Anda di halaman 1dari 14

Nama : Salwa Damayanti

NRP : 2443019177
Kelas : A
A. Carilah persamaan dan perbedaan standar kefarmasian di Apotek, di Klinik, di
Puskesmas, dan di Rumah Sakit !
Persamaan : pengelolaan sediaan farmasi mulai dari alat kesehatan, bahan medis,
obat-obatan dan pelayanan farmasi klinik
Perbedaan :

Apotik Klinik Puskesmas Rumah Sakit

(WPMK No. 73 (PMK No. 34 (PMK No. 74 (PMK No. 72


tahun 2016 tahun 2021 tahun 2016 tahun 2016
Tentang Standar Tentang Standar Tentang Standar Tentang Standar
Pelayanan Pelayanan Pelayanan Pelayanan
Kefarmasian di Kefarmasian di Kefarmasian di Kefarmasian di
Apotek) Klinik) Puskesmas) Rumah Sakit)

Pelayanan 1.Pengkajian 1. Pengkajian 1. Pengkajian 1. Pengajian dan


farmasi dan pelayanan dan pelayanan dan pelayanan resep
resep resep 2. pelayanan resep 2. Penelusuran
2. Dispensing Penelusuran 2. Pelayanan riwayat
3. Pelayanan riwayat informasi obat penggunaan
informasi obat penggunaan (PIO) obat 3.
(PIO) obat 3. Konseling Rekonsiliasi
4. Konseling 3. Rekonsiliasi 4. Visite pasien obat
5. Pelayanan obat (khusus 4. Pelayanan
kefarmasian di 4. Pelayanan Puskesmas informasi obat
rumah (Home informasi obat rawat inap) 5. Konseling
Pharmacy Care) (PIO) 5. Monitoring 6. Ronde/visite
6. Pemantauan 5. Konseling efek samping pasien
terapi obat 6.Visite obat (MESO) 7. Pemantauan
(PTO) 7. Pemantauan 6. Pemantauan terapi obat
7. Monitoring terapi obat terapi obat (PTO)
efek samping (PTO) (PTO) 8. Monitoring
obat (MESO) 8. Monitoring 7. Evaluasi efek samping
efek penggunaan obat (MESO)
samping obat obat 6. Evaluasi
(MESO) 9. penggunaan
Evaluasi obat 7.
penggunaan Pelayanan
obat (EPO) 10. kefarmasian di
Dispensing rumah (Home
sediaan steril Pharmacy Care)
11. Pemantauan
kadar obat
dalam darah
(PKOD)
12. Pelayanan
kefarmasian di
rumah (Home
care)

Kriteria Pasien 1. Pasien 1. Pasien 1. Pasien 1.Pasien yang


pediatrik pediatrik pediatrik menderita
2. Pasien 2. Pasien 2. Pasien penyakit kronis
geriatri geriatri geriatri dan memerlukan
3. Pasien 3. Pasien 3. Pasien perhatian khusus
polifarmasi polifarmasi polifarmasi tentang
4. Pasien 4. Pasien 4. Pasien penggunaan
dengan dengan dengan obat, interaksi
antibiotik antibiotik antibiotik obat dan efek
5. Pasien 5. Pasien 5. Pasien samping.
penyakit penyakit penyakit
kronis kronis kronis 2. Pasien dengan
6. Pasien 6. Pasien yang 6. Pasien yang terapi jangka
dengan mendapatkan mendapatkan panjang misal
obat kemoterapi obat dengan obat dengan TB paru, DM
indeks terapi indeks terapi HIV-AIDS dan
sempit sempit lain-lain.
7. Pasien 7. Pasien
dengan gagal dengan gagal
organ organ
eliminasi eliminasi

Perencanaan Memperhatikan Berdasarkan Mempertimban Berdasarkan


pola penyakit, metode gkan pola konsumsi,
konsumsi, konsumsi, penyakit, pola epidemiologi,
budaya dan metode konsumsi kombinasi
kemampuan morbiditas, Sediaan metode
masyarakat metode proxy Farmasi periode konsumsi dan
consumption sebelumnya, epidemiologi
data mutasi
Sediaan
Farmasi, dan
rencana
pengembangan

