Anda di halaman 1dari 12

TRI SULA

Oleh : Bpk. Soendoro (orang desa sangat cerdas yg menderita hidupnya


karena oleh Bung Karno dikirim studi ke Uni Soviet di thn 62-69. Beruntung masih bisa hidup,
kata beliau...)

CARA MEMBACA PEMIKIRAN DAN IDEOLOGI


SOEKARNO

PENGERTIAN DASAR
FILSAFAT PANCASILA dan IDIOLOGI PANCASILA

Pada tanggal 1 Juni 1998, yaitu pada Ulang Tahun ke 53, kita (para pengikut Bung Karno)
mendapat hadiah istimewa dari Presiden B.J. Habibie, berupa Dekrit kembali ke Filsafat
Pancasila yang digali oleh Bung Karno.
Sikap Pemerintah B.J. Habibie sangat tepat dengan pernyataannya itu. Tentulah kita sambut
dengan sangat gembira. Diwaktu rezim Orba berkuasa, pengertian Pancasila secara benar
sukar didapatkan; pelajaran yang ada hanya merupakan doktrin melegalisir kekuasaan
semata-mata. Karena itu jika dikaji secara ilmiah Pelajaran Pancasila Orba, hanya bersifat
Pseudo-ilmiah.
Banyak bahan pelajarannya bersifat ambivalent, tidak menganut pelajaran yang bersifat
universal dan benar.
Filsafat Pancasila dari Bung Karno berdasar EMANASI:
Berkali – kali beliau berkata dan menulis dengan tak bosan-bosannya, akan pendapat
seorang Filsuf Yunani bernama HERACLITOS:
“Panta rei = semua mengalir”.
Kata – kata ini tepat sama dengan yang diucapkan oleh Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Pangeran Sidharta Gautama : ANITYATA = semuanya mengalir, tiada yang berhenti.
Heraclitos dan Eyang Sidharta adalah kontemporer, diperkirakan + 500 tahun sebelum
Masehi.
Perubahan besar yang dilakukan Eyang Sidharta, dengan meng-inovasi DHARMA pada
Filsafat Hindhu yang bersifat Transendental menjadi bersifat Emanasi, benar-benar
merupakan fondasi keilmuan yang dapat mengubah wajah Dunia.
Filsafat Hindhu yang diredaksi oleh Begawan Wiyasa (Abiyasa = Jawa) berdasar penalaran
ilmiah saat itu yang diformulasikan oleh Filsuf Kanada bernama ajaran Waiseseka yang
menyatakan :
Adanya energie yang abadi dan materi yang abadi, disusunlah pengertian akan Filsafat yang
Transendental.

Panca Maha Butha


1. Angkasa (= ruang)
2. Matahari dan bintang-bintang (= Api)
3. Air (= lautan)
4. Udara (= gas – gas)
5. Bumi (= tanah = planet-planet)
Hanya merupakan perubahan bentuk atau dikenal umum AGREGASI.
Susunan lima ini betul menurut Eyang Sidharta, karena diperoleh dari hasil Meditasi oleh
para Maharesi di India.
Tetapi penjelasannya menyimpang dari prinsip yang seharusnya.
Karena itulah untuk menghormati para Maharesi yang berhasil memperoleh kebenaran;
Eyang Sidharta memperbarui interpretasinya dengan DHARMA pada Panca DHATU.

PANCA DHATU
(Filsafat Emanasi)

