Anda di halaman 1dari 11

PENGETAHUAN:

Segala apa yang diketahui orang dan pengetahuan dapat dimiliki orang dengan berbagai
cara:
-mendengarkan cerita-cerita orang
-pengalaman
-tidak dapat dipercaya kebenarannya
-tanpa bukti-bukti yang nyata

ILMU:
Pengetahuan yang bertujuan mendapat kebenaran dengan sadar yang bermethode dan
bersistem.
Ilmu memandang obyek benda-benda dan masalah-masalah yang menjadi obyeknya
terpecah-pecah atau memandang sesuatu dari sesuatu segi pandangan tertentu.
Misalnya:
Obyeknya manusia
Ditinjau dari kerja alat-alat tubuhnya : ilmu hayat
Ditinjau dari cara hidup dan bergaul dalam hubungan dengan kelompok tertentu :
Sosiologi
Ditinjau dari sikap hati dan perubahan-perubahan jiwanya : ilmu jiwa
Jadi yang menentukan macam ilmu itu bukanlah bahan atau lapangan
penyelidikannya,tetapi sudut pandangnya. Lapangan atau bahan penyelidikan suatu ilmu
disebut : obyek materi
Sudut tertentu yang menentukan macam ilmu itu disebut: obyek formal.

FILSAFAT
Ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran akan obyeknyaitu, tidak berhenti pada batas
pengalaman, tidak membatasi diri, dan mencari pengalaman yang sedalam-dalamnya.
Contoh: dalam ilmu alam dapat kita pelajari bahwa air membeku karena dingin dan mencair
karena panas. Dalam filsafat apakah sebenarnya dingin dan panas itu?

AGAMA

Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta segala sesuatu yang bersangkutan paut
dengan itu. Walaupun kita tidak cepat percaya pada sesuatu, tetapi percaya itu perlu pada
hidup ini. Orang yang tidak mempunyai kepercayaan pada sesuatu, akan selalu bimbang,
ragu, tidak aman, curiga dan tidak mempunyai tempat berpegang yang pasti. Contoh:
seseorang tidak nyenyak tidurnya karena curiga kalau-kalau jendela dibongkar orang.
Sebaliknya seseorang merasa tentram hatinya bertempat tinggal pada kaki sebuah gunung
berapi karena ia percaya bahwa gunung itu tidak akan meletus, walaupun ia tidak tahu
apakah benar demikian. Karena agama adalah kepercayaan maka dengan agama kita merasa
aman dalam hidup ini dan karena merasa aman itu kita akan memiliki ketetapan hati dalam
menghadapi sesuatu. Tiap agama mempunyai kitab suci yang menjadi sumber keyakinan
dan kepercayaan kepada Tuhan. Bagi umat Hindu sumber agama ini adalah veda, veda
adalah wahyu yang diturunkan melalui maharesi-maharesi lebih dari ribuan tahun lalu, jadi
veda bukan buatan maharesi atau manusia, dengan demikian agama Hindu bukan agama
budaya hasil cipta manusia.veda diturunkan untuk menuntun umat manusia supaya bisa
hidup di dunia dengan baik dan benar. Maka tidak heran kalau dalam veda kita melihat juga
ajaran-ajaran tampaknya seperti polytheisme, memuja banyak dewa.

Salah seorang penulis barat yang bernama Prof. Dr. Max Muller banyak menulis tentang
agama Hindu,terdahulu dia menulis bahwa agama Hindu adalah agama polytheisme, namun
dia kemudian merubah sikap pandangannya tentang ketuhanan di dalam agama Hindu , dari
pandangan polytheisme kepada agama yang monotheisme. Contoh dalam kamus keluaran
oxford:
Hinduism : religions and social system especialy in India with worship of several gods.
Ajaran polytheisme bagi masyarakat kuno sesuai dengan kemampuan daya pikir
mereka yang sederhana. Dalam sejarah agama atau kepercayaan manusia pada abad
sebelum masehi adalah polytheisme, seperti : di yunani mesir, iran dan sebagainya nabi
musa yang mengajarkan monotheisme di Mesir ditentang dan diusir oleh Firaun

Veda adalah sanatana dharma yaitu agama yang abadi dan bisa hidup sepanjang
jaman. Bentuk polytheisme yang monotheistik dalam veda kita lihat dalam pemujaan
terhadap dewa iswara, brahma dan sebagainya, seperti dalam gayatri mantram.
Contoh: matahari dengan sinar-sinarnya.

