(Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu)
Disusun Oleh:
1438 H / 2016 M
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Cara Kerja ilmu alam dapat terlihat dari tiga contoh proses yang terdiri dari
langkah-langkah pengamatan, percobaan, dan penentuan. Ketiga contoh tersebut dapat
diamati dalam rangka sejarah penemuannya (context of discovery), dan dalam rangka
upaya pembenaranya ( context of justification).
a. Hipotesa
Hipotesa berfungsi untuk merumuskan suatu pemikiran agar menjadi hasil yang
mendekati kebenaran nyata atau kesempurnaan hasil pengamatan dan percobaan. Secara
analisis tertulis dapat menggunakan rumus silogisme yang telah dipelajari.
b. Perluasan dan Perincian Hipotesa
Walaupun para ilmuan menganggap hal ini kurang empiris, namun hasil hipotesa
yang ada dapat dikatakan sebagai hukum alam pada aspek-aspek yang natural, seperti
atmosfer, perputaran bumi, suhu, dan lain-lain.
Setelah melalui pembuktian teknologi atau dengan ilmu bumi maupun metereologi
atau ilmu-ilmu lainya, maka hasil yang awalnya hanya pemikiran dan mampu sampai
pada hukum alam, dapat menjadi teori ilmiah bila lulus uji percobaan dan dapat bersifat
statis, kecuali setelah ada pembuktian baru. Maka hasil pemikiran tersebut dapat
berfungsi sebagai kajian para pemikir selanjutnya.
Dalam sejarah perkembangan ilmu-ilmu, ilmu alam berkembang lebih awal dan
pesat. Sejak di Yunani Kuno, sebelum filsafat muncul sebagai tradisi keilmuan baru,
ilmu fisika, matematika, kimia dan astronomi telah lama menjadi perbincangan di antara
pecinta ilmu. Hal ini wajar jika ditilik dari segi kedekatan hubungan manusia dengan
dunia yang sifatnya fisikal dan material yang secara langsung mudah diamati dan diukur.
Selain itu, manfaatnya yang bersifat praktis dan langsung bias dirasakan, seperti
penemuan sepeda oleh orang yang menggunakannya. Manfaat itu bias dirasakan meski
dilakukan dalam waktu yang berbeda. Ilmu-ilmu alam sudah barang tentu sangat penting
bagi kehidupan manusia terutama untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan material dan
praktis manusia.
Dilihat dari sifat objeknya, cara kerja ilmu alam bisa dirangkum dalam prinsip-
prinsip seperti berikut:
a. Gejala Alam Bersifat Fisik-statis
Seperti diperlihatkan dari segi namanya, ilmu-ilmu alam berkaitan dengan gejala-
gejala alam. Ahli ilmu-ilmu alam berhubungan dengan gejala-gejala alam yang sifatnya
fisik yang teramati dan terukur. Dari sifat tersebut, gejala-gajala alam memiliki sifat
statis atau tetap dari waktu ke waktu. Karena statis jumlah variabel dari gejala alam
sebagai objek yang diamati juga relatif lebih sederhana dan sedikit.
Pengamatan dalam ilmu-ilmu alam lebih mudah karena bisa dilakukan secara
langsung dan bisa diulang kapanpun. Kata mengamati dalam ilmu alam lebih luas dari
sekedar interaksi langsung dengan panca indera manusia, yang lingkup kemampuannya
sangat terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan ini manusia menggunakan alat-alat bantu
seperti mikroskop, teleskop, dan sebagainya. Meskipun pengamatan dalam ilmu-ilmu
alam dapat dilakukan berulang-ulang, namun dimungkingkan juga akan memiliki hasil
yang berbeda tergantung dari cara pengamatan yang dipakai, meskipun secara umum
cenderung seragam atau positif.
BAB III
KESIMPULAN
Lahirnya ilmu alam yaitu kerena kita mengetahui bahwa manusia sebagai mahluk
hidup, yang mempunyai panca indera sehingga dapat memberikan tanggapan terhadap
semua rangsanagn yang ada termasuk juga dengan gejala alam semesta ini sehingga
menjadi ingin tahu maka ada penelitian-penelitian gejala alam.
Tanggapan terhadap gejala alam ataupun peristiwa yang terjadi di alam ini
memberikan pengalaman yang menjadikan manusia ingin tahu atau kuriositas tehadap
segalanya yang ada di alam semsta ini. Pengalaman merupakan salah satu bentuk
pengetahuan, yakni kumpulan fakta –fakata yang terjadi dan pengalaman ini akan
bertambah terus selama manusia mewariskan ilmu pengetahuan kepada generasi
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://prahesti10411084.blogspot.co.id/2012/01/makalah-filsafat-ilmu.html