Anda di halaman 1dari 28

Makalah Manajemen Koperasi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura

Kelompok 6

Nama Kelompok:

1. Citra Mutiara Pratiwi (NIM: B1022151004)


2. Namira Faramitha (NIM: B1022151086)
3. Buya Khattab (NIM: B1022191004)
4. Rian Andreas Dabato (NIM: B1022191013)
5. Dicky Permana (NIM: B1022191024)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
koperasi. Landasan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Namun sayangnya, Pertumbuhan
koperasi relatif mengalami kemunduran yang mana salah satu penyebabnya adalah konsep
pengembangan strategi dalam koperasi untuk dapat merespon persaingan dan pasar yang
terus berkembang dengan cepat. Perkembangan yang cenderung liberalisme membuat
koperasi semakin sulit untuk tumbuh lebih maju dalam persaingannya.

Sebagai badan usaha yang melaksanakan kegiatan di bidang ekonomi, koperasi harus
mengikuti dan menjalankan semua hukum, norma, kaidah dan peraturan perundang-undangan
dibidang ekonomi, seperti badan usaha lainnya. Dengan demikian setiap usaha yang
dijalankan koperasi tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Manajemen merupakan salah satu bagian penting dari organisasi koperasi. Berhasil
tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada mutu dan kerja dalam bidang manajemennya.
Apabila orang-orang manajemen itu memiliki kejujuran, kecakapan dan giat dalam bekerja
maka besarlah kemungkinannya koperasi akan maju pesat atau setidak-tidaknya tendensi
untuk terjadinya kebangkrutan akan mudah ditanggulangi. Tetapi sebaliknya, orang-orang ini
tidak cakap, curang atau tidak berwibawa tentulah koperasipun akan mundur atau tidak
semaju seperti yang diharapkan.

Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu perencanaan,


pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usaha dari anggota atau
organisasi untuk mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan. Dengan mendasarkan pada gambaran diatas maka manajemen koperasi
dapat didefinisikan sebagai cara pemanfaatan segala sumber daya koperasi sebagai suatu
ekonomi, secara efektif dan efisien dalam rangka usaha mencapai tujuan usaha berdasarkan
pada asas-asas koperasi. Dengan manajemen koperasi yang baik diharapkan koperasi mampu
bersaing dengan usaha lain dan tampil lebih eksis.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, Rumusan masalah dalam
makalah ini adalah.

1. Bagaimana Konsep dari Manajemen Koperasi?

2. Siapa perangkat dalam manajemen koperasi?

3. Bagaimana manajer dalam Koperasi?

4. Bagaimana hubungan kerja para pengurus koperasi?

1.3 Tujuan

Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah dipaparkan diatas, Tujuan penulisan dalam
makalah ini adalah.

1. Mendeskirpsikan Konsep dari Manajemen Koperasi.

2. Memparkan perangkat dalam manajemen koperasi.

3. Mendeskripsikan manajer dalam Koperasi.

4. Mendeskripsikan hubungan kerja para pengurus koperasi.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Dan Perangkat Organisasi

Banyak orang yang menyatakan bahwa mengelola koperasi adalah lebih sulit daripada
mengelola sebuah Perusahaan Terbatas. Pernyataan tersebut tentunya diucapkan bukanya
tanpa alasan,karena sebagaimana yang kita ketahui koperasi itu mempunyai ciri ganda yaitu
merupakan suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial sebagaimana yang dinayatakan
dalam Undang-undang No. 12/67 tentang Pokok-pokok Perkoperasian dan Undang-undang
Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian,dimana dalam undang-undang yang pertama unsur
sosial dinyatakan secara eksplisit,sedangkan dalam undang-undang yang kedua tidak
disebutkan secara eksplisit. Disamping itu dengan adanya kekuatan yang tidak terbatas yang
berkumpul dalam rapat anggota,menjadikan manajemen dari koperasi lebih rumit lagi. Ciri
ganda ini tidak ditemukan dalam Perseroan Terbatas.Adanya ciri ganda dari koperasi dapat
kita simak pula dari definisi Paul Hubert Casselman dalam bukunya yang berjudul “The
Cooperative Movement and some of its Problem” yang mengatakan bahwa: “Cooperation is
an economic system with social content”. Bagi suatu koperasi ini berarti bahwa dia harus
bekerja menurut prinsip ekonomi dengan melandaskan pada azas-azas koperasi yang
mengandung unsur-unsur sosial di dalamnya. Dengan demikian dapatlah dipahami
bagaimana beratnya tugas dan tanggungjawab dari manajemen terhadap keberhasilan
pengelolaan koperasi dan usahanya karena manajemen harus bekerja dengan mendasarkan
pada prinsip ekonomi dan prinsip koperasi yang mengandung unsur-unsur sosial di dalamnya.

Sebagai suatu sistem ekonomi, maka koperasi harus beroperasi berdasarkan pada
kaidah-kaidah ekonomi dan motif ekonomi sedangkan unsur-unsur sosial yang terkandung
dalam prinsip koperasi itu bukanlah sesuatu yang bersifat kedermawanan (philantropis),
tetapi lebih menekankan kepada hubungan antar anggota, hubungan anggota dengan
pengurus, tentang hak suara, cara pembagian dari sisa hasil usaha dan sebagian nya seperti
yang dapat kita lihat dalam:

 Kesamaan derajat yang di wujudkan dalam “one man one vote” dan “no voting by
proxy”.
 Kesukarelaan dalam keanggotaan.
 Menolong diri sendiri (self help).
 Persaudaraan/kekeluargaan (fraternity and unity).
 Demokrasi yang terlihat dan diwujudkan dalam cara pengelolaaan dan pengawasan
yang dilakukan oleh anggota.
 Pembagian sisa hasil usaha proposional dengan jasa-jasanya.
 Pada dasarnya unsur-unsur sosial tersebut di atas sudah tercakup dalam azas-azas
koperasi.

Lalu bagaimanakah dalam operasionalnya pengurus atau manajemen harus mengelola


koperasi secara efisien dan efektif dengan mendasarkan pada 2 unsur tersebut? Sebelum
menjawab pertanyaan tersebut, perlu kiranya kita membahas terlebih dahulu beberapa
pengertian tentang manajemen dan apakah yang dimaksud dengan dengan manajemen
koperasi.

Pengertian manajemen itu dapat menunjuk kepada orang/sekelompok orang atau bisa
kepada proses. Dalam hal yang disebut pertama, manajemen koperasi itu terdiri dari: Rapat
Anggota, Pengurus dan Manajer. Ada hubungan timbal balik antara ketiga unsur tersebut,
dalam arti bahwa tidak satu unsur pun akan bisa bekerja secara efektif tanpa dibantu atau
didukung oleh unsur-unsur lainnya.

Menurut Suharsono Sagir, sistem manajemen di lembaga koperasi harus mengarah


kepada manajemen partisipatif yang di dalamnya terdapat kebersamaan, keterbukaan,
sehingga setiap anggota koperasi baik yang turut dalam pengelolaan (kepengurusan usaha)
ataupun yang di luar kepengurusan (angota biasa), memiliki rasa tanggung jawab bersama
dalam organisasi koperasi (Anoraga dan Widiyanti, 1992).