Fungsi Agama

Tanpa ajaran agama manusia tidak akan tahu untuk apa sebenarnya dia hidup dan apa pula
tujuan serta bagaimana pula caranya hidup. Agama memberi pengetahuan tujuan dan
bagaimana cara hidup, Contoh: seseorang yang masuk ke dalam gua yang dalam dan gelap.
Agama memberikan keberanian serta ketahanan dalam menghadapi hidup ini.

Agama menjadi motivator dalam berbuat kebaikan, sorga neraka bukanlah hadiah atau
hukuman tetapi hasil dari karma kita sendiri dengan Tuhan sebagai pengatur yang maha Adil
dari hasil karma seseorang. Agama memberi ketenangan misalnya: Anak kecil bisa minta
perlindungan pada ibunya, tetapi bagaimana halnya dengan orang dewasa apakah kalau
berpergian kemana-mana harus menggendong ibu?

Tujuan Agama

Tujuan agama adalah untuk mendapatkan kesejahteraan di dunia dan moksha di


akhirat.seseorang tidak boleh mengabaikan tubuhnya, karena mereka mengetahui tujuan
akhir adalah moksha, sebab tanpa melalui kelahiran orang tidak bisa mencapai moksha. Dan
kelahiran tidak bisa tanpa tubuh, dewa pun turun ke dunia (reinkarnasi) agar bisa mencapai
moksha. Dalam Brahma Purana (228,45) disebutkan: Dharmaartakamamokshanam cariram
sadhanam. artinya: Tubuh adalah alat untuk mendapat dharma, artha, kama dan
moksha.Tanpa melalui kelahiran dharma artha kama moksha itu tidak dapat dicapai. Dalam
Sarasamuccahaya (14) disebutkan:
Ikang dharma ngaran ika
Hetuning mara ring swarga ika
Kadi gatining parahu
An hetuning banyaga entasing tasik
Arti bebasnya:
Adapun yang disebut agama itu (dharma itu)
Adalah jalan untuk mencapai sorgalah itu
Sebagai ibarat perahu
Adalah merupakan alat dari pedagang (bendega)
Untuk menyeberangi lautan.
Boleh diumpamakan agama adalah merupakan jalan lengkap dengan papan-papan petunjuk
jalannya, yang menuntun umat manusia ke arah yang benar.

Iptek dalam Veda


“Agama masa depan adalah agama alam semesta. Agama yang menghindari dogma dan
teologi.” DR.Albert Einstein. Ilmu pengetahuan tentang Rta disebut ilmu pengetahuan alam
atau sains (inggris: science). Dunia sains berawal dari keragu-raguan. Agama bermula dari
kepercayaan dan mencapai puncaknya pada tingkat keyakinan dan kepasrahan.
Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-langkah baku yang
dikenal dengan metode ilmiah. Dalam ajaran agama Hindu yakni dalam filsafat Samkhya,
langkah-langkah tersebut dikenal dengan sebagai Tri Pramana : Anumana pramana, agama
premana, pratyaksa premana.
Dalam bhagavadgita IV.33 disebutkan:
Sreyan dravya-mayad yajna
Jnana yajnah paramtapa
Sarvam karmakhilam partha
Jnane parisamapyate.
Artinya:
Persembahan berupa ilmu pengetahuan, wahai Arjuna, lebih mulia dari pada
persembahan materi; dalam keseluruhannya semua kerja ini akan mendapatkan apa yang
diinginkan dalam ilmu pengetahuan, wahai partha.

Weda juga telah mengajarkan bahwa sumber energi di alam semesta adalah matahari “yo
bhojanam ca dayase ca vardhanam” artinya, matahari menyediakan makanan yang bergizi
kepada alam semesta (Regveda.II.13.6).

Sinar matahari yang sampai ke bumi sebenarnya terdiri dari tujuh warna. Dalam
Atharvaveda disebutkan, “Ava divas tarayanti, sapta suryasya rasmayah” artinya, matahari
memiliki tujuh jenis sinar. Mereka adalah sumber hujan (Atharvaveda VII.107.1)
Unsur utama penyusun matahari adalah hidrogen, sebagaimana disebutkan dalam
Atharvaveda I.4.2, “Amur ya upa surye” (unsur hidrogen terdapat di matahari).

