Pembimbing:
dr. Dian Puspitasari, Sp.KK
Acne vulgaris adalah penyakit yang umumnya menyerang unit pilosebasea yang
menyerang remaja dan dewasa. Dikarenakan pedoman acne yang berkualitas sangatlah jarang,
penanganan dengan kondisi ini sangatlah menantang. Kita mendeskripsikan keamanan dari obat
dan pendekatan yang umum sesuai dengan sumber yang tersedia. Terapi dasar yang
direkomendasikan adalah asam azelaic atau benyl peroksida topical. Kombinasi dari
erythromycin atau cephalexin oral secara umum aman untuk digunakan pada acne inflamasi
sedang-berat bila digunakan untuk beberapa minggu. Terapi prednisolone jangka pendek dapat
diberikan pada acne fulminant nodular cystic. Secara umum terapi topical dan antibiotic oral
tidak boleh diberikan secara monotherapy, tetapi dikombinasikan dengan benzoil peroxide untuk
menurunkan resistensi. Retinoid oral bersifat teratogenic sehingga merupakan kontraindikasi
absolut pada wanita hamil atau wanita yang ingin hamil. Terapi komplemen seperti terapi
nonfarmakolgis dan mikronutrien memiliki toleransi baik untuk wanita hamil namun, data
mengenai efikasi dan keamanan terapi masih terbatas, juga terapi tersebut masih tidak
direkomendasikan saat kehamilan. Rasio keuntungan dan kerugian, efikasi, akseptabilitas dan
biaya menjadi petrimbangan dalam memilih obat untuk pengobatan acne pada kehamilan.
Akne vulgaris adalah inflamasi kronis pada unit pilosebasea, ditandai dengan lesi non
inflamasi (komedo) dan lesi inflamasi (pustul, papul dan nodul) yang dapat menyebabkan
terbentuknya bekas luka dan stress psikologis. Pada wanita yang sedang hamil atau
merencanakan kehamilan, kondisi ini dapat mengganggu, disebabkan oleh gangguan fisiologis
juga sifat acne yang tidak dapat diprediksi. Acne biasanya membaik pada trimester pertama
namun dapat memburuk pada trimester ketiga karena adanya peningkatan konsentrasi androgen
maternal yang memengaruhi produksi sebum. Sebagai tambahan, faktor immunogis saat
kehamilan juga berkontribusi. Lesi inflamasi cenderung lebih sering ditemui dibandingkan lesi
non inflamasi dengan penyebaran hingga ke badan. Pasien dengan riwayat acne, akan lebih
rentan untuk timbul acne saat kehamilan.
Penatalaksanaan acne saat kehamilan sangatlah menantang karena pilihan terapi yang
paling efektif merupakan kontraindikasi atau tidak direkomendasikan. Maka sebagai tenaga
kesehatan untuk mengenal keterbatasaan dalam terapi dan klasifikasi FDA (Food and Drug
Association) untuk terapi yang umum dipakai untuk pengobatan acne. Dikarenakan isu etik, data
percobaan klinis, farmakologi, farmakokinetik untuk mengukur keamanan obat saat kehamilan
sangatlah terbatas, dan percobaan terkontrol dan teracak untuk pengobatan acne tidak ada.
Sehingga, rekomendasi terapi yang digunakan berdasar pada observasi dan uji binatang. Berikut
penulis menilai data keamanan dan efikasi obat acne umum dan memilih pendekatan praktis
untuk penanganan acne saat kehamilan berdasarkan data terbaru yang tersedia. Dibekali dengan
informasi ini diharapkan klinisi dapat membentuk regimen acne yang paling aman dan efektif
untuk populasi pasien yang unik ini.
Penanganan Topikal
Untuk akne ringan sampai sedang, terapi topikal merupakan standar terapi. Hal ini
juga merupakan komponen penting dari regimen untuk akne berat dan bekerja sinergis
dengan agen oral. Absorbsi sistemik yang dapat dihitung dari agen anti akne topikal
perlu dipertimbangkan pada kehamilan.
Asam Azelaik
Asam azelaik diklasifikasikan sebagai kategori B pada kehamilan karena pada studi
terhadap binatang tidak menunjukkan sifat teratogenik, tetapi tidak ada data penelitian
pada manusia. Asam azelaik merupakan asam dikarboksilat yang timbul secara alami
dengan antimicrobial, komedolitik, dan anti inflamasi ringan, dengan manfaat tambahan
mengurangi hiperpigmentasi postinflamasi. Tidak ada indikasi bahwa
Propionibacterium acnes dapat resisten terhadap asam azelaic. Sekitar 4% dari obat
yang diaplikasikan secara topikal dapat diserap secara sistemik.
Benzoil Peroksida
Asam Salisilat
Retinoid Topikal
Merupakan derivat vitamin A dan telah digunakan untuk menangani akne selama
lebih dari 30 tahun. Di Amerika Serikat agen ini termasuk adapalene, tretinoin, dan
tazarotene. Adapalene dan tretinoin merupakan obat kategori C pada kehamilan menurut
FDA, sedangkan tazatorene adalah obat kategori X. Peringkat ini sebagian berasal dari
cacat lahir yang sering dilaporkan terkait dengan penggunaan isotretionin, retinoid
sistemik. Dengan demikian, mengingat potensinya untuk konsentrasi sistemik yang
tinggi dengan penggunaan topikal, tazarotene harus dihindari selama kehamilan.
Meskipun ada laporan kemungkinan cacat lahir, adapalen topikal dan tretionin tidak
mungkin mengarah ke malformasi kongenital mengingat jumlah kecil yang tidak ada.
Sebuah meta-analisis baru-baru ini mengesampingkan peningkatan besar yang terkait
dalam tingkat aborsi spontan, malformasi kongenital, prematuritas, dan berat lahir
rendah. Mekanisme tindakan termasuk modulasi diferensiasi keratinosit, komedolisis,
dan anti-inflamasi. Penghindaran obat-obatan ini umumnya direkomendasikan pada
wanita hamil karena rasio risiko terhadap manfaatnya masih dipertanyakan.
Dapson Topikal
Merupakan suatu sulfon sintetik dengan sifat antimikroba dan antiinflamasi. Zat ini
diklasifikasikan sebagai kategori C dalam kehamilan. Dosis besar pada penelitian
terhadap binatang tidak menunjukan adanya efek teratogenik. Sampai saat ini,
penggunaannya selama kehamilan belum dikaitkan dengan peningkatan risiko
malformasi janin. Risiko anemia ibu, serta hiperbilirubinemia dan anemia hemolitik
pada neonatus, dikaitkan dengan penggunaan dapson oral pada pasien dengan defisiensi
dehidrogenase glukosa-6-fosfat, tetapi risikonya rendah dengan dapson topikal. Dapson
topikal disetujui oleh FDA pada tahun 2005 untuk pengobatan akne vulgaris. Perhatian
lebih perlu diberikan, mengingat kemunculannya yang relatif baru di pasar dan
kurangnya penelitian pada manusia terkontrol untuk evaluasi keamanannya selama
kehamilan. Zat ini harus diresepkan pada kehamilan jika manfaatnya jelas lebih besar
daripada risiko.
Terapi Oral
Peralihan antara antibiotik oral yang berbeda juga harus dihindari bila
memungkinkan untuk membatasi perkembangan resistensi bakteri. Jika 1 antibiotik oral
telah terbukti efektif sebelumnya, maka harus diresepkan lagi. Antibiotik oral harus
diresepkan selama kehamilan hanya bila sangat diperlukan dan jelas kegunaannya.
Eritromisin adalah golongan makrolid yang diklasifikasikan sebagai FDA pregnancy
kategori B. Penggunaan dosis tunggal obat kurang efektif dalam melewati barier
plasenta, sehingga mengakibatkan konsentrasi yang rendah pada janin. Eritromisin
umumnya aman pada setiap trimester kehamilan apabila diberikan selama beberapa
minggu. Ini dapat digunakan sebagai antibiotik pilihan untuk pengobatan inflamasi akne
yang parah pada wanita hamil. Namun, penggunaan jangka panjang (6 minggu) belum
diteliti lebih lanjut. Eritromisin estolat merupakan kontraindikasi pada ibu hamil karena
bersifat hepatotoksik.
Azitromisin adalah golongan makrolid lain yang diklasifikasikan dalam FDA
pregnancy kategori B. Studi hewan telah menunjukkan bahwa azitromisin melewati
barier plasenta tanpa menyebabkan efek negatif terhadap janin. Azitromisin dianggap
kompatibel pada pasien hamil dengan akne tetapi memiliki keamanan yang lebih rendah
dibandingkan dengan eritromisin. Amoxicillin termasuk dalam golongan antibiotik
aminopenicillin dan diklasifikasikan sebagai FDA pregnancy kategori B.
Penggunaannya pada awal kehamilan dapat meningkatkan risiko bibir sumbing.
Amoxicillin dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan agen lain sebagai pilihan
untuk pengobatan akne. Hal ini terkait dengan efek samping pencernaan seperti mual
dan muntah.
Sefaleksin merupakan generasi pertama golongan sefalosporin dengan sifat anti-
inflamasi dan diklasifikasikan sebagai FDA pregnancy kategori B. Sefaleksin tidak
berhubungan dengan kecacatan janin pada studi hewan, dengan data kontrol yang tidak
memadai dari subyek manusia. Sefaleksin efektif sebagai agen anti-jerawat, namun ada
beberapa kekhawatiran mengenai resisten terhadap Staphylococcus.
Trimethoprim bertindak sebagai antagonis folat dan diklasifikasikan sebagai FDA
pergnancy kategori C. Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa paparan
trimethoprim pada trimester pertama meningkatkan resiko keguguran dua kali lipat.
Oleh karena itu penggunaan trimethoprim-sulfametoksazol dianjurkan hanya untuk jika
tidak ada alternatif lain dan ketika manfaat lebih besar daripada risiko.
Tetrasiklin diklasifikasikan dalam FDA pregnancy kategori D. Studi pada hewan
telah memberikan bukti toksisitas embrio dan fetotoxicitas, termasuk efek toksik pada
gigi dan tulang janin. Antibiotik tetrasiklin berikatan dengan kalsium orthophosphate
dan secara aktif disimpan dalam gigi dan tulang. Dalam gigi deposit obat bersifat
permanen, menyebabkan gigi anak yang terkena obat menjadi kuning setelah 20 minggu
kehamilan. Deposit dalam tulang telah dibuktikan menghasilkan penurunan yang
reversibel dalam ukuran janin dan menghambat pertumbuhan fibula, terutama dengan
penggunaan obat janga panjang. Tetrasiklin harus dihindari selama kehamilan, terutama
setelah trimester pertama.
Penting untuk dicatat bahwa bukti tambahan mengenai durasi yang
direkomendasikan dari terapi ini sangat diperlukan. Efek jangka panjang penggunaan
antibiotik pada janin tidak diketahui. Pertimbangan ini harus disesuaikan dengan
keparahan akne dan terapi topikal alternatif. Penggunaan antibiotik sistemik harus
dibatasi untuk trimester kedua dan ketiga, setelah selesainya organogenesis, dengan
durasi terapi terbatas untuk 4 sampai 6 minggu.
Kortikosteroid Oral
Akne berat yang resisten terhadap terapi antibiotik dapat berefek dengan penggunaan
kortikosteroid oral. Prednisone termasuk sebagai FDA pregnancy kategori C. Obat ini
memiliki efek bibir sumbing, penurunan pertumbuhan otak, mengurangi myelinisasi,
dan lingkar kepala yang lebih kecil pada hewan. Studi manusia menunjukkan
peningkatan risiko sumbing bibir dan peningkatan sedikit risiko keguguran serta
kelahiran prematur. Prednisone dapat digunakan pada akne berat atau fulminan setelah
trimester pertama. Penggunaan steroid pada sejumlah kecil intralesi dan penggunaan
steroid oral yang diperlukan untuk akne vulgaris fulminant yang jarang, tidak menambah
risiko untuk janin. Dosis maksimal prednison adalah 20 mg/hari dan tidak lebih dari 1
bulan selama trimester ketiga.
Retinoid Oral
Isotretinoin sering diresepkan untuk pasien yang tidak hamil dengan akne vulgaris
dengan nodul yang parah. Efek teratogenik isotretinoin sudah banyak diketahui, dan obat
ini diklasifikasikan sebagai FDA pregnancy kategori X. Obat ini mengarah ke
malformasi yang melibatkan daerah kraniofacial, sistem saraf pusat, sistem
kardiovaskular, timus, dan kelenjar paratiroid. Isotretinoin telah diterima pada 1982 dan
bekerja dengan mengurangi produksi sebum dan menormalisasi keratinisasi. Kehamilan
merupakan kontraindikasi absolut pada isotretinoin.