A.H. Gophar mengatakan bahwa manajemen koperasi pada dasarnya dapat ditelaah dan
tiga sudut pandang, yaitu organisasi, proses, dan gaya (Hendar dan Kusnadi, 1999).

1. Dari sudut pandang organisasi, manajemen koperasi pada prinsipnya terbentuk dan tiga
unsur: anggota, pengurus, dan karyawan. Dapat dibedakan struktur atau alat perlengkapan
onganisasi yang sepintas adalah sama yaitu: Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas. Untuk
itu, hendaknya dibedakan antara fungsi organisasi dengan fungsi manajemen. Unsur
Pengawas seperti yang terdapat pada alat perlengkapan organisasi koperasi, pada hakekatnya
adalah merupakan perpanjangan tangan dan anggota, untuk mendampingi Pengurus dalam
melakukan fungsi kontrol sehari-hari terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi.
Keberhasilan koperasi tergantung pada kerjasama ketiga unsur organisasi tersebut dalam
mengembangkan

organisasi dan usaha koperasi, yang dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada
anggota.

2. Dari sudut pandang proses, manajemen koperasi lebih mengutamakan demokrasi dalam
pengambilan keputusan. Istilah satu orang satu suara (one man one vote) sudah mendarah
daging dalam organisasi koperasi. Karena itu, manajemen koperasi ini sering dipandang
kurang efisien, kurang efektif, dan sangat mahal.

3. Dari sudut pandang gaya manajemen (management style), manajemen koperasi menganut
gaya partisipatif (participation management), di mana posisi anggota ditempatkan sebagai
subjek dan manajemen yang aktif dalam mengendalikan manajemen perusahaannya. Sitio
dan Tamba (2001) menyatakan badan usaha koperasi di Indonesia memiliki manajemen
koperasi yang dirunut berdasarkan perangkat organisasi koperasi, yaitu:Rapat anggota,
pengurus, pengawas, dan pengelola.

Meskipun seorang manajer umumnya adalah seorang yang cakap dan kompeten,tetapi
dia harus menyadari bahwa dia itu bukanlah seorang ahli dalam segala bidang,karena itu ia
memerlukan bantuan dan karyawan. Seorang manajer harus bisa menciptakan kondisi yang
mendorong para karyawan bisa mempertahankan produktivitas yang tinggi. Sekali lagi harus
diingat bahwa para karyawan itu merupakan kunci keberhasilan dalam hubungan eksekutif
dengan anggota pelanggan. Jika mereka tidak mempunyai kinerja yang baik dan tidak efisien,
maka akan merusak hubungan baik antara eksekutif dan anggota pelanggan.

Berikut adalah syarat-syarat menjadi manajer koperasi, yaitu:

1. Berani

Sejauh mana pengurus berani mengambil resiko? Jangan memilih orang yang hanya cari
aman untuk jadi pengurus koperasi. Bisa stagnan koperasinya.Sejauh mana pengurus berani
menghadapi kritikan dan cemoohan orang lan? Jangan memilih pengurus yang ragu-ragu
mengambil keputusan hanya karena banyak orang tidak suka. Jika suatu keputusan sudah
dipertimbangkan dengan matang, dan itu benar adalah untuk kepentingan koperasi. Meskipun
mendapat kritikan dan cemoohan, pengurus harus tetap maju. Berani menghadapi kritikan
dari orang-orang yang kurang mengerti. Seorang pemimpin harus berani untuk tidak populer.
Karena pastinya akan banyak keputusannya yang efeknya baru dinikmati jangka panjang.
Orang-orang yang mengkritik ini biasanya yang mau segala sesuatunya instant, langsung
terlihat hasilnya. Padahal kan membangun koperasi supaya besar tidak bisa hanya dengan
satu atau tiga tahun.

2. Mempunyai integritas yang tinggi

Integritas berarti walk the talk and talk the walk. Melakukan apa yang ia katakan dan
mengatakan apa yang ia lakukan. Bukan cuma orang yang omdo (omong doang) atau NATO
(No Action Talk Only). Orang yang punya prinsip dan nilai yang dipegang teguh. Orang lain
tahu karakter orang tersebut jika menghadapi tekanan seperti apa, jika menghadapi masalah
seperti apa. Orang yang tidak mudah terombang-ambing oleh issue atau pendapat mayoritas.

3. Berjiwa wirausaha

Berjiwa wirausaha identik dengan tahan banting, kreatif, mandiri, tidak mudah putus asa.
Pilihlah pengurus yang jika memungkinkan punya pengalaman membangun bisnisnya
sendiri. Pilihan terakhir adalah pengurus yang seumur hidup jadi orang gajian, agak sulit
untuk menjadikan orang seperti ini untuk jadi pengurus. Minimal perlu diikutkan workshop
dan pelatihan kewirausahaaan.

4. Berjiwa pemimpin

Pengurus adalah pimpinan tertinggi di koperasi, satu level dengan CEO dan Direktur Utama
suatu perusahaan. Dan koperasi adalah perusahaan juga. Maju mundurnya suatu peruashaan
sebagian besar terletak pada eksekutif tertingginya. Kemajuan perusahaan salah satunya
terletak pada kemampuan sang eksekutif tertinggi untuk mengelola sumber daya yang ada
secara benar. Sumber daya apa yang paling penting bagi sebuah organisasi? Tidak lain adalah
manusianya. Dan bagaimana mengelola sumber daya manusia yang paling efektif? Adalah
dengan memimpin. Bukan sekedar menyuruh atau memerintah. Pengurus must know how to
lead effectively.

Secara struktural, di bawah pengurus ada pengelola koperasi. Pengelola koperasi lah yang
menjalankan sebagian besar bisnis dan operasional koperasi, lebih dari 90% jalannya roda
koperasi ada di pengelola. Bisa dianalogikan pengurus dan pengelola adalah seperti supir dan
mobilnya. Supir yang hebat membutuhkan mobil yang hebat, begitu pula sebaliknya. Supir
yang piawai dengan mobil yang payah hanya akan membuat repot dan frustasi si supir.
Sebaliknnya, mobil canggih dengan supir yang asal supir akan menyia-nyiakan potensi yang
ada di mobil, fitur-fitur yang canggih menjadi tidak berguna, dan ketika mobil tersebut
mengalami masalah si supir tidak mampu menanganinya.

5. Mempunyai kemampuan manajerial

Koperasi sekarang ini tidak bisa asal kelola, tidak bisa asal jalan. Kalau prinsipnya masih
seperti itu, tergusur sudah koperasi dengan perusahaan-perusahaan swasta. Membuka
minimarket jangan sekedar buka minimarket, jangan hanya sebagai syarat 'disini ada
koperasi'. Membuka minimarket harus tahu ilmunya, ada yang namanya manajemen retail.
Bagaimana mencari pemasok, bagaimana mengelola saluran distribusi, bagaimana menata
barang dagangan, pricing, promosi, customer service dan lain-lain.