Pengadaan Pengadaan Pengadaan Permintaan Pembelian,


melalui jalur melalui jalur diajukan kepada produksi sediaan
resmi sesuai resmi yang Dinas farmasi,
ketentuan sesuai dengan Kesehatan dropping
perundang- ketentuan Kabupaten/Kota
undangan perundang- , sesuai dengan
undangan ketentuan
peraturan
perundang-unda
ngan dan
kebijakan
pemerintah
daerah setempat

Penerimaan 1.melakukan menjamin


pemeriksaan kesesuaian jenis,
berdasarkan spesifikasi,
kondisi jumlah, mutu,
kemasan waktu
termasuk segel, penyerahan dan
label dalam harga yang
keadaan baik, tertera dalam
kesesuaian kontrak atau
nama, bentuk, surat pesanan
kekuatan, isi dengan kondisi
kemasan antara fisik yang
arsip surat diterima
pesanan dengan
obat yang
diterima,
kesesuaian
antara fisik
sediaan farmasi
dengan faktur
pembelian
2. Penerimaan
sediaan farmasi
di klinik harus
dilakukan oleh
Apoteker

Penyimpanan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan Berdasarkan


bentuk sediaan bentuk sediaan bentuk dan jenis kelas terapi,
dan kelas terapi dan kelas terapi sediaan, kondisi bentuk sediaan,
obat serta obat serta yang dan jenis
disusun secara disusun secara dipersyaratkan Sediaan
alfabetis, alfabetis, dalam Farmasi, Alat
pengeluaran pengeluaran penandaan di Kesehatan, dan
obat memakai obat memakai kemasan Bahan Medis
sistem prinsip sistem prinsip Sediaan Habis Pakai dan
First Expired First Expired Farmasi, seperti disusun secara
First Out First Out suhu alfabetis dengan
(FEFO) dan (FEFO) dan penyimpanan,ca menerapkan
First In First First In First haya, dan prinsip First
Out (FIFO) Out (FIFO) Kelembaban, Expired First
narkotika dan Out (FEFO) dan
psikotropika First In First
disimpan sesuai Out (FIFO),
dengan penampilan dan
ketentuan penamaan yang
peraturan mirip (LASA,
perundang- Look A like
undangan Sound A like)
tidak
ditempatkan
berdekatan dan
harus diberi
penandaan
khusus

Pendistribusian - Berdasarkan Pendistribusian Sistem


resep ke sub unit persediaan
perorangan, (ruang rawat lengkap
sistem inap, UGD, dan diruangan (floor
persediaan di lain- lain) stock), sistem
ruang rawat dilakukan resep
(floor stock), dengan cara perorangan,
sistem distribusi pemberian obat sistem unit
dosis unit sesuai resep dosis, sistem
yang diterima kombinasi
(floor stock),
pemberian obat
per sekali
minum
(dispensing
dosis unit) atau
kombinasi,
sedangkan
pendistribusian
ke jaringan
Puskesmas
dilakukan
dengan cara
penyerahan
Obat sesuai
dengan
kebutuhan
(floor stock)

Pemusnahan 1. Obat Berdasarkan 1. Penarikan


dan penarikan kadaluarsa atau bentuk sediaan sediaan farmasi
rusak yang dan kelas terapi dilakukan oleh
mengandung obat serta BPOM
narkotika atau disusun secara (mandatory
psikotropika alfabetis, recall) atau
dilakukan oleh pengeluaran berdasarkan
Apoteker dan obat memakai inisiasi sukarela
disaksikan oleh sistem prinsip oleh pemilik
Dinas First Expired izin edar
Kesehatan First Out (voluntary
Kabupaten/Kota (FEFO) dan recall) dengan
2. Penarikan First In First tetap
sediaan farmasi Out (FIFO) memberikan
dilakukan oleh kepada BPOM laporan kepada
BPOM kepala BPOM
(mandatory 2. Penarikan
recall) atau Alat Kesehatan
berdasarkan dan Bahan
inisiasi sukarela Medis Habis
oleh pemilik pakai dilakukan
izin edar terhadap produk
(voluntary yang izin
recall) dengan edarnya dicabut
tetap oleh Menteri
memberikan
laporan kepada
kepala BPOM
3. Penarikan
Alat Kesehatan
dan Bahan
Medis Habis
pakai dilakukan
terhadap produk
yang izin
edarnya dicabut
oleh Menteri

Adminitratif Pelaporan Pelaporan pencatatan dan Pencatatan dan


internal : internal : pelaporan pelaporan,
pelaporan pelaporan terhadap administrasi
keuangan, keuangan, seluruh keuangan,
barang barang rangkaian administrasi
Pelaporan Pelaporan kegiatan dalam penghapusan
eksternal : eksternal : pengelolaan
pelaporan pelaporan Sediaan
narkotika, narkotika, Farmasi dan
psikotropika psikotropika Bahan Medis
Habis Pakai,
baik Sediaan
Farmasi dan
Bahan Medis
Habis Pakai
yang diterima,
disimpan,
didistribusikan
dan digunakan
di Puskesmas
Studi Kasus

● Menurut saya , APA tersebut telah melanggar UU kesehatan no 36 tahun 2009 dalam
pasal 196 berbunyi “setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan (3) dipidana penjara paling lama 10 tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00, karena dengan sengaja membeli obat dari
jalur tidak resmi. Seharusnya sesuai dengan peraturan pemerintahan No. 72 tahun
1998 pasal 8 setiap pengangkutan sediaan Farmasi dan alat kesehatan dalam rangka
peredaran harus disertai dengan dokumen pengangkutan sediaan farmasi, yaitu surat
jalan dan faktur pengiriman yang dikeluarkan oleh pabrik obat, pedagang besar
farmasi atau badan usaha penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan lainnya.
● Menurut saya, produsen industri rumah tangga tersebut telah melanggar UU no 36
tahun 2009 pasal 196 yang berbunyi “Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi
atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi
standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).” Dikarenakan penggunaan formalin dan borax pada produk mie
basah yang akan dikonsumsi masyarakat
● Jamu atau obat tradisional berasal dari bahan alam yang banyak digunakan di sekitar,
namun bila seseorang memproduksi dengan tujuan menjual belikan maka wajib
memiliki yang namanya izin edar dan penandaan serta bukti yang memenuhi
persyaratan. Sesuai dengan UU 36 tahun 2009 pasal 100 ayat 1 berbunyi “ Sumber
obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan dalam
pencegahan, pengobatan, perawatan, dan/atau pemeliharaan kesehatan tetap dijaga
kelestariannya” dan juga pasal 106 berbunyi “ Pemerintah berwenang mencabut izin
edar dan memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi
persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan, dapat disita dan
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Dan juga PP
72 tahun 1998 pasal 76 “dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sesuai
dengan ketentuan Pasal 82 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan” dan juga pasal 77 “Barangsiapa yang dengan sengaja mengedarkan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak mencantumkan penandaan dan
informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sesuai dengan ketentuan Pasal 82 ayat (2)
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan”