Isinya tetap sama seperti yang diajarkan oleh Maharesi Wiyasa. Eyang Sidharta mengerjakan
kritik yang orang sekarang menamakan DIALEKTIKA, pada zaman beliau dinamakan
MAITREYA arti harafiah pengertian yang akan diperoleh pada waktu jauh akan datang.
Beliau menjelaskan adanya DHATU yang langgeng, tak dapat diciptakan dan tak dapat
dimusnahkan, ia hidup, terus menerus bergerak. Merupakan materi terkecil pembangunan
alam semesta. (Dr. Albert Einstein menamakan Photon).
Perilaku DHATU-DHATU inilah yang menimbulkan bermacam – macam gerak dan terciptanya
materi.
Itulah dinamakan Sangkan Paraning Dumadi, asal – usul kejadian dan akhir kejadian. Secara
sains teori synthese (thermonuklir = fussion)
Kemudian materi yang terjadi kelak akan kembali menjadi DHATU – DHATU itulah
Manunggaling Kawulo Gusti, materi berasal dari dhatu – dhatu.
Secara sains teori pembelahan inti (fission)
Selama 2000 tahun pengertian benar ini bersemayam pada kepala – kepala orang – orang
Asia Tenggara. Datanglah musibah, badai Imperialisme, Kolonialisme, Hangkara Murka
menguasai tanah air, kerjasama yang sangat merugikan Bangsa antara
Imperialisme/kolonialisme dengan unsur-unsur pribumi yang tidak patriotik menimbulkan
malapetaka hebat SIRNO ILANG KERTANING BUMI. (Saka 1400)
Kode tahun suryo sengkala yang melankolis ini berarti tahun 1478 M, hilanglah Filsafat yang
benar dan besar ini dipersada pertiwi.
Monumen Borobudur yang besar dan megah disiapkan oleh nenek moyangnya, supaya cucu-
cucunya dapat hidup dengan benar dan tepat dirusak oleh berbagai sebab:
1. Kerusakan karena alam : akibat gempa bumi, meletusnya Gunung Berapi dan lain-lainnya.
2. Kerusakan karena kebrutalan manusia, yang tidak mengerti pelajaran hakikat/haq.

Tiga KESAKSIAN yang menggemparkan para Filsuf di Dunia, dengan ditemukannya teori
Relativitas oleh Einstein, bahwa Energi dapat menjadi materi, dan sebaliknya materi dapat
menjadi energi.
1. Pendapat ini sudah ada pada kitab suci TRI PITAKA (+ 5 abad S.M.)
2. Dikukuhkan pada monument borobudur di Magelang. (Abad ke-6 & ke-7 Masehi).
3. Terdapat pada kitab suci Al-Qur’an ; inna lilahi wa inna illaihi rojiun.

Maka benarlah pendapat Bung Karno, bahwa pembangunan Bangsa ini harus berawal dari
MENTAL BUILDING dari Bangsa Indonesia. Kalau kita ingin sukses membangun secara
komplit; maka kita harus memulai membangun mental Bangsa ini dengan tekun dan giat
penuh dedikasi yang tinggi.
Jika kita sudah secara garis besar menguasai Filsafat Pancasila Klasik, maka mulailah kita
mempelajari Filsafat Pancasila secara Modern.

Kanjeng Eyang Sidharta sebagai Filsuf berkata :


- Jangan berpegangan hanya pada kata-kata, melainkan pegang maknanya.
Bung Karno: „Hindarilah Text Book Thinking“.
- Eyang Sidharta : Belajarlah Ilmu keseluruh penjuru Dunia.
- Bung Karno, telah mengirimkan kader-kader Bangsa untuk belajar Ilmu Pengetahuan
keseluruh penjuru Dunia.

Belajar sains ke negara- negara dengan sistem ideologi Kapitalisme.


Kapitalisme yang menganut faham demokrasi Liberal dengan Filsafat Pragmatisme. Disingkat
penganut DIAPRAG.
Belajar sains ke negara- negara dengan sistem ideologie Sosialisme.
Sosialisme yang menganut ajaran Filsuf Marx-Engels-Lenin dengan demokrasi ekonomi,
beserta Filsafat Materialisme. Disingkat penganut DIAMAT.

Kalau kita: konsekuen dengan BHINNEKA TUNGGAL IKA.


Konsekuen dengan PANCA DHATU yang dikukuhkan di Borobudur dan Monas.
Konsekuen dengan Perasan Pancasila.
Jika diperas Filsafat Pancasila menjadi :
Trisila : Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sosio – nasionalisme.
Sosio – demokrasi.
Eka sila :
Secara sosiologi diperas menjadi GOTONG – ROYONG.
Secara Filsafat dapat diperas menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sekarang sudah datang windu kuning dan abad 21, saatnyalah rakyat mengetahui rahasia
tertinggi dari Pancasila, supaya rakyat tidak jadi korban keangkara-murkaan dari penguasa.

TRISULA
Sekarang datang waktunya, warga negara Indonesia mengetahui dan mengerti akan adanya
keberadaan Trisula Siva dan Trisula Wisnu.
Konsep ini hanya akan kita mengerti secara benar bila kita secara serius mempelajari Filsafat
HEGEL dan Filsafat muridnya yang besar MARX dan ENGELS.

Filsafat Hegel : Prinsip DIALEKTIKA.


Prinsip Negasi – negasi.
Prinsip Kontradiksi.

Filsafat Marx : Historisch Materialisme yaitu mempelajari perkembangan masyarakat.


Teori nilai lebih (SURPLUS VALUE).
Memang sudah kodratnya, kita harus melalui stadium (tingkat) perkembangan masyarakat
yang bersistem kapitalis.
Hanya yang perlu diingat, kapitalismenya yang patriotik : Pesan Bung Karno. Tetapi yang kita
dapatkan adalah borjuasi yang korup-ambivalent dan tidak mempunyai harga diri sebagai
Bangsa yang Besar.
Itulah sebabnya di zaman Orde Baru juga dipakai trisula, tetapi trisula Siva :
Hancurkan Ekstrim Kiri.
Hancurkan Ekstrim Kanan.
Hancurkan Ekstrim Tengah.
Bekas birokrat Orde-Baru ketakutan terhadap dihancurkannya Ekstrim Tengah ini, karena
kelompok ekstrim Tengah ini adalah bahaya latent Orde-Baru.
Kembali kita pada tujuan pokok penjelasan kepada TRISULA Wisnu.

TRISULA WEDA
(Versi Ajaran Wisnu)

Hidup dan kehidupan ini berlaku hukum DHARMA : Prinsip Cokro Manggilingan atau
berputarnya RODA DHARMA.
Secara internasional adanya SPIRAL dari GOETHE.
Hidup dan kehidupan selalu mengalami siklus yang berulang-ulang, tetapi tidak persis sama,
akan ada faktor perkembangan.
Ambil pada cakranya KRESNA titik A.
Ambil pada Roda Dharma Eyang Sidharta titik A.
Titik A ditaruh di roda terluar; kita lukis perjalanannya, kita akan mendapatkan lukisan
SPIRAL.
Perbedaannya bahwa roda akan rawan dengan kekeliruan penafsiran. Sedang spiral,
bernuansa lebih tegas.
Trisula artinya tiga dasar.
Prinsip ini pertama kali diajarkan oleh nenek moyang Bangsa Indonesia (JAWA-DWIPA) pada
500 tahun SM oleh Eyang Sidharta. Kemudian dikukuhkan oleh Eyang Gunadharma yang
mendapat tugas suci dari Eyang Dharmapala pada abad ke 5 di PALEMBANG.
Dibangunlah Monumen Borobudur dengan Tridhatu:
1. Kama Dhatu
2. Rupa Dhatu
3. Arupa Dhatu

Kemudian di-inovasi oleh Eyang Ranggawarsita untuk Perang Diponegoro (1825 – 1830)
menjadi:
1. Karma Yoga
2. Dharma Yoga
3. Bhakti Yoga
Hakekatnya tetap, hanya penjelasannya lebih mudah dipahami. Selanjutnya Bung Karno
memberi muatan secara internasional:
1. Dinamika
2. Dialektika
3. Romantika

Selanjutnya Habibie memberi muatan secara Islam:


1. Iman
2. Iptek
3. Takwa

Pengertian TRISULA ini sangat penting pada saat ini, saat Bangsa kita dihantam oleh badai
DISINTEGRASI Bangsa.
PDIP-lah yang menangkap misi suci dari para pendahulu kita jauh di zaman lampau (zaman
kuno). Dengan sigap membangun posko-posko Trisula bertingkat 3 (tiga). Bekupon dara
tunda tiga. Inilah istananya pemikiran rakyat yang mencintai perdamaian (lambang burung
dara).

