Anda di halaman 1dari 25

BAB I

HAKIKAT IPA

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata
sains ini berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa
inggris, katasains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”. Science
kemudian berkembangmenjadi natural science yang dalam bahasa indonesia dikenal
dengan ilmu pengetahuan alam IPA. IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
alam sekitar beserta isinya. Jadi dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang
bersifat objektif.

1. James B. Conant. mendeskripsikan IPA sebagai rangkaian konsep dan pola


konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi hasil-
hasil eksperimen yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan
observasi selanjutnya, sehingga memungkingkan ilmu pengetahuan tersebut terus
berkembang.
2. IPA menurut carin dan sound (1989) adalah suatu sistem untuk memahami alam
semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
3. Abruscato 19960 dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science”
mendefnisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian
proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam
semesta.
4. The Harper Encyclopedia of Science mendefinsikan IPA sebagai suatu pengetahuan
dan pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh bukti-bukti yang
dapat diamati.
Jika menggunakan sudut pandang yang lebih menyeluruh, IPA seharusnya
dipandangsebagai cara berpikir untuk memeroleh pemahaman tentang alam dan
sifat-sifatnya, cara untuk menyelidiki bagaimana fenomena-fenomena alam dapat
dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari keingintahuan
(inquiry) orang. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu
IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap
ilmiah.
1. HAKIKAT IPA SEBAGAI PRODUK
Produk adalah hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang
disusun secara lengkap dan sistematis. Contoh Dari hasil pengamatan tanaman
ditempat terang dan ditempat gelap maka dihasilkan perbedaan antara lain ; a) bentuk
daun b) tinggi tumbuhan c) warna tumbuhan.
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan
analitik dari para ahli saintis sejak berabad-abad berupa fakta, data, konsep, prinsip,
dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta yaitu dari kegiaran empiric (berdasarkan
fakta),sedangkan data,konsep,prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan
analitik.
1. fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda yang benar ada,
atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dapat dibuktikan
kebenarannya. Misalnya: air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah
2. Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang ada
hubungannya satu dengan yang lainnya, Misalnya: energi, air, tumbuhan, massa,
gaya.
3. Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep
Misalnya: udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip menghubungkan konsep
udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan memuai jika udara tersebut
dipanaskan.
4. Hukum alam adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima dan bersifat lebih kekal.
Misal: hukum kekekalan energi berbunyi bahwa dalam suatu interaksi tidak ada
energiyang diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi hanya berubah dari suatu
bentuk ke bentuk lain.
5. Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-
data, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat
berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Misal:
Teori meteoologi membantu para ilmuan untuk memahami mengapa dan
bagaimana kabut dan awan terbentuk.

2. HAKIKAT IPA SEBAGAI PROSES


IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis
dalammenemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan
tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Jadi dalam prosesnya kita
bisa berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan. IPA disusun
dan diperoleh melalui metode ilmiah. Untuk itu diperlukan sejumlah keterampilan
sains yang sering disebut science processes skills, meliputi :
a) Mengenal dan merumuskan masalah
b) Mengumpulkan data
c) Melakukan percobaan atau peneltian
d) Melakukan pengamatan
e) Melakukan pengukuran
f) Menyimpulkan
g) Mengkomunikasikan pengetauhan atau melaporkan hasil penemuan.
h) Didalam penyelidikan suatu ilmiah terbagi menjdi tujuh tahapan,diantaranya :
1. Obsevasi atau pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan panca indra.
2. Prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan
kecenderungan atau polahubungan yang terdapat pada data yang telah
diperoleh.
3. Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari
hasil pengamatan.
4. Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen.
i) Tahap- tahap penelitian:
- Menetapkan masalah penelitian.
- Menetapkan hipotesis penelitian.
- Menetapkan alat dan bahan yang digunakan.
- Menetapkan langkah-langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan.
- Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan
pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti.
j) Variabel terdiri atas tiga yaitu :
1. Varibel bebas yaitu factor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan.
2. Variabel terikat yaitu factor yang dipengaruhi.
3. Variabel control yaitu variabel yang dibuat tetap.
k) Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang kenyataan-
kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.
l) Kesimpulan yaitu hasil akhir dari proses pengamatan .
3. IPA SEBAGAI SIKAP ILMIAH
Dalam proses IPA mengadung cara kerja, sikap, dan cara berfikir. Dalam
memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap
tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan sikap ini
dinamakan sikap ilmiah.
Sikap – sikap tersebut antara lain:
a) Objektif terhadap fakta atau kenyataan
b) Tidak tergesa – gesa di dalam mengambil kesimpulan atau keputusan.
c) Berhati terbuka
d) Dapat membedakan antara fakta dan pendapat
e) Bersikap tidak memihak suatu pendapat tertentu tanpa alasan yang didasarkan atas
fakta.
f) Tidak mendasarkan kesimpulan atas prasangka.
g) Tidak percaya akan takhayul
h) Tekun dan sabar dalam memecahkan masalah.
i) Bersedia mengkomunikasikan dan mengumunkan hasil penemuannya untuk
diselidiki, dikritik dan disempurnakan.
j) Dapat bekerjasama dengan orang lain
k) Selalu ingin tahu tentang apa, mengapa, dan bagaimana dari suatu masalah atau
gejala yang dijumpainya.

