Anda di halaman 1dari 17

SISTEM EKSKRESI

Kelas : XI MIPA 1
Kelompok : 6
Ketua Kelompok : Nayla Sylvia

NO NAMA & ABSEN MATERI NILAI


1. Aryoseno Putra A. Metabolisme dalam Tubuh
Isviandhito (5) B. Struktur Alat Ekskresi Manusia
 Paru-paru
 Kolon

2. Nayla Sylvia (25) B. Struktur Alat Ekskresi Manusia


 Hati

3. Fani Ramadhani (13) B. Struktur Alat Ekskresi Manusia


 Kulit

4. Aisyah Dwi Alivia (1) B. Struktur Alat Ekskresi Manusia


 Ginjal

5. Amirullah Usman A. (2) C. Gangguan pada Sistem Ekskresi

6. Junaidi (15) D. Teknologi untuk Mengatasi


Gangguan pada Sistem Ekskresi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Sistem
Ekskresi".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Tiur Hotmauli selaku guru
mata pelajaran biologi atas bimbingannya, serta semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Jakarta, 26 Februari 2023

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Sampul ………………………………………………………………….
Kata Pengantar ………………………………………………………………….
Daftar Isi …………………………………………………………………………
A. Metabolisme dalam Tubuh Manusia ……………………….…………
 Metabolisme Karbohidrat ……………………………………………
 Metabolisme Protein …………………………………………………...
 Metabolisme Lipid …………………………………………………...

B. Struktur Alat Ekskresi Manusia ……………………….…………….…


 Paru-paru ………………………………………………………………..
 Kolon …………………………………………………………………….
 Hati ……………………………………………………………………….
 Kulit ………………………………………………………………………
 Ginjal …………………………………………………………………….

C. Gangguan pada Sistem Ekskresi ………………………………………


 Penyakit dan Gangguan Fungsi Hati …………………………………
 Gangguan Fungsi Ginjal ……………………………………………….
 Gangguan Hormon ……………………………………………………..
 Gangguan pada Kulit …………………………………………………..
 Gagal Ginjal ……………………………………………………………..

D. Teknologi untuk Mengatasi Gangguan pada Sistem Ekskresi ….


 Hemodialisis ……………………………………………………………
 Transplantasi Ginjal dengan Teknik Laparoskopi …………………
 Kemoterapi dan Radioterapi …………………………………………
 Test Pack Hepatitis …………………………………………………….
 Inhaler ……………………………………………………………………

A. Metabolisme dalam Tubuh Manusia


(Aryoseno Putra Isviandhito – 5)
B. Struktur Alat Ekskresi Manusia
 Paru-paru
(Aryoseno Putra Isviandhito – 5)
B. Struktur Alat Ekskresi Manusia
 Kolon
(Aryoseno Putra Isviandhito – 5)
B. Struktur Alat Ekskresi Manusia
 Hati
(Nayla Sylvia – 25)

Pengertian Hati
Hati merupakan salah satu organ yang perannya sangat vital dalam tubuh manusia. Organ ini
juga merupakan kelenjar pencernaan terbesar atau organ terbesar di dalam tubuh.

Fungsi Hati
Selain berfungsi sebagai alat pencernaan, hati juga berfungsi sebagai alat ekskresi. Fungsi
utama hati yaitu :
1. Menyimpan gula dalam bentuk glikogen (gula otot).
2. Tempat pembentukan dan pembongkaran protein.
3. Tempat pembentukan dan pembongkaran sel darah merah.
4. Menawarkan racun yang ada.

Struktur Hati
Hati berwarna cokelat-
kemerahan yang
terletak di sebelah
kanan atas rongga perut
dan beratnya sekitar 3-5% berat tubuh atau sekitar 1,5 kilogram.
Hati terbagi menjadi 2 lobus, yaitu :
1. Lobus kanan yang merupakan bagian hati yang paling besar. Ukurannya 5-6 kali
lebih besar dari lobus kiri. Fungsi lobus kanan adalah sebagai pusat pemrosesan
utama hati. Disini, hati menjalankan fungsi-fungsinya seperti menghasilkan empedu.
2. Lobus kiri memiliki ukuran yang lebih kecil dan lebih pipih dari lobus kanan. Lobus
kiri berfungsi sama dengan lobus kanan, yaitu sebagai pusat pemrosesan utama.
Apabila diamati dibawah mikroskop, terlihat bahwa lobus hati tersusun atas lobulus-lobulus
kecil berbentuk heksagonal. Didalam lobulus, terdapat kumpulan sel hati (hepatosit) dengan
sinusoid atau pelebaran pembuluh kapiler disekitarnya.

Kemudian pada hati juga terdapat,


1. Kantung yang disebut kantung empedu. Kantung empedu berfungsi sebagai
penyimpanan empedu. Kantung ini memiliki saluran sistik yang mengalir ke saluran
empedu.
2. Ligamen koroner yang terletak di bagian atas hati dan berlanjut hingga ke bagian
bawah diafragma. Ligamen ini berfungsi menyangga bagian atas hati.
3. Ligamen falsiformis yang berbentuk seperti bulan sabit, yang terletak di hati bagian
depan. Ligamen ini menyangga hati bagian depan karena terhubung ke dinding perut
bagian depan dan memisahkan lobus kanan dan lobus kiri.
4. Ligamentum teres adalah bagian bawah dari Ligamen falsiformis dan merupakan
sisa-sisa peninggalan vena umbilicalis yang telah menetap.

Sistem Pembuluh Hati


Hati menerima darah dari dua pembuluh darah, yaitu nadi hati dan dari vena porta hepatis.
Darah dari vena porta mengangkut darah dari usus yang banyak mengandung zat makanan.
Hati dibungkus oleh selaput hati atau kapsula hepatitis. Dalam jaringan hati terdapat dua
macam pembuluh, yaitu pembuluh darah dan pembuluh empedu. Keduanya disatukan oleh
selaput ikat yang disebut selaput glison.

Proses Perombakan Protein pada Hati


Di dalam hati terdapat sel sel yang bertugas menangkap dan merombak eritrosit yang telah
tua, disebut histiosit. Setiap detik tubuh memproduksi 10 juta eritrosit, dan sejumlah itu pula
eritrosit yang harus di rombak hati.
Hemoglobin dilepaskan dari sel darah merah dan dipecah menjadi tiga senyawa yaitu zat
besi, globin, dan hemin.
1. Zat besi akan disimpan di dalam hati dan selanjutnya akan dikirimkan ke sumsum
tulang.
2. Globin akan digunakan lagi dalam metabolisme protein, maupun dalam pembentukan
Hb baru.
3. Hemin akan diubah menjadi zat warna Empedu bilirubin dan biliverdin, yang
tersimpan di dalam kantung empedu. Dari di Kantung Empedu, zat ini akan
dikeluarkan ke usus dan selanjutnya keluar bersama feses. Bilirubin yang berwarna
hijau kebiruan akan di oksidasi sehingga berwarna kuning kecoklatan. Zat warna
inilah yang memberikan warna urine dan feses.

Proses Pembentukan Urea pada Hati


Siklus urea disebut juga siklus ornitin yaitu reaksi pengubah amonia (NH3) menjadi urea
((NH2)2CO). Reaksi ini terjadi dihati dan sedikit terjadi di ginjal. Hati menjadi pusat
pengubah amonia menjadi urea karena terkait dengan fungsi hati sebagai tempat menetralkan
racun. Dalam metabolisme protein dihasilkan zat sisa berupa NH3 yang bersifat racun dan
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Sebelum dikeluarkan, NH3 diubah terlebih dahulu
menjadi senyawa yang tidak bersifat racun.
 NH3 akan diikat oleh asam amino ornitin (AA1) dan CO 2 yang membentuk senyawa
sitrulin (AA2).
 Sitrulin tidak bersifat toksik, bahkan mampu mengikat NH3 membentuk ariginin
(AA3).
 Molekul ariginin relatif kecil sehingga dapat masuk ke kapiler darah dan ke hati. Di
dalam hati, ariginin diuraikan menjadi ornitin (AA1) dan urea oleh enzim arginase,
yaitu enzim yang hanya dihasilkan oleh kelenjar hati.
B. Struktur Alat Ekskresi Manusia
 Kulit
(Fani Ramadhani – 13)

Pengertian Kulit
Kulit mempunyai fungsi yang amat besar bagi tubuh, yaitu sebagai pelindung tubuh terhadap
faktor fisik karena gesekan, benturan, pukulan, penyinaran, kuman-kuman, zat kimia, panas,
dan sebagainya. Kulit juga penting untuk mengurangi kehilangan air, mengatur suhu badan,
mengekskresikan zat-zat sisa berupa keringat, serta menerima rangsang dari luar. Selain itu,
kulit juga berfungsi sebagai tempat pembentukan vitamin D.

Struktur Kulit
Kulit atau integumen tersusun atas tiga lapis, yaitu epidermis, dermis, dan lapisan
hipodermis.
1. Epidermis

Epidermis atau kulit ari terdiri atas beberapa lapis, yaitu :


 Stratum korneum atau lapisan tanduk yang tersusun atas sel-sel mati yang selalu
mengelupas.
 Stratum lusidum yang berwarna bening.
 Stratum granulosum merupakan lapisan kulit yang berpigmen.
 Stratum spinosum yang merupakan lapisan epidermis paling tebal, tempat
terbentuknya keratinosit yang berperan penting pada kekuatan rambut dan kuku.
 Stratum germinativum merupakan lapisan kulit yang selalu tumbuh, membentuk
sel-sel kulit baru ke arah luar.

2. Dermis

Pada lapisan dermis


atau kulit jangat
terdapat akar rambut, kelenjar keringat (glandula sudorifera), kelenjar minyak
(glandula sebasea), pembuluh darah yang berfungsi memberi nutrisi pada kulit yang
mendukung kesehatan folikel dan kelenjar keringat, serabut saraf, dan jaringan lemak
bawah kulit.
Kelenjar minyak bertugas menghasilkan minyak yang disebut sebum. Minyak ini
penting untuk mencegah kekeringan kulit dan rambut, menahan air masuk ke dalam
rambut dan epidermis, mencegah masuknya bakteri serta menjaga kelenturan kulit ari.
Di seluruh permukaan kulit terdapat lebih kurang dua setengah juta kelenjar keringat.
Permukaan tubuh yang paling sedikit mempunyai kelenjar keringat adalah telapak
tangan, ujung jari, dan kulit wajah.

3. Hipodermis
Hipodermis adalah lapisan pada struktur kulit manusia paling bawah. Fungsi
utamanya adalah mengontrol suhu tubuh dan menyimpan lemak.
Proses Pengeluaran Keringat pada Permukaan Kulit

Proses pengeluaran keringat


dipengaruhi oleh hipotalamus dan
perubahan suhu lingkungan, serta pembuluh darah. Hipotalamus mampu menghasilkan enzim
bradikinin, yang memengaruhi kerja kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat.
Saat suhu lingkungan tinggi, kulit akan terasa panas. Suhu tersebut akan diteruskan ke
pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah berdilatasi dan salurannya membesar,
shingga darah yang melewati pembuluh tersebut meningkat. Selanjutnya darah akan
memberikan rangsangan ke hipotalamus. Rangsangan tersebut akan diteruskan ole
hipotalamus ke kelenjar keringat untuk menyerap air, garam, urea, dan zat-zat sisa
metabolisme dari kapiler darah.
Keringat dari kelenjar keringat dikeluarkan melalui pembuluh saluran keringat ke pori
di permukaan kulit. Keringat itu akan menguap dan menyerap panas tubuh kita sehingga suhu
tubuh kita menjadi tetap. Dengan demikian, meningkatnya suhu lingkungan tidak akan
meningkatkan suhu tubuh.
B. Struktur Alat Ekskresi Manusia
 Ginjal
(Aisyah Dwi Alivia – 1)

Pengertian Ginjal
Ginjal merupakan alat eksresi yang utama. Jumlahnya
sepasang, terletak di dekat tulang pinggang. Bentuk ginjal
seperti kacang ercis. Pada orang dewasa panjang ginjal
lebih kurang 10 cm, beratnya sekitar 200 gram. Ginjal
memiliki banyak pembuluh darah, sehingga warna ginjal
adalah merah tua.

Struktur Ginjal
Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut korteks dan lapisan dalam yang
disebut sumsum ginjal atau medula.
1. Korteks
Korteks mengandung jutaan unit
penyaring darah yang disebut nefron.
Setiap nefron terdiri atas badan
malpighi dan saluran atau tubulus.
Setiap badan malpighi terdiri atas
glomerulus dan simpati bowman.
Dalam glomerulus terdapat banyak
pembuluh darah. Pembuluh darah
yang menuju glomerulus disebut
arteriole aferen, sedangkan pembuluh darah yang meninggalkan glomerulus disebut
arteriole eferen.
Di daerah medula, antara tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal,
dihubungkan oleh lengkung / gelung henle ascenden (naik) dan descenden (turun).
Dinding simpai Bowman dan tubulus hanya setebal selapis sel sehingga pada bagian
ini memungkinkan terjadinya filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi dengan baik. Pada
orang dewasa, panjang seluruh tubulus antara 7,5 km sampai 15 km. Hampir
sepanjang tubulus dikelilingi pembuluh darah.

2. Medula
Medula atau sumsum ginjal
mengandung banyak pembuluh-
pembuluh tubulus pengumpul hasil
ekskresi dari nefron. Tubulus tersebut
bermuara pada tonjolan atau papila di
pelvis renalis atau ruang ginjal. Ginjal
mengendalikan potensial air dayah
yang melewatinya.
Pembentukan Urine
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan urine. Apa saja prosesnya? Proses ini
melewati tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi.

1. Filtrasi
Proses filtrasi atau penyerapan dilakukan oleh simpai Bowman. Pembentukan urine
dimulai dari filtrasi oleh badan Malpighi. Pada badan Malpighi, glomerulus dikeliling
oleh simpai Bowman. Zat-zat seperti air, gula, garam, dan urea yang terlarut dalam
darah yang masuk ke glomerulus disaring oleh simpai Bowman. Zat hasil penyaringan
ini disebut Urine primer atau Filtrat glomerulus.

2. Reabsorpsi
Reabsorpsi berlangsung di sepanjang tubulus kontortus prosimal hingga lengkung
Henle. Urine primer masih banyak mengandung zat yang bermanfaat bagi tubuh. Di
dalam tubulus kontortus proksimal, zat yang masih berguna direabsorpsi atau diserep
kembali oleh darah dari pembuluh yang mengililing tubulus. Sebaliknya, darah ini
melepaskan zat sampang yang diangkutnya ke tubulus. Oleh sebab itu, cairan yang
terdapat dalam tubulus kontortus mengandung kadar urine yang lebih tinggi, disebut
urine sekunder atau filtrat tubulus.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dapat disimpan
dalam tubuh. Proses ini berlangsung di sepanjang tubulus kontortus distal hingga
tubulus kolektivus. Pada tubulus ini, pembuluh darah melepaskan zat sisa yang tidak
berguna serta menyerap kelebihan air, sehingga terbentuklah urine yang
sesungguhnya. Selanjutnya, urine masuk ke tubulus kolektivus, kemudian menuju ke
pelvis renalis. Mengingat begitu besarnya zat-zat sisa metabolisme yang dihasilakan
oleh tubuh beredar di dalam tubuh bersama plasma darah. Dari tiap-tiap ginjal keluar
saluran urine atau ureter. Saluran ini menuju ke kantong urine atau vesika urinaria.
Dari kantong ini, urine dikeluarkan melalui uretra. Di dalam ginjal orang dewasa,
setiap menitnya dipompakan darah sebanyak 1,2 liter. Jadi, setiap satu menit terjadi
filtrasi darah sebanyak itu. Jumlah urine yang dihasilkan seseorang tidak merata
sepanjang hari.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah urine tersebut, diantaranya sebagai
berikut:
 Jumlah air yang diminum. Bila seseorang banyak minum maka konsentrasi protein
darah akan turun.

