SK Direktur No : 05/006.1/SK/I/2019
Tanggal : 17 Januari 2019
Tentang : Panduan Implementasi Kode Emergensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah suatu bentuk instalasi pelayanan kesehatan terhadap semua
orang yang dibutuhkan dalam rangka untuk pengelolaan kesehatannya yang berbentuk
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi, oleh sebab itu rumah sakit mau
tidak mau harus dapat memberikan yang terbaik bagi konsumen atau pengguna rumah
sakit.
RS Permata Bunda Purwodadi dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan
terhadap semua yang berada di lingkungan rumah sakit tidak lupa juga harus
memperhatikan hal-hal yang emergensi atau keadaan kegawat daruratan dan perlu
penanganan yang segera dengan tepat dan cepat, maka agar manajemen dan tata kelolaan
keadaan gawat darurat atau emergensi lebih baik, cepat, tepat maka dibuatlah kode
kode yang harus ada dan diketahui semua petugas sehingga keadaan gawat atau
emergensi dapat ditangani lebih maksimal.
Selain itu juga rumah sakit adalah sebagai tempat umum dan sangat rawan sekali
terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,karena itu rumah sakit membuat kebijakan
kebijakan yang mengatur tentang keamanan dan kenyamanan bagi semua pengguna dan
penghuni rumah sakit.
B. DEFINISI
Kode emergensi adalah merupakan kode atau tanda isyarat kegawat daruatan yang harus
segera direspon. Panduan implementasi kode-kode emegensi adalah acuan dalam
menggunakan tanda-tanda atau kode tertentu yang menyatakan kondisi kedaruratan
dalam upaya penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh
warga yang berada dilingkungan RS Permata Bunda Purwodadi.
1
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh
wargayang berada disekitar RS Permata Bunda Purwodadi dalam kondisi darurat
tertentu
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada dalam area kebakaran di
lingkungan RS Permata Bunda Purwodadi dengan tanda peringatan “code
red”.
b. Untuk menyelamatkan setiap orang yang berada di area RS Permata Bunda
Purwodadi dengan kondisi klinis compromise, henti jantung atau henti
nafas dan yang rentan terhadap infeksi maupun komplikasi serius yang
membutuhkan pertolongan medis segera dengan tanda peringatan “code
blue”.
c. Untuk menyelamatkan setiap orang dari ancaman orang yang
membahayakan (bersenjata atau tidak bersenjata), bom, dan ancaman lain
(penyanderaan) yang terjadi di area Rumah sakit dengan tanda peringatan
“code black”.
D. Batasan Opersional
Semua rumah sakit melakukan pencegahan menjamin terhadap keamanan dan
kaselamatan di lingkungan Rumah sakit yang mungkin dapat dan bisa terjadi bahaya di
lingkungan Rumah sakit, oleh sebab itu untuk mengatisivasi dan meminimalkan kejadian
maka rumah sakit menetapkan kode emergensi atau tanda darurat yang harus diketahui
seluruh petugas dan penghuni yang ada di lingkungan rumah sakit. Kode emergensi ini
berlaku di lingkungan Rumah sakit Permata Bunda Purwodadi.
E. Landasan Hukum
Sebagai landasan peruturan yaitu:
1. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan rumah sakit.
2. SK Direktur Nomor 05/103/SK/IX/2019 tentang Kebijakan Umum Keselamatan
dan Kesehatan Kerja RS. Permata Bunda
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Setiap orang yang membutuhkan upaya penyelamatan dalam kondisi kedaruratan baik
medis maupun non medis terhadap pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan warga
disekitar RS Permata Bunda Purwodadi. Kode-kode tersebut meliputi:
3
BAB III
TATA LAKSANA
4. Prosedur Kebakaran
a. Tekan Alarm
b. Telepon Operator
c. Padamkan Api
d. Telepon Operator
e. Evakuasi
6. Prosedur Evakuasi
a. Tetap tenang, jangan panik, jangan berlari, ikuti petunjuk arah evakuasi atau
arahan dari petugas evakuasi.
b. Jangan mencoba mengambil barang yang tertinggal.
c. Lepaskan sepatu hak tinggi.
d. Gunakan tangga darurat terdekat menuju jalur evakuasi.
4
e. Jangan gunakan lift sewaktu ada kebakaran.
f. Jalan merangkak bila lorong dipenuhi asap.
g. Tutup hidung dan mulut dengan sapu tangan atau tissue yang telah dibasahi air
guna menghindari dari kemungkinan menghirup zat-zat beracun.
h. Keluar menuju titik berkumpul terdekat
5
4. Lakukan tindakan pasien dengan :
a. Check pernafasan.
b. Check nadi.
c. Bebaskan jalan nafas.
d. Lakukan tindakan emergensi bantuan hidup dasar
sesuai yang diperlukan misalnya: Cardio-Pulmonary Resuscitation (CPR)
atau RJP.
5. Dampingi atau jaga terus pasien sampai bantuan datang (tim kode biru)
6. Peralatan yang dibutuhkan kode biru adalah :
a. Tandu / long spineboard
b. Brangkar
c. Ambubag
d. O2
e. Defibrilator
f. APD
7. Obat yang dibutuhkan kode biru adalah
a. Epinephrine
b. Sulfasathropine
c. Dexametason
d. Amiodaron
8. Petugas
NO PERAN RUANG
1 Ketua Tim Dokter jaga IGD
2 Pembawa Defibrilator IGD
3 Pembawa box emergency ICU
4 Pembawa O2 P. Obsgin
5 Pembawa brangkar VK
6 Membantu pelaksanaan kode biru Ruang lain
6
1. Prosedur RJP oleh tim kode biru
7
C. Code Black/ Kode Hitam
Code Black/ Kode Hitam yaitu kode emergensi untuk tindak kekerasan, seperti
penculikan, orang yang membahayakan, orang membawa senjata, perkelahian, dll.
Prosedur pelaporan kode hitam:
1. Petugas yang menemukan terjadinya penculikan atau hilangnya bayi/anak,
segera menelpon operator (110) dengan menyebutkan “Kode --- Hitam” 3x di
ruang tempat kejadian.
2. Operator mengaktifkan kode hitam dengan menyiarkan “Kode --- Hitam di
ruang....” 3x
3. Pada saat mendengar adanya kode hitam, semua pintu/akses keluar dikunci (IRJ,
IGD), jalur keluar dipusatkan di pintu belakang (gerbang rawat inap) dengan
pengamanan ketat dari satpam.
4. Prosedur pengendalian penculikan bayi :
a. Anggota Satpam di Pos 1/belakang segera menghubungi rekan kerja yang
berada di Pos lain untuk datang ke TKP dengan terlebih dahulu menutup
portal pintu keluar dan mengalihkan menjadi satu pintu/one gates system
di Pos belakang.
b. Anggota Satpam di pos 1 atau belakang segera menghubungi rekan kerja
yang di poliklinik untuk merapat dan membantu pemeriksaan di pos
belakang.
c. Saat kode hitam diterima oleh satpam beserta ciri-ciri korban maka
Satpam di pos belakang harus memeriksa setiap kendaraan dan orang yang
akan keluar dari rumah sakit.
d. Anggota satpam yang sedang patroli setelah mendengar adanya berita
penculikan langsung aktif berkoordinasi dengan rekan kerjanya yang lain
dan menutup TKP.
e. Anggota Satpam yang berada di TKP wajib mendata korban dengan
menanyakan jenis kelamin,usia, ciri-ciri lain, data orang tua atau keluarga,
mencari dan mengamankan barang bukti yang tertinggal.
Mengkoordinasikan dengan pos belakang mengenai ciri- ciri korban, dll.
f. Setelah dilakukan penutupan TKP, anggota satpam melakukan penyisiran
dibantu dengan pegawai, sementara anggota satpam di pos belakang dan
patroli memperketat pengamanan.
g. Apabila pelaku dan korban dapat ditemukan,segera amankan korban dan
8
tangkap pelakunya.
h. Lakukan interograsi terhadap pelaku, saksi-saksi apabila ada dan pihak
lain yang berkaitan dengan kejadian tindakan penculikan, sampai didapat
keterangan yang jelas untuk ditindak lanjuti.
i. Membuat berita acara penangkapan.
j. Membuat laporan tertulis dan dilaporkan ke pimpinan.
k. Menyerahkan kepada pihak kepolisian apabila diminta oleh pimpinan.
l. Jika tidak ditemukan korban dan pelaku maka segera laporkan pimpinan
untuk ditindak lanjuti kepada pihak kepolisian (0292) 421142 polres
Grobogan.
5. Prosedur pengendalian orang membahayakan :
a. Petugas di pos 1/belakang menghubungi petugas patrol untuk datang ke
TKP dan mengidentifikasi orang yang dianggap membahayakan dengan
cara diajak bicara dan ditanya dengan cara sesopan mungkin.
b. Poin – poin yang perlu ditanyakan antara lain: “Ada yang bisa saya bantu
Bapak/Ibu ?”, setelah itu tanyakan tujuan serta keinginannya.
c. Apabila ditanya dengan cara sopan tidak bisa,segera minta bantuan kepada
rekan anggota yang lain untuk turut mengawasi dan memantau gerak-gerik
yang bersangkutan, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
d. Apabila yang bersangkutan berusaha membuat keributan dan
menimbulkan kekacauan maka anggota satpam dengan dibantu anggota
lainnya wajib mengingatkan dan menyuruh serta memaksa yang
bersangkutan untuk keluar dari area rumah sakit dengan mengedepankan
HAM (Hak Asasi Manusia).
e. Membuat berita acara.
f. Membuat laporan tertulis dan dilaporkan ke pimpinan
6. Prosedur pengendalian orang dengan senjata
a. Petugas di pos 1/belakang menghubungi petugas di pos lain dan petugas
patroli untuk datang ke TKP dan mengidentifikasi orang yang membawa
senjata yang dianggap membahayakan.
b. Secara bersama-sama anggota satpam depan dan patroli membawa atau
mengerahkan yang bersangkutan ke pos belakang untuk di minta
keterangan.
c. Poin – poin yang perlu ditanyakan antara lain: kartu identitas dan
keperluan yang bersangkutan berada di rumah sakit, mengapa membawa
9
senjata, dll.
d. Apabila yang bersangkutan menunjukkan itikad baik maka dipersilahkan
untuk menyimpan senjatanya dan meninggalkan Rumah sakit.
e. Apabila yang bersangkutan tidak menunjukkan itikad baik maka anggota
satpam wajib mengamankan dan melumpuhkannya dengan memborgol
serta membawa ke tempat yang aman dengan mengedepankan HAM (Hak
Asasi Manusia).
f. Koordinasi dengan pimpinan dan kepolisian terdekat (0292) 421142 polres
Grobogan.
g. Membuat berita acara.
h. Membuat laporan tertulis dan dilaporkan ke pimpinan
10
BAB IV
DOKUMENTASI
11
BAB V
PENUTUP
Dengan terbentuknya panduan kode emergensi ini diharapkan rumah sakit dapat
meningkatkan dan mencegah meminimalkan kejadian yang dapat menggangu keamanan dan
keselamatan bagi pengguna dan petugas di lingkungan rumah sakit.
Ditetapkan di : Purwodadi
Pada Tanggal : 17 Januari 2019
Direktur RS. Permata Bunda
12