● PP 72 tahun 1988 pasal 18 menyebutkan bahwa (1) Pemasukan dan pengeluaran


sediaan farmasi dan alat kesehatan ke dalam dan dari wilayah Indonesia hanya dapat
dilakukan oleh badan usaha yang telah memiliki izin sebagai importir dan/atau
eksportir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
(2) Selain izin sebagai importir dan/atau eksportir, badan usaha sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus memiliki izin Menteri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk memasukkan dan mengeluarkan
sediaan farmasi yang berupa bahan obat dan obat ke dalam dan dari wilayah
Indonesia. Apabila produk tersebut tidak dijelaskan badan usaha apa yang memiliki
izin impor maka, perlu dicurigai dan melanggar UU 36 tahun 2009 pada ayat 106 1
dan 2
● Menurut PP 72 tahun 1998 pasal 2 pada ayat 1 menyebutkan bahwa Sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang diproduksi dan/atau diedarkan harus memenuhi persyaratan
mutu, keamanan, dan kemanfaatan dan ayat 2 menyebutkan bahwa Persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk : a. sediaan
farmasi yang berupa bahan obat dan obat sesuai dengan persyaratan dalam buku
Farmakope atau buku standar lainnya yang ditetapkan oleh Menteri; b. sediaan
farmasi yang berupa obat tradisional sesuai dengan persyaratan dalam buku Materia
Medika Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri; c. sediaan farmasi yang berupa
kosmetika sesuai dengan persyaratan dalam buku Kodeks Kosmetika Indonesia yang
ditetapkan oleh Menteri; d. alat kesehatan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
oleh Menteri. serta pabrik kosmetika tersebut dapat dikenakan sanksi sesuai dengan
UU 36 tahun 2009 pasal 196 “Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)”
Menjelaskan singkat dan juga langkah-langkah mengenai kebijakan OT

