Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 1

PENDIDIKAN
HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA IPA KELAS
TINGGI
KETERAMPILAN DASAR PENDIDIKAN SD
Dosen Pengampu:
SKOR NILAI :
Fahrur Rozi,S.Pd.M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK 12 :
NAMA :
CEPTI YURIA PRATAMA (1191111069/23)
MIFTAHUL JANNAH (1191111061/16)
PUTRI UTARI SIREGAR (1191111051/5)
TRI AGUSTINA SINAGA (1192411031/36)

KELAS REGULER C
JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2019
PERTANYAAN

1. Coba jelaskan pengertian IPA secara harfiah!

Jawaban :

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu yang
mempelajari tentang alam dan peristiwa yang ada di dalamnya.

Ilmu alam atau ilmu pengetahuan alam (bahasa Inggris: natural science) adalah istilah
yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu di mana obyeknya adalah benda-benda alam
dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dan di mana pun.Orang yang
menekuni bidang ilmu pengetahuan alam disebut sebagai Saintis.

Trowbridge dan Baybee (dalam Bundu, 2006, hlm. 9) mengungkapkan bahwa "science as
a way of knowing" yang mengandung makna bahwa IPA adalah cara untuk mengetahui
sesuatu. Pendapat tersebut sejalan dengan IPA menurut Rutherford dan Ahlgren (dalam Sujana,
2013, hlm. 14) yaitu „proses untuk memproduksi pengetahuan‟. Carin dan Sund
mengemukakan bahwa „sains merupakan pengetahuan yang sistematis, berlaku secara umum
serta berupa kumpulan data hasil observasi, atau pengamatan dan eksperimen‟ (Sujana,
2013,hlm. 14). Abruscanto(dalam Bundu, 2006, hlm. 9) mengungkapkan bahwa :

"Science is the name we give to group of process through which we can systematically
gather information about natural world. Science is also the knowledge gathered through the use
of such process. Finally science is characterized by those values and attitudes possessed by
people who use scientific processes to gather knowledge".

Memiliki artisains merupakan sejumlah proses kegiatan mengumpulkan informasi secara


sistematik mengenai alam sekitar. Sains merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui
proses kegiatan tertentu. Sains mempunyai ciri nilai-nilai dan sikap para ilmuwan dalam
menggunakan proses ilmiah untuk memperoleh pengetahuan.

2. Jelaskan perbedaan IPA sebagai produk dan IPA sebagai ilmu!

Jawaban :
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-
abad, yang menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang
berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data, konsep, prinsip
dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.

Dalam hakikat IPA dikenal dengan istilah :

• Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada,
atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif atau bisa disebut
sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya. Misal : Air membeku dalam suhu 0°C.

• Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang ada hubungannya
satu dengan yang lainnya. Misal : Makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya.

• Prinsip IPA adalah generalisasi ( kesimpulan ) tentang hubungan diantara konsep-konsep


IPA. Prinsip bersifat analitik dan dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab prinsip
bersifat tentative ( belum pasti ). Misal : udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip
menghubungkan konsep udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara
tersebut dipanaskan.

• Hukum alam adalah prinsip – prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentative,
tetapi karena mengalami pengujian – pengujian yang lebih keras daripada prinsip, maka hukum
alam bersifat lebih kekal. Misal : Hukum kekekalan energi.

• Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data, konsep-
konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat berubah jika ada bukti-
bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Misal : teori meteorologi membantu para
ilmuan untuk memahami mengapa dan bagaimana kabut dan awan terbentuk.

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains
iniberasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris,kata
sains berasal dari kata science yang berarti”pengetahuan”. IPA bisa disebut juga dengan natural
science.Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai: “systematic and
formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and
induction” ( yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai: pengetahuan
yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat
kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi ).
Sedangkan dalam Purnel’s : Concise Dictionary of Science (1983) tercantum definisi
tentang IPA sebagai berikut : “Science the broad field of human knowledge, acquired by
systematic observation and experiment, and explained by means of rules, laws, principles,
theories, and hypotheses”. Artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang
luas, yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan
dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori,danhipotesa-
hipotesa.Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, bahwa pada hakikatnya IPA merupakan
ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan
hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Dan IPA juga memberikan pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup
dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut.

3. Apa yang dimaksud dengan fakta IPA?

Jawaban :

IPA mempelajari fenomena atau peristiwa alam. Peristiwanya ada di sekitar kita sehingga
kita bisa menggunakan fenomena tersebut untuk memahami IPA. Peristiwa itulah yang disebut
dengan FAKTA. Misalnya merah, hijau, besi. tembaga, patah, panas dan masih banyak sekali
fakta yang bisa dijumpai di alam. Fakta selalu menunjukkan kondisi apa adanya, fakta tidak
pernah memihak kepada siapapun. Bahkan fakta sering digunakan untuk membuat opini sesuai
keinginan orang yang membuat opini tersebut. Pengamatan fakta melibatkan panca indera.
Semakin banyak indera yang terlibat semakin baik, namun diharamkan bagi kita mengamati
menggunakan indera ke enam.

Prinsip adalah beberapa konsep yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ciri dari
prinsip adalah tanpa ada kecuali. Apabila ada kecualinya berarti bukan prinsip tapi disebut
Generalisasi Contoh:

1.Semua logam pada temperatur kamar wujudnya padat". Untuk menguji apakah
pernyataan itu termasuk prinsip atau bukan adalah dengan bertanya "adakah logam yang
berwujud selain padat pada temperatur kamar (25 oC)?" Apabila ditemukan ada logam yang
wujudnya tidak padat pada keadaan tersebut maka pernyataan itu bukan prinsip. Setelah diteliti
ternyata merkuri atau raksa adalah berwujud cair pada temperatur kamar sehingga pernyataan
tersebut termasuk generalisasi dan bukan prinsip.
2. "Logam adalah penghantar listrik yang baik", pernyataan ini termasuk prinsip karena
tanpa kecuali.

Dari hubungan ketiga istilah tersebut dapatlah kita lihat bahwa untuk membuat prinsip
kita harus paham konsep, sedangkan untuk memahami konsep kita harus mengenali fakta.
Fakta dapat dikenali melalui pengamatan baik melalui praktikum, penelitian, maupun
menyaksikan demontrasi, simulai, dan peristiwa di alam. Dalam hal ini mengamati menjadi
ketrampilan yang sangat penting untuk dilatihkan pada siswa. Konsep merupakan kesimpulan
dari hasil pengamatan. Itulah sebabnya belajar IPA selalu dimulai dari mengamati dan
kemudian membuat kesimpulan (konsep) dari hasil pengamatan. Tanpa pengamatan maka kita
bukan mengajari IPA kepada siswa namun hanya mengabari mereka. Bila hal ini masih terus
kita lakukan maka di masa mendatang kita akan terus menyaksikan siswa kita lebih suka
belajar pada orang lain, terutama menjelang UNAS seperti sekarang. Mari kita mulai bagi yang
belum dan kita tingkatkan bagi yang sudah untuk membuat kita menjadi guru idola mereka
sekarang dan masa yang akan datang dengan mengajari mereka memformulasi konsep dan
bukan menghafal konsep.

4. Apa yang dimaksud dengan konsep IPA?

Jawaban:

Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui


pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu
penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu:
(1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa
yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3)
dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan
kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam
maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam
lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada metode ilmiah.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah.

5. Apa yang dimaksud dengan Prinsip IPA?

Jawaban:

Prinsip IPA adalah generalisasi ( kesimpulan ) tentang hubungan diantara konsep-


konsep IPA. Prinsip bersifat analitik dan dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab
prinsip bersifat tentative ( belum pasti ). Misal : udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip
menghubungkan konsep udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara
tersebut dipanaskan.

6. Coba berikan tiga contoh tentang konsep IPA

Jawaban:

Berikut ini beberapa contoh penerapan dari konsep yang kita pelajari di sekolah dalam
kehidupan sehari-hari.

1. Bila kita mau membeli dawet, suatu jenis minuman yang terdiri dari cendol, air gula
merah dan santan. Dengan menggunakan konsep massa jenis kita bisa memprediksi
apakah dawet yang disajikan kepada kita sudah manis atau belum. Bila cendol sudah
terapung dalam dawet yang dihidangkan berarti sudah manis, karena massa jenis
cendol menjadi lebih kecil dari pada kuah manisnya. Namun bila cendolnya masih
tenggelam berarti dawet tersebut belum manis. Tukang cendol akan surprise ketika kita
minta tambah air gula merahnya padahal kita belum mencicipinya.
2. Proses pengawetan bahan pangan. Beberapa teknik pengawetan makanan yang biasa
digunakan adalah pengasinan, pemanisan, dan pengeringan. Konsep yang digunakan
adalah tekanan osmotik sel dari bakteri yang ada di dalam bahan pangan. Dengan
melakukan pengasinan dan pemanisan maka akan terjadi perbedaan tekanan osmotik
antara larutan garam atau gula dengan sel dari bakteri. Dalam konsep tekanan osmotik
akan terjadi pertukaran pelarut dari tempat yang lebih encer ke tempat yang lebih pekat
melalui membran semipermiabel. Dengan demikian air dalam sel bakteri akan keluar
dari sel akibatnya sel menjadi dehidrasi dan bakteri tidak akan tumbuh dengan baik.
AKibatnya makanan kita menjadi awet dan tidak mudah busuk.
3. Peralatan masak ibu di dapur menggunakan tangkai dari bahan yang tidak
menghantarkan panas. Maka dipilih kayu dan plastik karena kedua bahan tersebut tidak
menghantarkan panas. Kita menjadi nyaman menggunakan perlatan tersebut ketika
memasak.

7. Coba berikan 10 contoh produk IPA yang merupakan fakta

Jawaban:

Contoh produk IPA yang merupakan fakta adalah:

1. Gula rasa nya asin

2. Air membeku pada suhu 0

3. Atom hydrogen memiliki satu elektron

4. Merkurius adalah planet terdekat dengan matahari

5. Ular termasuk golongan reptilian

6. Logam tenggelam dalam air

7. Bentuk bulan yang terlihat dari bumi berubah-ubah

8. Katak berkembang biak dengan cara bertelur

9. Cicak mengelabui musuh dengan cara memutuskan ekornya

10. Kucing termasuk golongan mamalia

8. Mengapa IPA disebut sebgai proses?

Jawaban:
Karena strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai
hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan- temuan tentang kejadian atau peristiwa-
peristiwa alam. Jadi dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang
ada di linkungan. Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temuan ilmiah, dan
perwujudannya berupa kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah.

9. Untuk melakukan proses IPA, dibutuhkan berbagi macam keterampilan. Coba sebutkan
dan jelaskan keterampilan IPA tersebut.

Jawaban:

Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi keterampilan


mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur,
mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu,
serta mengenal hubungan- hubungan angka.

1. Keterampilan Mengobservasi

Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang
dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan
memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa
disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya
mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda
atau kejadian. (Nasution, 2007: 1.8- 1.9)

Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya
menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup.
Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh
yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat
tanya seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur…? Atau
mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai
pendahuluan dari suatu diskusi.

2. Keterampilan Mengklasifikasi

Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang


dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set
yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato
mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan
benda- benda atau kegaitan- kegiatan. (Nasution, 2007 : 1.15)

Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih
bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau
kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem klasifikasi berbagai
tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari
majalah) dan menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas.

Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema
klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organisme- organisme dari carta
yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan
dan hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber klasifikasi.

3. Keterampilan Mengukur

Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang cocok dari ukuran panjang,
luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu
cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah
membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional
atau standar non konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20)

Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur


secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat-
alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan
pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu
objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan
ukuran yang tepat.

Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri
atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya,
menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam
pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai
satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing
yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur.
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan
dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunkan
satuan centi meter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan
meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.

4. Keterampilan Mengkomunikasikan

Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan


hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut
Esler dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi
dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.

Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi
informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan
keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci.
Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil (
seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut
menjelaskan deskrifsi tentang objek yang diamati didepan kelas.

5. Keterampilan Menginferensi

Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai
keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi/ menduga/
menyimpulakan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat
kesimpulan dari apa yagn di observasi( Nasution, 2007 : 1.49)

Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan


suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa
kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya
dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar
bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil
observasi. Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi
dibuat.

6. Keterampilan Memprediksi

Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi
yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau
keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan
memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan
datang berdasarkan dari kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna
grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution,
2007 : 1.55)

Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian
mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih
kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan
tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang
ditelungkupkan.

7. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu

Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler meliputi
keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap waktu atau
keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan
menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang- waktu merupakan keterampilan proses yan
gberkaitan dengan penjelasan- penjelasan hubungan- hubunagn tentang ruang dan waktu
beserta perubahan waktu.

Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan waktu- ruang, seorang
guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk- bentuk dua
dimensi (seperti kubus, prisma, elips). Seorang guru dapat menyuruh sisiwa menjelaskan
posisinya terhadap sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia
berada di baridsan ketiga bangku kedua dari kiri gurunya.

8. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan- bilangan

Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan Esler meliputi
kegaitan menemukan hubungan kuantitatif diantara data dan menggunakan garis biangan untuk
membuat operasi aritmatika (matematika). Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka
adalah mengaplikasikan aturan- aturan atau rumus- ruumus matematik untuk menghitung
jumlah atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan
bilangan merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.( Nasution, 2007:
1.61- 1.62).
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan nilai
pi dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis bilangan untuk operasi
penambahan dan perkalian. Latihan- latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan
membandingkan benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk
mengembangkan keterampilan ini. contoh pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti
tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda A jika dibandingkan
dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari – 100 C ke – 200 C ? ”

10. Coba sebutkan Sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia
Sekolah Dasar

Jawaban:

Good (Wiryoatmojo, S. 1986:65), menyatakan bahwa sikap ilmiah diartikan sebagai :


“Gagasan emosional tentang metode ilmu pengetahuan dan terkait langsung atau tidak
langsung bagi suatu tindakan; di dalam literatur ilmu pendidikan ini menyiratkan sebagai
kualitas pikiran cendekiawan dalam kebenaran, rasa hormat dan penghargaan terhadap
kebebasan berkomunikasi di dalam ilmu pengetahuan”.

Secara singkat dari pernyataan Good tersebut dapat dinyatakan bahwa :

1. Sikap ilmiah merupakan perasaan yang diwarnai Ilmu Pengetahuan Alam, metode ilmiah
dan secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan kegiatan keilmuan;

2. Sikap ilmiah berkaitan dengan kualitas mental seperti kesungguhan dalam kegiatan
keilmuan, berusaha mencari dan menjunjung tinggi kebenaran dan menghargai kebebasan
berkomunikasi mengenai hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Jadi, sikap ilmiah
adalah suatu sikap terhadap objek yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

Sikap atau ‘attitude’ merupakan kecenderungan untuk bertindak (tendency to behave). R.T.
White (1988) menyatakan bahwa wilayah ‘attitude’ mencakup juga wilayah kognitif. Attitude
dapat membatasi atau mempermudah siswa untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan
yang sudah dikuasai. Siswa tidak akan berusaha untuk memahami suatu konsep jika dia tidak
memiliki kemauan untuk itu. Karena itu, attitude seseorang terhadap mata pelajaran sangat
berpengaruh pada keberhasilan learning (kegiatan pembelajaran). Harlen menyatakan bahwa
scientific attitude atau sikap ilmiah mengandung dua makna yaitu attitude to science dan
attitude of science. Attitude yang pertama mengacu pada sikap terhadap IPA sedangkan attitude
yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari IPA. Beberapa contoh
‘scientific attitude’ yang pada umumnya mulai dikembangkan di sekolah meliputi; sikap jujur,
terbuka, luwes, tekun, logis, kritis, kreatif. (S. Karim, A. K. 2007).

M. Amin (Hikmat, E. 2003:23), mengemukakan beberapa sikap ilmiah yang meliputi :


hasrat ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, kemauan untuk mempertimbangkan data
baru, pendekatan proses, positif terhadap kegagalan, determinasi, sikap keterbukaan dan
ketelitian. Sedangkan Harlen (Hikmat, E. 2003:23), menyatakan setidak-tidaknya ada sembilan
aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar, yaitu:

1. Sikap ingin tahu (curiousity), adalah suatu sikap yang selalu ingin mendapat jawaban yang
benar dari objek yang diamati;

2. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (orginality), adalah suatu sikap yang bertitik
tolak dari kesadaran bahwa jawaban yang telah mereka peroleh dari rasa ingin tahu itu tidaklah
bersifat final atau mutlak, tetapi masih bersifat sementara atau tentatif;

3. Sikap kerjasama (cooperation), adalah suatu sikap yang menyadari bahwa pengetahuan yang
dimiliki orang lain mungkin lebih banyak dan lebih sempurna daripada apa yang ia miliki. Oleh
karena itu untuk meningkatkan pengetahuannya ia merasa membutuhkan kerjasama dengan
orang lain;

4. Sikap tidak putus asa (perseverance), adalah suatu sikap yang tidak mudah menyerah
terhadap tantangan, kesulitan, hambatan, bahkan suatu kegagalan yang ia alami dijadikan
sebagai pengalaman yang berharga dalam menghadapi usaha berikutnya;

5. Sikap tidak berprasangka (open-mindedness), adalah suatu sikap yang menetapkan bahwa
kebenaran berdasarkan dua kriteria, yaitu rasionalitas dan objektivitas;

6. Sikap mawas diri (self criticism), adalah suatu sikap yang menjunjung tinggi kebenaran.
Objektivitas tidak hanya ditunjukkan di luar dirinya juga terhadap dirinya;

7. Sikap bertanggung jawab (responsibility), adalah suatu sikap yang berani


mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya;

8. Sikap berpikir bebas (independence in thinking), adalah suatu sikap yang tidak bergantung
sepenuhnya kepada pendapat orang lain;
9. Sikap kedisiplinan diri (self discipline), adalah suatu sikap yang berani dan mampu
mengontrol ataupun mengatur dirinya menuju kepada tingkah laku yang dikehendaki dan dapat
diterima oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ilmu_alam

https://riau.haluan.co/2019/08/27/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah-dasar/

https://riau.haluan.co/2019/08/27/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah-dasar/

https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/mintadi/mengenal-fakta-konsep-
prinsip_5528cf5af17e61040c8b458e?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwA
SA%3D#aoh=16002816073960&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Da
ri%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fmintadi%2Fme
ngenal-fakta-konsep-prinsip_5528cf5af17e61040c8b458e
https://makalahkumakalahmu-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/23/keterampilan-
proses-dasar-pada-pembelajaran

ipa/amp/?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=1600312780
3073&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampsha
re=https%3A%2F%2Fmakalahkumakalahmu.wordpress.com%2F2008%2F10%2F23%2Fket
erampilan-proses-dasar-pada-pembelajaran-ipa%2F

https://riau.haluan.co/2019/08/27/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah-dasar

https://www.kompasiana.com/mintadi/552fd7576ea834c34d8b457d/penerapan-konsep-ipa-
dalam-kehidupan-seharihari

https://riau.haluan.co/2019/08/27/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah-dasar/

Anda mungkin juga menyukai