Menurutu Wynne Harlei dan Heudro Darmojo, sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada anak SD yaitu:
a) Sikap ingin tahu
b) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
c) Sikap kerja sama
d) Sikap tidak putus asa
e) Sikap tidak berprasangka
f) Sikap mawas diri
g) Sikap bertanggung jawab
h) Sikap berpikir bebas
i) Sikap kedisiplinan diri
j) Sikap ilmiah lain yang muncul dari hasil pengamatan / observasi: (a) jujur (b)
teliti (c) cermat.
BAB II

PEMBELAJARAN PAIKEM

Pengertian Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan


Menyenangkan)

Pembelajaran PAIKEM adalah model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,


efektif dan menyenangkan. PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam dalam rangka
mengembangkan keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan peserta didik
belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu
belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan dan efektif (Masitoh, 2009).

Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan salah satu ukuran berhasil
tidaknya seseorang telah menempuh kegiatan belajar di sekolah dan untuk mengetahui
tingkat keberhasilannya maka perlu dilakukan penilaian berupa tes.“Hasil belajar
adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh murid”. Selanjutnya dikemukakan bahwa
“hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh murid setelah melalui kegiatan
belajar” (Muliono, 1994).

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM merupakan pendekatan


yang dianggap efektif, yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan
karakteristik siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA sesuai dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan dan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Menurut Remiswal dan Amelia (2013:46).Secara bahasa dan istilah dapat


dijelaskan secara singkat, Paikem Merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Istilah Aktif maksudnya adalah bahwa
dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, gagasan, mencari data dan
informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah, senada dengan hal ini
ada yang mengatakan pembelajaran aktif itu adalah dalam proses pembelajaran yang
mengajak peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas
pembelajaran.

Inovatif, dalam proses pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru atau


inovasi-inovasi positif yang lebih baik. Selain itu pembelajaran yang dikemas oleh
guru atas dorongan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode
baru sehingga memperoleh kemajuan belajar. Kreatif, mempunyai makna pekerjaan,
baik secara pribadi maupun kelompok. Efektif, berarti model pembelajaran apapun
yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara
maksimal, dan dapat dibuktikan dengan adanya pencapaian kompetensi baru oleh
peserta didik setelah proses belajar mengajar. Menyenangkan, dimaksudkan bahwa
proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana menyenangkan dan
mengesankan sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tes pra tindakan atau tes awal pada siswa
yang akan diteliti sebanyak 26 orang. Berdasarkan hasil tes awal, hasil belajar terlihat
masih sangat rendah dimana daya serap klasikal hanya mencapai 48,85% dan
ketuntasan belajar klasikal hanya mencap ai 23,07% yang mana hasil ini belum
mencapai standar indikator ketuntasan yang ada disekolah yaitu ketuntasan belajar
klasikal dan daya serap klasikal masing-masing sebesar 80%. Selain itu juga, terlihat
masih banyaknya siswa yang belum tuntas yaitu sebanyak 20 orang. Hal ini
disebabkan karena banyak siswa yang tidak benar-benar memahami konsep yang
dipelajarinya.

Penerapan Model Pembelajaran PAIKEM

Dalam penerapannya, model PAIKEM dalam proses pembelajaran harus di


praktikan dengan benar. Secara garis besar penerapan PAIKEM dapat di jelaskan
sebagai berikut (Amri dan Ahmad, 2010:17) :

1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan


kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadi pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan “pojok baca”.
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
masalah, untuk menggungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolah.

Karakteristik PAIKEM

Syah dan Kariadinata (2009: 3-4) PAIKEM memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Berpusat pada siswa (student-centered ).


2. Belajar yang menyenangkan (joyfull learning).
3. Belajar yang berorientasi pada tercapainya kemampuantertentu (competency-
based learning).
4. Belajar secara tuntas (mastery learning).
5. Belajar secara berkesinambungan (continuous learning).

Kelebihan model PAIKEM

1. PAIKEM merupakan pembelajaran yang mengembangkan kecakapan hidup dalam


PAIKEM siswa belajar bekerjasama.
2. PAIKEM mendorong siswa menghasilkan karya yang kreatif.
3. PAIKEM mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses.
4. PAIKEM menghargai potensi semua siswa.
5. Program untuk meningkatkan PAIKEM disekolah harus di tingkatkan kuantitas
dan kualitasnya.

Kekurangan Model PAIKEM

1. Perbedaan Individual siswa belum di perhatikan termasuk laki-laki/perempuan,


pintar/kurang pintar, sosial, ekonomi tinggi/rendah.
2. Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup.
3. Pengelompokkan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk, kegiatan yang
dilakukan siswa sering kali belum mencerminkan belajar kooperatif yang benar.
4. Guru belum memperoleh kesempatan menyaksikan pembelajaran PAIKEM yang
baik.
5. Pajangan sering menampilkan hasil kerja siswa yang cenderung seragam.
6. Pembelajaran masih sering berupa pengisian Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sebagian besar pertanyaan bersifat tertutup (Desi : 2012).

Model Pembelajaran PAIKEM

Model pembelajaran Paikem berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus


berpusat pada anak dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan, agar mereka
termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa
terbebani atau takut.untuk itu, aspek pembelajaran menyenangkan menjadi salah satu
aspek penting dalam pembelajaran Paikem disamping upaya untuk terus memotivasi
anak agar anak mengadakan eksplorasi, kreasi dan bereksperimen terus dalam
pembelajaran seperti disampaikan Remiswal dan Amelia (2013:43).

Karakteristik Model PAIKEM

Secara teori ada beberapa ciri yang menonjol yang tampak secara kasat mata
tentang model pembelajaran Paikem dalam melaksanakan proses pembelajaran yaitu:

1. Adanya sumber belajar yang beraneka ragam dan tidak lagi mengandalkan buku
sebagai satu-satunya sumber belajar.
2. Sumber yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain dengan berbagai
kegiatan
3. Hasil kegiatan belajar mengajar dipajang didinding kelas Kegiatan belajar
mengajar bervariasi secara aktif
4. Dalam mengerjakan berbagai tugas siswa secara individu maupun kelompok
mencoba mengembangkan kreatifitasnya semaksimal mungkin
5. Dalam melaksanakan kegiatan yang beraneka ragam tersebut nampak kesenangan
atau antusias siswa

Prinsip-prinsip Model Paikem

Ngalimun (2015:208) mengemukakan Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh


guru dalam pembelajaran berbasis Paikem adalah sebagai berikut:
1. Mengalami
2. Komunikasi
3. Interaksi
4. Refleksi

Untuk memperjelas hal tersebut dapat dilihat pada uraian berikut:

1. Mengalami
Peserta didik harus terlibat aktif baik secara fisik, mental maupun emosional.
Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna daripada
hanya mendengarkan saja.
2. Komunikasi
Dalam kegiatan pembelajaran harus terwujud komunikasi antara guru dan peserta
didik. Proses komunikasi yang baik adalah dimana antara komunikator dan
komunikan terdapat arah yang sama.
3. Interaksi
Dalam kegiatan pembelajaran harus diciptakan interaksi multi arah. Interaksi multi
arah yang diharapkan terjadi adalah interaksitransaksional, dimana proses
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa bahkan siswa dengan
lingkungan sekitar.
4. Refleksi
Proses refleksi sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian proses pembelajaran. Kegiatan refleksi ini dilakukan bersama antara
guru dan siswa.
BAB III

PEMBELAJARAN EFEKTIF KETERAMPILAN 4 C

1. Pengertian Keterampilan 4C
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4C (critical
thinking, communication, collaboration, and creativity). 4C adalah empat keterampilan
yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan abad ke-21 (P21) yaitu keterampilan yang
sangat penting dan diperlukan untuk pendidikan abad ke-21. Untuk memperjelas
pemahaman tentang keterampila 4C dapat dilihat dalam uraian berikut.
a. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah)
Setiap manusia pasti memiliki skill untuk berpikir. Berpikir menjadi kodrat
alamiah yang setiap saat dilakukan dalam seluruh aktivitas kehidupan. Berpikir
sendiri terbagi menjadi beberapa tingkatan mulai dari yang paling sederhana yang
hanya membutuhkan ingatan, sampai pada level yang paling tinggi dan membutuhkan
perenungan.
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis
adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi
dan pendapat orang lain (Elaine B. Johnson, 2009: 182).
Berpikir kritis secara esensial adalah proses aktif dimana seseorang memikirkan
berbagai hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri, menemukan
informasi yang relevan untuk diri sendiri daripada menerima berbagai hal dari orang
lain (John Dewey dalam Alec Fisher, 2009: 2). Elaine B. Johnson (2009: 185)
mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam. Sementara itu, Fahruddin Faiz, (2012: 2) mengemukakan bahwa tujuan
berpikir kritis sederhana yaitu untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran
kita valid dan benar. Dengan kemampuan untuk berpikir kritis siswa akan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Seseorang tidak dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran
kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan di pendidikan
tinggi.

b. Communication (komunikasi)
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang berlangsung
dalam dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan manusia baik
dalam konteks intrapersonal, kelompok maupun massa. Peneliti komunikasi
membuktikan bahwa hingga saat ini bahasa diakui sebagai media paling efektif dalam
melakukan komunikasi pada suatu interaksi antar individu seperti halnya kegiatan
penyuluhan dan pembinaan, proses belajar mengajar, pertemuan tempat kerja dan
lainlain. (Muhtadi, 2012).
Berkomunikasi artinya perkembangan bicara dan bahasa yang mempunyai
muatan emosi dan sosial, yaitu bagaimana sesi komunikasi itu dapat berlangsung
secara timbal balik (Van, 2011). Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang sangat
sering dilakukan oleh setiap orang dalam lingkup apapun, dimanapun, dan kapanpun.
Karena komunikasi sangatlah penting bagi kehidupan kita. Semua orang
membutuhkan komunikasi karena adanya komunikasi semuanya menjadi lebih
mengerti.
Komunikasi mempertemukan antara komunikan dengan komunikator.
Komunikan yang menerima sedangkan komunikator yang menyampaikan pesan.
Berinteraksi dengan cara berkomunikasi tidak harus dengan ucapan kata-kata tetapi
juga bisa menggunakan gerak mimik tubuh seperti tersenyum, mengedipkan mata,
melambaikan tangan, juga bisa menggunakan persaan yang ada dalam hati seseorang.
Tetapi pesan komunikasi akan bisa diterima oleh komunikan apabila komunikan
mengerti apa yang komunikator sampaikan (Wilson, 2009: 10),
Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa.
Karena pada masa ini sering disebut masa emas dimana anak sangat peka
mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik,
intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Untuk membantu perkembangan kognitif
anak perlu memperoleh pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan
mengobservasi dan mendengarkan secara tepat.
Seiringnya perkembangan zaman, kita tentunya perlu tahu bagaimana cara
berkomunikasi secara efektif. Karena dengan dapat berkomunikasi secara efektif
tentunya kita tak kalah saing dengan negara lain. Komunikasi efektif yaitu komunikasi
yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang
bisa terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari komunikasi yang efektif
sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang
digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari
Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back
dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat
melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik. (Kurnia, 2009:15).
Dalam proses pembelajaran guru harus membiasakan siswanya untuk saling
berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain, baik dengan guru maupun
dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi akan memberikan
dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang tidak baik dalam komunikasi
membawa dampak negatif. Pesan yang disampaikan oleh siswa tidak dapat diterima
oleh penerima pesan. Hal ini akan memicu terjadinya kesalahan dalam penerimaan
pesan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau konflik dalam berinteraksi.
Selain itu, membiarkan siswa menggunakan kata-kata kasar dalam berkomunikasi
dapat menimbulkan kebiasaan buruk bagi anak. Penggunaan kata yang baik dalam
berkomunikasi akan membawa dampak positif pada anak. Anak akan merasakan
kepuasan karena tujuan yang diinginkan tercapai sehingga kepercayaan diri anak akan
meningkat.
Berikut beberapa teknik dalam berkomunikasi yang penting untuk Anda ketahui.
1. Pembicaraan dengan ide yang utuh dan tidak bermakna ganda.
2. Ucapan yang jelas, tegas, dan tidak berbelit-belit.
3. Memahami pikiran lawan bicara, dan memosisikan siapa yang diajak berbicara.
4. Menghadapkan badan dan wajah kepada lawan bicara.
5. Menyampaikan informasi dengan terbuka dan tulus.
6. Menggunakan bahasa penerima informasi dalam menyampaikan informasi.
7. Menyesuaikan dengan kadar kemampuan akal penerima informasi.
8. Sebelum menyampaikan informasi dengan detail, terlebih dahulu
menyampaikannya secara global.
9. Memberikan contoh yang nyata.
10. Menyampaikan informasi dengan bahasa yang lembut.
c. Collaboration (kolaborasi)
Beberapa peneliti membuktikan bahwa peserta didik akan belajar dengan lebih
baik jika mereka secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dalam suatu kelompok
kelompok kecil. Peserta didik yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan mengingatnya lebih lama
dibandingkan jika materi ajar tesebut dihadirkan dalam bentuk lain, misalnya bentuk
dalam ceramah, tanpa memandang bahan ajarnya (Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-
67).
Menurut Roberts (2004: 205), “Collaborative is an adjective that implies
working in a group of two or more to achieve a common goal, while respecting each
individual’s contribution to the whole.” Paz Dennen dalam Roberts (2004: 205),
mengemukakan “Collaborative learning is a learning method that uses social
interaction as a means of knowledge building”. Selanjutnya Bruffee dalam Roberts
(2004: 205), menyatakan bahwa “educators must trust students to perform in ways
that the teacher has not necessarily determined a head of time”, serta berpendapat
bahwa “collaborative learning therefore implies that (educators) must rethink what
they have to do to get ready to teach and what they are doing when they are actually
teaching.”
Suatu pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota
kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan dua
orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut Wasono dan
Hariyanto mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat terjadi setiap saat,
tidak harus di sekolah, misal sekelompok siswa saling membantu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif dapat berlangsung antar siswa
yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif
dapat bersifat informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan
pembelajaran tidak perlu terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-
51).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif
adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk membangun
pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di
bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas, sehingga terjadi
pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling menghargai kontribusi semua
anggota kelompok.
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai
yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu
didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam
mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan
dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan
diri secara tepat dengan mereka.