 Saraf. Stimulus saraf renalis akan menyebabkan menyempitnya arteriole aferen.


 Hormon antidiuretik atau ADH. Hormon yang dihasilkan oleh hipofisis posterior
ini memengaruhi penyerapan air oleh dinding tubululus.
 Banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan osmotiknya
tetap
 Pada penderita diabetes melitus, pengeluaran glukosa juga diikuti kenaikan
volume urine.

C. Gangguan pada Sistem Ekskresi


(Amirullah Usman Alhabshy – 2)

1. Penyakit dan Gangguan Fungsi Hati


 Hepatitis
Hepatitis adalah
peradangan pada hati atau
liver. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh berbagai
hal, mulai dari infeksi
virus, kebiasaan
mengonsumsi alkohol,
penggunaan obat-obatan
tertentu, penyakit
autoimun, dan infeksi
cacing hati. Jika disebabkan oleh infeksi virus, hepatitis bisa menular ke orang
lain. Hepatitis ditandai dengan gejala berupa demam, nyeri sendi, sakit perut,
dan penyakit kuning. Kondisi ini bisa berlangsung selama 6 bulan (akut) atau
lebih dari 6 bulan (kronis). Hepatitis virus dibagi 5 yaitu virus hepatitis a, b, c, d,
dan e.

 Sirosis Hati
Sirosis adalah kondisi ketika
organ hati telah dipenuhi dengan
jaringan parut dan tidak bisa
berfungsi dengan normal.
Jaringan parut ini terbentuk akibat
penyakit liver yang berkepanjangan, misalnya karena infeksi virus hepatitis atau
kecanduan alkohol.

2. Gangguan Fungsi Ginjal


Penyakit ginjal adalah istilah yang menggambarkan setiap gangguan pada ginjal.
Penyakit ginjal dapat menyebabkan fungsi ginjal dalam membersihkan dan menyaring
limbah atau racun dari darah menjadi terganggu.
 Albuminuria atau proteinuria adalah kondisi urine atau air kencing mengandung
jumlah albumin yang tidak normal. Kondisi ini disebut juga dengan ginjal bocor.
Albumin merupakan salah satu jenis protein dalam darah. Kondisi ini bukanlah
penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa menandakan penyakit tertentu.
 Nefritis interstisial adalah infeksi yang menyebabkan peradangan dan
pembengkakan pada ginjal, tepatnya di antara tubulus ginjal.
 Poliuria adalah yaitu urine yang dikeluarkan oleh tubuh amat banyak dan encer.
peristiwa ini dapat terjadi karena kemampuan nefron untuk mengadakan
reabsorpsi sangat rendah atau gagal.
 Oliguria adalah kondisi di mana volume urine sangat sedikit, yaitu kurang dari
400 mL/24 jam. Oliguria merupakan gejala dari gangguan kesehatan, mulai dari
dehidrasi hingga penyakit ginjal.

3. Gangguan Hormon
Gangguan hormon terjadi ketika kelenjar penghasil hormon di dalam tubuh
terganggu.
 Diabetes mellitus atau yang dikenal dengan kencing manis/penyakit gula
merupakan penyakit dimana kadar gula dalam darah cukup tinggi karena tubuh
tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin sehingga gula didalam darah
tidak dapat dimetabolisme.
 Kelainan pada produk hormon antidiuretik (ADH).
Bila kadar ADH dalam darah berkurang,
penyerapan air berkurang, sehingga dihasilkan
banyak urine.