1. Karma Yoga

Prof. Dr. Koentjaraningrat merekomendasi pemakaian methode yang diambil dari buku “Les
Formes Élémentaires de la Vive Réligieuse” (1912). Bahasa Inggris: “The Elementary Forms
of the Religious Life”. Ini adalah konsep Dr. Emile Durkheim dari Perancis mengenai religi.

Antara TUNTUNAN dan KEBEBASAN

Marilah kita membahas arti kata Tuntunan dan Kebebasan itu sendiri. Jika kita sepakat
memakai dasar ilmiah akan definisi religi oleh Dr. Durkheim dari Perancis: Religi adalah
semua Agama dan Aliran Kepercayaan yang ada di dunia. Maka kita akan membahasnya
dengan lebih jelas dan transparan. Religi menurut Dr. Durkheim mempunyai tiga komponen
utama yang dipeluk oleh para pengikutnya dengan sangat teguh.

Tuntunan Religi

Segitiga Durkheim sangat terkenal di dunia, karena dapat membantu sikap manusia
menghadapi berbagai macam religi di dunia.
Perkenankanlah saya memakai istilah sendiri segitiga itu dengan istilah tuntunan religi
(religious guiding).
Bung Karno dalam kuliahnya yang pernah saya ikuti di UGM pernah berkata bahwa religi
tidak akan bertahan lama jika hanya berpedoman pada tuntunan religi.
Religi kuat bertahan karena ditunjang oleh SPIRITUALISME yang untuk semua religi
isi/maksudnya sama, hanya mungkin terhalang oleh perbedaan bahasa saja, karena
sumbernya sama yaitu TUHAN sendiri (No. 3 Bhakti Yoga).
Yang menjadi penghalang di pergaulan masyarakat modern ini adalah kehendak yang ingin
secara utuh mempertahankan Filsafat kuno yang sudah ditinggalkan oleh manusia modern.
(Bung Karno menamakan ABU Religi, inilah yang harus dibuang kalau kita ingin maju).
Filsafat kuno ini merupakan komponen religi yang sering masih dipertahankan, sehingga
kadang-kadang mengganggu proses modernisasi, dengan praktek sosialnya adanya SDM
(sumber daya manusia) yang bermutu rendah.
Sedang tuntunan religi harus kita hormati (dilindungi oleh Pemerintah) sesuai dengan UUD
1945 kita, serta sesuai dengan Piagam PBB (HAM). Tuntunan religi ini berbasis pada EMOSI
religi yang oleh Dr. Durkheim dianjurkan untuk menghormatinya.

2. Dharma Yoga

Berbeda dengan orang-orang beraliran kebebasan, mereka sudah mengerti dan jelas, bahwa
filsafat lama harus diganti dengan filsafat baru, bahkan mereka dengan antusias membantu
penyelidikan untuk menemukan pembaharuan-pembaharuan di segala bidang penghidupan
(inovasi). Bahkan mereka sering bertindak lebih jauh untuk menemukan INVENSI. DI
masyarakat Republik Indonesia ini, yang masyarakatnya sangat majemuk dituntut kesabaran
yang tinggi untuk mengantar Bangsa kita ke penetrasi ilmu pengetahuan yang modern.
Untuk itu hindarkan kader mempelajari ilmu secara sepihak (bersifat sektarian). Melainkan
harus belajar ilmu secara integral comprehensive.
Mempelajari ilmu dari seluruh penjuru dunia adalah kewajiban kita, tetapi ingatlah harus
disaring dengan Filsafat Pancasila sehingga kita dapat menghindari diri dari disintegrasi
Bangsa. Bangsa yang besar ini menghendaki pembelaan dan pengorbanan tepat waktu.
Janganlah waktu hidup ini kita habiskan untuk debat bertele-tele, sudah waktunya kita
bersikap tegas dan perkasa, tunduk kepada demokrasi dengan pimpinan yang benar dan
baik.