6. Mengerti tentang perkoperasian

Adakah pengurus yang tidak tahu tujuan dan prinsip koperasi? Banyak. Mengapa saya bilang
begitu, karena umumnya pengurus hanya berfokus pada cara mengembangkan dan
membesarkan koperasi, dari segi finansial. Tanpa memperhatikan jiwa dari koperasi.
Pengurus yang seperti ini akan membawa koperasi tidak bedanya dengan perusahaan-
perusahaan swasta, hanya bertujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

Tujuan koperasi adalah mensejahterakan anggota dan masyarakat. Pengurus harus bertanya
'apa kontribusi koperasi saya dalam mensejahterakan anggota? Apa kontribusi koperasi saya
dalam mensejahterakan masyarakat?' Prinsip koperasi salah satunya adalah 'kemandirian'.
Pengurus harus bertanya 'Apakah hidup koperasi masih bergantung pada pihak tertentu yang
bukan anggota? Jika jawabannya iya, maka koperasi belumlah mandiri. Dan pengurus perlu
mengambil langkah-langkah agar prinsip kemandirian koperasi dapat dijalankan.

7. Mempunyai keahlian interpersonal yang baik

Pendidikan perkoperasian adalah salah satu prinsip koperasi. Sasaran pendidikan ini terutama
adalah anggota, karena anggota lah secara bersama-sama yang menentukan jalannya
koperasi. Pendidikan perkoperasian ini tidak dilakukan dengan sekali atau beberapa kali
memberikan penyuluhan atau seminar umum. Pendidikan koperasi akan jauh lebih efektif
jika dilakukan dengan pendekatan personal dan berangsur-angsur. Mendekati dan
memberikan pemahaman tentang koperasi kepada orang per orang, kelompok per kelompo.
Jadi baik menurut Undang-undang No. 25/1992 maupun menurut Undang-undang
No.12/1967, pengelolaan atau manajer tidak dimasukan dalam perangkat organisasi koperasi.
Hal ini bisa kita pahami mengingat adanya unsur demokrasi koperatif yang terkandung dalam
koperasi,yaitu bahwa kemudi dan tanggung jawab dari pengelolaan koperasi itu berada di
tangan para anggotanya,sedangkan manajer adalah bukan anggota koperasi. Tetapi dengan
menunjuk kepada asaz manajemen usaha,disamping pentingnya peranan dari manajer atas
keberhasilan usaha maka wajarlah kalau manajer itu kita masukan sebagai salah satu
komponen dari manajemen koperasi.

Kita boleh bangga,jika kita melihat pada kemajuan yang telah dicapai oleh gerakan
koperasi pada dewasa ini,yang disertai dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis
koperasi seperti Koperasi Jasa Audit (KJA), Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), Koperasi
Asuransi Indonesia (KAI) dan lain-lainya.

Dengan adanya Koperasi Jasa Audit,yang pertama kali didirikan di Yogyakarta pada
tahun 1982,dan yang kini telah berkembang menjadi 34 buah dan sudah tersebar ke pelosok-
pelosok Indonesia,diharapkan bahwa audit bagi koperasi-koperasi sudah dapat atau
seyogyanya wajib dilakukan oleh auditor eksternal,yang dalam hal ini adalah Koperasi Jasa
Audit (KJA),karena belum tentu bahwa dalam suatu koperasi itu selalu terdapat seseorang
atau beberapa orang anggota yang memiliki pengetahuan tentang accounting yang cukup
memadai untuk dapat digunakan melakukan pemeriksaan atau audit bilamana yang
bersangkutan kemudian dipilih untuk menjadi anggota Badan Pemeriksaan (UU No.12/1967)
atau Pengawas (UU No.25/1992).

Kembali kepada pengertian manajemen, maka dalam hal pengertian manajemen ini
menunjuk kepada proses,maka manajemen dapat diberi batasan sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses
penggunaan lain-lain sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.

Keempat fungsi tersebut merupakan kunci bagi keberhasilan suatu manajemen.

2.1.1 Perencanaan

Perencanaan dapat didefinisakn sebagai penentuan terlebih dahulu apa yang harus
dikerjakan dan siapa yang harus mengerjakan. Dalam perencanaan ini terlibat unsur
penentuan,yang berarti bahwa dalam perencanaan tersebut tersirat pengambilan keputusan.
Karena itu perencanaan dapat dilihat sebagai suatu proses dalam mana dikembangkan suatu
kerangka untuk mengambil keputusan dan penyusunan rangkaian tindakan selanjutnya
dimasa depan.

Ada empat langkah penting dalam perencanaan:

1. Menentukan tujuan / sasaran.

2. Mencari alternatif-alternatif.

3. Menyeleksi alternatif-alternatif

4. Perumusan perencanaan

Rencana yang baik akan merumuskan tujuan dan sasaran apa yang ingin dicapai. Penentuan
tujuan atau sasaran adalah penting bagi setiap organisasi karena:

1. Tujuan atau sasaran bersifat memberikan arah.

Dengan adanya tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan akan membantu orang-orang
dalam organisasi untuk memotivasi diri.

2. Tujuan atau sasaran akan memfokuskan usaha kita.

· Sebagaimana kita ketahui keberadaan suber daya umumnya adalah terbatas. Dengan
adanya tujuan atau sasaran kita bisa memprioritaskan pengalokasian sumber daya untuk
tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.

· Tujuan atau sasaran menjadi pedoman bagi penyusun rencana strategis maupun
rencana oprasional organisasi serta pemilihan alternatif-alternatif keputusannya.

· Tujuan atau sasaran membantu kita utuk mengevaluasi kemajuan yang kita capai. Ini
berarti bahwa tujuan atau sasaran yang ingin kita capai itu bisa dipakai sebagai tolak ukur.

Tanpa rencana manajer tidak dapat mengetahui bagaimana mengorganisir orang dan
sumber daya yang dimiliki organisasi secra efektif. Tanpa rencana manajer dan bawahanya
hanya mempunyai peluang kecil untuk mencapai sasaran atau mengetahui adanya
penyimpangan-penyimpangan secara dini.

Biasanya suatu organisasi akan dikendalikan oleh dua macam rencana,yaitu rencana
strategis dan rencana oprasional. Rencana strategis di desain oleh manajer tingkat atas
(C.E.O) dan menentukan sasaran secara luas. Pada koperasi rencana strategis ini didesain
oleh Pengurus dengan mengajak serta manajer tingkat atas. Rencana operasional berisi rician
untuk melaksanakan atau mengimplementasikan,rencana strategis tadi dalam kegiatan sehari-
hari. Rencana strategis bisa mengaitkan hubungan antar orang dalam suatu organisasi dengan
orang-orang yang bertindak di organisasi lain,sedangkan rencana operasional hanya
mengaitkan orang di dalam organisasi sendiri.

2.1.2 Pengorganisasian

Tujuan dari pengorganisasian ini adalah untuk mengelompokan kegiatan,sumber daya


manusia dan sumber daya lainya yang dimiliki koperasi agar pelaksanaan dari suatu rencana
dapat dicapai secara efektif dan ekonomis. Langkah pertama yang amat penting dalam
pengorganisasian ini yang umumnya harus dilakukan sesudah perencanaan, adalah proses
mendisain organisasi yaitu penentuan struktur organisasi yang paling memadai untuk
strategi,orang, teknologi, dan tugas organisasi.

Unit-unit kerja perlu dibentuk dan demikian pula hubungan antar pengurus dengan
manajerserta anatar manajer dengan karyawan perlu ditentukan ,sehingga akan melahirkan
suatu struktur organisasi yang dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antar bagian-
bagian dan komponen dan posisi dalam suatu oganisasi serta bagaimana mengkoordonasikan
aktivitas organisasi.

Perlu dicatat bahwa pengorganisasian adalah proses managerial yang berkelanjutan.


Sebagaimana kita ketahui teknologi selalu berkembang,lingkungan organisasi dapat
berubah,dan untuk manajer harus menyesuaikan strategi yang telah disusunya, sehingga
tujuan dari organisasi tersebut tetap bisa dicapai secara efektif dan efisien. Demikian pula
dengan struktur organisasinya ,dapat atau perlu diredisain kembali, disesuaikan dengan
perubahan lingkungan yang terjadi sehingga tujuan dari organisasi tersebut tetap bisa dicapai
secara efektif dan efisien.

Sebagai contoh, ketika Pemerintah pada tahun 1992 mengeluarkan undang-undang


baru tentang pengkoperasian yaitu Undang-undang No.25/1992 yang isinya diantaranya
menghapuskan Badan Pemeriksa dala perangkat organisasi koperasi dan menggantikanya
dengan Pengawas,maka koperasi terpaksa mendisain kembali struktur organisasinya,yang
diikuti dengan perubahan-perubahan dalam anggaran dasar dan Anggaran Dasar Rumah
Tangganya.
2.1.3 Kepemimpinan

Menurut Ralp M. Stogdill, kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi


aktivitas kelompok yang ditujukan kepada pencapaian tujuan tertentu. Selanjutnya
berdasarkan pada hasil penelitianya tentang teori kepemimpian dia mengatakan
kepemimpinan telah didefinisan denganberbagai cara yang berbeda oleh orang yang berbeda
pula.

James A.F. Stoner memberikan definisi kepemimpinan managerial sebagai suatu


proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota
yang saling berhubungan tugasnya.

Dalam kaitanya kepemimpinan ini banyak dipertanyakan, jenis atau gaya kepemimpinan
manakah yang cocok untuk koperasi? Sebagaimana kita ketahui kita mengenal 3 gaya
kepemimpinan, yaitu:

 Otoriter (authoratarian)
 Demokratis (demokratic)
 Kebebasan (laissez faire)

Melihat ciri-ciri koperasi dimana demokrasi merupaka salah satu unsur yang terkandung
dalam organisasi koperasi maka dipastikan bahwa gaya demokratislah yang tepat bagi
kepemimpinan dalam koperasi.

Sifat dari kepemimpinan yang demokratis tersebut diantaranya dilihat pada:

- Rapat Anggota,di mana para anggota diajak serta membicarakan dan memutuskan
tujuan yang akan dicapai oleh organisasi dan memberikan penilaian tentang kinerja
dari Pengurus dalam satu tahun dengan satu anggota suara dan sebagainya
- Didiskusikanya aktivitas yang akan dilakukan dalam kelompok atau dengan
bawahan,sifat yang dapat kita jumpai dalam particiative management,yaitu suatu
pendekatan manajemen, yang tepat untuk diterapkan pada pengelolaan koperasi.
Dalam bidang usaha,pengurus akan mengajak serta manajer puncak berperan serta
dalam penentuan sasaran usaha dan penyususnan rencana strategi perusahaan.
Demikian pula halnya dengan manajer menengah akan mengajak manajer bawahanya
berperan seta dalam penyususnan rencana dan dalam pengambilan keputusan.
Sifat demokrasi koperatif dari koperasi yaitu di mana pengelolaan dan penegendalian
koperasi dan usahanya supaya berada di tangan anggota.

2.1.4 Pengendalian

Menurut Robert J, Mockler, pengendalian adalah suatu upaya yang sistematis untuk
menetapkan standart prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik
informasi membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standart yang telah ditetapkan,
menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan tersebut dan
mengambil tindakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa sumber
daya perusahaan yang digunakan sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan
efisien.

Tujuan utama dari pengendalian adalah “memastikan bahwa hasil kegiatan yang
sesuai dengan apa yang telah direncanakan” atau dengan kata lain mengusahakan agar
rencana tetap tercapai. Penegndalian tidak bersifat restriktif, tapi korektif dalam arti bahwa
bilamana terjadi penyimpangan-penyimpangan,agar diketahui sedini mungkin. Jadi bukan
fungsi yang negatif bagi manajemen.

Dengan pengendalian tersebut dapat diharapakan:

1. Dapat diketahui atau dipastikan kemajuan yang diperoleh dalam pelaksanaan


perencanaan.

2. Dapat meramalkan arah perkembangan dan hasil yang akan dicapai.

3. Dapat menentukan tindakan pencegahan apa yang diperlukan untuk menghadapi


permasalahan-permasalahan.

4. Memeberikan masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki perencanaan yang


akan datang.

5. Menegtahui adanya penyimpangan terhadap perencanaan sedini mungkin.

Sebagaimana kita ketahui,Pengawas dalam RAT (Rapat Anggota Tahunan),yang


umumnya diadakan setahun sekali oleh koperasi memberikan laporan evaluasi tentang
kebijaksanaan dan langkah-langkah yang diambil oleh pengurus dalam satu tahun buku.
Tetapi disamping itu Pengawas dapat sewaktu-waktu mengadakan pemeriksaan dan penilaian
terhadap kebijaksanaan dan tindakan-tindakan yang telah diambil oleh pengurus dalam satu
kurun waktu tertentu,yang biasanya dilakukan 3 bulan sekali, seperti yang dilakukan oleh
Induk Koperasi Pegawai Negeri.

Demikianlah pembahasan tentang pengertian manajemen sebagai proses. Selanjutnya definisi


dari manajemen seperti halnya pada bidang-bidang studi lainya, yang menyangkut manusia,
manajemen itu sulit didefinisikan dan dalam kenyataanya. Marry Parker F memberikan
batasan bahwa manajemen sebagai seni untuk emlakukan suatu melakukan pekerjaan melalui
orang-orang. Definisi ini memang sesuai dengan kenyataan yang kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari.

Selanjutnya,dala hal kita mau memberikan batasan tentang apakah manajemen koperasi itu,
kita harus memeperhatikan 3 hal berikut: 1) apa yangmenjadi tujuan koperasi 2) asaz-asaz
koperasi 3) asaz manajemen usaha,karena koperasi adalah organisasi ekonomi.

Dengan mendasarkan pada faktor-faktor tersebut,maka manajemene koperasi dapat


didefinisikan sebagai cara pemanfaatan segala sumber daya koperasi sebagai suatu organisasi
ekonomi,secara efektif dan efisisen memperhatika lingkungan organisasi dalam rangka usaha
mencapai tujuanya dengan berdasar pada asaz-asaz koperasi.

Manajemen koperasi mempunyai sifat-sifat yang khusus,yang tidak dapat ditemukan dalam
Perseroan Terbatas yang bersumber pada isfat khusus dari tujuan yang ingin dicapai oleh
koperasi. Sifat tersebut diantaranya:

1. Tidak semata-mata mencari keuntungan,tetapi mengutamakan pemberian pelayanan


kepada anggota-anggotanya.

2. Agar pengendalian koperasi tetap berada di tangan anggota sebagai perwujudan dari sifat
demokratis dan menghindari terjadinya konsentrasi kekuasaan.

Agar para anggota mampu melaksanakan kekuasaan pengawasan secara efektif dan
berpartisipasi secara aktif dalam kebijaksanaan manajemen koperasi yang terkait,mereka
harus diberi informasi tentang pengelolaan dan kegiatan usaha. Selain itu para anggota harus
mengikutiperkembangan yang dihadapi koperasi. Di lain pihak, manajemen koperasi harus
bisa memberikan kesempatan adanya pertukaran pikiran secara tetap dan terbuka dengan
anggota-anggota.
Sifat yanng pertama ayaitu memberikan pelayanan kepada anggota dalam tujuan koperasi dan
kedua adalah agar pengawasan tetap berada di tangan anggota dalam asaz koperasi ,yakni
demokrasi koperatif.

2.2 Perangkat Dalam Manajemen Koperasi

Ada beberapa pendapat mengenai perngkat dalam manajemen koperasi, yaitu:

Menurut Prof. Ewell Paul Roy, Ph.D dari Agricultural Economics and Agribusiness
Louisiana State University mengatakan bahwa manajemen koperasi melibatkan 4 unsur
(perangkat) yaitu:

1. Anggota

2. Pengurus

3. Manajer

4. Karyawan, Khusus tentang karyawan ini dikatakan bahwa mereka itu merupakan
penghubung antara manajemen dan anggota pelanggan.

Menurut UU No. 12/1967 tentang pokok perkoperasian perangkat organisasi koperasi terdiri
dari:

1. Rapat Anggota

2. Pengurus

3. Badan Pemeriksa

Menurut UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian yang termasuk Perangkat Organisasi


Koperasi adalah:

1. Rapat anggota
2. Pengurus

3. Pengawas

Jadi, baik menurut UU No. 12/1967 maupun menurut UU No. 25/1992, pengelolaan
atau manajer tidak dimasukkan dalam perangkat organisasi koperasi.

Berbeda dengan Indonesia, pada koperasi-koperasi di Amerika Serikat tidak terdapat Badan
Pemeriksa atau Pengawas dalam perangkat organisasinya,karena financial audit dan
management audit dilakukan oleh eksternal auditor,sedangkan pengendalian atau pengawasan
sudah termasuk ke dalam salah satu fungsi dari pengurus.

Sebagaimana kita ketahui menurut UU No. 12/1967 tentang Pokok-pokok


Perkoperasian perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan badan
pemeriksa, sedangkan menurut UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian perangkat organisasi
koperasi terdiri dari 3 unsur,yaitu rapat anggota, pengurus, dan pengawas.

Perangkat organisasi koperasi di Amerika Serikat terdiri dari rapat anggota (general
meeting), pengurus (board of directors), dan staff managerial atau yang disebut sebagai
management staff atau sebagai the hird managementstaff, Prof.Howard S. Whitney dari
University of Winconsin,Center of Cooperative, menggambarkan manajemen koperasi
itusebagai “three legstool” atau sebagai kursi berkaki tiga dimana General meeting,Board of
Direction dan Manager merupakan kaki-kakinya. Tetapi karena Rapat Anggota itu hanya
bertemu pada waktu-waktu tertentu saja,maka manajemen koperasi yang nyata sesungguhnya
hanya terdiri dari Boarding of Directors and Manager saja.

2.2.1 Rapat Anggota

Secara hukum anggota koperasi adalah pemilik dari koperasi dan usahanya, dan
anggotalah yang mempunyai wewenang mengendalikan koperasi. Oleh karena itu tidaklah
salah jika dikatakan bahwa kunci dari keberhasilan koperasi terletak pada anggota. Para
anggota koperasi bertemu pada waktu-waktu tertentu pada suatu rapat, yang selanjutnya
disebut Rapat Anggota, waktu-waktu mana telah diatur dalam Anggaran Dasar/ Anggaran
Rumah Tangga.

Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. RA


dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar. Dalam Rapat
Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas
mengenai pengelolaan Koperasi. Selain itu paling tidak rapat anggota dilakukan 1 kali dalam
setahun.

Rapat Anggota menetapkan:

1. Anggaran Dasar;

2. kebijaksanaan umum dibidang organisasi manajemen, dan usaha Koperasi;

3. pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas;

4. rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta pengesahan
laporan keuangan

5. pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;

6. pembagian sisa hasil usaha;

7. penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi.

Pengambilan keputusan dalam Rapat Anggota menurut UU No. 25/1992 yaitu:

1. Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai


mufakat.

2. Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan


keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak.

3. Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara.

4. Hak suara dalam Koperasi Sekunder dapat diatur dalam Anggaran Dasar dengan
mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha Koperasi-anggota secara berimbang.

Selain Rapat Anggota Tahunan yang membahas pertanggungjawaban pengurus dan Rapat
Anggota yang membahasa Rencana Kerja serta Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja,
koperasi dapat mengadakan Rapat Anggota, yang diadakan karena permintaan pengurus atau
karena permintaan yang diajukan sebagian dari anggota untuk mana ketentuan-ketentuan
tersebut harus dimasukkan dalam Anggaran Dasar. Rapat nggota ini disebut Rapat Anggota
Luar Biasa atau Extra Ordinary General Meeting.
Di Indonesia masalah Rapat Anggota Luar Biasa ini diatur dalam Pasal 27 UU No. 25/1992.
Persyaratan, tata cara, dan tempat penyelenggaraan Rapat Anggota dan Rapat Anggota Luar
Biasa diatur dalam Anggaran Dasar.

2.2.2 Pengurus

Pengurus koperasi adalah pemegang kuasa RA untuk mengelola koperasi. Pengurus


dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota. Pengurus merupakan pimpinan
kolektif tidak berdiri sendiri dengan pertangungjawaban bersama. Biasanya pengurus yang
tetrdiri atas beberapa anggota pengurus. Masa jabatan Pengurus paling lama 5 (lima) tahun.

a. Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi pengurus

Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota Pengurus ditetapkan dalam
Anggaran Dasar.

Namun, Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaga Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 16 /Per/M.KUKM/IX/2015 Pasal 12.

- Telah menjadi anggota koperasi paling sedikit 2 (dua) tahun;


- Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan korporasi,
keuangan negara, danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan, dalam waktu 5
(lima) tahun sebelum pengangkatan;
- Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda sampai derajat kesatu
dengan pengurus lain, pengawas, dan pengelola;
- Persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi Pengurus diatur dalam Anggaran Dasar.

b. Tugas Pengurus Koperasi:

 mengelola Koperasi dan usahanya;


 mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan
dan belanja Koperasi;
 menyelenggarakan Rapat Anggota;
 mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
 menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib;
 memelihara daftar buku anggota dan pengurus.
c. Wewenang Pengurus Koperasi

- Mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan;


- Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota
sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar;
- Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Koperasi sesuai
dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota.

Pengurus dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota sebelum masa jabatannya berakhir apabila
terbukti:

1. Melakukan kecurangan atau penyelewengan yang merugikan usaha dan keuangan dan
nama baik koperasi;

2. Tidak mentaati ketentuan Undang-undang Perkoperasian beserta peraturan dan


ketentuan pelaksanaannya, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan Rapat
Anggota;

3. Sikap maupun tindakannya menimbulkan akibat yang merugikan bagi koperasi


khususnya dan gerakan koperasi pada umumnya;

4. Melakukan dan terlibat dalam tindak pidana terutama dibidang ekonomi dan keuangan
dan tindak pidana lain yang telah diputus oleh Pengadilan.

5. Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan


usahanya kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa.

Harus diakui bahwa pengurus, tidak akan bisa melakukan kegiatan-kegiatan operasional
organisasi dengan baik, tanpa dibantu oleh manajer atau staf yang umummnya mempunyai
keahlian dalam bidang-bidang usaha.

2.2.3 Pengawas

Pengawasan atau yang dalam bahasa inggris disebut Controling adalah salah satu
fungsi dari manajemen. Beberapa buku menggunakan istilah pengendalian untuk fungsi ini.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menduduki abatan ebagai pengawas koperasi
tidak diatur secar khusus oleh UU No. 25/1992. Tetapi secara umum hal itu disebutkan dalam
pasal 38 UU tersebt. Menurut pasal itu, syarat-syarat untuk dapat dipilih da diangkat sebagai
anggota pengawas koperasi lebih lanjut diatur dalam anggaran dasar masing-masing koperasi.

1. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota

2. Pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.

3. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas ditetapkan
dalam Anggaran Dasar.

Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaga Kecil dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 16 /Per/M.KUKM/IX/2015 pasal 13. Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi
pengawas meliputi:

1. Telah menjadi anggota koperasi paling sedikit 2 (dua) tahun;

2. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan korporasi,
keuangan negara, danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan, dalam waktu 5 (lima)
tahun sebelum pengangkatan;

3. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda sampai derajat kesatu
dengan pengawas lain, pengurus dan pengelola;

4. Pengawas koperasi sekunder berasal dari koperasi primer anggotanya.

5. Persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi Pengawas diatur dalam Anggaran Dasar;

Dalam UU No.25/1992 pasal 39 dikatakan:

1. Pengawas bertugas:

 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan


koperasi.
 Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.

2. Pengawas berwenang:

 Meneliti catatan yang ada pada koperasi.


 Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

3. Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasan oleh pihak ketiga


Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya, berarti bahwa pengawas harus
menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengurus. Untuk bisa mengatakan benar atau
salah tentang hal-hal yang dilakukan pengurus, dengan sendirinya diperlukan adanya suatu
standar pembanding.

Dalam hal yang menyangkut kebijaksanaan atau policy, pengawas bisa


mempertanyakan apakah pengurus telah melaksanakan keputusan-keputusan yang telah
diambil oleh RAT, sedangkan menyangkut masalah keuangan pengawas dapat meminta jasa
audit dari akuntan publik. Tetapi ini tidak berarti bahwa pengawas tidak boleh melakukan
audit. Pengawas dapat melakukan tugas audit sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh
Rapat Anggota.

Pengawas dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota sebelum masa jabatannya berakhir
apabila:

 Melakukan kecurangan atau penyelewengan yang merugikan usaha dan keuangan dan
nama baik koperasi;
 Tidak mentaati ketentuan Undang-undang Perkoperasian beserta peraturan dan
ketentuan pelaksanaannya, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Keputusan
Rapat Anggota;
 Sikap maupun tindakannya menimbulkan akibat yang merugikan bagi koperasi
khususnya dan gerakan koperasi pada umumnya;
 Melakukan dan terlibat dalam tindak pidana terutama dibidang ekonomi dan
keuangan dan tindak pidana lain yang telah diputus oleh Pengadilan.

2.3 Manajer dalam Koperasi

Koperasi pada dasarnya memerlukaan tenaga manajer untuk menjalankan kegiatan


usahanya. peran manajer dikaitkan dengan volume usaha, modal kerja dan fasilitas yang
diatur oleh pengurus. besar kecilnya volumne usaha merupakan batas dan ukuran perlu
tidaknya digunakan tenaga manajer. bagi koperasi yang sederhana pengurus bertindak
sebagai manajer. Dalam Pasal 32 ayat 1 UU No 25 Tahun 1992 disebutkan: “Pengurus
Koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola
usaha.”
Pengelola ini disebut dengan ‘Manajer’. Rencana pengangkatan harus diajukan dan
mendapat persetujuan Rapat Anggota dan pengangkatan harus disertai Dasar
Hukum.Pengelola (Manajer) koperasi adalah mereka yang diangkat dan diperhentikan oleh
pengurus untuk mengembangkan koperasi secara efisien dan profesional. Kedudukan
pengelola adalah sebagai karyawan / pegawai yang diberi kuasa dan weweang oleh pengurus.

2.3.1 Fungsi Manajer

1. Perencanaan (Planing)

Merencanakan adalah memikirkan, menimbang, memutuskan dan menentukan apa yang akan
dikerjakann. supaya dapat mencapai tujuan tertentu.

2. Penyelarasan (Coordinating)

Koordinasi meliputi kesatuan bersama dari orang-orang, bahan-bahan, alat-alat produksi dan
pemasaran, uang, dll. untuk bekerja secara keseluruhan. pentingnya koordinasi suatu bagian
tidak dapat dipisah dengan bagian yang lain.

3. Pengorganisasian (Organizing)

meliputi pembangian tugas, tanggung jawab dan kekuasaan untuk melaksanakan rencana
yang sudah dibuat. pekerjaan diatur mulai dari pimpinan sampai pada pelaksanaan bawahan
menurut bagian dan lapangan masing-masing. untuk melaksanakan tugas-tugas kegiatan
pengurus atau manajer, dapat menyerakan sebagian kekuasan pada manajer bagian usaha dan
lain-lain.

4. Pengarahan (Directing)

pengurus atau manajer harus menjelaskan usaha perseorangaan sesuai dengan kempampuan
untuk mencapai tujuan. selalu menuntun, mengawasi serta memneri tahu hubungan dengan
kebijakan program organisasi kerasi

5. Pengawasan (controling)

kegiatan ini untuk mengamatiserta mengawasi jalannya sesuai dengan rencana. pengamatan
adalah pengukuran dan pemeriksaan semua tindakan-tindakan bawahan untuk menjamin
tercapainya tujuan koperasi. setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai denga rencana.

2.3.2 Peranan Manajer

Berikut adalah beberapa peran manajer dalam koperasi:


1. Kedudukan dan fungsi sebagai pelaksana di bidang usaha dan bertanggung jawab pada
pengurus koperasi

2. Sebagai pelaksana dari kebijakan pengurus

3. Menetapkan struktur organisasi dan manajemen koperasi serta menjamin kelangsungan


usaha.

4. Dapat bekerja terus selama tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan rapat anggota

5. Mengembangkan percaya atas kekuatan dan kemampuan koperasi sendiri dalam


kegiatan-kegiatan.

Calon manajer harus memiliki syarat yang dapat ditunjuk oleh penguurus dan harus dengan
persetujuaan pejabat yang menetapkan persyaratan tersebut. Bila sulit mencari manajer yang
memenuhi syarat, dapat ditunjuk anggota sebagai pengurus sebagai manajer dengan
ketentuan paling lama dalam jangka satu tahun, mampu dan siap di bidang usaha dan dapat
mempertahankan jabatannya.

2.3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Manajer

Berikut adalah beberapa tugas dan tanggung jawab manajer:

1. Pada bidang kekaryawanan, manajer hendaknya mengajukan usul-usul pengangkatan


karyawan tertentu dan juga mengangkat karyawan beserta stafnya atas dasar batas-batas yang
ditetapkan oleh pengurus.

2. Manajer hendaknya aktif melakukan bimbingan dan pembinaan terhadap para


karyawannya, melakukan pengawasan langsung terhadap para karyawan dan stafnya.

3. Manajer mengkoordinir penyusunan rencana kerja beserta dukungan anggarannya


yang pasti dapat menarik perhatian pengurus dan dapat dijalankan.

4. Pada bidang pelaksanaan usaha koperasi, manajer mengkoordinir dan meemimpin


para karyawannya dengan penuh tanggung jawab di dalam melaksanakan tugas di bidang
usaha masing-masing

5. Manajer bertanggung jawqab dalam menyelengggarakan administrasi uang dan


barang dengan cermat, tertib, serasi, tulus dan jujur.
6. Manajer bertanggung bjawab untuk membuat laporan kepada pengurus dan menjamin
laporan tersebut berdata dan berfakta benar, agar pengurus dapat mengetahui jalannya usaha
yang sebenarnya

2.3.4 Macam-macam Hubungan Kerja Manajer

Beberapa macm-macam hubungan kerja Manajer adalah sebagai berikut:

1. Secara vertikal, Manajer mengadakan hubungan kerja keatas dengan Pengurus,


Pengawas untuk mengajukan usulan, pendapat dan segala rencana dalam upaya
pengembangan usaha dan penciptaan uaha baru.

2. Hubungan kerja kebawah, dengan seluruh jajaran pengelola untuk melakukan kegiatan
mengatur, membina dan memberikan bimbingan dan pengawasan dalam paya melaksanakan
seluruh kebijaksanaan Pengurus dan Pengawas.

3. Secara horisontal mengadakan hubungan kerja dengan seluruh jajaran manajer setingkat
Pengelola.

2.3.5 Hubungan Kerja antara Manajer dengan Pengurus dan Pihak Lain

Dewasa ini semakin banyak koperasi yang mengangkat manajer untuk menangani
usaha koperasi dengan berbagai macam alasan. Alasan yang biasa dikemukakan adalah yang
menyangkut kemampuan pengurus. Pengurus diangkat dari anggota koperasi yang
mempunyai kemampuan terbatas di bidang manajemen perusahaan. Selain itu pengurus
mempunyai tugas yang lebih luas, yaitu memimpin koperasi secara keseluruhan, sehingga
hal-hal yang bersifat operasional dapat diserahkan kepada manajer. Dari segi waktu,
pengurus dipilih hanya untuk jangka waktu tertentu untuk mengurus usaha koperasi, sebab
biasanya pengurus mempunyai pekerjaan sendiri selain menjadi pengurus koperasi.
Sedangkan menjalankan usaha koperasi tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi harus
dikerjakan penuh ketekunan.

Seorang manajer koperasi diangkat pengurus untuk membantu menjalankan usaha koperasi,
oleh karena itu manajer harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pengurus,
bukan kepada orang lain. Manajer hanya boleh mengerjakan sesuatu kalau diberi kewenangan
atau kekuasaan oleh pengurus, misalnya dalam berhubungan dengan bank, manajer hanya
boleh mengadakan kontak dengan bank untuk hal-hal yang diizinkan oleh pengurus. Di luar
hal-hal yang diizinkan tersebut, manajer tidak boleh mengadakan hubungan dengan bank,
melainkan pengurus sendiri yang akan melakukannya.

Dewasa ini masih banyak koperasi yang membutuhkan bimbingan dari pihak lain,
misalnya koperasi ditingkat atasnya, Departemen Koperasi maupun pemerintah daerah di
mana koperasi tersebut beroperasi. Manajer koperasi yang masih mendapat binaan dari pihak
lain, harus mampu membawa diri dalam berhubungan dengan pengurus maupun pembinanya.
Selain itu juga harus bersiap-siap seandainya suatu saat bimbingan tersebut dikurangi atau
dihilangkan sama sekali. Oleh karena itu pengurus maupun manajer harus mempersiapkan
diri dalam masa transisi tersebut, sehingga pada suatu saat koperasi dapat mandiri, tidak
memerlukan bimbingan lagi.

2.4 Hubungan antara Anggota beserta Pengurus Koperasi

Dalam hubunganatara anggota beserta pengurus ini mengandung dua kelompok


hubungan yaitu hubungan anggota dengan pengurus dan hubungan anggota dengan badan
pemeriksaan. Berikut adalah penjabaran hubungan-hubungan tersebut:

2.4.1 Hubungan Anggota dengan Pengurus

 Hubungan dengan Kontak Pribadi

Setiap anggota berhak mengunjungi Koperasi dan bertemu dengan Pengurus, untuk
meminta penjelasan tentang hal-hal yang dirasakan belum cukup terang, atau menyampaikan
usul-usul perbaikan yang menurut pendapatnya dapat memperbaiki tata-kerja Koperasi dalam
melayani kebutuhan anggota Koperasi. Hubungan dengan anggota, apabila jika terjadi dalam
bentuk kontak pribadi merupakan kesempatan yang baik untuk bertukar fikiran mengani tata
laksana Koperasi itu sendiri, dan oleh karena sasaran utama dan terakhir dalam tata-laksana
Koperasi itu ialah anggota-anggota itu sendiri, maka kontak pribadi serupa itu dapat pula
digunakan Pengurus untuk mendengarkan pengalaman anggota itu sebagai tangan pertama
mengenai baik tidaknya cara bekerja Koperasi itu. Dalam Kontak pribadi ini juga termasuk
kunjungan-kunjungan Pengurus ke anggota-anggota dengan maksud untuk meneliti apakah
segala sesuatunya telah berjalan dengan memuaskan.

 Hubungan dengan Kelompok Anggota


Jika jumlah anggota telah meningkat sampai ribuan orang, tentu tidak mungkin
terlaksana Kontak Pribadi antara anggota dan Pengurus dengan baik. Dalam keadaan serupa
ini kontak antara anggota dan Pengurus dilakukan dengan atau melalui kelompok-kelompok
yang jumlahnya diatur sedemikian rupa sehingga meliputi seluruh anggota-anggota koperasi.

Akan lebih baik lagi jika kelompok-kelompok secara teratur mengadakan pertemuan antara
sesama anggota kelompoknya untuk membicarakan sesuatu sehingga anggota Koperasi dapat
mengikuti perjalanan Koperasi dengan teratur. Dengan demikian partisipasi anggota dalam
organisasi dan usaha Koperasi tetap hidup dan hubungan anggota dan Pengurus berjalan
efektif dengan adanya komunikasi dua arah timbal-balik yang dibina secara demokratis.
Pembentukan kelompok-kelompok juga sangat bermanfaat guna “mendekatkan” Pengurus
Koperasi dengan para anggota.

 Hubungan dengan Perwakilan atau Cabang Koperasi

Hubungan antara Pengurus Koperasi dan anggota-anggota juga dapat dibina melalui
perwakilan-perwakilan Koperasi atau cabang-cabang yang berkedudukan ditempat-tempat
yang strategis, artinya berkedudukan ditempat yang sangat tepat untuk menghubungi
anggota-anggota Koperasi guna mengumpulkan hasil-hasil anggota maupun tempat penjualan
(penyaluran) keperluan anggota.

