DOSEN :
Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si.
DISUSUN OLEH:
SURYA NANDA WIJAYA (1913034038)
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
Pengertian Sains
Sains adalah berasal dari bahasa latin yaitu “scientia” yang artinya pengetahuan. Jadi definisi
sains ialah suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari alam secara
terorganisir, sistematik & melalui berbagai metode saintifik yang terbakukan.Selain itu sains
juga merupakan bidang pengetahuan manusia yang menarik perhatian besar terhadap fakta
yang dirangkum secara bersama-sama melalui suatu rangkaian aturan ( rules / principles ).
Ilmuwan menemukan berbagai fakta dan aturan melalui metode ilmiah.
C. Ciri-Ciri Sains
Adapun ciri-ciri sains, diantaranya yaitu:
Sains adalah logis, rasional, dan wajar.
Ilmu membuat klaim yang terdefinisi yang didasarkan pada bukti baik yang tersedia.
Hipotesis ilmiah harus bersifat falsifable (falsifable adalah tidak bisa diperiksa
kesalahannya sehingga belum bisa dianggap sebagai sains).
Eksperimen Ilmiah harus dapat diulang dalam kondisi yang sama.
Ilmu memandang adanya kesenjangan yang tidak dapat dijelaskan dala teori atau juga
bukti kecurigaan.
Ilmu membutuhkan adanya upaya objektivitas, baik dari kontrol variabel dan bias.
Ilmu menuntut penggunaan kejujuran dari metode ilmiah dan juga laporan jujur
Sains tidak menerima kebetulan atau juga korelasi yang tidak terbukti.
Persimoni atau juga kesederhanaan atau penjelasan yang sederhana.
E. Tujuan Sains
Apakah tujuan sains? Mungkin gambaran paling umum, bahwa tujuan dari sains yaitu untuk
menghasilkan model yang dapat berguna tentang realitas. Pada umumnya penyelidikan
ilmiah menggunakan beberapa bentuk metode ilmiah. Secara umum metode yang dipakai,
yaitu:
Observasi
Hipotesis
Prediksi
Penelitian
Kesimpulan
Pengertian Geografi
Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama “Eratosthenes” Geografi berasal dari bahasa
Yunani “Geographia” yang terdiri dari dua kata, yaitu geo, yang berarti bumi dan graphien,
artinya mencitra. Dari asal usul kata ini dapatlah dikatakan bahwa Geografi berarti ilmu
pengetahuan yang mencitrakan atau menggambarkan keadaan bumi.
Pengertian tersebut masih bersifat umum dan belum memberikan gambaran yang tepat tentang
arah dan tekanan dalam kajian geografi. Memang suatu definisi selalu bersifat “membatasi”.
Defisnisi yang satu berbeda dari yang lain. Perbedaan itu disebabkan oleh waktu, sudut
pandang dan sisi penekanan
Hakekat Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan
dengan memperhatikan tiap-tiap gejala secara teliti (yang merupakan bagian dari keseluruhan
tadi) dalam hubungan interaksi-interaksi integrasi keruangan. Salah satu bentuk kongkrit dari
kajian geografi adalah mempelajari tentang fenomena keberadaan dan kegiatan
perekonomian, manusia hidup saling membutuhkan dan beinteraksi, tidak mungkin manusia
hidup tanpa berhubungan dengan sekitarnya, karena kelangsungan hidup manusia
memerlukan usaha untuk memenuhi kebutuhannya (Nursid Sumaatmadja, 1988).
1. Bintarto (1977)
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifatsifat bumi,
menganalisis gejala-gejala alam, dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai
kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsurunsur bumi dalam ruang dan waktu. Di sini
dijelaskan bahwa geografi tidak hanya mempelajari alam (bumi) beserta gejala-gejalanya,
tetapi geografi juga mempelajari manusia beserta semua kebudayaan yang dihasilkannya.
3. Hartshorne (1960)
Geografi adalah ilmu yang berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan,
dan rasional tentang sifat variabel permukaan bumi. Dalam pandangan Hartshorne, geografi
adalah suatu ilmu yang mampu menjelaskan tentang sifat-sifat variabel permukaan bumi
secara teliti, beraturan, dan rasional. Contoh, seorang ahli geografi setelah melakukan analisis
kewilayahan mampu membagi suatu wilayah menjadi beberapa satuan lahan yang potensial
maupun lahan yang tidak potensial. Pembagian ini didasarkan pada beberapa parameter
kebumian yang sesuai dengan syarat-syarat peruntukannya.