Zinc
Zinc menyediakan pilihan lain untuk pasien hamil dengan akne. Zinc sulfat
diklasifikasikan sebagai FDA pregnancy kategori C, sedangkan zinc glukonat belum
dikategorikan secara formal. Studi hewan dan studi manusia termasuk wanita hamil
yang mendapat terapi akne belum menunjukan peningkatan risiko kelainan pada janin,
dan dosis berbahaya pada janin yaitu 75 mg/hari. Zinc memiliki antibakteri, anti-
inflamasi, dan antisebum, dan telah dinyatakan efektif untuk akne inflamasi ringan
sampai sedang bila digunakan sendiri atau kombinasi dengan agen anti akne lainnya.
Dosis yang dianjurkan selama kehamilan adalah 11 mg/hari. Efek samping mual dan
muntah biasanya tergantung dosis yang diberikan.
Pasien hamil dan penyedia layanan kesehatan dapat juga memilih penaganan berbasis
prosedur sebagai alternatif atau tambahan untuk agen topikal dan oral yang telah dibahas
di atas. Permasalahan biaya dan kurangnya data yang tersedia merupakan permasalahan
yang perlu dipertimbangkan untuk opsi ini.
Asam Glycolic
Asam glycolic merupakan obat kehamilan kategori-N, atau bisa dinyatakan bahwa
obat ini merupakan obat yang sering digunakan dalam penanganan jerawat, tetapi belum
diteliti secara lanjut untuk pasien hamil. Belum ada laporan atau percobaan yang
membahas mengenai efek samping obat ini pada pasien hamil. Asam Glycolic bekerja
dengan mengikis lapisan subcorneal yang menyebabkan epidermolisis, sehingga
menghilangkan obstruksi folikular. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ada
perbaikan dari inflamasi dan komedo, walau untuk komedo tertutup responsnya akan
lebih lambat. Obat ini juga memiliki manfaat dalam perubahan pasca-inflamasi dan
meningkatkan daya serap kulit terhadap agen topikal.
Keterangan tabel
B = Bukti yang berorientasi pada pasien dengan kualitas yang tidak konsisten atau terbatas.
C = Bukti berorientasi penyakit, praktik biasa, opini pakar , atau seri kasus
Terapi Fotodinamik
Terapi Fotodinamik merupakan pilihan terapi lain yang tersedia untuk pasien hamil.
Agen photosensitizing asam aminolevulinic diklasifikasikan sebagai obat kategori C
pada kehamilan atau tidak ada data mengenai studi pada hewan. Dibandingkan dengan
kontrol, terapi fotodinamik menghasilkan perbaikan yang signifikan secara statistik baik
dalam hal mengurangi keparahan jerawat dan juga memiliki efek yang bisa bertahan
hingga 20 minggu setelah dilakukan beberapa kali perawatan. Kurangnya cakupan dari
perusahan asuransi jiwa dan jumlah frekuensi sesi yang diperlukan merupakan halangan
yang dihadapi oleh dokter kulit.
Dalam ulasan ini penulis menguraikan berbagai opsi untuk penyedia layanan
kesehatan dalam merawat pasien hamil dengan jerawat. Penulis menyediakan
pendekatan yang disederhanakan sebagai titik awal untuk penyedia layanan kesehatan
yang sibuk ketika berhadapan dengan pasien hamil. Untuk jerawat ringan ditandai
terutama oleh lesi non inflamasi, asam azelaic topikal atau benzoil peroksida dapat
direkomendasikan sebagai terapi dasar. Untuk jerawat yang melibatkan lesi peradangan,
penulis merekomendasikan pemberian kombinasi eritromisin topikal atau klindamisin
topikal dengan benzoil peroksida. Peradangan sedang hingga berat dapat dikelola
dengan eritromisin oral atau sefaleksin, yang hanya aman bila digunakan untuk beberapa
minggu. Pemberian prednisolon oral yang kurang dari sebulan dapat berguna untuk
mengobati acne kistik nodular fulminan, pengobatan diberikan setelah trimester pertama.
Secara umum, antibiotik topikal dan oral tidak boleh digunakan sebagai monoterapi,
tetapi harus dikombinasikan dengan benzoil peroksida topikal untuk mengurangi
resistensi bakteri. Opsi tambahan yang dibahas dalam ulasan ini harus dipertimbangkan
berdasarkan respons pasien, pilihan rekomendasi utama yang telah disediakan pada tabel
di atas, dan juga mempertimbangkan biaya yang sesuai dengan tabel di atas.