Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH TERBENTUKNYA

KODE ETIK PECINTA ALAM INDONESIA

Setelah Indonesia merdeka, lahirlah perkumpulan- perkumpulan pendaki gunung dan


pecinta alam di Indonesia. Sejauh ini data yang berhasil dikumpulkan yaitu,

 18 Oktober 1953, Yogyakarta – PPA (Perkoempoelan Pentjinta Alam)


 17 Agustus 1955, Malang – IPKA (Ikatan Petcinta Keindahan Alam Indrakila)

 16 Mei 1964, Bandung – WANADRI

 12 Desember 1964, Jakarta – MAPALA UI (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas


Indonesia)

 9 Agustus 1965, Yogyakarta MERMOUNC (Merbabu Mountaineer Club)

 15 Mei 1967, Gresik – SWELAGIRI

 28 Mei 1967, Bandung – EXTEMASZ

 24 November 1967, Malang – Top Mountain Stranger7 (TMS 7)

 29 November 1967, Jakarta – ARANYACALA TRISAKTI

 18 Oktober 1968, Makassar- LIBRA DOUBLE CROSS (LDC)

 14 Maret 1969, Bandung – CROSSER

 1 November 1969, Malang-Young Pioneers Mountain Climber (YEPE)

 16 November 1969, Bandung- JANABUANA IMT

Pada keterangan diatas tentunya masih ada organisasi dan club yang lahir diantara tahun 1950-
1970 namun karena minimnya informasi, belum bisa dicantumkan. Pengumpulan data dan
sejarah masih berlangsung hingga saat ini, sehingga dapat menambah perbendaharaan sejarah
kepecinta alaman di Indonesia.

Sejarah Terbentuknya “Kode Etik Pecinta Alam”


“Pada tahun 1970 Wanadri mengadakan latihan bersama, yang disebut sebagai Gladian
Wanadri atau Gladian Pertama. Yang kemudian selanjutnya pada medio Desember 1970
dilakukan Gladian ke II yang dihadiri oleh peserta dari pulau jawa dan Bali.  dua belas butir
embrio Kode Etik Pecinta Alam Indonesia dirumuskan pada Gladian Nasional ke II Pecinta Alam
Indonesia di Batu Malang, Jawa Timur.

Pada Desember 1972, pembahasan Kode Etik Pecinta Alam Indonesia dilanjutkan di Gladian
NasionaI Pecinta Alam Indonesia yang ke III di Carita Banten namun tidak tuntas dan tidak
menghasilkan.

Sebagai kelanjutan, embrio Kode Etik Pecinta Alam hasil Gladian Nasional Pecinta Alam ke II di
Coban Rondo Malang di revisi dan disempurnakan pada kegiatan Jambore Pecinta Alam I se-
Jakarta Raya yang diadakan oleh Pecinta Alam Jakarta. Dalam kesempatan ini Kode
Etik disempurnakan menjadi 7 butir, untuk selanjutnya digelar dan dipaparkan dalam Gladian
Nasional yang ke IV

Pada tahun 1974, Gladian Nasional Pecinta Alam se-Indonesia yang ke IV dihelat di Pulau
Kayangan Ujung Pandang. Pada acara yang dihadiri oleh organisasi dan perhimpunan pecinta
alam se-Indonesia, Kode Etik Pecinta Alam se-Indonesia dibacakan, disahkan, dan dikukuhkan
oleh para peserta yang hadir, dengan harapan menjadi nilai-nilai yang  terus diperjuangkan oleh
pecinta alam Indonesia. Adapun isi dari naskah tersebut adalah,

KODE ETIK PECINTA ALAM INDONESIA

Pecinta alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.

Pecinta alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab
terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah Air.

Pecinta alam Indonesia sadar bahwa segenap pecinta alam adalah saudara, sebagai makhluk
yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Sesuai dengan hakikat di atas kami dengan kesadaran menyatakan sebagai berikut:

1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Memelihara alam beserta isinya, serta menggunakan sumber alam sesuai batas
kebutuhan.

3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.

4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitarnya, serta


menghargai manusia sesuai martabatnya.

5. Berusaha mempererat tali persaudaraan sesama pecinta alam, sesuai dengan asas
dan tujuan pecinta alam.

6. Berusaha saling membantu dan saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian


terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah Air.

7. Selesai

Disahkan dalam
Forum Gladian IV di Ujung Pandang
Tanggal 28 Januari tahun 1974 Pukul 01.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai