HAKIKAT IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata
sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa
inggris, katasains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”. Science
kemudian berkembangmenjadi natural science yang dalam bahasa indonesia dikenal
dengan ilmu pengetahuan alam IPA. IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
alam sekitar beserta isinya. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang
bersifat objektif.
Menurutu Wynne Harlei dan Heudro Darmojo, sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak SD yaitu:
a) Sikap ingin tahu
b) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
c) Sikap kerja sama
d) Sikap tidak putus asa
e) Sikap tidak berprasangka
f) Sikap mawas diri
g) Sikap bertanggung jawab
h) Sikap berpikir bebas
i) Sikap kedisiplinan diri
j) Sikap ilmiah lain yang muncul dari hasil pengamatan / observasi: (a) jujur (b)
teliti (c) cermat.
BAB II
PEMBELAJARAN PAIKEM
Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu ukuran berhasil
tidaknya seseorang telah menempuh kegiatan belajar di sekolah dan untuk mengetahui
tingkat keberhasilannya maka perlu dilakukan penilaian berupa tes.“Hasil belajar
adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh murid”. Selanjutnya dikemukakan bahwa
“hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh murid setelah melalui kegiatan
belajar” (Muliono, 1994).
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tes pra tindakan atau tes awal pada siswa
yang akan diteliti sebanyak 26 orang. Berdasarkan hasil tes awal, hasil belajar terlihat
masih sangat rendah dimana daya serap klasikal hanya mencapai 48,85% dan
ketuntasan belajar klasikal hanya mencap ai 23,07% yang mana hasil ini belum
mencapai standar indikator ketuntasan yang ada disekolah yaitu ketuntasan belajar
klasikal dan daya serap klasikal masing-masing sebesar 80%. Selain itu juga, terlihat
masih banyaknya siswa yang belum tuntas yaitu sebanyak 20 orang. Hal ini
disebabkan karena banyak siswa yang tidak benar-benar memahami konsep yang
dipelajarinya.
Karakteristik PAIKEM
Syah dan Kariadinata (2009: 3-4) PAIKEM memiliki karakteristik sebagai berikut.
Secara teori ada beberapa ciri yang menonjol yang tampak secara kasat mata
tentang model pembelajaran Paikem dalam melaksanakan proses pembelajaran yaitu:
1. Adanya sumber belajar yang beraneka ragam dan tidak lagi mengandalkan buku
sebagai satu-satunya sumber belajar.
2. Sumber yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain dengan berbagai
kegiatan
3. Hasil kegiatan belajar mengajar dipajang didinding kelas Kegiatan belajar
mengajar bervariasi secara aktif
4. Dalam mengerjakan berbagai tugas siswa secara individu maupun kelompok
mencoba mengembangkan kreatifitasnya semaksimal mungkin
5. Dalam melaksanakan kegiatan yang beraneka ragam tersebut nampak kesenangan
atau antusias siswa
1. Mengalami
Peserta didik harus terlibat aktif baik secara fisik, mental maupun emosional.
Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna daripada
hanya mendengarkan saja.
2. Komunikasi
Dalam kegiatan pembelajaran harus terwujud komunikasi antara guru dan peserta
didik. Proses komunikasi yang baik adalah dimana antara komunikator dan
komunikan terdapat arah yang sama.
3. Interaksi
Dalam kegiatan pembelajaran harus diciptakan interaksi multi arah. Interaksi multi
arah yang diharapkan terjadi adalah interaksitransaksional, dimana proses
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa bahkan siswa dengan
lingkungan sekitar.
4. Refleksi
Proses refleksi sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian proses pembelajaran. Kegiatan refleksi ini dilakukan bersama antara
guru dan siswa.
BAB III
1. Pengertian Keterampilan 4C
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4C (critical
thinking, communication, collaboration, and creativity). 4C adalah empat keterampilan
yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan abad ke-21 (P21) yaitu keterampilan yang
sangat penting dan diperlukan untuk pendidikan abad ke-21. Untuk memperjelas
pemahaman tentang keterampila 4C dapat dilihat dalam uraian berikut.
a. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah)
Setiap manusia pasti memiliki skill untuk berpikir. Berpikir menjadi kodrat
alamiah yang setiap saat dilakukan dalam seluruh aktivitas kehidupan. Berpikir
sendiri terbagi menjadi beberapa tingkatan mulai dari yang paling sederhana yang
hanya membutuhkan ingatan, sampai pada level yang paling tinggi dan membutuhkan
perenungan.
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis
adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi
dan pendapat orang lain (Elaine B. Johnson, 2009: 182).
Berpikir kritis secara esensial adalah proses aktif dimana seseorang memikirkan
berbagai hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri, menemukan
informasi yang relevan untuk diri sendiri daripada menerima berbagai hal dari orang
lain (John Dewey dalam Alec Fisher, 2009: 2). Elaine B. Johnson (2009: 185)
mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam. Sementara itu, Fahruddin Faiz, (2012: 2) mengemukakan bahwa tujuan
berpikir kritis sederhana yaitu untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran
kita valid dan benar. Dengan kemampuan untuk berpikir kritis siswa akan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Seseorang tidak dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran
kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan di pendidikan
tinggi.
b. Communication (komunikasi)
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang berlangsung
dalam dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan manusia baik
dalam konteks intrapersonal, kelompok maupun massa. Peneliti komunikasi
membuktikan bahwa hingga saat ini bahasa diakui sebagai media paling efektif dalam
melakukan komunikasi pada suatu interaksi antar individu seperti halnya kegiatan
penyuluhan dan pembinaan, proses belajar mengajar, pertemuan tempat kerja dan
lainlain. (Muhtadi, 2012).
Berkomunikasi artinya perkembangan bicara dan bahasa yang mempunyai
muatan emosi dan sosial, yaitu bagaimana sesi komunikasi itu dapat berlangsung
secara timbal balik (Van, 2011). Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang sangat
sering dilakukan oleh setiap orang dalam lingkup apapun, dimanapun, dan kapanpun.
Karena komunikasi sangatlah penting bagi kehidupan kita. Semua orang
membutuhkan komunikasi karena adanya komunikasi semuanya menjadi lebih
mengerti.
Komunikasi mempertemukan antara komunikan dengan komunikator.
Komunikan yang menerima sedangkan komunikator yang menyampaikan pesan.
Berinteraksi dengan cara berkomunikasi tidak harus dengan ucapan kata-kata tetapi
juga bisa menggunakan gerak mimik tubuh seperti tersenyum, mengedipkan mata,
melambaikan tangan, juga bisa menggunakan persaan yang ada dalam hati seseorang.
Tetapi pesan komunikasi akan bisa diterima oleh komunikan apabila komunikan
mengerti apa yang komunikator sampaikan (Wilson, 2009: 10),
Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa.
Karena pada masa ini sering disebut masa emas dimana anak sangat peka
mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik,
intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Untuk membantu perkembangan kognitif
anak perlu memperoleh pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan
mengobservasi dan mendengarkan secara tepat.
Seiringnya perkembangan zaman, kita tentunya perlu tahu bagaimana cara
berkomunikasi secara efektif. Karena dengan dapat berkomunikasi secara efektif
tentunya kita tak kalah saing dengan negara lain. Komunikasi efektif yaitu komunikasi
yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang
bisa terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari komunikasi yang efektif
sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang
digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari
Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back
dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat
melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik. (Kurnia, 2009:15).
Dalam proses pembelajaran guru harus membiasakan siswanya untuk saling
berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain, baik dengan guru maupun
dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi akan memberikan
dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang tidak baik dalam komunikasi
membawa dampak negatif. Pesan yang disampaikan oleh siswa tidak dapat diterima
oleh penerima pesan. Hal ini akan memicu terjadinya kesalahan dalam penerimaan
pesan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau konflik dalam berinteraksi.
Selain itu, membiarkan siswa menggunakan kata-kata kasar dalam berkomunikasi
dapat menimbulkan kebiasaan buruk bagi anak. Penggunaan kata yang baik dalam
berkomunikasi akan membawa dampak positif pada anak. Anak akan merasakan
kepuasan karena tujuan yang diinginkan tercapai sehingga kepercayaan diri anak akan
meningkat.
Berikut beberapa teknik dalam berkomunikasi yang penting untuk Anda ketahui.
1. Pembicaraan dengan ide yang utuh dan tidak bermakna ganda.
2. Ucapan yang jelas, tegas, dan tidak berbelit-belit.
3. Memahami pikiran lawan bicara, dan memosisikan siapa yang diajak berbicara.
4. Menghadapkan badan dan wajah kepada lawan bicara.
5. Menyampaikan informasi dengan terbuka dan tulus.
6. Menggunakan bahasa penerima informasi dalam menyampaikan informasi.
7. Menyesuaikan dengan kadar kemampuan akal penerima informasi.
8. Sebelum menyampaikan informasi dengan detail, terlebih dahulu
menyampaikannya secara global.
9. Memberikan contoh yang nyata.
10. Menyampaikan informasi dengan bahasa yang lembut.
c. Collaboration (kolaborasi)
Beberapa peneliti membuktikan bahwa peserta didik akan belajar dengan lebih
baik jika mereka secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dalam suatu kelompok
kelompok kecil. Peserta didik yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan mengingatnya lebih lama
dibandingkan jika materi ajar tesebut dihadirkan dalam bentuk lain, misalnya bentuk
dalam ceramah, tanpa memandang bahan ajarnya (Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-
67).
Menurut Roberts (2004: 205), “Collaborative is an adjective that implies
working in a group of two or more to achieve a common goal, while respecting each
individual’s contribution to the whole.” Paz Dennen dalam Roberts (2004: 205),
mengemukakan “Collaborative learning is a learning method that uses social
interaction as a means of knowledge building”. Selanjutnya Bruffee dalam Roberts
(2004: 205), menyatakan bahwa “educators must trust students to perform in ways
that the teacher has not necessarily determined a head of time”, serta berpendapat
bahwa “collaborative learning therefore implies that (educators) must rethink what
they have to do to get ready to teach and what they are doing when they are actually
teaching.”
Suatu pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota
kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan dua
orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut Wasono dan
Hariyanto mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat terjadi setiap saat,
tidak harus di sekolah, misal sekelompok siswa saling membantu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif dapat berlangsung antar siswa
yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif
dapat bersifat informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan
pembelajaran tidak perlu terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-
51).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif
adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk membangun
pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di
bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas, sehingga terjadi
pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling menghargai kontribusi semua
anggota kelompok.
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai
yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu
didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam
mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan
dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan
diri secara tepat dengan mereka.
2. Kerangka Konsep 4C
Implementasi kerangka 4C dalam Keterampilan Abad 21 bersifat mutidisiplin,
artinya semua materi dapat didasarkan sesuai kerangka P21.
Untuk melengkapi kerangka 4C dalam Keterampilan Abad 21 yang sesuai dengan
tuntutan Pendidikan di Indonesia, dan berdasarkan hasil kajian dokumen pada UU
Sisdiknas, Nawacita, dan RPJMN Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Tinggi,
maka di rumuskanlah 2 standar tambahan, yaitu sesuai dengan Penguatan Pendidikan
Karakter pada Pengembangan Karakter (Character Building) dan Nilai Spiritual
(Spiritual Value).
Olehnya itu, secara keseluruhan dalam 4C Keterampilan Abad 21 di Indonesia ini
di rumuskan menjadi Indonesian Partnership for 21 Century Skill Standard (IP-21CSS).
BAB IV
OBSERVASI
BAB V
PENDEKATAN TPACK
B. Komponen TPACK
2. Pedagogik
3. Konten pengetahuan
Ketiga komponen ini tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Bagaimana tidak,
kehadiran teknologi diharapkan mampu berkolaborasi dengan ranah pedagogik guru untuk
menghasilkan konten pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. Hal itu sejalan dengan
konsep pendidikan yang ditekankan di abad 21 di mana guru dituntut untuk mahir dalam
mengaplikasikan teknologi dalam pembelajaran.
C. Unsur TPACK
Koehler dan Mishra merumuskan TPACK ke dalam tujuh unsur. Unsur tersebut biasa
disebut sebagai tujuh domain pengetahuan seperti berikut ini.
Aspek CK: guru meminta peserta didik untuk mengidentifikasi jenis-jenis ekosistem
yang ada di kebun binatang tersebut.
2. Jika guru tidak bisa mengawasi peserta didiknya dengan cermat, teknologi rentan
disalahgunakan.
3. Bagi peserta didik yang masih gagap teknologi, bisa tertinggal dengan temannya
yang mahir teknologi.
5. Jika guru belum begitu mahir menggunakan teknologi, maka waktu guru tersebut bisa
tersita hanya untuk fokus pada pemahaman teknologinya.