Anda di halaman 1dari 3

Mengantisipasi Pelanggaran Etika

Pelanggaran terhadap etika yang telah diterima secara umum merupakan masalah yang
harus diwaspadai oleh setiap organisasi. Jika pelanggaran etika telah dianggap sebagai
sebuah hal yang biasa untuk dilakukan dan dapat dimaklumi, maka bisa dipastikan
organisasi tersebut berada dalam keadaan siaga satu atau sangat berbahaya.

Masalah yang berkaitan dengan etika berpotensi untuk timbul pada kelompok atau
organisasi di seluruh aspek kehidupan. Untuk meminimalisasi risiko timbulnya masalah
yang berkaitan dengan etika, suatu organisasi dapat menerapkan sistem manajemen
organisasi. Dalam manajemen organisasi, terdapat beberapa prinsip yang dapat
diterapkan dalam suatu organisasi. Prinsip-prinsip tersebut bertujuan untuk
meminimalkan risiko terjadinya pelanggaran, khususnya pelanggaran yang berkaitan
dengan etika di dalam organisasi.

Prinsip yang pertama adalah pembagian kerja. Pembagian kerja yang spesifik dapat
meningkatkan kinerja dengan cara membuat para anggota organisasi menjadi lebih
produktif. Dengan adanya pembagian kerja, para pegawai akan menjadi lebih mahir di
bidangnya karena hanya melakukan bagian tertentu dari suatu pekerjaan. Selain itu,
para pegawai juga dapat lebih memahami hak, kewajiban, serta etika yang seharusnya
dijadikan sebagai pedoman dalam organisasi tersebut.

Prinsip yang kedua adalah wewenang. Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik,
setiap anggota harus diberi kewenangan tertentu yang seimbang dengan jabatan dan
tugas yang dipikulnya. Setiap wewenang yang diberikan harus diikuti dengan tanggung
jawab yang seimbang pula. Wewenang berfungsi untuk mengatur sejauh mana
pemangku wewenang memiliki kewenangan pada suatu pekerjaan dalam organisasi,
sehingga tidak mengganggu atau menyalahi wilayah yang menjadi kewenangan dari
pihak lain.

Selanjutnya, prinsip yang ketiga adalah disiplin. Dalam suatu organisasi, disiplin dapat
memiliki peranan yang sangat penting. Para pegawai harus mematuhi dan
menghormati peraturan yang mengatur organisasi. Penerapan disiplin yang baik
merupakan hasil penggabungan dari kepemimpinan yang efektif dan rasa saling
pengertian yang jelas antara pimpinan dan pegawai tentang peraturan organisasi serta
penerapan sanksi yang adil bagi pihak yang menyimpang dari peraturan tersebut.
Penerapan disiplin yang baik dalam suatu organisasi juga dapat menjadi salah satu
faktor yang dapat membantu untuk meminimalkan risiko pelanggaran etika karena
anggota organisasi mengetahui secara jelas mengenai sanksi yang akan diberikan oleh
organisasi terhadap setiap anggotanya yang tidak mematuhi peraturan.
Prinsip keempat adalah kesatuan perintah. Dalam sebuah organisasi, tentu terdapat
hierarki atau susunan kepemimpinan. Setiap kepala dalam suatu bagian pasti memiliki
anggota atau anak buah yang berada di bawah tanggung jawabnya. Prinsip kesatuan
perintah dimaksudkan agar setiap pegawai hanya menerima perintah dari satu orang
atasan saja, sehingga pegawai tersebut dapat memahami secara jelas tugas atau
perintah yang diberikan kepadanya dan dapat melaksanakannya dengan semaksimal
mungkin. Prinsip kesatuan perintah juga dapat memudahkan organisasi dalam melacak
adanya pelanggaran atau ketidaksesuaian yang terjadi pada setiap bagian dalam
organisasi.

Prinsip yang selanjutnya adalah koordinasi. Seorang pemimpin dalam organisasi


dituntut untuk sanggup menyelaraskan aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Koordinasi yang baik akan memudahkan anggota organisasi untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik dan mematuhi etika dari profesinya. Selain itu,
mendahulukan kepentingan organisasi merupakan prinsip yang keenam. Dalam prinsip
ini, para anggota secara langsung dituntut untuk lebih mengutamakan dan
mendahulukan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi. Hal ini berkaitan
erat dengan proses untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan lebih mementingkan
kepentingan organisasi diharapkan loyalitas para anggota akan semakin tinggi sehingga
dapat mengurangi risiko pelanggaran yang terjadi di dalam organisasi.

Remunerasi atau pengupahan yang wajar juga merupakan prinsip yang penting dalam
suatu organisasi. Suatu organisasi harus memberikan gaji kepada para anggota atau
pegawainya secara adil sesuai dengan jabatan dan kierja mereka. Di samping itu,
organisasi juga berhak untuk memberikan upah tambahan (reward) bagi para anggota
atau pegawainya yang telah memenuhi target atau memiliki kinerja yang jauh lebih baik
dari anggota lainnya. Dengan begitu, para anggota atau pegawai dalam organisasi akan
merasa senang dan terpacu untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Sistem pengupahan
seperti ini dapat mengurangi minat anggota untuk melakukan pelanggaran karena
mereka cenderung sudah merasa puas dengan upah yang diterimanya.

Prinsip yang terakhir adalah kesetiakawanan kelompok. Setiap kelompok atau


organisasi dapat mencapai tujuannya jika disertai dengan kekompakan yang terjalin
antar anggota organisasi. Pemimpin organisasi harus mampu menggalang
kekompakkan dan rasa kesetiakawanan (esprit de corps) antar anggota organisasi
sehingga mereka memiliki semangat sebagai sebuah tim yang solid. Hal ini sangat
penting karena dapat menimbulkan kekuatan dan semangat kelompok, kebanggaan
terhadap organisasi, dan kesetiaan anggota kepada organisasi. Dengan begitu, loyalitas
anggota kepada organisasi akan semakin tinggi dan kemungkinan untuk melakukan
pelanggaran etika dalam organisasi dapat diminimalkan.

Jika delapan prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya telah diterapkan dan
dilaksanakan dengan baik dalam suatu organisasi, maka risiko pelanggaran etika yang
mungkin terjadi dalam organisasi tersebut akan berhasil diminimalkan. Dengan
demikian,  organisasi tersebut dapat menjadi organisasi yang kuat, berkembang, dan
solid.

Setelah membaca berbagai penjelasan di atas, maka marilah kita bercermin pada diri
kita sendiri. Apakah kita sudah mengetahui peranan kita dalam organisasi dan
berpedoman pada etika yang melekat pada diri kita?  Dan apakah perilaku kita sudah
sesuai dengan etika dari profesi yang kita tekuni atau selama ini kita hanya melakukan
kebiasaan saja tanpa mempertimbangkan nilai etis yang terkandung di dalam setiap
perilaku kita? Dengan merefleksikan dua pertanyaan tersebut, kita dapat menilai sejauh
mana pelanggaran terhadap etika yang telah kita lakukan dan dapat memperbaikinya
sedikit demi sedikit, sehingga kita tidak hanya dapat menghakimi tindakan pelanggaran
yang dilakukan oleh pihak lain tanpa menyadari bahwa sebenarnya kita juga telah
terlibat dalam pelanggaran itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai