Anda di halaman 1dari 6

CARA KERJA ILMU-ILMU ALAM

(Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu)

Dosen: Dr. Edwin Syarif

Disusun Oleh:

Asep Zaenal Abidin

MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM


KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI

1438 H / 2016 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Tentang Ilmu Alam


Secara terminologis, ilmu alam (natural science) atau ilmu pengetahuan alam
didefinisikan sebagai ilmu mengenai aspek-aspek fisik & non-manusia tentang bumi
dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang
keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni. Adapun cabang-
cabang dari ilmu alam antara lain astronomi, biologi, ilmu bumi , fisika, dan kimia.
Dalam konteks ini, matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi
digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam
ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali "ilmu" sebagai
disiplin yang mengikuti metode ilmiah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Kerja Ilmu Pengetahuan Alam

Cara Kerja ilmu alam dapat terlihat dari tiga contoh proses yang terdiri dari
langkah-langkah pengamatan, percobaan, dan penentuan. Ketiga contoh tersebut dapat
diamati dalam rangka sejarah penemuannya (context of discovery), dan dalam rangka
upaya pembenaranya ( context of justification).

a. Hipotesa

Hipotesa berfungsi untuk merumuskan suatu pemikiran agar menjadi hasil yang
mendekati kebenaran nyata atau kesempurnaan hasil pengamatan dan percobaan. Secara
analisis tertulis dapat menggunakan rumus silogisme yang telah dipelajari.
b. Perluasan dan Perincian Hipotesa

Untuk membuktikan kesempurnaan hipotesis, maka harus diperluas dengan


mencari kemungkinan lain agar tidak dikatakan salah. Kemudian disimpulkan kembali
dengan perincian atau dimurnikan, contohnya hipotesa Kopernikus, yaitu planet-planet
mengitari matehari secara lingkaran” diubah menjadi “....secara elipsa”.

c. Dari Hipotesa Menuju Hukum Alam

Walaupun para ilmuan menganggap hal ini kurang empiris, namun hasil hipotesa
yang ada dapat dikatakan sebagai hukum alam pada aspek-aspek yang natural, seperti
atmosfer, perputaran bumi, suhu, dan lain-lain.

d. Dari Hukum Alam Menuju Teori Ilmiah

Setelah melalui pembuktian teknologi atau dengan ilmu bumi maupun metereologi
atau ilmu-ilmu lainya, maka hasil yang awalnya hanya pemikiran dan mampu sampai
pada hukum alam, dapat menjadi teori ilmiah bila lulus uji percobaan dan dapat bersifat
statis, kecuali setelah ada pembuktian baru. Maka hasil pemikiran tersebut dapat
berfungsi sebagai kajian para pemikir selanjutnya.

Dalam sejarah perkembangan ilmu-ilmu, ilmu alam berkembang lebih awal dan
pesat. Sejak di Yunani Kuno, sebelum filsafat muncul sebagai tradisi keilmuan baru,
ilmu fisika, matematika, kimia dan astronomi telah lama menjadi perbincangan di antara
pecinta ilmu. Hal ini wajar jika ditilik dari segi kedekatan hubungan manusia dengan
dunia yang sifatnya fisikal dan material yang secara langsung mudah diamati dan diukur.
Selain itu, manfaatnya yang bersifat praktis dan langsung bias dirasakan, seperti
penemuan sepeda oleh orang yang menggunakannya. Manfaat itu bias dirasakan meski
dilakukan dalam waktu yang berbeda. Ilmu-ilmu alam sudah barang tentu sangat penting
bagi kehidupan manusia terutama untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan material dan
praktis manusia.

Dilihat dari sifat objeknya, cara kerja ilmu alam bisa dirangkum dalam prinsip-
prinsip seperti berikut:
a. Gejala Alam Bersifat Fisik-statis

Seperti diperlihatkan dari segi namanya, ilmu-ilmu alam berkaitan dengan gejala-
gejala alam. Ahli ilmu-ilmu alam berhubungan dengan gejala-gejala alam yang sifatnya
fisik yang teramati dan terukur. Dari sifat tersebut, gejala-gajala alam memiliki sifat
statis atau tetap dari waktu ke waktu. Karena statis jumlah variabel dari gejala alam
sebagai objek yang diamati juga relatif lebih sederhana dan sedikit.

b. Objek Penelitian Bisa Berulang

Karena sifat gejala-gejala alam fisikal-statis, penelitian dalam ilmu-ilmu alam


tetap. Dengan sifat ini, objek penelitian dalam ilmu-ilmu alam bisa bisa diamati secara
berulang-ulang oleh peneliti.

c. Pengamatan Relatif Lebih Mudah dan Simpel

Pengamatan dalam ilmu-ilmu alam lebih mudah karena bisa dilakukan secara
langsung dan bisa diulang kapanpun. Kata mengamati dalam ilmu alam lebih luas dari
sekedar interaksi langsung dengan panca indera manusia, yang lingkup kemampuannya
sangat terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan ini manusia menggunakan alat-alat bantu
seperti mikroskop, teleskop, dan sebagainya. Meskipun pengamatan dalam ilmu-ilmu
alam dapat dilakukan berulang-ulang, namun dimungkingkan juga akan memiliki hasil
yang berbeda tergantung dari cara pengamatan yang dipakai, meskipun secara umum
cenderung seragam atau positif.

d. Subjek Pengamat (Peneliti) Lebih sebagai Penonton

Prinsip pengamatan dalam ilmu-ilmu alam adalah positif objektif, artinya


kebenarannya disimpulkan berdasarkan objek yang diamati. Dalam pandangan Henry
Margenau, prinsip objektif ini menempatkan posisi ilmuwan alam lebih sebagai the
cosmic spectator daripada the cosmic spectale.Ilmuwan alam adalah penonton alam, dia
hanya mengamati alam dan kemudian memperlihatkan kepada orang lain hasil
pengamatannya, di mana sedikitpun ia tidak melibatkan subjektivitasnya, tetapi sekedar
menunjukan hasil tontonannya.
e. Memiliki Daya Prediktif yang Relatif Lebih Mudah Dikontrol
Ilmu-ilmu alam sudah barang tentu tidak akan menarik apabila sebatas
mengumpulkan informasi tentang gejala-gejala alam semata kemudian membangun teori,
melainkan gejala-gejala alam yang diketahui dan dirumuskan dalam teori-teori itu bisa
digunakan untuk memprediksikan kejadian-kejadian yang dimungkingkan akan timbul
dari gejala-gejala tersebut.

BAB III
KESIMPULAN

Lahirnya ilmu alam yaitu kerena kita mengetahui bahwa manusia sebagai mahluk
hidup, yang mempunyai panca indera sehingga dapat memberikan tanggapan terhadap
semua rangsanagn yang ada termasuk juga dengan gejala alam semesta ini sehingga
menjadi ingin tahu maka ada penelitian-penelitian gejala alam.

Tanggapan terhadap gejala alam ataupun peristiwa yang terjadi di alam ini
memberikan pengalaman yang menjadikan manusia ingin tahu atau kuriositas tehadap
segalanya yang ada di alam semsta ini. Pengalaman merupakan salah satu bentuk
pengetahuan, yakni kumpulan fakta –fakata yang terjadi dan pengalaman ini akan
bertambah terus selama manusia mewariskan ilmu pengetahuan kepada generasi
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://prahesti10411084.blogspot.co.id/2012/01/makalah-filsafat-ilmu.html

Anda mungkin juga menyukai