Dalam Adi Parva terdapat kisah yang menunjukkan betapa canggihnya teknologi pada jaman
Dwapara. Contoh, Rsi Wyasa mampu membuat ibundanya, Setyawati, kembali menjadi
perawan. Hal ini sama dengan operasi plastik pada jaman modern ini. Berikutnya kelahiran
seratus korawa merupakan bukti bahwa ide bayi tabung sudah ada sejak jaman mahabrata.
Yang lebih canggih lagi, kelahiran Panca Pandawa menunjukan bahwa bioteknologi kloning
sudah dikenal, bahkan dipraktekkan untuk menyelematkan suami istri yang tidak bisa
mendapatkan keturunan dengan jalan pembuahan sel telur oleh sperma secara wajar.
Dalam kisah tersebut, maharaja Pandu tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagai
seorang suami. Atas dasar itu, kedua permaisurinya memperoleh putra dengan bantuan
Dewa (dewa=sinar). Bukankah teknologi kloning yang baru ditemukan oleh Ian Wilnut,dkk.
Juga memerlukan bantuan arus listrik?
Dalam mahabrata juga disebutkan tentang kemungkinan seorang laki-laki mendapatkan
seorang anak tanpa perlu bantuan seorang istri(wanita). Dikisahkan, ketika perang
Bharatayudha telah berakhir, pada saat menyaksikan sepasang burung asyik bercumbu rayu,
secara serta merta Maharsi Wyasa berhasrat memiliki seorang putra. Beliau mengeluarkan
kama petak, yang akhirnya menjelma menjadi seorang anak laki-laki (kemudian diberi nama
Bhagawan Suka). Kisah ini menunjukkan bahwa proses penciptaan anak tidak harus melalui
pembuahan, tetapi bisa juga hanya dari sperma. Kapankah bioteknologi modern akan
membuktikan kebenaran hal itu?
Dalam karna parwa dikisahkan pula keperwiraan pangeran Gatot Kaca. Putra Bima itu dapat
terbang di angkasa dan juga masuk ke dalam tanah, sebagai sesuatu yang semula tidak
dapat diterima dengan akal sehat. Lalu apakah yang kini akan dikembangkan oleh bangsa
Jepang? Jepang akan membuat pesawat yang dapat terbang di dalam tanah. Masihkan tidak
dapat diterima dengan logika?
Dalam Sauptika Parwa dikisahkan perang antara arjuna melawan aswatama. Mereka perang
tanding mempergunakan senjata sakti brahmasirah. Senjata canggih ini dapat
menyemburkan api sebesar gunung. Tidakkah ini sama dengan senjata nuklir?
Ketika terjadi perang tanding antara Sri Rama melawan Rahwana, panah-panah mereka
banyak yang tidak sampai ke sasaran, karena hancur di udara dihadang oleh panah lawan.
Kejadian ini mengingatkan kita pada penggunaan peluru patriot oleh serdadu-serdadu
sekutu pada waktu perang teluk II(sekutu melawan Irak). Dengan demikian ide peluru patriot
juga sudah ada pada jaman Treta.

SEJARAH AGAMA HINDU


Sejarah agama Hindu di India, perkembangannya dapat diketahui dari kitab-kitab suci Hindu
yang terhimpun dalam
Weda Sruti
Weda Smri
Ithiasa
Upanisad dll
Menurut pendapat Govinda Das Hinduism Madras, jaman dikatakan dapat dibagi 3 bagian
yang besar yaitu:
Zaman veda Kuna
Zaman Brahmana
Zaman Upanisad
Zaman Veda Kuna
Dimulai dari datangnya bangsa arya 2500SM ke India di lembah sungai sindhu. Zaman ini
merupakan zaman penulisan wahyu suci veda.
Veda merupakan wahyu atau sabda suci Tuhan Yang Maha Esa/Hyang Widhi Wasa, yang
diyakinin oleh umatnya sebagai anadi ananta yaitu tidak berawal dan tidak diketahui kapan
diturunkan dan berlaku sepanjang masa.
Kalangan sarjana baik Hindu maupun Barat berikthiar untuk kapan sebenarnya Veda itu
diwahyukan, hal ini dikemukakan antara lain:
1. Vidyaranya :15.000th sebelum masehi
2. Lokamaya Tilaksastri : 6.000th sebelum Masehi
3. Bal Gangadhar Tilak : 4.000th sebelum masehi
4. Dr.Haug : 2.400th sebelum masehi
5. Max Muller : 1.200-800th sebelum masehi
6. Heina Gelderen : 1.150-1000th sebelum masehi
7. Sylvain Levy : 1.000th sebelum masehi
8. Stutterheim : 1.000-500th sebelum masehi

Veda bersifat Anadi-Ananta artinya tidak berawal dan tidak berakhir, bagaimana
menyatakan bahwa Veda itu bersifat anadi atau tanpa awal? Fakta membuktikan bahwa
mantra veda bukan disusun oleh para Rsi dan pembuat mantra atau mantrakarta, Rsi adalah
Na Mantrakarta tetapi “ Mantradrastah” atau penerima atau mendapatkan mantra.

Pengertian Veda
Kata Veda berasal dari bahasa sansekerta, dari akar kata Vid artinya mengetahui, Vid
menjadi kata benda Veda yang artinya kebenaran
Winternitz dalam bukunya A History of Indian Literature menyatakan bahwa kitab suci Veda
merupakan monument dan susastra tertua di dunia.
Bloomfield dalam bukunya The Religion of Veda menyatakan bahwa Veda bukan saja
monumen tertua tetapi juga dokumen di timur yang paling tua.
Svami Sivananda menyatkan bahwa Veda adalah kitab tertua dari perpustakaan umat
manusia.
Veda sebagai himpunan sabda atau wahyu berasal dari Apuruseyam atau bukan dari purusa
atau manusia.
Maharsi Manu menjelaskan bahwa Veda adalah sumber dari segala dharma:
“Vedo khilo dharma mulam smrti sile ca tad vidam,
Acaras caiva sadhunam atmanastutir eva ca”

SAMKHYA DARSANA

Pendiri dari fisafat samkhya adalah Sri Kapila Muni, Samkhya artinya” jumlah” sistem ini
memberikan sejumlah prinsip-prinsip alam semesta yang banyaknya 25 buah. Samkhya
mempergunakan 3 sistem atau cara mencari kebenaran, yaitu: Pratyaksa(Pengamatan
langsung), Anumana(penyimpulan), dan apta Vakya(penegasan yang benar). Kata “apta”
artinya pantas atau benar yang ditujukan kepada wahyu-wahyu veda atau guru-guru yang
mendapatkan wahyu. Samkhya menekan dualitas yaitu purusa dan prakerti. Purusa bersifat
tak terikat dan merupakan kesadaran yang meresepi segalanya dan abadi. Prakerti
merupakan si pelaku dan si penikmat, yang tersusun dari asas materi dan rohani yang
terpengaruh 3 guna atau sifat yaitu Sattvam, Rajas dan Tamas.

FILSAFAT JAINA

Jaina membabarkan nama-nama dari 24 orang guru(tirthankaras) yang merupakan sumber


keyakinan mereka sejak jaman dahulu. Yang pertama adalah Rsabhadeva dan yang terakhir
adalah Vardhamana yang juga dijuluki Mahavira(pahlawan agung). Guru parsvanatha dan
vardhamana yang hidup pada abad ke-9 dan ke-6 sebelum masehi, sisanya 22 0rang hidup
pada jaman prasejarah. Kata ‘Jina’ secara etimologi berarti penakluk. Itu merupakan nama
umum yang diberikan pada ke-24 orang guru, karena mereka telah menaklukkan segala
nafsu dan telah mencapai kebebasan.
Kaum pengikut Jaina tidak mempercayai adanyaTuhan. Mereka memuliakan para
Tirthankaras atau pada pendiri keyakinan mereka. Mereka ini merupakan roh-roh terbebas
yang sekali waktu terbelenggu tetapi melalui usahanya sendiri mereka menjadi bebas,
sempurna, mahatahu, mahakuasa dan penuh kebahagiaan.
Jaina sejati berkeyakinan akan realisasi kesempurnaan mutlak melalui usaha pribadi bagi
mereka bukan spekulasi tetapi usaha yang diulang-ulang untuk kehidupan yang
terbebaskan.
dalam perjalanan waktu para pengikut Jaina dibagi menjadi dua sekte yaitu Svetambara dan
Digambara. Persamaanya keduanya menerima ajaran-ajaran dari para Tirthankaras,
perbedaannya terletak pada dasar doktrin filosofisnya. Kaum Digambara lebih ketat dan
fanatik, sedangkan kaum Svetambara lebih menyesuaikan dengan kelemahan umum
manusia. Umpama,
1. Kaum Digambara menganggap bahwa para pertapa seharusnya
melepaskan segala miliknya, bahkan hingga pada pakaian mereka.
Sedangkan kaum Svetambara menganggap bahwa mereka hendaknya
mereka mengenakan pakaian putih.
2. Kaum Digambara menganggap bahwa seorang suci yang telah
memperoleh pengetahuan sempurna tidak memerlukan makanan, dan
kaum wanita tak dapat mencapai pembebasan (tanpa dilahirkan kembali
sebagai laki-laki). Kaum Svetambara tidak menerima pandangan seperti
ini.
Pandangan filosofis dari Jainisme adalah bahwa dunia ini terdiri dari dua macam realitas,
yang hidup dan yang mati. Setiap mahluk hidup memiliki roh atau jiwa, betapapun tidak
sempurnanya badan yang dimilikinya. Oleh karena itu menghindari sama sekali segala
bentuk menyakiti jiwa (ahimsa). Mahatahu merupakan potensi pembawaan dari setiap roh,
setiap roh mengalami pembatasan disebabkan oleh halangan-halangan yang diciptakan oleh
karma-karma.

FILSAFAT BUDDHA
Pendiri filsafat Buddhisme adalah Siddhartha atau Buddha Gautama, yang lahir dalam
keluarga kerajaan Kapilavastu (di kaki pegunungan Himalaya, sebelah utara India) pada abad
ke VI sebelum masehi. Pemikiran-pemikiran sang Buddha mencari sumber sejati penyebab
dari segala penderitaan dan tentang cara untuk pembebasan sepenuhnya.
Dengan tekad yang membaja dan pikiran bebas dari segala gejolak pemikiran dan keinginan,
melalui meditasi intensif terus-menerus, ia berusaha untuk menyingkap misteri
kesengsaraan dunia, akhirnya sampai pada puncak keberhasilan. Siddhartha menjadi Buddha
atau yang tercerahi. Pesan-pesan dari pencerahannya menjadi dasar baik agama maupun
fisafat Buddhisme.
Pengetahuan tentang ajaran sang Buddha terdapat dalam Tripitaka atau tiga keranjang
ajaran-ajaran sang Buddha yaitu:
a. Vinayapitaka terutama mengadung aturan-aturan prilaku bagi sangha
b. Suttapitaka mengandung wejangan dan percakapan sang Buddha
c. Abhidhammapitaka berisi penjelasan dan teori-teori filosofis, semuanya tertulis
dalam logat Pali
Dalam perjalanan waktu, ajaran-ajaran sang Buddha dibagi menjadi aliran-aliran yang
berbeda-beda diantaranya:
a. Hinayana atau Theravada, tumbuh dan berkembang di bagian selatan dan
bertahan di Srilangka, Birma, dan Thailand. Literaturnya luas dantertulis dalam
bahasa Pali. Ia dinyatakan lebih ortodok dan sangat percaya pada ajaran
Buddha.
b. Mahayana terutama berkembang di utara dan para pengikutnya dijumpai di
Tibet, Cina dan Jepang. Ia memakai bahasa Sanskrta untuk pembahasan
filsafatnya.
Sepuluh pertanyaan seringkali dinyatakan Buddha sebagai hal yang tidak pasti, yang secara
etis tidak layak dipertanyakan, sehingga tidak dibahas olehnya. Yaitu:
1. Apakah dunia ini kekal?
2. Apakah ia tidak kekal?
3. Apakah ia terbatas?
4. Apakah ia tidak terbatas?
5. Apakah roh sama dengan badan?
6. Apakah ia berbeda dengan badan?
7. Apakah orang yang telah mengetahui kebenaran, juga lahir kembali setelah
kematian?
8. Apakah ia tidak lahir kembali setelah mati?
9. Apakah ia hidup dan tidak hidup lagi setelah kematian?
10. Apakah ia tidak hidup maupun tidak mati lagi setelah kematian?

Pembahasan tentang permasalahan guna pemecahan yang tidak cukup bukti hanya akan
membawa pada pandangan sebagian seperti:
Seekor gajah yang diberikan oleh orang-orang buta yang berbeda-beda dalam
menyentuh bagian badan gajah tersebut. Mereka yang melibatkan diri dalam spekulasi
teoritis tentang roh dan dunia, sementara ia mengeliat kesakitan seperti halnya orang tolol
dengan panah beracun tertancap dipinggangnya, menghabiskan waktunya pada spekulasi
tak berguna yang berkaitan dengan asal, si pembuat dan yang melepaskan anak panah
tersebut, bukannya mencoba untuk mencabutnya segera. Ketimbang membicarakan
pertanyaan metafisika yang secara etis tak ada gunanya dan secara intelektual tidak ada
kepastiannya, Buddha senantiasa mencoba menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang paling
penting tentang penderitaan, asalnya, penghentiannya dan jalan yang menghantar pada
penghentian itu. Inti pencerahan Buddha ini sering dikenal dengan empat kebenaran mulia
yaitu:
1. Kehidupan di dunia ini penuh dengan penderitaan,
2. Ada penyebab yang menimbulkan penderitaan itu,
3. Tak mungkin menghentikan penderitaan itu,
4. Ada jalan yang menghantarkan pada penghentian penderitaan (dukha nirodha
marga).

Kebenaran mulia pertama tentang penderitaan.


Kehidupan ini dengan penderitaan menurut buddha diantaranya: kelahiran, usia tua,
penyakit, kematian, penderitaan, ketakutan, keinginan, putus asa, pendeknya semua yang
berasal dari keterikatan adalah penderitaan.
Kebenaran mulia kedua tentang penyebab penderitaan: rantai bermata duabelas.
Secara singkat dapat dikatakan,
1. Penderitaan
2. Penderitaan dalam kehidupan ini disebabkan oleh kelahiran,
3. Kelahiran disebabkan oleh keinginan untuk lahir,
4. Keinginan untuk lahir disebabkan oleh keterikatan mental pada obyek,
5. Keterikatan disebabkan oleh kehausan dan keinginan pada obyek,
6. Keinginan pada obyek disebabkan oleh pengalaman indra,
7. Pengalaman indra disebabkan oleh hubungan indra- obyek,
8. Hubungan indra-obyek disebabkan oleh enam organ pengenalan,
9. Organ-organ ini bergantung pada organisme embryonik (yang menyusun pikiran dan
badan),
10. Organisme embryonik tak akan berkembang tanpa kesadaran awal,
11. Kesadaran awal berasal dari kesan-kesan pengalaman masa lalu,
12. Kesan-kesan pengalaman masa lalu disebabkan oleh kebodohan akan kebenaran.
Kebenaran Mulia ketiga tentang pelenyapan penderitaan
Bahwa pembebasan dari kesengsaraan merupakan suatu keadaan yang dapat dicapai dalam
kehidupan ini juga, bila kondisi tertentu dipenuhi. Bila pengendalian nafsu yang sempurna dan
kontemplasi berkesinambungan tentang kebenaran, ia tidak lagi berada di bawah pengaruh
keterikatan duniawi. Ia telah memutuskan rantai pengikat yang membelenggunya pada dunia.
Keadaan yang demikian itu sekarang lebih dikenal sebagai Nirvana yaitu pemusnahan nafsu dan
tentu saja pemusnahan kesengsaraan. Nirvana juga berarti bahwa seseorang yang telah
mencapainya menikmati kedamaian sempurna bahkan dalam kehidupan ini juga selama ia masih
hidup setelah mendapatkan pencerahan tentu saja kedamaian disini bukan semacam kesenangan
yang berasal dari pemenuhan keinginan. Oleh karena itu, ia dikatakan sebagai melampui kesenangan
dan penderitaan duniawi.
Kebenaran Mulia keempat tentang jalan pembebasan
Petunjuk Buddha untuk mencapai keadaan bebas dari kesengsaraa.
Jalan mulia menurut ajaran Buddha, terdapat delapan pencarian hal baik, sebagian berukut

1 Pandangan yang benar


2 Keputusan yang benar
3. Berkata yang benar
4. Prilaku yang benar
5. Mata pencarian yang benar
6. Usaha yang benar
7. Perhatian yang benar
8. Konsentrasi yang benar

SAD DARSANA

Sad Darsana merupakan bagian penulisan Hindu yang memerlukan kecerdasan yang tajam,
penalaran serta perasaan, karena masalah pokok yang dibahasnya merupakan intisari pemahaman
Veda secara menyeluruh dibidang filsafat. Filsafat merupakan aspek rasional dari agama dan
merupakan satu bagian integral dari agama.
Filsafat bermula dari keperluan praktis umat manusia yang menginginkan untuk mengetahui
masalah-masalah transendental ketika ia berada dalam perenungan tentang hakekat kehidupan itu
sendiri. Ada dorongan dalam dirinya untuk mengetahui rahasia kematian, rahasia kekekalan, sifat
dari roh, sang pencipta alam semesta ini.
Pertanyaan filosofis tertentu muncul dalam benak manusia, seperti: apakah tujuan kehidupan ini
sesungguhnya? Apakah ada si pencipta alam semesta ini, bagaimana sifatnya? Adakah hubungan
antara manusia dengan sang pencipta? Adakah jalan untuk melepaskan diri dari siklus kelahiran dan
kematian? Dan lain-lain
YOGA DARSANA

Bila kitab suci Veda merupakan pengetahuan suci yang sifatnya teoritis, maka Yoga merupakan ilmu
yang sifatnya praktis dari ajaran Veda. Ajaran ini merupakan Kata yoga berasal dari akar kata “yuj”
yang artinya menghubungkan dan yoga itu sendiri merupakan pengendalian aktivitas pikiran dan
merupakan penyatuan roh pribadi dengan roh tertinggi. Yoga didirikan oleh Maharsi Patanjali.
Maharsi Patanjali mengajarkan Astanga-yoga atau yoga dengan delapan tahap yang mengandung
disiplin pikiran dan fisik, yaitu:
i. Yama (larangan)
ii. Niyama (ketaatan)
iii. Asana (sikap Badan)
iv. Pranayama (pengaturan nafas)
v. Pratyahara (penarikan indra dari obyek)
vi. Dharana (konsentrasi)
vii. Dhyana (meditasi)
viii. Semadi (keadaan supra sadar)

Tujuan kehidupan adalah keterpisahan mutlak dari purusa dengan prakerti. Kebebasan dalam yoga
adalah kebebasan mutlak, dimana roh terbebas dari belenggu prakerti dan purusa berada dalam
wujud yang sebenarnya atau svarupa. Sang roh telah melepaskan avidya melalui api pengetahuan
sang diri tak terjamah oleh citta, dan sang diri berdiam pada intisarinya illahinya sendiri. Maha Rsi
Patanjali mengartikan Yoga sebagai “Cittavrttinirodha”, atau perhentian geraknya pikiran.

WEDANTA DARSANA

Uttara- mimamsa atau fisafat vedanta dari Badarayana, istilah vedanta artinya secara harfiah adalah
intisari atau akhir dari veda, yaitu ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab-kitab upanisad yang
merupakan jnana kanda atau bagian akhir dari veda setelah Mantra, Brahmana dan Uranyaka.
“Janmadyasya yatah” Brahaman adalah kebenarantertinggi, yang merupakan asal mula, penghidup
serta leburnya alam semesta ini.
“Sastrayonitvat” Kitab suci merupakan cara untuk mencari pengetahuan yang benar.
Brahman adalah penyebab material dan instrumental dari alam semesta; sehingga Brahman .dan
alam semesta tidak berbeda, seperti sebuah kendi yang tak berbeda dengan tanah liat. Benang
dengan kain.
Manusia telah melupakan sifat inti ilahinya, disebabkan oleh maya, jiwa atau roh diselubungi oleh
lima lapisan(kosa), seperti kulit bawang, yaitu:
Lapisan makanan (annamaya kosa)
Lapisan vital (pranamaya kosa)
Lapisan mental (manomaya kosa)
Lapisan kecerdasan (vijnamaya kosa)
Lapisan kebahagiaan (anandamaya kosa)
Roh harus mengatasi semua lapisan ini melalui meditasi dan menjadi satu dengan roh tertinggi, yang
melampaui kelima lapisan ini, serta mencapai pembebasan. Jiva menyamakan dirinya dengan badan,
pikiran dan indra-indra, disebabkan oleh avidya, seperti seseorang melihat seekor ular pada seutas
tali disenja hari, perenungan dan meditasi pada Brahman tertinggi, semua khayalan lenyap. Filsafat
vedanta telah dijelaskan oleh berbagai pengulas yang berbeda-beda, sehingga muncul beberapa
aliran filsafat yaitu:
Kevala advaita dari Sri Sankaracarya mengatakan “manusia identik dengan Brahman
“seorang Jnanin menggabungkan dirinya dalam Brahman dan menginginkan dirinya menjadi sama
dengan Brahman dan ingin menjadi gula-gula itu sendiri.
Visistadvaita dari Sri Ramanujacarya mengatakan “manusia adalah cahaya dan percikan
Tuhan, seorang visistadvatin ingin menjadi seperti Tuhan, Narayana dan menikmati ke-Ilahian dan
tak ingin menggabungkan dirinya atau menjadi sama dengan Tuhan.
Dvaita dari Sri Madhvacarya mengatakan “manusia adalah pelayan Tuhan” seorang Dvaitin
ingin melayani Tuhan sebagai seorang pelayan dan menginginkan bermain-main dengan Tuhan,
serta ingin mencicipi gula-gula.
Filsafat Bhedaabedha dari Sri Nimbarkacarya, hubungan antara Tuhan, Jiva dan alam yang
berbeda dan juga tidak berbeda adalah seperti hubungan matahari dengan sinar-sinarnya, ombak
dengan air lautan.
Filsafat Acintya Bhedaabedha dari Sri Caitanya, alam dan roh tergantung pada Tuhan
walaupun mereka terpisah dan berbeda dengan-Nya, yaitu perbedaan yang tak dapat dipahami dan
juga ketidakberbedaan yang tak dapat dipahami.
Filsafat Suddha Advaita dari Sri Vallabhacarya Suddhadvaita atau monistik murni, karena ia
tak mengakui adanya maya seperti Sri Sangkaracarya dan mempercayai bahwa seluruh alam
semesta materi dan roh-roh adalah nyata dan hanya merupakan wujud halus dari Tuhan.

NYAYA DARSANA

Nyaya sastra atau Nyaya Darsana secara umum juga dikenal dengan Tarka Vada atau diskusi dan
perdebatan tentang suatu darsana atau pandangan filsafat. Sistem filsafat Nyaya membicarakan
metode atau cara untuk melakukan pengamatan yang kritis.
Pendiri dari filsafat Nyaya adalah Maha Rsi Gautama, yang juga dikenal sebagai Aksapada. filsafat
Nyaya merupakan dasar dari semua filsafat, karena ajaran ini mendasarkan pada ilmu
logika,sistematis, kronologis dan analitis.

MIMAMSA DARSANA
Purwa Mimamsa atau Karma Mimamsa adalah penyelidikan ke dalam ritual-ritual dari kitab suci
veda. Disebut Purwa Mimamsa karena ia lebih awal (Purwa) dari pada Uttara Mimamsa (vedanta).
Pendiri dari filsafat Mimamsa adalah Maha Rsi Jaimini.
Para pengikut filsafat Mimamsa menetapkan bahwa semua pekerjaan seharusnya dilaksanakan
sebagai suatu persembahan kepada Tuhan atau keberadaan Tertinggi, sehingga memungkinkan
untuk mendapatkan kebebasan.
Apabila upacara kurban dilaksanakan tanpa sraddha (keyakinan) dan kepatuhan(bhakti), maka hasil
yang dicapai tak akan membantu seseorang untuk mencapai kelepasan, dan yang dikehendaki
sebenarnya adalah Pengurbanan kepentingan diri sendiri, keakuan dan raga-dvesa( kebencian) dan
bukannya upacara kurban itu sendiri.
Filsafat Mimamsa mengemukakan lima sumber pengetahuan antara lain:
1. Pratyaksa (pengamatan langsung)
2. Anumana (menarik suatu kesimpulan)
3. Sabda (pembuktian melalui sumber yang dipercaya; kitab-kitab suci)
4. Upamana (mengadakan perbandingan)
5. Arthapatti (perumpamaan)

VAISESIKA DARSANA

Sistem filsafat Vaisesika mengambil nama dari kata Visesa yang artinya kekhususan, yang merupakan
ciri-ciri pembeda dari benda-benda. Tujuan pokok Vaisesika bersifat metafisis. Isi pokok ajarannya
menjelaskan tentang dharma yang memberikan kesejahteraan di dunia dan kelepasan.
Pendiri sistem filsafat Vaisesika adalah Maha Rsi Kanada, yang juga dikenal sebagai Maha Rsi Uluka,
sehingga sistem ini dikenal juga sebagai Aulukya Darsana. Kata Uluka berarti burung hantu yang
dalam bahasa inggris berubah menjadi owl.

Anda mungkin juga menyukai