 Hubungan melalui Surat-Menyurat

Ada kalanya pihak Pengurus melakuakan surat-menyurat dengan seluruh anggota jika
dirasa perlu untuk memberikan sesuatu hal yang penting yang menyangkut kepentingan
seluruh anggota. Pihak anggota pun dapat mengirim surat kepada Pengurus, jika dirasa ada
hal-hal yang perlu diberi penjelasan sehingga tidak ada yang tidak jelas mengenai persoalan
Koperasi.

 Hubungan melalui Suatu Majalah atau Penerbitan Berkala

Salah satu alat penghubung antara Pengurus Koperasi dan para anggota yang sangat
berguna ialah penerbitan berkala dalam bentuk majalah bulanan atau triwulan dan
sebagainya. Dengan adanya penerbitan serupa itu maka baik Pengurus maupun para anggota
yang merupakan pembaca utama, dapat dibina suatu komunikasi dua arah sehingga
memberikan manfaat mengenai berbagai hal. Melalui penerbitan berkala serupa itu pada
umumnya dapat dicapat beberapa hal penting yaitu:
1. Para anggota dapat diingatkan pada kewajibannya sebagai seorang pemelik dari
Koperasi.

2. Laporan-laporan yang disajikan didalamnya mengenai kamajuan yang dicapai Koperasi


dapat menimbulkan kebanggaan dikalangan anggota dan bersamaan dengan itu dapat pula
mengembangkan rasa setia terhadap Koperasinya dan cita-cita serta sendi dasar Koperasi.

3. Penerbitan Koperasi dapat mendorong dan menyangga kepentingan para anggota sendiri
guna memperoleh keberhasilan terus-menerus.

2.4.2 Hubungan antara Anggota dan Badan Pemeriksaan

Badan pemeriksaan bukan merupakan suatu Badan Hukum yang sehari-hari harus
bertanggung jawab kepada para anggota, sebagaimana halnya dengan Pengurus. Para anggota
melakukan pengawasan atas jalan organisasi dan usaha Koperasi menurut ketentuan dalam
anggaran Dasar Koperasi. Secara umum, hak anggota telah diserahkan oleh para anggota
kepada Badan Pemeriksa yang menurut ketentuan Undang-undang Koperasi yang berlaku
ditugaskan untuk “melakukan pemeriksaan terhadap tata-kehidupan Koperasi termasuk
organisasi usaha–usaha dan pelaksanaan kebijakan Pengurus”. Dalam beberapa hal,
hubungan dari pihak anggota dengan Badan Pemeriksa itu memang dperlukan, seperti
berikut:

1. Jika oleh anggota dirasakan bahwa Pengurus telah menyimpang dari kebijaksanaan
yang telah digariskan oleh Rapat Anggota.

2. Jika keterangan Pengurus mengenai harga barang-barang yang disalurkan kepada


anggota tidak meyakinkan anggota, malahan dikhawatirkan adanya kekeliruan atau
kesenjangan yang merugikan pihak anggota, maka anggota yang bersangkutan dapat
menghubungi Badan Pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan.

3. Pada waktu hendak menghadapi Rapat Anggota, dan Badan Pemeriksa melakukan
pemeriksaan menyeluruh mengenai perjalanan Koperasi selama tahun buku yang lewat. Para
anggota sebelum menghadiri Rapat Anggota sudah terlebih dahulu menerima salinan hasil
pemeriksaan yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa.

4. Pihak Badan Pemeriksaaan sendirinya dapat menghubungi para anggota jika dirasanya
perlu guna mengumpulkan keterangan dari pihak mereka.

2.4.3 Hubungan antara Pengurus dan Badan Pemeriksa


Baik Pengurus maupun Badan Pemeriksa diangkat oleh Rapat Anggota. Kedua-duanya
mempertanggung jawabkan pekerjaan kepada Rapat Anggota. Badan Pemeriksaan,
sebagaimana juga halnya Pengurus, adalah alat perlengkapan organisasi Koperasi dan bukan
merupakan suatu badan diluar organisasi tersebut. Oleh karena itu Badan Pemeriksaan
berusaha agar dari Pengurus dapat diperoleh secara teratur, bahan-bahan sebagai berikut:

1. Undang-undang Koperasi yang berlaku, anggaran dasar serta anggaran rumah


tangganya.

2. Keputusan-keputusan Rapat Anggota yang terakhir, susunan dan personalia Pengurus


dan nama-nama para karyawan.

3. Surat Keputusan Pengurus mengenai kebijaksanaan pelaksanaan keputusan Rapat


Anggota.

4. Surat Keputusan Penurus mengenai pengangkatan karyawan dan pemberhentiannya.

5. Neraca-neraca perubahan (triwulan)

6. Surat-surat penting dari Pejebat Pemerintah terutama yang mengenai kebijaksanaan


Pengurus dan laporan oleh pejabat.

7. Salinan surat-surat Pengurus kepada para anggota yang menjawab pertanyaan dalam
rangka kebijaksanaan Pengurus.

Dengan adanya pengintiman bahan-bahan serupa itu kepada Badan Pemeriksan dimaksud
supaya badan ini turut mengikuti perkembangan atas segala sesuatu yang dianggap penting
mengenai perjalanan Koperasi. Pengiriman bahan-bahan serupa itu juga turut memperbaiki
hubungan antara kedua badan itu, sehingga masing-masing dapat menjalannkan tugasnya
menurut bidangnya masing-masing dengan baik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pengertian manajemen Koperasi bukan sekedar definisi, tetapi yang dapat mencakup
keseluruhan makna yang sebenarnya. Untuk itu perlu diungkapkan kembali beberapa
pengertian pokok yang pada dasarnya menyatakan bahwa Koperasi adalah suatu bentuk
usaha bersama di antara orang-orang yang mempunyai kepentingan bersama, yang dijalankan
dan dikelola bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

Fungsi manajemen dalam Koperasi adalah sama dengan fungsi manajemen dalam perusahaan
atau organisasi pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada fungsi dimana fungsi
manajemen yang dilakukan Rapat Anggota, Pengurus, Badan Pemeriksa dan oleh Manajer.

Manajer adalah fungsionaris atau pemegang jabatan yang melaksanakan kesemuannya,


sedangkan bagi Pengurus yang penting adalah Perencanaan dengan sedikit Pengawasan di
samping fungsi-fungsi lainnya dan Badan Pemeriksa melakukan Pengawasan.

3.2 Saran

Alangkah baiknya bila anggota tidak hanya sekedar bisa mengkritik tetapi juga dapat
memberikan jalan keluar atau solusi terbaik untuk perbaikan dan penyelesaian masalah yang
masih ada di Koperasi. Pengurus dan Pengawas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan oleh karena itu bisa diartikan kesalahan dari Pengurus juga merupakan kesalahan
dari Pengawas.

Semoga makalah ini nantinya bermanfaat dan menjadi tambahan ilmu untuk penulis beserta
pembacanya, mungkin banyak kekurangan di dalam makalah ini, kami berharap dapat
memaklumi karena penulispun masih berusaha untuk mendalami ilmu koperasi khususnya di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai