Pada keterangan diatas tentunya masih ada organisasi dan club yang lahir diantara tahun 1950-
1970 namun karena minimnya informasi, belum bisa dicantumkan. Pengumpulan data dan
sejarah masih berlangsung hingga saat ini, sehingga dapat menambah perbendaharaan sejarah
kepecinta alaman di Indonesia.
Pada Desember 1972, pembahasan Kode Etik Pecinta Alam Indonesia dilanjutkan di Gladian
NasionaI Pecinta Alam Indonesia yang ke III di Carita Banten namun tidak tuntas dan tidak
menghasilkan.
Sebagai kelanjutan, embrio Kode Etik Pecinta Alam hasil Gladian Nasional Pecinta Alam ke II di
Coban Rondo Malang di revisi dan disempurnakan pada kegiatan Jambore Pecinta Alam I se-
Jakarta Raya yang diadakan oleh Pecinta Alam Jakarta. Dalam kesempatan ini Kode
Etik disempurnakan menjadi 7 butir, untuk selanjutnya digelar dan dipaparkan dalam Gladian
Nasional yang ke IV
Pada tahun 1974, Gladian Nasional Pecinta Alam se-Indonesia yang ke IV dihelat di Pulau
Kayangan Ujung Pandang. Pada acara yang dihadiri oleh organisasi dan perhimpunan pecinta
alam se-Indonesia, Kode Etik Pecinta Alam se-Indonesia dibacakan, disahkan, dan dikukuhkan
oleh para peserta yang hadir, dengan harapan menjadi nilai-nilai yang terus diperjuangkan oleh
pecinta alam Indonesia. Adapun isi dari naskah tersebut adalah,
Pecinta alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.
Pecinta alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab
terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah Air.
Pecinta alam Indonesia sadar bahwa segenap pecinta alam adalah saudara, sebagai makhluk
yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Sesuai dengan hakikat di atas kami dengan kesadaran menyatakan sebagai berikut:
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan sesama pecinta alam, sesuai dengan asas
dan tujuan pecinta alam.
7. Selesai
Disahkan dalam
Forum Gladian IV di Ujung Pandang
Tanggal 28 Januari tahun 1974 Pukul 01.00 WITA