d. Creativity and innovation (kreativitas dan inovasi)


Lawrence dalam Suratno, 2005: 24 menyatakan kreativitas merupakan ide atau
pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna dan dapat dimengerti. Berbeda
dengan Lawrence, Chaplin dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2010: 16)
mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam
bidang seni atau dalam persenian, atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan
metode-metode baru. Suratno mengemukakan bahwa kreativitas adalah suatu ativitas
yang imajinatif yang memanifestasikan (perwujudan) kecerdikan dari pikiran yang
berdaya guna menghasilkan suatu produk atau menyelesaikan suatu persoalan dengan
cara tersendiri. (Suratno, 2005:24).
Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 16-17) proses kreatif hanya
akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam
perilaku kreatif sebagai berikut: 1) Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan
mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah. 2) Flexibility
(keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna
memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa. 3) Originality (keaslian),
yaitu kemapuan memberikan respon yang unik atau luar biasa. 4) Elaboration
(keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci
untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. 5) Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan
menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 30-31) kreativitas anak dapat
berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa faktor seperti berikut: 1)
Memberikan rangsangan mental yang baik Rangsangan diberikan pada aspek kognitif
maupun kepribadiannya serta suasana psikologis anak 2) Menciptakan lingkungan
kondusif Lingkungan kondusif perlu diciptakan agar memudahkan anak untuk
mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk
mengembangkan kreativitasnya. 3) Peran serta guru dalam mengembangkan
kreativitas Guru yang kreatif akan memberikan stimulasi yang tepat pada anak agar
anak didiknya menjadi kreatif. 4) Peran serta orangtua Orangtua yang dimaksud disini
adalah orangtua yang memberikan kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang
dapat mengembangkan kreativitas.

2. Kerangka Konsep 4C
Implementasi kerangka 4C dalam Keterampilan Abad 21 bersifat mutidisiplin,
artinya semua materi dapat didasarkan sesuai kerangka P21.
Untuk melengkapi kerangka 4C dalam Keterampilan Abad 21 yang sesuai dengan
tuntutan Pendidikan di Indonesia, dan berdasarkan hasil kajian dokumen pada UU
Sisdiknas, Nawacita, dan RPJMN Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Tinggi,
maka di rumuskanlah 2 standar tambahan, yaitu sesuai dengan Penguatan Pendidikan
Karakter pada Pengembangan Karakter (Character Building) dan Nilai Spiritual
(Spiritual Value).
Olehnya itu, secara keseluruhan dalam 4C Keterampilan Abad 21 di Indonesia ini
di rumuskan menjadi Indonesian Partnership for 21 Century Skill Standard (IP-21CSS).

3. Model dan Strategi Keterampilan 4C


Adapun model dan strategi yang relevan dan cocok digunakan murid dalam
pembelajaran diantaranya:
- Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
- Discovery Learning (Pembelajaran Menemukan)
- Production Based Learning (Pembelajaran Berbasis Produksi)
- Inquiry Learning (Pembelajaran Inkuiri
- Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)
- Teaching Factory (Pabrik Pengajaran)

4. Mengasah Keterampilan 4C dalam Pembelajaran


Agar siswa cepat beradaptasi dengan kondisi pembelajaran yang berorientasi abad 21 ini
maka setidaknya harus memiliki empat hal mendasar, yaitu:
a. Way of thinking. Cara berfikir atau kemampuan berpikir ini menjadi modal bagi
siswa agar memiliki pendirian yang kuat dan visi pemikiran yang matang.
Kemampuan ini mencakup cara berpikir kreatif, berpikir kritis, pemecahan masalah,
dan pengambilan keputusan.
b. Ways of working. Kemampuan bagaimana siswa harus bekerja dengan dunia yang
sebenarnya dan bagaimana bekerja menggunakan akses teknologi dan informasi
secara profesional. Beberapa kemampuan ini berkaitan dengan kecakapan
berkomunikasi dan berkolaborasi. Generasi abad 21 harus menggunakan secara efektif
berbagai metode dan strategi komunikasi berbasis ICT, juga harus mampu
berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu maupun komunitas dan jaringan
yang lebih luas secara kolektif.
c. Tools for working. Kemampuan seorang anak dalam menguasai alat untuk bekerja.
Hal ini berkaitan dengan penguasaan terhadap TIK, literasi media dan literasi digital.
Tanpa kemampuan tersebut siswa atau individu akan mengalami kesulitan dalam
berkembang dan adaptif dengan tuntutan pekerjaan saat ini yang membutuhkan
efektivitas dan efisiensi. Salah satu perangkat yang relevan digunakan dalam konteks
ini adalah Hybrid & Distance Learning dari Lenovo.
d. Skills for living in the world. Kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad 21,
yaitu: Bagaimana peserta didik harus hidup sebagai warga negara yang memiliki
tanggung jawab pribadi, sosial dan berbangsa. Kemampuan ini menyangkut beberapa
aspek seperti:
- fleksibilitas dan kemampuan adaptasi
- Inisiatif dan kemandirian
- Kecakapan lintas budaya
- Produktivitas dan akuntabilitas
- Kepemimpinan dan tanggung jawab

5. Karakter dan Peran Guru dala Pembelajaran Abad 21


Peran guru pada pembelajaran abad 21 adalah sebagai:
- Resources linkers
- Pembangun karakter siswa
- Menanamkan entrepreneurial mindset pada siswa
- Mengajarkan pemikiran kritis
- Menciptakan tantangan kepada siswa
- Membangun komunitas belajar
Sedangkan untuk karakter guru yang harus ada, agar siswa bisa menjadi penerus bangsa
yang maksimal terutama pada abad 21 ini. Guru harus memiliki karakter sebagai
berikut, di antaranya adalah:
- Life-long learner, Karakter ini adalah guru sebagai pembelajaran tekun sepanjang
hayat. Guru harus bisa mengembangkan pemahaman dan pengetahuannya secara terus
menerus mulai dari membaca, melatih keterampilan, diskusi dengan guru lain dari
para pakar yang terpercaya.
- Kunci dari life-long learner adalah rasa haus akan ilmu pengetahuan. Guru harus
selalu terbuka dengan wawasan baru, sehingga mereka bisa relevan dengan siswa dan
zaman.
- Menerapkan pendekatan diferensiasi, Karakter ini mengimplementasikan
pendekatan yang sesuai dengan cara belajar siswa. Pada sesi ini pengklasifikasian
siswa dalam kelas seperti keahlian dan minat akan digolongkan. Dengan adanya
diferensiasi ini guru akan lebih mudah mengenali kemampuan siswa secara optimal.
- Kreatif dan inovatif, Guru dituntut untuk bisa memberikan pembelajaran yang bagus
dan sumbernya juga tidak boleh monoton. Variasi pembelajaran akan membuat kelas
menjadi lebih dinamis dan tidak bosan. Karena guru menjadi panutan, bila guru
kreatif dan inovatif maka siswa juga akan menirunya.
- Reflektif, Dengan adanya sikap/alat reflektif ini, guru dalam mengembangkan
pembelajaran akan semakin efektif. Karena dengan merefleksikan diri pembelajaran
akan semakin meningkat. Reflektif ini digunakan untuk mengetahui apa yang cocok
dan tidak cocok untuk kebutuhan siswa sehingga pembelajaran lebih maksimal.
- Kolaboratif, Salah satu karakter yang bisa membuat pembelajaran ini istimewa
adalah keterlibatan guru dan murid untuk bekerja sama. Pada praktek kerjasama ini
guru akan memberikan kehangatan persahabatan dengan melakukan Ikomunikasi
seperti halnya orang tua ke anak dan teman ke teman.
- Mengoptimalkan teknologi, Ini adalah karakter yang utama dari pembelajaran 21
ini, dimana teknologi berperan sangat signifikan. Disini guru juga harus bisa
mengoperasikan teknologi terkini dengan maksimal terutama teknologi internet yang
mana nantinya bisa digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran. Salah satu
pembelajaran yang bisa dioptimalkan dengan teknologi adalah blending learning,
dimana pembelajaran digabung menjadi satu yakni online dan offline.
- Menerapkan student centered, Pada karakter ini pembelajaran akan berpusat pada
siswa sehingga guru disini akan bertugas menjadi fasilitator. Siswa akan melakukan
pembelajaran aktif sehingga daya inisiatif dan kreativitasnya akan tumbuh. Dengan
model ini komunikasi akan berjalan dua arah, sehingga karakter kolaboratif juga akan
muncul.

6. Cara Melatih Keterampilan 4C


Cara melatih keterampilan 4C diantaranya:
- Melakukan riset dan selalu double check pada setiap informasi yang kamu dapat.
- Melihat suatu peristiwa yang terjadi dari berbagai sudut pandang.
- Selalu kembangkan rasa ingin tahu untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan.
- Terbiasa untuk berpikir dulu sebelum mulai berbicara.
- Berpartisipasi dalam kegiatan yang sesuai dengan minat.
- Menjalin relasi positif dengan banyak orang dari berbagai latar belakang.

7. Indikator Kecakapan Keterampilan 4C


a. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam Perencanaan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan berpikir kritis dan
pemecahan masalah (critical thinking and problem solving skill) meliputi:
1. Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan, baik induktif maupun
deduktif dengan tepat dan sesuai situasi.
2. Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep yang lain dalam suatu
mata pelajaran, dan keterkaitan antar konsep antara suatu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lainnya.
3. Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif dalam mengolah data
dan menggunakan argumen.
4. Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan argumen.
5. Mengolah dan menginterpretasi informasi yang diperoleh melalui simpulan awal dan
mengujinya lewat analisis terbaik.
6. Membuat solusi dari berbagai bermasalahan non-rutin, baik dengan cara yang
umum, maupun dengan caranya sendiri.
b. Communication (komunikasi)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam Perencanaan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan berkomunikasi
(communication skills) meliputi:
1. Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai
bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia (ICT Literacy).
2. Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat
berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada tulisan.
3. Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks pembicaraan dengan
lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.
4. Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat mendengarkan,
dan menghargai pendapat orang lain, selain pengetahuan terkait konten dan konteks
pembicaraan.
5. Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah yang berlaku.
6. Pada Abad dua puluh satu komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa, tetapi
kemungkinan multi-bahasa.
c. Collaboration (kolaborasi)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam Perencanaan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan bekerjasama
(collaboration skills) meliputi:
1. Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok.
2. Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif
dengan yang lain.
3. Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
4. Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi tercapainya
tujuan yangbtelah ditetapkan.
d. Creativity and innovation (kreativitas dan inovasi)
Menurut buku Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam Perencanaan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tahun 2017, indikator kecakapan kreatifitasdan
inovasi (Creativity and Innovation skills) meliputi:
1. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan.
2. Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
3. Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan praktikal.
4. Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru dan berbeda,
baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun dalam persoalan
kontekstual.
5. Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.
6. Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan pengetahuan
awal yang dimiliki.
7. Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan.

BAB IV

OBSERVASI
BAB V

PENDEKATAN TPACK

A. Pengertian Pendekatan TPACK

Pendekatan TPACK merupakan pendekatan yang dikembangkan dari pendekatan


Pedagogy Content Knowledge (PCK) yang pertama kali dikenalkan oleh Shulman pada
tahun 1986. Sesuai dengan namanya, TPACK merupakan pendekatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan perkembangan teknologi dan pedagogik untuk mengembangkan konten-
konten dalam dunia pendidikan. Hal ini dilakukan dengan harapan mampu memberikan
angin segar sekaligus arahan baru kepada pendidik terkait penggunaan teknologi untuk
menunjang proses pembelajaran. Tentunya penggunaan teknologi ini diharapkan mampu
menjadikan pembelajaran berjalan dengan lebih efektif dan efisien.

TPACK merupakan singkatan dari technological pedagogical content knowledge.


TPACK adalah pengetahuan tentang pentingnya integrasi antara teknologi dan pedagogik
dalam pengembangan konten di dunia pendidikan. Mengapa TPACK penting diterapkan
dalam pembelajaran? Hal itu karena pendekatan ini diharapkan mampu memberikan arahan
baru bagi pendidik tentang bagaimana menerapkan teknologi di dalam pembelajaran,
sehingga kegiatan pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan efisien.

B. Komponen TPACK

Jika ditinjau dari namanya, yaitu technological pedagogical content knowledge,


TPACK terdiri dari tiga komponen berikut:
1. Teknologi

2. Pedagogik

3. Konten pengetahuan

Ketiga komponen ini tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Bagaimana tidak,
kehadiran teknologi diharapkan mampu berkolaborasi dengan ranah pedagogik guru untuk
menghasilkan konten pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. Hal itu sejalan dengan
konsep pendidikan yang ditekankan di abad 21 di mana guru dituntut untuk mahir dalam
mengaplikasikan teknologi dalam pembelajaran.

C. Unsur TPACK

Koehler dan Mishra merumuskan TPACK ke dalam tujuh unsur. Unsur tersebut biasa
disebut sebagai tujuh domain pengetahuan seperti berikut ini.