A. Budidaya & Konservasi Sumber Daya Obat Tradisional


1. Peningkatan pengembangan lintas program, untuk penetapan komoditas dan wilayah
pengembangan tumbuhan obat unggulan.
2. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan
untuk menyediakan SDM kompeten dalam penyediaan bahan alam untuk bahan baku
obat tradisional dan tujuan lainnya.
3. Peningkatan produksi, mutu dan daya saing komoditas tumbuhan unggulan melalui
Good Agriculture Practices (GAP), Good Agricultural Collecting Practices(GACP)
dan Standard Operational Procedures(SOP) masing-masing komoditas
4. Pelaksanaan survei dan evaluasi secara menyeluruh tumbuhan obat yang dapat
dimanfaatkan.
5. Pemetaan kesesuaian lahan, yang menunjukkan daerah-daerah potensial untuk
pengembangan tumbuhan obat.
6. Pelaksanaan konservasi untuk mencegah kepunahan akibat eksploitasi berlebihan
maupun biopiracy melalui regulasi, penelitian dan pengembangan.
7. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan budidaya dan konservasi sumberdaya
alam.
8. Pembentukan Bank Plasma Nutfah/sumber genetik tumbuhan obat
B. Keamanan & Khasiat Obat Tradisional
1. Pengembangan inventarisasi data uji praklinik.
2. Penapisan berdasarkan data uji praklinik dan data ekonomi.
3. Pengembangan uji klinik terhadap tumbuhan obat / ramuan hasil penapisan.
4. Pembentukan forum komunikasi dan kerjasama lintas sektor dan lintas program antara
pemerintah pusat, provinsi, Kabupaten/Kota dan institusi terkait.
C. Mutu Obat Tradisional
1. Penyusunan spesifikasi tumbuhan obat
2. Penyusunan spesifikasi dan standar bahan baku/revisi Materia Medika Indonesia
3. Penyusunan spesifikasi dan standar sediaan galenik
4. Penyusunan dan penerapan sistem mutu untuk penanganan pasca panen dan
pengolahan produk.
5. Penyusunan Farmakope Obat Tradisional Indonesia
D. Aksesibilitas
1. Pengembangan industri obat tradisional dalam negeri.
2. Pengupayaan akses khusus (special access) obat tradisional yang dilindungi paten
dan/atau belum diproduksi di dalam negeri untuk penanganan penyakit, karena obat
konvensional yang ada belum terbukti efektif.
3. Pengembangan, perlindungan dan pelestarian ramuan tradisional yang terbukti
bermanfaat dengan memperhatikan hak-hak masyarakat asli / masyarakat lokal
sebagai pemilik ramuan tersebut.
4. Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dalam upaya pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan pengobatan penyakit yang sederhana.
E. Penggunaan yang tepat
1. Penyediaan informasi obat tradisional yang benar, lengkap dan tidak menyesatkan.
2. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk penggunaan obat tradisional secara
tepat dan benar
3. Penyusunan peraturan untuk menunjang penerapan berbagai langkah kebijakan
penggunaan obat tradisional yang tepat
4. Pelaksanaan komunikasi, informasi dan edukasi untuk menunjang penggunaan obat
tradisional yang tepat
F. Pengawasan
1. Pelaksanaan penilaian dan pendaftaranobat tradisional
2. Pelaksanaan perizinan dan sertifikasi sarana produksi
3. Pengujian mutu dengan laboratorium yang terakreditasi
4. Pemantauan penandaan dan promosi obat tradisional
5. Peningkatan surveilan dan vijilan pasca pemasaran obat tradisional yang
diintegrasikan dengan obat
6. Penilaian kembali terhadap obat tradisional yang beredar
7. Peningkatan sarana dan prasarana pengawasan obat tradisional serta pengembangan
tenaga dalam jumlah dan mutu sesuai dengan standar kompetensi.
8. Peningkatan kerjasama regional maupun internasional di bidang pengawasan.
9. Pengawasan untuk mencegah peredaran obat tradisional berbahan kimia dan
selundupan.
10. Pengembangan peran serta masyarakat untuk melindungi dirinya sendiri terhadap obat
tradisional substandar melalui komunikasi informasi dan edukasi (KIE).
G. Penelitian dan pengembangan
1. Pelaksanaan identifikasi penelitian yang relevan dan penyusunan prioritas dengan
mekanisme kerja yang erat antara penyelenggara upaya-upaya pengembangan di
bidang obat tradisional dan pelayanan kesehatan formal dengan penyelenggara
penelitian dan pengembangan.
2. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi penyelenggaraan penelitian termasuk
penetapan prioritas penelitian antar berbagai lembaga penelitian
3. Peningkatan kerjasama internasional di bidang penelitian dan pengembangan obat
tradisional
4. Pembinaan penyelenggaraan penelitian yang relevan dan diperlukan dalam
pengembangan obat tradisional mulai dari teknologi konvensional sampai dengan
teknologi terkini
5. Peningkatan pembagian hasil (benefit sharing) atas perolehan HKI terhadap kearifan
lokal.
6. Perlu adanya regulasi yang mengatur pertukaran sumber daya alam obat tradisional
dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan obat tradisional di tingkat
nasional dan internasional.
H. Industrial OT
1. Pembentukan aliansi strategis dalam pengembangan obat tradisional.
2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi dibidang industri obat tradisional
melalui pemberian insentif kebijakan perpajakan dan perbankan serta kepastian proses
perizinan
3. Penyiapan peraturan yang tepat untuk menjamin perkembangan dunia usaha obat
tradisional.
4. Peningkatan promosi obat tradisional melalui pameran dan ekspo di tingkat nasional
dan internasional
I. Dokumentasi dan data base
1. Pengumpulan dan pengolahan data yang meliputi berbagai jenis data yang berkaitan
dengan pengembangan obat tradisional.
2. Pengkajian dan analisis data ilmiah dan empiris mengenai khasiat dan keamanan obat
tradisional
3. Pembuatan Bank Data yang mencakup seluruh aspek obat tradisional Indonesia
4. Pertukaran informasi secara elektronik dan bentuk cetakan.
5. Pelayanan informasi termasuk informasi dan konsultasi usaha.
J. Pengembangan SDM
1. Pengintegrasian KOTRANAS dan berbagai aspek obat tradisional kedalam kurikulum
pendidikan dan pelatihan tenaga terkait terutama pada pendidikan kedokteran
2. Pengintegrasian KOTRANAS ke dalam kurikulum pendidikan berkelanjutan oleh
organisasi profesi terkait
3. Peningkatan kerjasama nasional dan internasional untuk pengembangan SDM
K. Pemantauan dan evaluasi
1. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, paling lama setiap 5 (lima) tahun.
2. Pelaksanaan dan indikator pemantauan mengikuti pedoman yang ditetapkan dan dapat
bekerjasama dengan pihak lain
3. Pemanfaatan hasil pemantauan dan evaluasi untuk tindak lanjut berupa penyesuaian
kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai