Kajian Pelayanan Kefarmasian Instalasi Farmasi Rsud Ende Tahun 2019
Kajian Pelayanan Kefarmasian Instalasi Farmasi Rsud Ende Tahun 2019
Pada tahun 2019 seleksi/pemilihan Sediaan Farmasi (Obat) mengacu pada Rencana Kebutuhan
Obat (RKO) 2019 yang mana dalam RKO tersebut sudah mencakup beberapa kriteria
seleksi/pemilihan seperti Formularium RS, Pola penyakit dan mutu. Untuk penentuan jumlah atau
volume per item obat disesuaikan dengan anggaran belanja obat untuk tahun anggaran 2019. Jadi
tidak semua item dan volume yang ada dalam RKO terpenuhi.RKO 2019 terlampir.
Untuk seleksi/pemilihan Sediaan Farmasi (Obat Non Generik/Paten) mencakup beberapa kriteria
seleksi/pemilihan seperti Formularium RS, Pola penyakit dan mutu. Rincian seleksi belanja Obat
terlampir.
Untuk seleksi/pemilihan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) tahun 2019 disesuaikan dengan
kebutuhan dan jenis pelayanan atau pola penyakit. Volume BMHP juga akan disesuaikan dengan
anggaran belanja BMHP yang tersedia. Rincian seleksi belanja BMHP terlampir.
Kegiatan pengadaan Sediaan Farmasi (Obat) dan BMHP dilaksanakan sesuai ketentuan pengadaan
barang dan jasa yang berlaku. Pengadaan yang dilakukan di RSUD Ende melalui pengadaan
langsung dengan berdasarkan kontrak kerjasama dengan Pihak PBF dari jalur resmi dan juga melalui
login e katalog.
B. PENYIMPANAN
1. Gudang obat yaitu tempat penyimpanan Obat dan BMHP untuk persediaan dalam jangka waktu
tertentu
2. Instalasi atau Depo yaitu tempat penyimpanan Obat dan BMHP untuk pelayanan langsung
kepada pasien
Penyimpanan di gudang obat maupun di instalasi atau depo menggunakan metode FIFO dan FEFO
dengan memperhatikan persyaratan penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP seperti stabilitas dan
keamanan obat seperti suhu ruangan yang selalu terukur, cahaya atau penerangan yang memadai,
penggolongan jenis sediaan farmasi dan BMHP.
1. Suhu penyimpanan obat untuk obat yang disimpan dengan suhu kamar dan untuk obat atau
vaksin yang disimpan dengan kondisi khusus yaitu dalam kulkas obat
2. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, injeksi,sirup, salep,infus,suppositoria)
3. Pemberian label LASA dan high alert pada kemasan obat
4. Obat-obat high alert disimpan dilemari atau rak khusus dan tidak disimpan di unit perawatan
5. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus dan terpisah dengan obat-obat lain
Pada tahun 2019 jumlah lembar resep yang dilayani oleh instalasi farmasi RSUD Ende adalah :
Resep rawat jalan : ..... lembar resep
Resep rawat inap : ...... lembar resep
Jumlah lembar resep di tahun 2019 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan jumlah
resep tahun 2018 di mana resep rawat jalan sebanyak : 34.702 lembar resep dan resep rawat inap
sebanyak : 53.531 lembar resep.
E. PEMBERIAN OBAT
1. Pemberian obat kepada pasien ada beberapa cara yaitu melalui rute oral, parenteral, rektal,
vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung. Pemberian obat pasien rawat inap di RSUD Ende dilakukan
oleh perawat dengan memperhatikan Prinsip 7 B Antara lain :
1. Benar pasien (nama,RM, tanggal lahir)
2. Benar obat
3. Benar dosis
4. Benar indikasi
5. Benar rute pemberian
6. Benar frekuensi pemberian
7. Benar dokumentasi
Untuk pemantauan efek obat di RSUD Ende, pada tahun 2019 sudah dilakukan namun masih
terbatas pada ruangan RPD VIP,kelas I dan II dan Paviliun hal ini disebabkan karena keterbatasan
tenaga Tehknis kefarmasian untuk ditempatkan di empat titik pelayanan dan tanggung jawab
apoteker yang harus berada di empat titik pelayanan yaitu pelayanan resep pasien rawat jalan di
Instalasi farmasi sentral dan pelayanan resep di depo IGD,depo IBS dan depo Kemuning sehingga
pelayanan resep dan pencatatan administrasi masih dilakukan oleh apoteker.
3. Kesalahan penggunaan obat (medication error)
Kesalahan pelayanan kefarmasian pada umumnya berupa kesalahan pemberian obat. Selama tahun
2019 terdapat ....... kejadian kesalahan pemberian obat yang terdata sejak bulan Januari 2019
dengan rincian sebagai berikut :
a. Salah pasien sebanyak kejadian
b. Salah obat sebanyak kejadian
c. Salah dosis sebanyak kejadian
Dari ............kejadian tersebut, semua dikategorikan dalam Kejadian Nyaris Cedera (KNC) karena
saat ketahuan terjadinya kesalahan maka pada saat itu juga dilakukan perbaikan dimana petugas
farmasi langsung menukarkan kembali obat atau menulis ulang etiket sesuai dengan yang
diresepkan. Untuk pasien rawat inap, petugas farmasi langsung mengantarkan atau melakukan
perbaikan di ruangan tersebut dan untuk pasien rawat jalan, petugas farmasi mencari tahu alamat
rumah pasien di data rekam medic dan langsung mengantar obat ke rumah pasien.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah atau menurunkan angka kejadian adalah sebagai berikut :
a. sosialisasi SPO pelayanan resep dan diingatkan kepada semua petugas pelayanan resep
untuk selalu melakukan double chek.
b. Evaluasi pelayanan secara keseluruhan. Hasil evaluasi pada umumnya dikeluhkan bahwa
pada saat kejadian, kondisi antrian resep dalam keadaan menumpuk dan keterbatasan
petugas pelayanan resep sehingga tidak bisa dilakukan double chek.
Dari kajian ini, diharapkan rumah sakit dapat memahami kebutuhan dan prioritas perbaikan system
berkelanjutan dalam hal peningkatan mutu, keamanan, manfaat serta khasiat obat.