN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 PERCOBAAN III
TAHUN AJARAN 2022/2023 FILTRASI
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
∑
1. Menghitung harga Cs
W .............. kg
Cs = ............ kg/m
3
3
V .............m
2. Menghitung harga α
Cs
Dari gradien grafik Kp
2A 2 (P)
Kp 2A 2 (P)
= m/kg
Cs
LABORATORIUM REKAYASA KIMIA
FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MULAWARMAN | 61
PENUNTUN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1 PERCOBAAN III
TAHUN AJARAN 2022/2023 FILTRASI
3. Menghitung Rm
Rm
Dari intercept grafik =B
A(P)
B A(P)
Rm =
Rm = m-1
P Α
P Rm
LAMPIRAN C
DATA SPESIFIKASI DAN LITERATUR
PERCOBAAN 4
SEDIMENTASI
Tujuan Praktikum
Diskripsi
Landasan Teori
Prinsip percobaan sedimentasi pemisahan secara mekanik menjadi dua bagian, yaitu slurry
(endapan) dan supernatant (beningan). Memanfaatkan gaya grafitasi dengan mendiamkan
suspense hingga terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Foust, 1980).
disebut free settling, dimana padatan bergerak turun hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan
yang konstan ini disebabkan oleh konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih kecil,
sehingga pengaruh gaya tarik-menarik antar partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar
partikel dapat diabaikan. Partikel yang berukuran besar akan turun lebih cepat, menyebabkan
tekanan ke atas oleh cairan bertambah, sehingga mengurangi kecepatan turunnya padatan
yang lebih besar. Hal ini membuat kecepatan penurunan semua partikel (baik yang kecil
maupun yang besar) relatif sama atau konstan (McCabe, 1993).
Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam dengan
partikel padatan yang seragam di dalam tabung (zona B). Partikel mulai mengendap
dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum dengan cepat. Zona D yang
terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap. Pada zona
transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah daerah
dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak seragam. Zona B
adalah daerah konsentrasi seragam, dengan komsentrasi dan distribusi sama dengan
keadaan awal. Di atas zona B, adalah zona A yang merupakan cairan bening.
2. Cara Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk saja.
Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau beningan yang
keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada gambar berikut :
3. Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan secara
kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme
sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :
c. Gaya Dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung. Larutan ini akan
terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya dorong dapat juga kita lihat pada saat mulai
turunya partikel padatan karena adanya gaya Gravitsi, maka fluida akan memberikan
gaya yang besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya inilah yang disebut
gaya dorong dan juga gaya yang memiliki arah yang berlawanan dengan gaya gravitasi
F=K= =
Kecepatan sedimentasi adalah kecepatan turunnya bidang batas A-B. Pada periode awal,
kecepatan sedimentasi mempunyai nilai maksimum dan kecepatan ini disebut sebagai free
settling velocity. Semakin pekat atau konsentrasi padatan semakin besar maka kecepatan
sedimentasi semakin lambat, karena ada saling pengaruh antar partikel, dan kecepatan ini
disebut hindered settling velocity.
Kalau ditinjau suatu titik dengan konsentrasi tetap = C, maka posisi titik itu makin lama
makin tinggi. Hal ini menunjukkan seolah-olah tinggi padatan naik dengan kecepatan VL.
Skema peristiwa ini dapat dilihat pada gambar 2.
