Page | 1
adalah rangkaian penderitaan, Tetapi harus optimis berusaha mengatasi kesulitan hidup
Tuhan telah berfirman dalam Al-Quran surah Arra’du ayat 11 :
“Tuhan tidak akan mengubah nasib seseorang atau suatu kaum, Kecuali dia sendiri yang
berusaha mengubahnya”
Pembebasan dari Penderitaan pada hakikatnya meneruskan kelangsungan hidup.
Caranya adalah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam masyarakat dan alam
lingkungan dengan waspada dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya
dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian
manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaan.
Penderitaan mungkin dialami sendiri oleh yang bersangkutan mungkin juga dialami
orang lain. Bahkan,mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, atau orang
lain atau masyarakat menderita.
B. Penyebab Penderitaan
1. Perbuatan Buruk Manusia
Penderitaan yang menimpa manusia terjadi karena perbuatan dalam hubungan
sesama manusia dan perbuatan dalam hubungan manusia dengan alam lingkungannya.
Penderitaan ini dapat juga disebut “ nasih buruk” Karena perbuatan manusia. Penderitaan
manusia karena nasib buruk dapat diperbaiki agar menjadi nasib baik. Dengan kata lain,
Manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Jadi, Nasib buruk itu penyebab nya adalah
manusia dan manusia juga yang memperbaiki nya, Nasib buruk dibedakan dengan takdir
yang penyebab nya adalah Tuhan dan Tuhan juga yang menetapkan takdir.
Page | 2
C. Pengaruh Penderitaan
1. Pengaruh Negatif
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-
macam sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap negatif, Misalnya
Penyesalan karena tidak bahagia, Sikap kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Sikap ini
diukur ungkapkan dalam berbagai peribahasa yang bernada negatif,antara lain:
a. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.
b. Nasi sudah menjadi bubur.
c. Seandainya aku tahu, tidak akan ku berbuat demikian.
d. Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup bercermin bangkai.
e. Bagai kerangka tumbuh di batu,hidup enggan mati tak mau.
f. Kehidupan adalah penderitaan berkepanjangan.
Sebagai kelanjutan dari sikap negatif dapat timbuh sikap anti, yang bersifat reaktif
dan perlawanan, misalnya :
a. Antikawin(Tidak mau kawin), Pengalaman yang diperoleh seseorang tentang
perkawinan lebih banyak kecewa nya daripada bahagianya,sehingga dalam dirinya
tumbuh sikap benci pada perkawinan.
b. Antikawin paksa, pengalaman yang diperoleh seseorang tentang kawin paksa tidak
lebih dari pemasungan nilai kasih sayang, sehingga dalam dirinya tunggu sikap
menentang untuk membebaskan diri.
c. Antilawan jenis, pengalaman yang diperoleh seorang wanita lebih banyak pria yang
berkhianat kepada wanita pasangannya, sehinggakan dirinya tumbuh sikap anti pria
yang mau enak sendiri dan puas sendiri.
d. Anti-ibu tiri, pengalaman yang diperoleh seseorang dari kasus nyata hampir setiap
ibu tiri tidak ada yang ikhlas masuk anak dirinya sebagai anak kandungnya sendiri
hal ini menumbuhkan sikap apriori menentang ibu tiri.
e. Anti peperangan, anti kedzaliman, menurut pengalaman sejarah pada manusia
beradab tidak ada peperangan dan kezaliman itu yang menyejahterakan masyarakat
kecuali Kebencian dan kehancuran.
2. Pegaruh positif
Orang yang mengalami penderitaan mungkin juga akan memperoleh sikap positif
dalam dirinya. Sikap positif adalah sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup
bukan hanya rangkaian penderitaan, melainkan juga perjuangan membebaskan diri dari
penderitaan. Penderitaan hanyalah bagian dari kehidupan yang dapat memberi pengalaman
memecahkan masalah untuk mencapai hari esok yang lebih sejahtera. Hidup tanpa
penderitaan samalah dengan gelombang datar ditengah lautan. Sikap positif atau optimis
biasanyan kreatif dan produktif, tidak mudah menyerah pada keadaan .
Page | 3
3. Penilaian masyarakat
Apabila sikap negatif dan positif dari penderitaan dikomunikasikan kepada
masyarakat, masyarakat akan memberikan penilaiannya. Penilain itu dapat berupa kemauan
atau kesedihan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat
dengan tujuan perbaikan keadaan. Nilai-nilai kemanusiaan yang sudah tidak sesuai
ditinggalkan dan diganti dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih kondusif dengan kondisi
masyarakat. Nilai-nilai kemanusiaan yang berupa hambatan harus disingkirkan berdasarkan
uraian dalam pembahasan diatas, dapat diinventarisasikan nilai-nilai kemanusiaan yang
dirasakan sebagai hal yang sudah usang. Antara lain kawin paksa, ketidakseimbangan status,
fungsi, serta peran suami dan istri dalam keluarga, pembedaan perlakuan kepada anak tiri
yang cenderumg tidak manusiawi.
Page | 4