4. Yeates (1963)
Geografi adalah ilmu yang memerhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari berbagai
sifat yang beraneka ragam di permukaan bumi. Dalam pandangan Yeates, geografi adalah
ilmu yang berperanan dalam perkembangan suatu lokasi yang dipengaruhi oleh sifat-sifat yang
ada di permukaan bumi dengan tidak mengenyampingkan alasan-alasan yang rasional.
5. Alexander (1958)
Geografi adalah studi tentang pengaruh lingkungan alam pada aktivitas manusia. Dalam
pandangan Alexander inilah mulai dibahas tentang hubungan timbal balik antara aktivitas
manusia serta pengaruhnya terhadap lingkungan alam. Contoh, penebangan hutan yang tidak
terkendali oleh manusia mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan dan penggundulan hutan,
yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.
a. Geografi Fisik
Geografi fisik adalah cabang geografi yang mempelajari mengenai kondisi fisik pada
permukaan bumi, termasuk fenomena atau peristiwa yang pernah terjadi di bumi. Beberapa
hal yang ada dalam ruang lingkup geografi fisik mencakup semua gejala yang terjadi di
atmosfer (lapisan udara), pedosfer (lapisan tanah), litosfer (lapisan batuan), biosfer (lapisan
kehidupan), hidrosfer (lapisan air), dan antroposfer (ruang angkasa),
Geografi fisik juga mencakup keadaan yang ada pada lingkungan geosfer, misalnya iklim,
relief, bentuk, dan segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan manusia (daratan, udara,
dan air).
b. Geografi Sosial
Geografi sosial adalah cabang geografi yang mempelajari tentang semua kegiatan manusia di
bumi serta kaitannya dengan lingkungan hidupnya. Beberapa yang termasuk dalam ruang
lingkup sosial diantaranya; budaya, ekonomi, teknologi, dan kehidupan sosial manusia.
c. Geografi Regional
Geografi regional adalah cabang geografi yang mempelajari tentang hal-hal khusus yang
terjadi di suatu daerah (desa, kota, provinsi, dan negara). Selain itu, geografi regional juga
mempelajari mengenai hal khusus pada suatu wilayah, baik aspek sosial maupun aspek fisik.
Filsafat memiliki banyak cabang, salah satu diantaranya adalah filsafat ilmu. Cabang filsafat
yang satu ini, mengkhususkan diri untuk mengkaji mengenai berbagia hal yang terkait
dengan ilmu (sains) itu sendiri. Artinya, bila kita menyebut geografi sebagai sebuah ilmu,
maka kita dapat mengajukan pertanyaan, benarkan geografi itu sebagai sebuah ilmu ? apa ciri
ilmu ? apa ciri ilmu pada geografi, atau apa buktinya, bahwa geografi itu benar-benar sebuah
ilmu ?
Ciri-ciri dan Fondasi Keilmuan Zen (1979)
mengemukakan ciri-ciri agar suatu pengetahuan dapat disebut sebagai sains. Menurut Zen,
sains merupakan bidang pengetahuan yang melakukan eksplorasi ke alam materi. Sains juga
memperhatikan keteraturan dalam fenomena kajian, dan mencoba untuk
memformulasikannya. Selain itu, sains juga dapat dibedakan dari pengetahuan lain jika
ditinjau dari mekanismenya untuk mampu menguji diri sendiri (self testing). Mekanisme
menguji diri sendiri juga ada dalam geografi. Seperti disiplin ilmu lainnya, geografi mampu
mengembangkan hipotesis, menguji hipotesis, serta menguji dan memperbaiki teori yang
sudah ada. Sains informasi geografis juga demikian. Uji akurasi hasil interpretasi dan
pemodelan merupakan bagian inheren dalam proses analisis data penginderaan jauh dan
estimasi berdasarkan pemodelan spasial dengan sistem informasi geografis. Melalui kajian-
kajian semacam ini, sains informasi geografis dapat memberikan pemahaman tentang metode
apa saja yang efektif dan akurat untuk suatu aplikasi, dan metode apa yang lebih sesuai untuk
aplikasi yang lain. Sains informasi geografis dapat membantu para geografiwan untuk
menyeleksi spatial analytical tools yang paling bermanfaat, merangkumnya, dan
mengelompokkannya ke dalam kesatuan fungsi dan atau pendekatan/teori yang sama yang
melandasinya.
Goodchild (1992) mencoba secara longgar memberikan pengertian sains informasi geografis
sebagai bidang sains yang menghimpun berbagai isu dasar mengenai pemanfaatan dan
penanganan informasi geografis. Isu-isu dasar yang diangkat ini antara lain ialah (1)
karakteristik unik data geografis, (2) ciri spesifik penelitian yang membutuhkan pemecahan
masalah dalam perspektif geografis, (3) interaksi antara penelitian tentang informasi
geografis dengan berbagai disiplin akademis yang berkaitan, dan (4) dampak sosial
pemanfaatan informasi geografis. Lo dan Yeung (2002) menegaskan bahwa perkembangan
sains informasi geografis bertujuan untuk mendefinisikan kembali geografi dan aplikasinya
dalam konteks SIG. Dari kacamata ini pula Longley et al. (2005) menegaskan bahwa
kehadiran sains informasi geografis telah memberi bobot fondasi keilmuan teknologi SIG,
mendukungnya, serta mengendalikan arah perkembangan sains dalam disiplin geografi.
filsafat diartikan sebagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh yang mengupas
sesuatu sedalam-dalamnya”. Radikal, menyeluruh dan sedalam-dalamnya mengandung
makna membutuhkan waktu yang panjang untuk memperoleh suatu pengetahuan yang
menyeluruh dan mendalam.
Selanjutnya dikatakan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri
tertentu. Bidang ilmu yang satu dapat dibedakan dari bidang ilmu lainnya didasarkan pada
jawaban atas ke tiga pertanyaan pokok sebagai ciri ilmunya yaitu (1) dasar ontologi ilmu, (2)
dasar epistemologi ilmu dan (3) dasar axiologi ilmu. Apa yang ingin diketahui atau apa yang
menjadi bidang telaah ilmu merupakan pertanyaan dasar ontologi. Bagaimana pengetahuan
tersebut diperoleh merupakan dasar pertanyaan epistemologi (teori pengetahuan). Sedangkan
apa kegunaan ilmu adalah pertanyaan dari segi axiologinya (teori tentang nilai). Jawaban dari
ke tiga pertanyaan dasar tersebut merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya. Tidak jarang dijumpai keadaan di mana suatu penelitian belum menjelaskan
kegunaan hasil penelitian sebagai jawaban pertanyaan dasar yang ke tiga, walaupun masalah
(apa yang ingin diketahui) dan metodenya (bagaimana cara`memperoleh pengetahuan)
dituliskan secara jelas. Pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan penelitian seyogyanya
merupakan pengetahuan yang mendalam dan dapat dibuktikan memenuhi kaidah keilmuan
(dikatakan sah secara keilmuan).
Pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir yang teratur dan sistematis dikenal
sebagai produk kegiatan penelitian ilmiah atau penelitian yang memenuhi syarat keilmuan.
Kegiatan berpikir teratur dan sistematis mengantar kita dalam memasuki dunia keilmuan.
Sebuah gejala di muka bumi misalnya, sebagai sebuah fakta, terjadi secara beraturan dan
tidak terjadi secara kebetulan karena dapat dijelaskan dalam kerangka konsep keilmuan.
Siklus hidrologi merupakan contoh gejala alam yang berlangsung secara teratur dan
sistematis. Dalam konteks kegiatan penelitian, mengenali sebuah fakta, merumuskan
masalah, menyusun hipotesa, melakukan analisis dan menarik kesimpulan merupakan contoh
proses berpikir teratur dan sistematis. Menurut Sandy (1973) hal tersebut adalah ciri sebuah
ilmu termasuk ilmu geografi. Sebuah kesimpulan penelitian mencerminkan “pengetahuan”
yang dihasilkan dari rasa “ingin tahu” (curiousity) yang diungkap dalam kalimat pertanyaan
penelitian (researchquestion).
Dasar/landasan disiplin Sains Geografi
1. Fakta penelitian yang menunjukkan pola kerusakan bangunan semakin besar jika jarak
lokasi bangunan ke pusat gempa semakin dekat dapat dijelaskan dari pengetahuan
geologi dan fisika yang menyatakan bahwa besaran enersi yang didifusikan semakin
kecil jika semakin jauh dari pusat gempa karena mengalami hambatan struktur batuan
yang dilewatinya sebagai media difusi.
2. Penelitian tentang bentang alam (geomorfologi) di suatu daerah memperlihatkan
hubungannya dengan aktivitas penduduk di mana ada kecenderungan kegiatan
penduduk terkonsentrasi di wilayah dataran alluvial dibanding unit bentang alam
lainnya. Hal ini dapat dijelaskan antara lain berdasarkan teori ekonomi (efisiensi biaya
dan aksesibilitas). Teori pusat (central place theory) Christaller dengan model
hexagonalnya yang terkenal menggunakan salah satu asumsi yaitu hanya berlaku pada
daerah yang memiliki bentang alam homogin.
3. Faktor fisik menentukan perbedaan pola spasial migrasi penduduk, misalnya di daerah
dataran dan di daerah pegunungan, di samping dapat dijelaskan dari teori gravitasi atau
push-pull factor.
Pengetahuan tentang berbagai gejala (fisik maupun sosial) yang berlangsung di muka
bumi yang direpresentasikan sebagai gejala keruangan (spatial phenomena) suatu obyek
tertentu (yang dapat diamati oleh panca indra manusia) merupakan jawaban dari “apa
yang ingin diketahui” ilmu geografi. Persoalan selanjutnya adalah “ bagaimana ilmu geografi
menjawab pertanyaan tersebut”. Berkenaan dengan itu secara singkat akan ditelaah tentang
epistemology ilmu geografi.
Seperti bidang bidang ilmu lainnya, bidang ilmu geografi dapat menggunakan metode
deduktif, metode induktif atau gabungan ke dua metode tersebut, tergantung persoalan yang
ingin dijawab. Sebagai contoh sederhana, apabila ingin mengetahui hubungan antara bentuk
bentang alam dan pola sebaran pemukiman penduduk maka yang pertama harus dilakukan
adalah menjawab pertanyaan pertanyaan berikut:
- apakah terdapat hubungan logis antara bentuk bentang alam dan pola pemukiman?
- jika ya, apakah hubungannya bersifat satu arah atau dua arah?
- selanjutnya, apakah hal tersebut pernah diteliti dan teori apa yang digunakan peneliti
peneliti sebelumnya?
Apabila kerangka berpikir rasionalisme terpenuhi maka sebagai seorang peneliti kita harus
dapat membuktikan sendiri bagaimana hubungan dari gejala gejala tersebut dengan
menggunakan kerangka berpikir empirisme. Artinya, adanya dukungan teori dasar untuk
meneliti dan ketersediaan data empiris merupakan hal yang pokok untuk menemukan
jawaban yang benar dari pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya, peneliti harus menetapkan
metode apa yang akan digunakan :
1. Apabila telah ada konsep dan teori yang secara rasional dapat menjelaskan hubungan
logis ke dua variable tersebut, maka dapat dipilih metode deduktif untuk memperkuat
suatu teori yang sudah ada.
2. Apabila ingin mengetahui pola umum hubungan ke dua gejala tersebut di suatu daerah
yang lebih luas (misalnya untuk Indonesia) maka dapat menggunakan metode induktif –
deduktif. Perlu dicatat, data yang diperlukan dalam penggunaan metode induktif adalah
data sampling dalam statistik inferensial.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, peta dikatakan sebagai satu satunya sarana
untuk dapat menyajikan fakta geografi yang memenuhi pola berpikir keruangan, secara cepat
dan mudah dipahami. Dari sebuah peta dapat dikenali berbagai elemen ukuran sebuah gejala
seperti titik, garis, area, arah, jarak, luas, kepadatan, kerapatan dan lainnya sebagai satuan
ukuran karena bidang ilmu geografi harus dapat terukur. Dari skala peta dapat dinilai
tingkatan informasinya, dari yang bersifat umum sampai informasi yang lebih rinci dari
sebuah populasi.
Bidang ilmu geografi sampai saat ini masih eksis karena memang memiliki nilai kegunaan
bagi umat manusia baik untuk pengembangan keilmuannya maupun terapannya untuk
peningkatan kesejahteraan. Oleh karena ilmu bersifat netral maka pengetahuan yang
dihasilkan apakah bermanfaat atau bahkan menyebabkan bencana bagi umat manusia pada
dasarnya ditentukan oleh para ilmuwan itu sendiri.
Sebuah peta yang disajikan secara sengaja untuk menyesatkan pihak lain merupakan
sebuah bencana bagi penggunanya karena informasinya tidak tepat, akurat dan lengkap.
Akibatnya, pengguna peta tidak menemukan informasi yang dibutuhkan setelah
menghabiskan sumberdaya yang tidak sedikit. Dalam sebuah peperangan, peta dapat menjadi
senjata andal untuk mengecoh dan mengalahkan musuh karena legenda peta sengaja diubah
sehingga senjata musuh tidak mengenai sasaran.
Dalam kaitan ini suatu kegiatan analisis citra satelit yang dilakukan tanpa ground-check
yang cermat akan menghasilkan peta citra satelit yang menyesatkan. Apalagi jika secara
mentah mentah data citra digital digunakan untuk membuat pemodelan maka akan dapat
diduga informasi hasil interpretasi citra yang dihasilkan sulit dibuktikan kebenarannya. Oleh
karena itu, apapun kelemahan yang ada dengan menggunakan sarana citra satelit perlu
dikemukakan selengkapnya, bukan hanya keunggulannya. Di sini menyangkut dasar
epistemologisnya dimana “jika putih katakan putih” atau “jika ada kelemahan katakan
kelemahannya dengan jujur”.
Esensi dasar axiology ilmu geografi erat kaitannya dengan ontologinya dan karena itu
sebaik-baiknya pengetahuan yang dihasilkan sangat tergantung dari yang memiliki
pengetahuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa moral pemilik ilmu tersebut
merupakan factor yang menentukan apa sebenarnya nilai manfaat pengetahuan yang dimiliki
bagi umat manusia.
Geografi masih eksis hingga saat ini dikarenakan masih memberikan kebermanfaatan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejak awal munculnya, ilmu geografi telah
memberikan manfaat bagi manusia dalam melakukan penjelajahan dunia. Salah satunya
adalah peran dari ahli geografi muslim dunia pada abad ke 12 yang bernama Al Idrisi. Ia
membuat peta dunia pertama yang dilengkapi dengan jalur perdagangan, sungai, daratan, dan
pegunungan. Peta dunia tersebut memberikan manfaat kepada penjelajah dunia seperti
Cristhoper Columbus yang menemukan benua Amerika. Di samping itu, akibat dari
eksploitasi sumber daya alam serta penggunaan energi fosil secara besar-besar ketika revolusi
industri telah berdampak pada kerusakan lingkungan. Kondisi tersebut menyebabkan
terjadinya pemanasan global serta bencana hidromoteorologis. Keberadaan ilmu geografi
semakin penting untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (Sprenger & Nienaber,
2017). Pendekatan kelingkungan yang menjadi salah satu ciri khas geografi semakin
dibutuhkan untuk melakukan kajian – kajian terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi saat
ini. Dalam hal ini, peran manusia sangat dominan. Oleh karena itu, geografi memiliki peran
besar untuk melakukan kajian tersebut.Selain itu, di negara maju seperti Amerika. Geografi
telah menjadi mata pelajaran pokok dan wajib dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Mereka telah menyadari bahwa pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk membentuk
sikap siswa peduli terhadap lingkungan sehingga dapat berperan dalam menyelamatkan bumi
dari ancaman bencana (Sprenger & Nienaber, 2017). Saat ini, Asosiasi Pendidikan Geografi
Amerika telah merumuskan geocapablities yang harus dikuasi siswa dalam mempelajari
geografi, meliputi: kemampuan imajinasi geografi, menumbuhkan sikap etis, berfikir
integratif dengan lingkungan, berfikir spatial, dan mengeksplorasi tempat (Walkington et al,
2017).Kemampuan imajinasi geografi merupakan kemampuan dalam memaknai perbedaan
variasi lokasi di permukaan bumi. Sementara itu, menumbuhkan sikap etis tercermin dari
sikap peduli terhadap bangsa (nasionalisme) serta mampu menghargai perbedaan budaya
disetiap wilayah. Kemudian, kemampuan berfikir integratif dengan lingkungan menuntut
siswa memahami interaksi antara manusia dengan lingkungan. Dalam hal ini, peran manusia
sangat penting dalam menjaga kelestarian lingkungan (Chang & Pascua, 2016; Mitchell,
Borden, & Schmidtlein, 2008). Selanjutnya, kemampuan berfikir spasial sangat penting
dikuasai oleh siswa guna mendeskripsikan berbagai fenomena alam di permukaan bumi
(Gersmehl, 2008; Lee & Bednarz, 2012). Dalam melihat suatu fenomena geosfer yang terjadi
di permukaan bumi, pemahaman siswa bukan hanya apa dan dimana, melainkan mengapa
fenomena tersebut terjadi di wilayah itu (Arild Holt-Jensen, 2003). Kemudian, kemampuan
mengeksplorasi tempat menuntut siswa untuk dapat menganalisis dan memahami
karakteristik berbagai tempat di permukaan bumi dengan menggunakan konsep ruang, skala,
dan interkoneksi (Uhlenwinkel et al., 2017).