1. Pedagogical knowledge (PK)


PK berisi pengetahuan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran,
misalnya metode mengajar, pengelolaan kelas, merencanakan pembelajaran,
penilaian kegiatan siswa, dan sebagainya. Bapak/Ibu biasa mengenal PK dengan
istilah pengetahuan pedagogik.
2. Content knowledge (CK)
Jika PK terkait serangkaian proses yang harus dikuasai guru dalam
pembelajaran, maka CK terkait dengan substansi materi yang harus dikuasai guru
dalam pembelajaran. Penguasaan materi seorang pendidik akan berpengaruh pada
pemahaman peserta didik pada materi yang diajarkan. Oleh sebab itu, Bapak/Ibu
harus memahami dengan baik kedudukan CK dalam pembelajaran.
3. Technology knowledge (TK)
TK merupakan pengetahuan tentang pentingnya integrasi teknologi dalam
pembelajaran. Teknologi bisa dimanfaatkan dalam proses komunikasi, pengolahan
data peserta didik, serta penunjang produktivitas guru. Terlebih lagi di masa
pandemi seperti sekarang ini, teknologi sudah menjadi faktor penting yang harus
dikuasai oleh semua kalangan, baik guru maupun siswa.
4. Pedagogical content knowledge (PCK)
PCK lebih fokus pada proses pembelajaran yang nantinya akan dipilih guru
pada materi yang sedang diajarkan. PCK memuat pemilihan metode mengajar,
rencana pembelajaran, sampai fasilitas pendukung pembelajaran.
5. Technological content knowledge (TCK)
TCK merupakan pengetahuan tentang pengaruh teknologi pada suatu disiplin
ilmu pengetahuan. Artinya, seberapa besar pengaruh teknologi pada perkembangan
suatu disiplin ilmu pengetahuan.
6. Technological pedagogical knowledge (TPK)
TPK merupakan pengetahuan yang memuat hubungan antara teknologi dan
proses pembelajaran. Melalui TPK inilah guru bisa memahami kelebihan serta
kekurangan teknologi dalam pembelajaran untuk kemudian dijadikan bahan
evaluasi.
7. Technological pedagogical content knowledge (TPACK)
TPACK merupakan integrasi antara ketiga komponen, yaitu teknologi,
pedagogik, dan konten pembelajaran. Di era serba teknologi seperti sekarang ini,
guru dituntut untuk mahir dalam mengintegrasikan ketiganya. Terlebih lagi, sudah
banyak bermunculan platform penunjang pembelajaran (e-learning), salah satunya
Quipper Video.
D. Contoh TPACK dalam penerapan pembelajaran di SD

Contoh TPACK dalam penerapan pembelajaran di SD untuk mata pelajaran IPA


materi “Ekosistem” adalah sebagai berikut.

 Aspek PK: guru menggunakan metode karyawisata virtual di kebun binatang.

 Aspek CK: guru meminta peserta didik untuk mengidentifikasi jenis-jenis ekosistem
yang ada di kebun binatang tersebut.

 Aspek TK: guru memutar video tour ke kebun binatang.

Adapun kelebihan TPACK dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan pemahaman siswa melalui keterlibatan teknologi.

2. Meningkatkan keterampilan guru dalam mengolaborasikan teknologi dalam


pembelajaran.
3. Peserta didik mendapatkan tantangan baru dalam proses belajarnya.

4. Konten pembelajaran yang rumit bisa disederhanakan dengan bantuan teknologi.

5. Bisa membantu guru dalam mencapai tujuan pengembangan kompetensi.

Sementara itu, kekurangan TPACK adalah sebagai berikut.

1. Membutuhkan infrastruktur tambahan, berupa penyediaan perangkat teknologi.

2. Jika guru tidak bisa mengawasi peserta didiknya dengan cermat, teknologi rentan
disalahgunakan.

3. Bagi peserta didik yang masih gagap teknologi, bisa tertinggal dengan temannya
yang mahir teknologi.

4. Akses internet yang belum merata bisa meningkatkan kesenjangan kualitas


pendidikan.

5. Jika guru belum begitu mahir menggunakan teknologi, maka waktu guru tersebut bisa
tersita hanya untuk fokus pada pemahaman teknologinya.

Adapun langkah-langkah pembelajaran TPACK dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Guru memberi penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan memberi motivasi


pada peserta didik.
2. Guru memberikan informasi atau materi inti pembelajaran melalui slide power
point agar peserta didik bisa lebih mudah memahaminya.
3. Membentuk kelompok belajar melalui aplikasi perpesanan seperti Whatsapp.
4. Guru melakukan evaluasi pembelajaran.
5. Guru memberikan penghargaan pada peserta didik yang bisa mengikuti
pembelajaran dengan baik.
BAB VI

Anda mungkin juga menyukai