Dimana :
V : Kecepatan partikel relatif terhadap tabung pada konsentrasi C
VL : Kecepatan naiknya padatan dalam zone
V + VL : Kecepatan pengendapan relatif terhadap tebal zone
Neraca massa padatan pada zone dengan konsentrasi C sampai dengan C + ΔC, A = Luas
penampang tabung
Input = Output
( +)
( +)
+)
( +)
C+(
(C + C)
+)
+ C C +) C
(
(
C+ C C
Oleh karena V = f (C) dan V adalah kecepatan pengendapan untuk konsentrasi slurry sebesar
C, maka nilai:
C = tetap
dV = tetap
dC
= tetap
Ditinjau pada kecepatan sedimentasi = VL, maka konsentrasi slurry pada kecepatan itu adalah
CL. Nilai VL merupakan slope kurva Z versus t pada posisi Z – ZL dan waktu t – tL. Secara
grafis ditunjukkan sebagai berikut:
Z0
Title Zi
Axis
ZL
tL Axis Title t
Nilai CL dievaluasi dengan cara meninjau suatu zone dengan konsentrasi CL. bergerak ke atas dengan kecepatan . Mula-mula zone itu berada di dasar
tabung, maka:
t
Pada saat awal t = 0, semua partikel berada di atas zone dengan konsentrasi CL. Tetapi pada
saat t = tL, semua partikel berada di bawah zone itu.
C
(+)C t 0 0
Dimana :
Z0 : Tinggi slurry mula-mula
C0 : Konsentrasi slurry mula-mula
C
0 0
C
(
+
t
Substitusi persamaan (3) dan (4) ke persamaan (6) sehingga diperolah persamaan (7)
C
0 0
C
i
Dimana :
Z0 : Tinggi slurry mula-mula
C0 : Konsentrasi slurry mula-mula
Zi : Tinggi slurry saat t
2. Tawas
3. Pasir
4. Aquadest
Prosedur Pelaksanaan
a. Ayak kapur secukupnya dan dicatat diameter rata-ratanya.
b. Disiapkan gelas beaker 500 mL
c. Dibuat suspensi campuran kapur dan air dengan proporsi (konsentrasi) 15% berat tanpa
tawas
d. Dimasukkan larutan ke dalam gelas ukur 500 mL
e. Diaduk campuran hingga homogen
f. Diamati dan dicatat penurunan tinggi sedimentasi setiap 60 detik menggunakan stopwatch
g. Diulangi langkah a-f dengan menggunakan variabel CaCO3 proporsi 15% berat dengan
tawas 2% berat
h. Diulangi langkah a-g dengan menggunakan variabel pasir
Analisa Perhitungan
1. Percobaan 1
Massa total =
= ….gram/mL x ….mL
= …. gram
Massa kapur 15%
%w =
w = …. gram
…. gram/mL
b. Menghitung kecepatan sedimentasi (VL)
Untuk Zi = cm
ZL = cm
tL = detik
VL
= …. cm/s
c. Menghitung konsentrasi slurry pada kecepatanVL (CL)
CL =
= ….gram/mL
Untuk data yang lain analog dengan perhitungan tersebut, sehingga diperoleh hasil
perhitungan sebagai berikut :
PERCOBAAN 5
EKTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui fraksi NaOH dalam ekstrak dan air secara matematis.
2. Mengetahui fraksi CaCO3 dalam rafinat secara matematis.
3. Menghitung jumlah tahap yang terbentuk agar terjadi titik kesetimbangan
(konstan).
Deskripsi
Melalui praktikum ini maka praktikan dapat mengetahui cara pemisahan
menggunakan metode leaching (ektraksi padat-cair), khususnya pada operasi
campuran Na2CO3 dan CaO yang menghasilkan komponen ekstrak yang
mengandung CaCO3 yang merupakan inert. Selain itu praktikan juga dapat
menganalisa kandungan yang terdapat dalam campuran pada hasil pemisahannya
dan dapat menentukan jumlah tahap yang terbentuk hingga terjadi kesetimbangan.
Landasan Teori
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisis hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan seemikian rupa hingga memenuhi standar baku yang
ditetapkan. Hal-hal yang sangat mempengaruhi lama waktu proses ekstraksi antara
lain:
1. Kapasitas produksi mesin
2. Jenis bahan baku
3. Kandungan zat aktif bahan
4. Pelarut yang dipakai sesuai dengan kandungan zat aktif
(Firmansyah, 2010).
Menurut Coulson (1955), ada empat faktor penting yang secara dominan
mempengaruhi laju ekstraksi yaitu :
1. Ukuran Partikel
Semakin kecil ukuran solute, akan semakin mudah mengekstraksinya selain
itu hendaknya ukuran butiran partikel tidak memiliki range yang jauh satu
sama lain, sehingga setiap partikel akan menghabiskan waktu ekstraksi yang
sama.
2. Pelarut (Solvent)
Pelarut harus mempunyai selektifitas tinggi, artinya kelarutan zat yang ingin
dipisahkan dalam pelarut harus besar, sedangkan kelarutan dari padatan
pengotor kecil atau diabaikan. Dan viskositas pelarut sebaiknya cukup rendah
sehingga dapat bersirkulasi dengan mudah.
3. Temperatur
Dalam banyak kasus, kelarutan material yang diekstraksi akan meningkat
dengan naiknya temperatur, sehingga laju ekstraksi semakin besar. Koefisien
difusi diharapkan meningkat dengan naiknya temperatur untuk memberikan
laju ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Agitasi fluida
Agitasi fluida (solvent) akan memperbesar transfer material dari permukaan
padatan ke larutan. Selain itu agitasi dapat mencegah terjadinya sedimentasi
Leaching ialah suatu perlakuan istimewa dalam satu atau lebih komponen
padatan yang terdapat dalam larutan. Dalam unit operasi, leaching merupakan
salah satu cara tertua dalm industri kimia, yang pemberian namanya tergantung
dari cara yang digunakan. Industri metalurgi ialah pengguna terbesar operasi
leaching ini. Dalam penggunaan campuran mineral dalam jumlah besar dan tak
terhingga, leaching dipakai sebagai pemisah. Contoh, tembaga yang terkandung
dalam biji besi dileaching dengan asam sulfat atau amoniak, dan emas dipisahkan
dengan larutan sodium sianida. Leaching memainkan peranan penting dalam
proses metalurgi aluminium, cobalt, mangan, nikel dan timah.
Operasi leaching melibatkan proses batch dan semi batch, sama baiknya
jika menggunakan operasi steady state. Dalam tiap operasinya, terdapat peralatan
yang berbeda-beda. Operasi unsteady state dimana padatan dan cairan berkontak
dalam sebuah bejana dimana padatan tersebut mengapung di atas cairan (metode
semi batch) partikel biasanya tercampur dengan menggunakan metode perkolasi,
dimana padatan tersebar merata dan dapat terdispersi sempurna dalam cairan
tersebut dengan bantuan pengaduk.
V1, X1 V2, X2
slurry
X XN+1
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
- Natrium Karbonat (Na2CO3)
- Kalsium Oksida (CaO)
- Asam klorida (HCl) 0,5 N
- Indikator Phenolphthelein (C20H14O4)
- Akuades
Prosedur Kerja
A. Membuat larutan HCl 0,5 N sebanyak 500 mL.
a. Memasukkan sedikit akudes ke dalam labu ukur 500 mL.
b. Mengambil larutan HCl pekat (37%) sebanyak 20,7245 mL, memasukkannya
ke dalam labu ukur 500 mL.
c. Menambahkan akuades sampai tanda batas.
d. Mengocok larutan sampai homogen.
B. Proses Ekstraksi
a. Menimbang gelas piala, cawan porselin, dan piknometer dalam keadaan
kosong.
b. Menimbang Na2CO3 sebanyak 13 gram, memasukkan ke dalam gelas piala.
c. Menimbang CaO sebanyak 6,8656 gram, mencampurnya dengan Na2CO3 dan
menambahkan akuades sebanyak 2,2068 mL ke dalam gelas piala yang sama.
d. Menambahkan pelarut (air) sebanyak 300 mL.
e. Mengaduk larutan tersebut selama 10 menit.
f. Mendiamkan selama 7 menit.
g. Memisahkan ekstrak dan rafinatnya.
C. Proses Analisa
1) Ekstrak
a. Mengukur volume ekstrak dan mengambilnya sebanyak 25 mL dan
memasukkannya ke dalam piknometer.
b. Menimbang piknometer + ekstrak.
c. Menghitung densitas ekstrak.
d. Mengambil 10 mL ekstrak kemudian memasukkannya ke dalam erlenmeyer.
e. Menambahkan 1 tetes indikator PP.
f. Menitrasi dengan HCl 0,5 N sampai terjadi perubahan warna dari merah
muda menjadi bening dan mencatat volume titrannya.
2) Rafinat
a. Menimbang berat rafinat dalam gelas piala.
b. Mengambil sedikit rafinat dan memasukkannya ke dalam cawan porselin
kemudian menimbang kembali.
o
c. Mengeringkan ke dalam oven pada suhu 100 C selama 10 menit.
d. Mendinginkan rafinat di dalam desikator kemudian menimbang rafinat
tersebut.
e. Pada stage berikutnya, percobaan dilakukan sesuai mekanisme pada gambar
6.3
Analisa Perhitungan
1. Perhitungan Jumlah Umpan (Feed Fresh)
Diketahui : m Na2CO3 = gram
BM Na2CO3 = g/mol
BM CaO = g/mol
BM H2O = g/mol
ρ H2O = g/mL
Ditanya : Massa CaO dan volume H2O yang digunakan?
Jawab :
Reaksi : Na2CO3 + CaO + H2O 2NaOH + CaCO3
m NaCO g
mol Na2CO3 = 2 3 ........... mol
BM Na CO g / mol
2 3
1
mol CaO = x mol mol
1
massa CaO = mol CaO x BM CaO
=……mol x……g/mol
= ……g
BM HCl =……g/mol
Ditanya : Volume HCl yang digunakan (V1)?
Jawab :
HCl x % HCl x1000 mL g / mL x .......x .......... mL
N1
= ........ g / mol .mol
BM HCl ........
N1
.V N .V
1 2 2
N .V
V122
N1
V ......mol . ..........mL
1
mol
...........
V .................. mL
1
P1(H2O) 1 E1 (ekstrak)
Diketahui: V2 = mL
N1 = N
V1 = mL
VP = mL
ρ H2O = g/mL
Vekstrak = mL
Berat = g
ρ ekstrak = g/mL
R1 = g
Rbasah = g
Rkering = g
F (H2O) = g
Perhitungan Konsentrasi NaOH
Berat Ekstrak (E1)= Vekstrak x ρekstrak
= mL x g/mL
= g
P1 (H2O) = VP x ρ H2O
= mL x g/mL
= g
R1(H2O) R 1
=R x Berat H 2O dalamRafinat
basah
........ g
= .......... ...g x .......... .g
= g
Neraca Massa
P1 (H2O) + F (H2O) = E1(H2O) + R1(H2O)
E1(H2O) = P1 (H2O) - R1(H2O)
= g+ g– g
= g
Berat NaOH dalam Ekstrak
E1(NaOH) = E1 - E1(H2O)
= g– g
= g
Fraksi Berat NaOH dalam Ekstrak
E1 (NaOH) ............g
X1 (NaOH) = E ..........g
1
Stage 2:
R1
E
P2(H2O) 2 2
R2
A. Analisa Ekstrak
Diketahui : VP = mL
ρ H2O = g/mL
Vekstrak = mL
R2 = g
Rbasah = g
Rkering = g
Berat (H2O) = g
P2 (H2O) = VP x ρ H2O
= mL xg/mL
= g
R2(H2O) R 2
=R x Berat H 2O dalamRafinat
basah
= ........ g x ..........g
........ g
= g
Neraca Massa
P2 (H2O) + R1 (H2O) = E2(H2O) + R2(H2O)
E2(H2O) = P2 (H2O) + R1 (H2O) – R2(H2O)
= g+ g– g
= g
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R2(CaCO3) = R2 – R2(H2O)
= g– g
= g
C. Analisa Fraksi Berat
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
X2 (CaCO3) = R2 (CaCO3 ) g .............
R ..........g
2
Stage 3:
F
E E
2 3 3
R3
A. Analisa Ekstrak
Diketahui : V2 = mL
N1 = N
V1 = mL
E2 (H2O) = mL
ρ H2O = g/mL
Vekstrak = mL
ρ ekstrak = g/mL
R3 = g
Rbasah = g
Rkering = g
Berat (H2O) = g
F (H2O) = g
Perhitungan Konsentrasi NaOH
V x N .........mL x ....... N N
Konsentrasi NaOH (N2) = 1 1
V ........mL
2
Berat Ekstrak (E3) = Vekstrak x ρekstrak
= mL x g/mL
= g
R3(H2O)
R 3 x Berat H O dalamRafinat
=
R 2
basah
= .....g x ......g
.....g
= g
Neraca Massa
E2 (H2O) + F (H2O) = E3(H2O) + R3(H2O)
E3(H2O) = E2 (H2O) + F (H2O) – R3(H2O)
= g+ g– g
= g
Berat NaOH dalam Ekstrak
E3(NaOH) = E3 - E3(H2O)
= g– g
= g
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R3(CaCO3) = R3 – R3(H2O)
= g– g
= g
C. Analisa Fraksi Berat
Fraksi Berat NaOH dalam Ekstrak
E (NaOH) ..........g
X3 (NaOH) = 3
E ..........g
3
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
R (CaCO ) .........g
X3 (CaCO3) = 3 3
R .......... g
3
Stage 4:
R2 (H2O)
E
P4 4 4
R4
A. Analisa Ekstrak
Diketahui : VP = mL
ρ H2O = g/mL
R4 = g
Rbasah = g
Rkering = g
Berat (H2O) = g
P4 (H2O) = VP x ρ H2O
= mL xg/mL
= g
.......g
= x ........g
........g
= g
Neraca Massa
P4 (H2O) + R2 (H2O) = E4(H2O) + R4(H2O)
E4(H2O) = P4 (H2O) + R2 (H2O) – R4(H2O)
= g + g –g
= g
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R4(CaCO3) = R4 – R4(H2O)
= g– g
= g
C. Analisa Fraksi Berat
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
R (CaCO ) ........g
X4 (CaCO3) = 4 3
R .......g
4
Stage 5:
R3
E4 5 E5
R
5
A. Analisa Ekstrak
Diketahui : E4(H2O) = g
R3(H2O) = g
R5 = g
Rbasah = g
Rkering = g
Berat (H2O) = g
R5(H2O) R 5
=R x Berat H 2O dalamRafinat
basah
.......... g
= .......... g x ......... g
= ........... g
Neraca Massa
E5 (H2O) + R5 (H2O) = R3(H2O) + E4(H2O)
E5(H2O) = R3(H2O) + E4(H2O) – R5(H2O)
= g+ g– g
= g
B. Analisa Rafinat
Berat CaCO3 dalam Rafinat
R5(CaCO3) = R5 – R5(H2O)
= g– g
= g
C. Analisa Fraksi Berat
Fraksi Berat CaCO3 dalam Rafinat
R (CaCO ) ..........g
X5 (CaCO3) = 5 3
R ...........g
5
DAFTAR PUSTAKA
PERCOBAAN VI
KONTAKTOR GAS CAIR
Berbagai tujuan di atas tentunya menuntut rancangan fisik kolom yang berbeda-beda. Modul
percobaan kontaktor gas cair ini berintikan sebuah kolom jejal (packed column) dari bahan
gelas dengan packing jenis raschig ring. Melalui perangkat percobaan ini, diharapkan mula-
mula pengguna dapat mempelajari karakteristik hidronamik sebuah kolom jejal. Pengetahuan
mengenai karakteristik ini sangat diperlukan dalam analisis dan evaluasi kolom dalam
penerapan selanjutnya, yakni sebagai sarana proses humidifikasi udara.
Suatu kolom jejal secara garis besar terdiri dari kolom yang dilengkapi dudukan anggun berbentuk
pelat perforasi atau grid pada bagian bawah kolom. Pada dudukan ini diletakkan unggun jejalan
(packing) yang berfungsi menyediakan antarmuka konak gas cair yang memadai. Unggun jejalan
dapat tersususn dari jejalan yang dijejalkan secara acak atau diletakkan menurut aturan tertentu.
Pada saat operasi, cairan masuk dari bagian puncak kolom sedangkan gas masuk melalui dasar kolom.
Saluran masuk cairan umumnya dilengkapi dengan distributor yang berfungsi memberikan penyebaran
cairan yang rata pada penampang kolom. Kontak gas cair berlangsung di dalam ruang-ruang lowong
antar jejalan ang terdapat dalam unggun. Pada jalur alir cairan yang rendah, sebagian besar permukaan
jejalan tidak terbasahi oleh cairan. Seiring dengan bertambahnya laju alir cairan fraksi permukaan
jejalan yang terbasahi akan meningkat pula. Pada suatu harga laju alir cairan kritik, seluruh permukaan
jejalan terbasahi.
Liquid Hold Up merupakan kuantitas cairan yang selama pengoperasian kolom tertahan pada
runag ruang lowong diantara packing dan pada permukaan packing. Ini dinyatakan sebagai
volume cairan yang tertahan tiap satuan volume unggun :
β= (1)
Dengan :
β = liquid hold up
VL = volume cairan yang tertahan dalam unggun selama operasi
VB = volume unggun (volume jejalan + volume ruang lowong)
Berdasarkan definisi di atas, batas atas harga liquid hold up adalah sama dengan harga fraksi
lowong unggun yang pada prakteknya terjadi pada atau di sekitar flooding point.
Pada praktek industrial umumnya diupayakan agar harga liquid hold up minimum. Ini
disebabkan oleh beberapa alasan, yakni :
1. Hold-up yang besar akan menambah berat kolom pada saat beroperasi
2. Hold-up yang besar akan memperpanjang waktu untuk drainase kolom
3. Hold-up yang besar akan meningkatkan penurunun tekanan kolom
6.3. BAHAN
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kontaktor gas cair, antara lain:
1. Air
6.4. ALAT
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan kontaktor gas cair, antara lain:
1. Rangkaian alat kontaktor gas cair 1 buah
2. Gelas ukur 1000 mL 1 buah
3. Penggaris 1 buah
4. Kompressor gas 1 buah
5. Stopwatch 1 buah
B. Prosedur Co-Current
1. Mengatur bukaan valve pada alat untuk prosedur co-current
2. Atur debit aliran menjadi 1, 2, dan 3 LPM hingga air memenuhi kolom
3. Membuka aliran gas 1, 2, dan 3 LPM
4. Mencatat perbedaan tinggi manometer saat kedua aliran menjadi tunak
5. Menutup semua aliran ke kolom, hingga tersisa liquid hold up di dalam kolom
6. Mengukur liquid hold up pada kolom kemudian dicatat hasilnya.
LAPORAN SEMENTARA
KONTAKTOR GAS CAIR
Hari/ Tanggal :
Kelompok :
Nama Anggota :
1. 3.
2. 4.
Data Percobaan
Dimensi Kolom Dimensi Packing
Tinggi Kolom (L) : cm Panjang Packing (Lp) : cm
Diameter Inside (DI) : cm Diameter Inside Packing (DPI) : cm
Diameter Outside (DO) : cm Diameter Outside Packing (DPO) : cm
...................... ......................
NIM. NIM.
Menyetujui,
Pembimbing Praktikum
......................
NIP.
PERHITUNGAN
1. Luas Penampang
Akolom = ¼ π DI2
2. Volume kolom
Vkolom = Akolom L
3. Volume packing
Vpacking = ¼ π DPO2 LP
5. Perhitungan porositas
ε= x 100%
G=
8. Perbedaan tekanan
∆P = ρL g ∆h
9. Hold Up Cairan
%HU =
= hB ( )( )
b. Persamaan Blake-Kozeny
= hK ( )( )
∆P = α 10βL ( )