Anda di halaman 1dari 4

HINDU DAN ILMU PENGETAHUAN (TRI PRAMANA)

 Pengertian Tri Pramana


Secara etimologi Tri Pramana berasal dari kata “Tri” dan “Pramana”. Tri
artinya tiga dan Pramana artinya Jalan, atau Cara. Jadi “Tri Pramana” adalah tiga
jalan (cara) untuk mengetahui kebenaran tentang Ida Sang Hyang Widhi. Dengan
mengetahui kebradaan Ida Sang Hyang Widhi, maka sraddha atau keyakinan
seseorang semakin kuat. Tri Pramana dibagi menjadi dua penjelasan yakni Tri
Pramana dalam Bhuwana alit sebagai kekuatan mahluk hidup yaitu manacikapura
disebutkan, tiga kekuatan mahluk hidup tersebut meliputi; (1) Bayu; kekuatan nafas,
(2) Sabda:  kekuatan suara, dan (3) Idep; kekuatan pikiran. Ketiga tri Pramana
tersebut dimiliki oleh manusia sebagai makhluk yang paling sempurna untuk
mengetahui hakekat kebenaran sesuatu, baik nyata, maupun abstrak yang dalam
widhi tatwa disebutkan Tri Pramana; Praktyaksa Pramana, Anumana Pramana, dan
Agama Pramana (Sabda Pramana).

 Pratyaksa Pramana

Pratyaksa Pramana adalah tentang pengamatan secara langsung melalui panca


indria dengan obyek yang diamati, sehingga memberi pengetahuan tentang obyek-
obyek, sesuai dengan keadaannya.

Pratyaksa Pramana terdiri dari 2 tingkat pengamatan, yaitu:

a. Nirwikalpa Pratyaksa (pengamatan yang tidak ditentukan) pengamatan terhadap


suatu obyek tanpa penilaian, tanpa asosiasi dengan suatu subyek, dan
b. Savikalpa Pratyaksa (pengamatan yang ditentukan atau dibeda-bedakan)
pengamatan terhadap suatu obyek dibarengi dengan pengenalan ciri-cir sifat-sifat,
ukurannya, jenisnya dan juga subyek

Dengan demikian melalui Savikalpa Pratyaksa memungkinkan kita mendapatkan


pengetahuan yang benar. Pengetahuan itu dikatakan benar bila keterangan sifat yang
dinyatakan cocok dengan obyek yang diamati Disamping pengamatan terhadap obyek
yang nyata maka Nyaya juga mengajarkan bahwa obyek yang tidak ada maupun yang
tidak nyata juga dapat diamati.
 Contoh Pratyaksa pramana

a) Contoh pengamatan Nirwikalpa Pratyaksa ialah pengamatam yang tidak


ditentukan, yaitu mengamati sesuatu tanpa mengetahui volume, berat, warna, dan
jenis dari obyek yang diamati. Bisa jadi karena salah memberikan sifat maka
pengetahuan itu menjadi semu. Misalnya melihat seutas tali bisa dilihat sebagai ular
karena salah memberikan sifat pada tali tersebut jadi ular seperti tali atau tali seperti
ular.
b) Contoh Pengamatan Savikalpa Pratyaksa ialah pengamatan yang ditentukan atau
dibeda-bedakan. Yaitu mengamati suatu obyek yang menjadikan kita tahu dan
mengerti secara betul tentang sasaran (obyek) yang diamati, baik ukurannya, sifatnya,
maupun jenisnya. Misalnya mengamati tentang meja, ia akan mendapatkan
pengetahuan yang benar tentang meja itu. Apakah meja bahannya dari kayu, besi, dan
lain sebagainya. Apakah meja itu segi empat atau bundar. Jadi semua pengetahuan
tentang meja itu didapatkan dari pengamatan langsung apa yang dilihatnya.

 Anumana Pramana
Anumana Pramana adalah cara mengetahui sesuatu (kebenaran) dengan cara melihat
gejala-gejala atau tanda-tanda, berdasarkan perhitungan analisa yang logis dan
sebagainya. Contohnya misalnya ada asap berarti ada api, ada angin manakala melihat
dedaunan pada pepohonan yang bergerak-gerak, dedaunan basah di hutan berarti
terjadi hujan, ada jejak telapak kaki manusia berarti ada orang, dan lain sebagainya.
Proses penyimpulan dalam Anumana Pramana melalui beberapa tahapan seperti
dibawah ini:
1. Pratijana, yaitu proses yang pertama ; memperkenalkan objek permasalahan
tentang kebenaran pengamatan, misalnya gunung itu berapi
2. Hetu, yaitu proses kedua; alasan penyimpulan, di mana dalam hal ini adalah
terlibatnya asap yang keluar dari gunung tersebut.
3. Udaharana, yaitu preses ke tiga; menghubungkan dengan aturan umum tentang
suatu masalah, yang dalam hal ini adalah bahwa segala yang berasap tentu ada apinya.
4. Upanaya, yaitu proses ke empat; pemakaian aturan umum itu pada kenyataan yang
di lihat, yaitu bahwa jenis gunung itu berapi.
5. Nigama, yaitu proses ke lima; berupa penyimpulan yang benar dan pasti dari
seluruh proses sebelumnya, dengan pernyataan bahwa gunung tersebut berapi

 Tujuan Anumana Pramana


Tujuan dari anumana pramana adalah untuk mencapai pengetahuan yang tepat dan
benar melalui proses deduktif yang logis dan sistematis. Dalam filsafat Hindu, pengetahuan
yang diperoleh melalui anumana pramana dianggap lebih tinggi daripada pengetahuan yang
diperoleh melalui pengalaman empiris atau indra pramana. Hal ini karena anumana pramana
memungkinkan seseorang untuk mencapai pengetahuan yang universal dan berlaku pada
semua kasus yang relevan.
Dengan menggunakan anumana pramana, seseorang dapat menguji kebenaran dari
suatu pernyataan dengan cara deduktif dan sistematis. Premis yang digunakan dalam
anumana pramana harus jelas dan terdefinisi dengan baik sehingga dapat dianalisis dengan
tepat. Selain itu, alasan atau argumen yang digunakan harus bersifat universal dan langsung
berkaitan dengan premis yang telah dipilih. Dengan cara ini, kesimpulan yang ditarik dari
proses anumana pramana dapat dianggap benar dan valid.
Dengan demikian, tujuan utama anumana pramana adalah untuk mencapai
pengetahuan yang benar dan valid melalui proses deduktif yang logis dan sistematis,
sehingga seseorang dapat memiliki keyakinan yang lebih kokoh dalam menghadapi realitas
hidup.

 Contoh Anumana Pramana


a) Anumana Pramana adalah ajaran tentang penyimpulan. Misalnya di tempat
yang jauh dari kita melihat ada asap mengepul, maka dapat kita simpulkan
bahwa sebelum asap itu tentu ada sesuatu yang terbakar oleh api, atau dengan
asap kita tahu bahwa di sana juga ada api, karena asap dan api memiliki
hubungan yang tidak terpisahkan.
Atau seseorang melihat "gunung berasap" kemudian disimpulkan bahwa
"gunung itu berapi” walaupun apinya belum dapat dilihat.
Cara menyusun Anumana itu sebagai berikut:
a. Gunung itu berapi
b. Sebab itu berasap
c. Apa saja yang berasap tentu saja berapi
d. Gunung itu berasap, sedangkan asap senantiasa menyertai api
e. Jadi gunung itu berapi
Untuk kesimpulan diatas ada hal umum yang berlaku yaitu adanya hubungan
erat antara api dengan asap. Walaupun baru hanya melihat asapnya saja sudah
dapat disimpulkan dengan adanya "Api" itu sendiri.
"Yatra yatra dhumah, Tatra tatra wahnih: artinya dimana ada asap disitu
ada api.
b) Secara nyata kita tidak dapat melihat udara atau oksigen yang tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan. Bila kemudian kita melihat makhluk dapat
hidup di dalam air seperti tumbuh-tumbuhan atau plankton, maka dapat
disimpulkan bahwa di dalam air itu tentu ada udara.

 Sabha Pramana
Sabda Pramāna juga sering disebut sebagai Agami Pramāna adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mendapatkan pengetahuan dengan pemberitahuan, mendengarkan
ucapan-ucapan atau mendengarkan cerita-cerita yang wajar dipercaya, karena disampaikan
dengan kejujuran, kesucian, dan keluhuran budinya karena orang tersebut adalah para Rsi
atau orang-orang suci yang biasanya disebut dengan Laukika Sabda.
Disamping itu juga dengan membaca kitab-kitab suci Veda, kita mendapat
pengetahuan mengenai adanya Sang Hyang Widhi, dimana dijelaskan ajaran suci mengenai
ketuhanan yaitu kebenaran.
Demikian pula mengenai kebesaran Sang Hyang Widhi, dimana alam semesta ini
merupakan ciptaan Yang Maha Kuasa yaitu Sang Hyang Widhi, sehingga timbul keyakinan
kita Sang Hyang Widhi memang ada dan mempunyai kemampuan yang luar biasa, yang
sangat sulit diukur dengan kemampuan manusia, ini yang disebut Vaidika Sabda.
Kesimpulannya kesaksian ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Laukika Sabda adalah kesaksian yang didapat dari orang-orang terpercaya dan
kesaksiannya dapat diterima dengan akal sehat.
b. Vaidika Sabda adalah kesaksian yang didasarkan pada naskah-naskah suci Veda Sruti.

 Contoh Sabha Pramana

a) guru ilmu pengetahuan alam bercerita bahwa di angkasa banyak planet-planet,


sebagaimana juga bumi berbentuk bulat dan berputar. Setiap murid percaya
kepada apa yang diceritakan gurunya, oleh karena itu tentang planet dan bumi
bulat serta berputar menjadi pengetahuan yang diyakini kebenarannya,
walaupun murid-murid tidak pernah membuktikannya.

 Kesimpulan
Dengan adanya Tri Pramana yang meliputi, Sabha Pramana, Anumana Pramana, dan
Pratyaska Pramana. Kita sebagai umat hindu dapat mempercayai dan mengetahui sesuatu
baik itu melalui petunjuk, gejala gejala yang diamati secara logis dan mendapatkan kebenaran
melalui pengamatan langsung.

Anda mungkin juga menyukai