4. Gangguan pada Kulit


 Jerawat, gangguan kronis pada kelenjar minyak
yang dialami umumnya pada remaja.
 Eksem, penyakit kulit dimana kulit menjadi kering kemerahan dan gatal gatal
bersisik.
 Pruvitus kutanea merupakan penyakit kulit dengan
gejala timbul rasa gatal yang dipicu oleh iritasi
saraf sensor perifer.
 Kudia atau skabiea (seven year itch), yaitu
penyakit kulit karena infeksi caplak atau tunggau
(sarcoptes scabei).
5. Gagal Ginjal
Gagal ginjal adalah salah satu penyakit
ginjal yang cukup ditakuti. Kondisi ini
terjadi ketika ginjal mengalami kerusakan
dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Gagal ginjal biasanya merupakan tahap
akhir dari penyakit ginjal, di mana
kerusakan pada ginjal sudah cukup berat
atau berlangsung lama.

Faktor Risiko Penyebab Gagal Ginjal


Secara umum, gagal ginjal disebabkan oleh 3 hal, yaitu kerusakan langsung pada
ginjal, kurangnya pasokan darah ke ginjal, dan penyumbatan pada ginjal atau saluran
kemih. Berdasarkan klasifikasi penyakitnya, gagal ginjal bisa dibedakan menjadi 2
jenis utama, yakni gagal ginjal akut dan kronis.
D. Teknologi untuk Mengatasi Gangguan pada
Sistem Ekskresi
(Junaidi – 15)

1. Hemodialisis
Hemodialisis atau proses pencucian cuci darah adalah proses pen varingan produk-
prosuk sisa metabolisme dari darah dengan menggunakan mesin dialisis darah. Proses
hemodialisis digunakan untuk membantu penderita gagal ginjal. Pada proses dialisis,
darah diambil dari dalam tubuh melalui vena Antikoagulan (anti pengendapan)
ditambahkan agar tidak terjadi penggumpalan
dan darah kemudian dialirkan melalui alat-
dialisis sebelum dikembalikan lagi ke dalam
tubuh. Setiap dialisis berjalan selama 6-10
jam, sebanyak tiga kali dalam satu minggu.

2. Transplantasi Ginjal dengan Teknik


Laparoskopi
Transplantasi ginjal merupakan proses
pencangkokan (pemindahan) ginjal ke dalam
tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan. Transplantasi ginjal bertujuan untuk
mempertahankan kualitas hidup dan memperpanjang usia penderita penyakit ginjal
kronis tapa tergantung pada dialisis darah. Untuk pasien yang mash relatif muda,
transplantasi ginjal sehat dan normal lebih baik daripada dialisis untuk pilihan jangka
panjang. Transplantasi ginjal diawali dengan mengambil ginjal yang rusak, kemudian
ginjal donor dipasang dan dihubungkan dengan arteri dan vena, dan ureter
dimasukkan ke dalam pelvis renalis (kandung kemih). Proses transplantasi ginjal yang
cukup terkenal adalah dengan menggunakan teknik laparoskopi. Pada laparoskopi,
pembedahan menggunakan alat khusus berupa kamera kecil yang dimasukkan ke
dalam tubuh. Dokter melakukan pembedahan dengan melihat ke layar monitor yang
berhubungan dengan kamera tersebut. Keuntungan dari teknik laparoskopi antara lain
dapat mengurangi rasa sakit setelah operasi, proses pemulihan yang lebih cepat, dan
hail jahitan yang lebih rapi. Perut pasien tidak akan disayat, hanya akan dilubangi,
sehingga hasil akhirnya seperti bekas
operasi cesar.
3. Kemoterapi dan Radioterapi
Kemoterapi dilakukan secara berkala
dengan menggunakan obat-obatan atau
zat kimia untuk membunuh,
memperlambat pertumbuhan, dan
menghambat penyebaran sel-sel kanker.
Kemoterapi yang diberikan sebelum
operasi bertujuan membuat sel kanker
menyusut sehingga lebih mudah untuk
diangkat.
Radioterapi merupakan sebuah teknik yang populer untuk mengobati kanker.
Radioterapi menggunakan energi radiasi untuk membunuh sel kanker. Radioterapi
dilakukan untuk meredakan rasa skit dan memperlambat tingkat penyebaran kanker.
Radioterapi juga dapat membunuh sel-sel kanker yang tersisa setelah dilakukan
operasi.

Anda mungkin juga menyukai