Anda di halaman 1dari 4

TATA LAKSANA STUNTING,WASTING DAN GIZI BURUK DI

RUMAH SAKIT

No.Dokumen
No. Revisi Halaman

Diterapkan:
STANDAR Direktur RSU Anutaloko Parigi
PROSEDUR Tanggal terbit
OPERASIONAL 10 Januari 2023
Dr.Revy Tilaar, MAP
Direktur
Tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi) di RSU Anuntaloko Parigi akan melakukan
PENGERTIAN penetapan status gizi balita dan kondisi klinis untuk dapat menentukan klasifikasi
kasus masalah gizi balita yang di temukan dan di rujuk oleh kader atau anggota
masyarakat terlatih, sehingga dapat di tata laksana dengan cepat dan tepat.
1. Tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi) di RSU Anuntaloko parigi mampu
TUJUAN melakukan proses penetapan status gizi balita yang di rujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
2. Tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi) di RSU Anuntaloko parigi mampu
melakukan proses penetapan balita kurang gizi akut yang beresiko
mengalami gizi buruk dan gizi kurang serta tindakan yang harus di
berikan sesuai dengan standar alur rujukan (rawat inap, rawat jalan, dan
pemberian makanan tambahan).
3. Balita yang di rujuk di RSU Anuntaloko parigi mendapatkan perawatan
yang cepat dan tetap, termasuk tepat waktu, sesuai dengan kondisi balita
(stanting, wasting, gizi buruk, gizi kurang, atau dengan hambatan
pertumbuhan).
1. Surat keputusan direktur RSU Anuntaloko parigi Nomor 00-00 tentang
kebijakan pelayanan di RSU Anuntaloko parigi .
2. Surat keputusan direktur RSU Anuntaloko parigi Nomor 00-00 tentang
KEBIJAKAN pembetukan tim pelayanan stunting dan wasting di RSU Anuntaloko
parigi.

Alur rujukan
Alur rujukan stanting, wasting dan gizi buruk dari jejaring puskesmas (lampiran
1)

Persiapan Awal
1. Tenaga kesehatan (Tim Asuhan Gizi di RSU Anuntaloko parigi terlatih
melakukan pemeriksaan antropometri akurat.
2. Alat antropometri standar sesuai protokol :
a. Alat timbang berat badan, seperti timbangan digital anak dan bayi.
PROSEDUR b. Alat ukur panjang atau tinggi badan, seperti papan ukur panjang atau
tinggi badan ( length/height board).
c. Pita lingkar lengan atas (LILA).
3. Table Z-skor sederhana (mengacu pada tabel dan grafik dalam peraturan
menteri kesehatan nomor 2 tahun 2020 tentang standar antropometri
anak.
Alur Tatalaksana stunting di rumah sakit
1. Pasien yang datang ke poli klinik dilakukan konfirmasi status gizi pasien
oleh dokter spesalis anak dengan menggunakan standar antropometri
Anak.
2. Diagnosis stunting bila :
PB,TB/U<-2SD.
3. Dilakukan anamnesis, dan pemeriksa fisik lengkap, pemeriksaan
penunjang di lakukan sesuai indikasi.
4. Setelah diagnosis tegak, dilakukan tata laksana stunting, berupa:
Konseling diet :
a. Promosi konsumsi protein hewani dan nutrisi tipe 2 lainya.
b. Rasio protein/energi>10%.
5. Bila pasien tanpa komplikasi dapat di rawat jalan, namun bila pasien
dengan komplikasi medis harus di rawat inap.
6. Monitoring BB, PB, atau TB, LILA berkala serta monitoring toleransi
asupan nutrisi.
7. Pasien dapat di rujuk balik ke fasyankes bila sudah dinyatakan sembuh.
Alur Tatalaksana Gizi Buruk di rumah sakit
1. Pasien yang datang di poliklinik/IGD dilakukan konfirmasi status gizi
pasien oleh dokter spesialis anak atau dokter umum di IGD dengan
menggunakan Standar Antropometri Anak.
2. Diagnosis gizi buruk
Berdasarkan usia, gizi buruk di tegakkan dengan :
 Usia kurang dari 6 bulan dengan berat badan menurut panjang
badan (BB/PB) <- 3 SD atau edema bilateral yang bersifat
pitting (tidak kembali setelah di tekan).
 Usia 6-59 bulan dengan BB/PB atau berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) <-3 SD atau lingkar lengan atas (LILA)<11,5
cm,atau edema bilateral yang bersifat pitting.
Berdasarkan komplikasi yang ada, gizi buruk dikategorikan sebagai:
a. Gizi buruk tanpa komlikasi, yang di tandai oleh LILA< 11,5 cm
untuk balita berusia 6-59 bulan, atau BB/PB atau BB/TB < -
3SD atau enderma bilateral dengan derajat +1 atau +2.
b. Gizi buruk dengan komplikasi, yang di tandai oleh hal tersebut
di atas dan adanya satu atau lebih komplikasi berikut, yaitu
sama dengan tanda bahaya pada manajemen terpadu balita sakit
(MTBS): anoreksia, munta terus-menerus, dehidrasi berat,letargi
bernafas atau bernafas cepat.(termasuk pneumonomia berat) +3,
dan lesi kulit parah.
3. Tatalaksana
Tatalaksana rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan indikasi
4. Monitoring BB,TB,LILA berkala
5. Pasien dapat di rujuk kembali ke fasyankes bila dinyatakan sembuh.

Pencatatan dan Pelaporan


1. Setiap pasien stunting, wasting, atau gizi buruk yang datang akan di
lakukan pencatatan dan melengkapi formulir masalah gizi di RSU
Anuntaloko parigi.
2. Jumlah masalah gizi akan di rekap setiap bulanya dan akan di laporkan
setiap tiga bulan pada laporan monitoring dan evalusi stunting/masalah
gizi di RSU Anuntalolo parigi.
1. Instalasi Gawat Darurat RSU Anuntaloko parigi
UNIT 2. Rawat Jalan Anak RSU Anuntaloko parigi.
TERKAIT 3. Rawat Inap
4. Laboratorium
1. Kementrian kesehatan republik Indonesia. Riset kesehatan dasar
(Riskedas) 2018.
2. PMK No 29. Th 2019 tentang penanggulangan masalah gizi bagi anak
REFRENSI akibat penyakit.
3. Kementrian kesehatan republik Indonesia. Pencegahan dan tata laksana
gizi buruk pada balita, 2018.
4. SOP deteksi dini dan rujukan balita gizi buruk atau yang beresiko gizi
buruk oleh direktorat gizi masyarakat dalam sosialisasi “SOP pencegah
dan tata laksana gizi buruk pada balita “ kepada dinas kesehatan provinsi
dan kab/kota lokus stanting. Jakarta 13 agustus 2020.
5. UKK nutrisi dan penyakit metabolik, makanan pendamping ASI,
pertemuan UKK NPM 2019.

Keterangan :

1. Puskesmas melakukan validasi dan konfirmasi status gizi dengan pemeriksaan klinis dan
antropometri menggunakan indicator berat badan penurun panjang badan (BB/PB) atau berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB), tinggi badan menurut usia (PB/U). dan lingkar lengan
atas (LILA).
2. Berdasarkan hasil validasi dan konfirmasi status gizi balita, di tentukan layanan yang di
berikan :
a. Balita gizi buruk tanpa komlikasi medis di berikan rawat jalan.
b. Baliat gizi buruk dengan komplikasi medis di berikan rawat jalan inap.
3. Bayi <6 bulan menderita gizi buruk dan balita ≥6 bulan dengan BB < 4kg di rujuk ke RS
untuk mendapatkan pelayanan rawat inap di rumah sakit.
4. Bayi dan balita gizi buruk yang di rawat di rumah sakit dan puskesmas di pantau dan di
evaluasi :
a. Tidak membaik :
Evaluasi dan cari faktor penyebabnya, bila perlu di rujuk ke fasyankes atau tempat
rujukan yang lebih tinggi.
b. Mebaik
Apabila bayi dan balita di rawat inap pada fase rehabilitasi, maka dapat di pindahkan ke
layanan rawat jalan.
c. Sembuh
Rumah sakit dapat merujuk balik ke puskesmas untuk mendapatkan pengawasan dari
puskesmas dan anjuran control serta pemantauan pertumbuhan rutin di posyandu.

Anda mungkin juga menyukai