3. Bhakti Yoga
Pelajaran tentang spiritualisme.
Penjelasan tambahan untuk Karma Yoga
Biarkanlah / lindungilah orang melakukan ritual, karena dia/mereka menyembah Tuhan
dengan cara/keyakinan sendiri.
Biarkanlah mereka membuat organisasi religi, yang mengatur dan bertanggung jawab
terhadap warganya.
Biarkanlah mereka menganut keimanan yang diyakininya secara pribadi. Tuntunan religi ini
harus bersifat non politik (artinya tidak dipolitisir) supaya terjadi toleransi dan perdamaian di
antara umat.
Ritual mempengaruhi organisasi, demikian sebaliknya.
Ritual mempengaruhi keimanan, demikian sebaliknya.
Organisasi mempengaruhi keimanan, sebaliknya keimanan mempengaruhi organisasi.
Semua itu disertai emosi agama yang sangat kuat.
Adalah hak individu untuk mengikuti tuntunan religi ini.
Itulah cara Dr. Durkheim membenahi kehidupan religi di dunia, supaya masyarakat dunia
terhindar dari benturan yang tidak perlu dan sia-sia. Supaya modernisasi berjalan mulus
tanpa gejolak sosial yang berarti.

1. Religi yang kita hadapi dengan formula Dr. Durkheim dengan Tuntunan.
2. FIlsafat Pancasila ajaran Bung Karno dengan Penerangan
3. Spiritualisme yang bersifat Absolut itulah kekuasaan Tuhan dengan jalan Penerangan
Agung.

Itulah pelaksanaan trisula dalam abad modern ini. Atau bekupon rumahnya burung dara
tingkat tiga (posko PDIP).

Tiga pertimbangan utama mengapa kita harus berpegang teguh pada Filsafat Pancasila
Klasik secara DIALEKTIKA:

1. Sebelum zaman es mencair, kepulauan Indonesia adalah bagian dari daratan (Benua
Asia).
Fluktuasi (gelombang) perpindahan penduduk dari Jawa kedaratan Asia dan dari Asia ke
Jawa terjadi berulang-ulang, itulah dinamika ras Austronesia.
Eyang Sidharta adalah LELUHUR Bangsa Indonesia sendiri, kita harus dapat memisahkan
pemahaman secara agama dan Filsafatnya.
Secara Agama kita tidak akan membahasnya, sebab itu HAM adalah hak individu.
2. Adanya Monumen Borobudur yang diwariskan LELUHUR kita yang harganya tak ternilai.

3. Anjuran dari Junjungan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. dalam Hadist : Belajar kalau
perlu ke negeri SHIN.
Dalam abad ke 6, negara Tiongkok yang Besar seperti sekarang belum tercipta. Daratan
Tiongkok saat itu dipenuhi oleh banyak negeri-negeri kecil dan saling berperang satu sama
lainnya.
Sebagian wilayah Selatan Tiongkok adalah wilayah Kerajaan SHIN (nama kerajaan
Syailendra bahasa Arab kontemporer).
Tanda–tandanya sampai sekarang masih lengkap diantaranya, agama / filsafat Buddha masih
dipeluk oleh masyarakat Asia Tenggara daratan dan masyarakat Asia sebelah Timur.
Penyebar agama / filsafat Buddha yang pertama yaitu Mahawiku Budhi dharma, dilanjutkan
oleh Mahawiku Vajrabodi, kemudian oleh Mahawiku Amogavajra; dengan murid-murid
pertamanya :
Ada lima murid yaitu :
1. Hui K’o.
2. Seng Ts’an.
3. Tao Hsin.
4. Hung Jen.
5. Hui Neng (Wei Lang).

Diantara lima murid ini ada yang menyelesaikan pelajaran / pendidikannya di Universitas
Filsafat Buddhist di Palembang.
Lima murid Mahawiku Budhidharma atau Enam murid Mahawiku Dharmapala, sampai hari ini
masih dikenang di Tiongkok dan bahkan meluas ke Jepang dengan ZEN.

Kalau mempelajari yang klasik sudah dikerjakan (Filsafat Pancasila Klasik dari Negeri Shin)
datanglah mempelajari Filsafat Pancasila secara modern dangan tambahan sumbernya:
1. Dialektika Pragmatisme (diaprag dari dunia Barat).
2. Dialektika Materialisme (diamat dari dunia sosialis).
3. Sumber dari yang lain. Contoh : San Min Chui.
4. Hasil inovasi dan invensi manusia Indonesia sendiri.
Itulah sari dari pelajaran Lahirnya Filsafat Pancasila pada 1 Juni 1945 oleh Bung Karno.
Contoh dari anjuran Bung Karno, ambil apinya dan buang abunya.
Kasus Inquisisi (penyelidikan kepercayaan)
dari GALILEO GALILEI

Galileo Galilei sebagai seorang ilmuwan secara Dialektika mengkritik “Pendapat Filsuf
Aristoteles” mengenai Tata-surya.
Kritik ini sebenarnya bukan urusan agama, melainkan semata-mata adalah urusan
kefilsafatan.
Aristoteles adalah Bapak Geosentris, yang memandang bumi sebgai pusat Alam Semesta.
Sedang Galileo Galilei mengikuti pandangan Heliosentris dari Kopernikus, pusat Tata-surya
adalah Sang Matahari.
Tata surya adalah bagian kecil dari Galaxi-galaxi.
Persoalan ini adalah nyata-nyata merupakan persoalan Filsafat.
Filsafat harus berkembang, diperiksa terus menerus prinsip-prinsipnya.

Yang benar dikembangkan, yang salah dibuang itulah cara berpikir dengan prinsip-prinsip
Dialektika.
Kasus-kasus semacam Galileo Galilei tidak akan terjadi, bila kaum religi memakai Trisula
Weda (ajaran Trisula).

Ideologi Pancasila

Filsafat atau Weltanschauung (b. Jerman), wijsbegeerte (b. Belanda) adalah induk ilmu
pengetahuan.
Pada zaman kuno, sebelum ilmu pengetahuan berkembang dahsyat, seluruh cabang-cabang
ilmu dipelajari dan hanya merupakan satu paket yaitu Filsafat.
Di zaman modern ini, problematik yang menyangkut kemasyarakatan dapat diperiksa dan
dipecahkan problemnya, bila kita kembalikan pada pengertian / pelajaran Filsafat Naturalis.
Filsafat bukan hanya dibicarakan, tetapi harus merupakan pedoman hidup istilah kunonya
KAMANTA atau karma. Filsafat harus didukung oleh 5 (lima) jalan Utama (Panca kerti =
kejawen).
1. Benar Konsepnya. Sastranya benar.
2. Benar Pikirannya. Susilo.
3. Benar Ucapannya. Ukara benar (idu-geni).
4. Benar Tindakannya
sehari-hari. Trapsilo.
5. Benar cara Hidupnya. Makarya sing Utama.

Kamanta inilah oleh orang Jerman bernama Karl Marx disebarkan keseluruh Dunia menjadi
FATIGKEIT = perbuatan manusia.
“Mengidentifikasi manusia diperiksa cara hidupnya” : Kata Marx.
“Satunya pikiran-ucapan dan perbuatan, sebagai tanda seorang pejuang yang militant” : Kata
Marx lagi.
Itu semua bersumber dari ajaran Filsafat Eyang Sidharta.
Perjuangan untuk merealisasi cita-cita yang terdapat pada ajaran Pancasila ini, diperlukan
metode perjuangan yang disesuaikan dengan sikon zaman itulah IDEOLOGI.

Filsafat Eyang Sidharta yang diinovasi oleh Eyang Dharmapala inilah yang menjadi sumber
para Filsuf Jerman berpuncak pada Hegel dan Karl-Marx-Engels.
Kalau kita ingin kembali menjadi Bangsa yang Besar dan benar, kita harus banyak belajar
dari para murid-murid Jawa-dipo yang berada diluar negeri dan sudah berhasil
memperjuangkan hidupnya.
Filsafat dan Ideologi, dapat diibaratkan sains dan teknologi.
Di zaman reformasi ini kita menganut faham multi ideologi.
Tetapi ideologi yang hidup di masyarakat ini hendaknya tidak terlepas dari pengertian Prinsip-
prinsip yang terdapat pada Filsafat Pancasila. Adalah hak setiap Partai atau Penguasa
Indonesia menentukan Ideologinya sendiri. Tetapi ideologi itu harus diambil dari Prinsip-
prinsip Filsafat Pancasila secara Ambeg Paramaarta. (berdasar Bhinneka Tunggal Ika).
Ideologi harus secara terus menerus disesuaikan dengan sikon (situasi dan kondisi)
zamannya, sesuai dengan Globalisasi.
Contoh : Ideologi Marhaenisme zaman Bung Karno adalah benar dan sukses berdasar sikon
saat itu. Dirgahayu!
1926 – 1945 Persiapan Perang Kemerdekaan (Revolusi) Kemerdekaan.
1945 – 1963 Membentuk Negara Kesatuan R.I. yang Merdeka dan berwilayah dari Sabang
sampai Merauke.
Hanya kedunguan ORBALAH yang menyalahkan Marhaenisme.
Persoalan baru timbul, dalam masalah mengisi kemerdekaan (1965), Indonesia harus
membuat Ideologi baru.
Bangsa Indonesia terpecah manjadi dua kubu:
1. Menghendaki jalan sosialisme (didukung oleh murid-murid Bung Karno).
2. Menghendaki jalan kapitalisme (pengikut Orde Baru).
Tulisan ini hanya merupakan Paradigma, sedang lebih detil akan diulas dalam terbitan yang
akan datang secara berseri.

Ditulis di Surabaya, 5 Agustus 2000

RIWAYAT HIDUP

Nama : S O E N D O R O
Lahir : 7 Desember 1939 Desa Sumbertempur
Pendidikan :
1959 – 1962 Mahasiswa Univ. Gajah Mada, jurusan Mesin.
1962 – 1969 Mendapat Tugas Belajar dari Negara melalui Angkatan Laut Republik Indonesia,
ke Negara Uni-Sovyet (Benua Eropa Timur), mahasiswa PT PAL (Pelajar Tjalon Perwira
Angkatan Laut)
1962 – 1963 Belajar Bahasa Rusia di Univ. Shepcenko di kota Kiev-Republik Ukraina.
1963 – 1969 Tamatan Institut Politeknik kota Leningrad di Republik Federasi Rusia, jurusan
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap).

Aktif sebagai Pembela Ajaran B.K.


1956 – 1959 Mendapat didikan nasionalisme dari Bapak Soebroto.
Saat itu bapak sebagai Pimpinan PNI Kawi Selatan.
Anggota GSNI kota Malang.
1959 – 1962 Anggota GMNI Fakultas Teknik jurusan Mesin UGM.
1962 – 1966 Penasihat GMNI di Uni-Sovyet.
1966 – 1969 Penasihat GMNI di Benua Eropa.
1970 – 1995 Mengadakan riset tentang Filsafat Pancasila.
1993 – sekarang Anggota PDI yang selanjutnya menjadi PDI P. Pimpinan Ibu Megawati
Soekarno Puteri.
Awal tahun 2000 menjadi anggota HIPBK dan selanjutnya menjadi Ketua Departemen Kader
HIPBK pada DPP HIPBK.
Akhir tahun 2000 Penasehat nasional Komando Bela Negara.
2001 – sekarang Pembina Nasional Patriot Bela Bangsa.

Anda mungkin juga menyukai