Anda di halaman 1dari 19

DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

RANGAKAIAN TIGA FASA

Dosen Pengampu : Ir. I Made Asna S.T.,M.T

Oleh :
I Putu Gede Adi Wiguna (42120891)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR
2022
RANGKAIAN TIGA FASA

Pada sistem fasa banyak, tiap sumber tenganan terdiri atas suatu kelompok
tegangan yang mempunyai ukuran besar (magnituda) dan sudut fasa yang
berkaitan. Jadi, sebuah sistem n-fasa akan menggunakan sumber tegangan yang
secara konvensional terdiri dari n tegangan dengan magnituda yang sama dan
berturut-turut berbeda fasa sebesar 360°/n. Sebuah sistem 3 fasa akan
menggunakan sumber tegangan yang secara konvensional terdiri atas tiga buah
tegangan dengan magnituda yang sama dan berbeda fasa sebesar 120°.
Masing-masing tegangan dari sumber 3 fasa dapat dihubungkan pada
rangkaian yang berlainan. Dengan demikian kita mempunyai tiga buah sistem satu
fasa yang terpisah. Selain itu, seperti akan diperlihatkan pada bagian A-1, dapat
dibuat hubungan listrik simetris antara ketiga tegangan dan rangkaian yang
bersangkutan untuk membentuk sebuah sistem 3-fasa.

1. Pembangkitan Tegangan Tiga Fasa


Perhatikan generator 3-fasa 2-kutub dasar pada Gambar 1.1. Pada gambar
kumparannya terdapat tiga buah kumparan, aa’, bb’, cc’, yang sumbu-sumbunya
berbeda 120° satu sama lain dalam ruang.

Gambar 1.1. Generator 3 fasa 2 kutub dasar


Lilitan ini secara skematis dapat dinyatakan seperti pada Gambar 1.2. Pada
saat medan diteral dan diputar, tegangan akan dibangkitkan pada ketiga fasa
menurut hukum Faraday. Apabila struktur medannya dirancang sedemikian
sehingga fluks terbagi secara sinusoidal ke seluruh kutub, gandengan fluks setiap
fasa akan berubah-ubah secara sinusoidal menurut waktu dan tegangan sinus akan
diimbaskan pada ketiga fasa.

Gambar 1.2. Skema dari lilitan pada Gambar 1.1

Seperti tampak pada Gambar 1.3, ketiga gelombang tersebut akan berbeda
sebesar 120° listrik dalam waktu sebagai akibat dari perbedaan fasa sebesar 120°
dalam ruang.

Gambar 1.3. Gelombang tegangan yang dibangkitkan pada lilitan gambar 1.1 dan gambar 1.2

Diagram fasor yang bersangkutan tampak seperti Gambar 1.4.

Gambar 1.4. Diagram fasor tegangan yang dibangkitkan


Terdapat dua kemungkinan penggunaan tegangan yang dibangkitkan secara
demikian ini. Keenam terminal a, a’, b, b’, c, dan c’ pada lilitan dapat
dihubungkan pada tiga sistem satu fasa berlainan, atau ketiga fasa dari lilitan
dapat saling dihubungkan dan dipergunakan untuk memberi catu pada sistem 3
fasa. Ketiga fasa dari lilitan dapat saling dihubungkan dalam dua cara, seperti
tampak pada Gambar 1.5 terminal a’, b’, dan c’ dapat digabungkan membentuk
netral 0, yang akan menghasilkan hubungan Y, atau terminal a dan b’, b dan c’,
dan c dan a’ dapat digabungkan sendiri-sendiri menghasilkan suatu hubungan Δ.
Pada hubungan Y, suatu konduktor netral, pada gambar 1.5 a berupa garis putus-
putus. Bila terdapat konduktor netral, sistem tersebut merupakan sistem 4-kawat 3
fasa; apabila tidak, sistem dapat disebut sistem 3-kawat 3 fasa. Pada hubungan Δ
tidak terdapat titik netral dan hanya dapat membentuk sistem 3-kawat 3 fasa
(Gambar 1.5 b).

Gambar 1.5. Hubungan tiga fasa: a. hubungan Y, b. hubungan Δ

2. Tegangan, Arus, dan Daya Tiga Fasa


Apabila ketiga fasa lilitan pada Gambar 1.1 disusun dalam hubungan-Y,
seperti pada Gambar 1.5 a, diagram fasor dari tegangan adalalah seperti pada
Gambar 2.1. Urutan fasa atau susunan fasa pada Gambar 2.1 adalah a b e; yang
berarti, tegangan dari fasa a mencapai maksimumnya 120 sebelum fasa b.
Penggunaan notasi subskrip-ganda pada Gambar 2.1 sangat menyederhanakan
penggambaran diagram selengkapnya. Subskrip tersebut menunjukkan titik-titik
di antara mana terdapat tegangan, dan urutan subskrip menunjukkan arah
timbulnya tegangan.

(2.1)

Gambar 2.1. Diagram fasor tegangan untuk hubungan Y

Seperti tampak pada Gambar 2.1 dengan cara yang sama, dan

(2.2)

(2.3)
Dengan kata lain persmaan diatas menyatakan bahwa suatu Hubungan Y,
tengangan saluran adalah √ 3 kali tegangan fasa atau tegangan saluran-kesaluran
adalah √ 3kali tegangan saluran ke netral.
Diagram Fasor arus yang bersangkutan pada hubungan Y pada gambar 2.2,
dimna jala-jala dan arus fasa sma besar, sedangkan apabila ketiga faa tersusun
dalam hubungan Δ diagram fasor tegangan seperti pada gambar 2.3, tegangan
jala-jala dan tegangan fasa sama besar.
Gambar 2.2. Diagram fasor arus untuk hubungan Y

Gambar 2.3. Diagram fasor tegangan untuk hubungan Δ


Dengan hukum Kirchhoff, arus jala-jala Îa

(2.4)
seperti tampak pada Gambar 2.4. Demikian pula,

(2.5)

(2.6)
Dengan kata-kata, Pers. 2.4 sampai dengan 2.6 menunjukkan bahwa bagi
hubungan Δ, arus jala-jala adalah √ 3 kali arus fasa. Jelas, hubungan antara fasa
dan arus jala-jala pada hubungan Δ serupa dengan antara fasa dan tegangan jala-
jala pada hubungan Y.
Pada kedua sistem hubungan - Y dan hubungan- Δ dapat ditunjukkan bahwa
daya sesaat keseluruhan untuk ketiga fasa dari rangkaian 3-fasa setimbang tidak
berpulsa menurut waktu. Jadi, dengan mengambil titik awal waktu pada titik
positif maksimum dari gelombang tegangan fasa-a, tegangan sesaat dari ketiga
fasa tersebut adalah:
Gambar 2.4. Diagram fasor arus untuk hubungan Δ

(2.7)

(2.8)

(2.9)
Di mana Ep merupakan harga rms dari tegangan fasa. Apabila arus fasa
berbeda dari tegangan fasa yang bersangkutan sebesar sudut θ , maka besar arus
fasa sesaat adalah

(2.10)

(2.11)

(2.12)
Di mana Ip merupakan harga rms dari arus fasa.Maka daya sesaat pada
masing-masing fasa menjadi

(2.13)

(2.14)

(2.15)
Daya sesaat keseluruhan bagi ketiga fasa adalah

(2.16)
Perhatikan bahwa jumlah dari suku-suku cosinus yang menyangkut waktu
pada Pers. 2.13 sampai dengan 2.15 (suku-suku pertama di dalam tanda kurung)
adalah nol. Dengan demikian maka daya sesaat keseluruhan adalah tidak
tergantung pada waktu. Keadaan ini dijelaskan secara grafis pada Gambar 2.5.
Daya sesaat bagi ketiga fasa diplot bersama-sama dengan daya sesaat
keseluruhan, yang merupakan jumlah dari ketiga gelombang masing-masing.
Daya sesaat keseluruhan pada sistem 3-fasa setimbang adalah tetap dan sama
besarnya dengan 3 kali daya rata-rata tiap fasa

Gambar 2.5. Daya sesaat pada sistem 3 fasa


Pada umumnya, dapat ditunjukkan bahwa daya sesaat keseluruhan pada
setiap sistem fasa-banyak setimbang adalah tetap. Hal ini merupakan saIah satu
keuntungan yang luar-biasa dari sistem fasa-banyak. Sebagai contoh, keuntungan
khusus dari pemakaian motor fasa-banyak dalam hal ini adalah bahwa keluaran
daya-poros adalah tetap dan bahwa pembentukan pulsa momen-kakas, yang
berakibat kecenderungan untuk menjadi bergetar, tidak timbul akibat
pembentukan pulsa pada sistem catunya.
Ditinjau dari segi satu-fasa, daya rata-rata tiap fasa Pp baik untuk sistem
hubungan-Y ataupun hubungan- Δ adalah

(2.17)
Di mana EP, IP dan RP masing-masing adalah tegangan, arus, dan tahanan
tiap fasa. Daya 3-fasa keseluruhan P adalah

(2.18)
Demikian pula, untuk daya reaktif tiap fasa Qp dan daya reaktif 3-fasa
keseluruhan Q,

(2.19)

(2.20)
Voltarnper tiap fasa (VA)p dan voltamper 3-fasa keseluruhan VA adalah

(2.21)

(2.22)
Pada Pers. (A-17) dan (A-19) θ merupakan sudut antara tegangan fasa dan
arus fasa. Seperti halnya pada satu-fasa, besarnya sudut tersebut adalah

(2.23)
Faktor daya pada sistem 3-fasa setimbang dengan demikian sama dengan
yang terdapat pada salah satu fasanya.

3. Rangkaian Terhubung Y dan Terhubung Δ


Terdapat tiga contoh permasalahan dan pembahasannya khusus untuk
menggambarkan perhitungan secara terperinci pada rangkaian terhubung Y dan
terhubung Δ.
Berikut merupakan gambar rangkaian bagian a untuk contoh permasalahan
3.1

Gambar 3.1. Rangkaian bagian a contoh soal 3.1

a. Contoh permasalahan 3.1


Pada Gambar 3.1 diperlihatkan sebuah sistem transmisi 60-Hz yang terdiri
atas sebuah jala-jala yang mempunyai impedans Zi= 0,05 + j 0,20 Ω , pada ujung
penerimaan terdapat sebuah beban yang mempunyai impedansi ekivalen sebesar
Zl = 10,0 + J 3,00 Ω .Impedansi dari konduktor balik dapat dianggap nol.

a. Hitunglah (1) arus jala-jala I; (2) tegangan beban EL ; (3) daya, daya reaktif,
dan voltamper yang diambil oleh beban; dan (4) daya dan rugi-rugi daya-
reaktif pada jala-jala. Misalkan sekarang akan disusun tiga sistem yang identik
untuk memberi catu pada tiga buah beban yang identik. Susunan rangkaiannya
adalah seperti pada Gambar 3.2.
b. Untuk Gambar 3.2 berikanlah besarnya arus pada tiap jala-jala; tegangan pada
masing-masing beban; daya, daya-reaktif, dan voltamper yang diambil oleh
masing-masing beban; daya dan rugi-rugi daya reaktif pada masing-masing
sistem transmisi; daya keseluruhan, daya-reaktif dan voltamper yang diambil
beban; dan daya keseluruhan serta rugi-rugi daya-reaktif pada ketiga sistem
transmisi.

Gambar 3.3. Rangkaian untuk bagian c sampai dengan e pada contoh soal 3.1

Gambar 3.2. Rangkaian untuk bagian b pada contoh soal 3.1

Sekarang, ketiga konduktor balik digabungkan menjadi satu dan hubungan fasa
dari sumber tegangan adalah sedemikian sehingga terjadi sištem 4-kawat 3-
fasa setimbang, seperti pada Gambar 3.3.
c. Untuk Gambar 3.3 berikan besar arus jala-jala; tegangan beban, jala-jala-ke-
jala-jala dan jala-jala-ke-netral; daya, daya reaktif, dan voltamper yang diambil
oleh masing-masing fasa dari beban; daya dan rugi-rugi daya-reaktif pada
masing-masing jala-jala; daya 3-fasa keseluruhan, daya reaktif dan voltamper
yang diambil oleh beban; dan daya keseluruhan serta rugi-rugi daya reaktif
pada jala-jala.
d. Pada Gambar 3.3 berapa besar arus pada konduktor balik gabungan atau
konduktor netral?
e. Dapatkah konduktor ini ditiadakan pada Gambar 3.3 jika diinginkan? Sekarang
anggaplah bahwa konduktor netral ini dihilangkan. Hasilnya adalah suatu
sistem 3-kawat 3-fasa seperti pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Rangkaian untuk bagian f pada contoh soal 3.1

f. Ulangi bagian (c) dengan Gambar 3.4.


g. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada contoh ini, jelaskan secara singkat
metoda untuk menyederhanakan soal rangkaian terhubungY 3-fäsa setimbang
menjadi soal satu-fasa yang sepadan. Hati-hatilah dalam membedakan
penggunaan tegangan jala-jala-ke-jala-jala dan tegangan jala-jala-ke-netral.
Penyelesaian:
a.

b. Keempat yang pertama jelas mempunyai harga yang sama seperti pada bagian
(a)
Daya keseluruhan = 3PL = 3(1300) = 3900 W
Daya reaktif keseluruhan = 3QL = 3(390) = 1170 VA reaktif
VA keseluruhan = = 3(1360) = 4080 VA
Rugi-rugi daya keseluruhan = 3Pi = 3(6,5) = 19,5 w
Rugi-rugi daya reaktif keseluruhan = 3Qt = 3(26) = 78 VA reaktif
c. Hasil yang diperoleh pada bágian (b) tidak terpengaruh Oleh perubahan ini.
Tegangan pada bagian (b) dan (a) sekarang merupakan tegangan jala-jala-ke-
netral. Tegangan jala-jala-ke-jala-jala adalah
√ 3 (119) = 206 V
d. Dengan hukum arus Kirchhoff, arus netral merupakan jumlah fasor dari ketiga
arus jala-jala. Arus jala-jala tersebut besarnya sama dan berbeda fasa 1200.
Karena jumlah fasor dari tiga buah fasor yang sama dan berbeda 120 0 adalah
nol, maka arus netral besarnya nol.
e. Karena arus netral adalah nol, maka konduktor dapat ditiadakan jika
dikehendaki.
f. Karena ada atau tidaknya konduktor netral tidak mempengaruhi keadaan, maka
harga-harganya sama seperti pada bagian (c).
g. Sebuah konduktor netral dianggap ada, tanpa memandang apakah secara fisik
memang ada. Karena konduktor netral pada rangkaian 3-fasa setimbang tidak
mengalirkan arus dan karenanya tidak ada jatuh tegangan padanya, maka
konduktor netral dapat dianggap mempunyai impedansi nol. Dengan demikian,
satu fasa dari Y, bersama-sama dengan konduktor netral, dapat dipelajari
tersendiri. Karena fasa ini diambil pada fasanya, maka harus digunakan
tegangan jala-jala-ke netral. Prosedur ini menghasilkan rangkaian pengganti
satu-fasa, di mana semua besaran bersangkutan dengan besaran satu fasa dari
rangkaian 3-fasa. Keadaan pada kedua fasa Iainnya sama (kecuali adanya
pergeseran fasa sebesar 1200 pada arus dan tegangan), sehingga tidak perlu
diselidiki satu per satu. Arus jala-jala pada sistem 3-fasa besarnya sama seperti
pada rangkaian satu-fasa, dan daya 3-fasa keseluruhan, daya reaktif, dan
voltamper besarnya 3 kali masing-masing besaran tersebut pada rangkaian
satu-ľasa. Apabila diinginkan tegangan jala-jala-ke-jala-jala, besaran tersebut
diperoleh dengan mengalikan tegangan pada rangkaian satu-fasa dengan√ 3 .
b. Contoh permasalahan 3.2
Tiga buah impedansi berharga ZP = 4,00 + J3,00 = 5,00 ∠36,9° Ω
dihubungkan dalam Y, seperti tampak pada Gambar 3.5. Untuk tegangan jala-jala
ke jala-jala setimbang sebesar 208 V, carilah besar arus jala-jala, faktor daya, dan
daya keseluruhan, daya reaktif dan voltampere.
Penyelesaian:
Tegangan jala-jala ke netral pada salah satu fasa, misalkan a0, adalah:
208
EP = = 120 V
√3
Maka,
Ep 120
It = I p = = = 24,0 A
¿ Z p∨¿ ¿ 5,00

Gambar 3.5. Rangkaian untuk contoh 3.2

Perlu dicatat bahwa fasa a dan c (Gambar) tidak membentuk suatu


rangkaian seri sederhana. Akibatnya, besar arus tidak dapat dicari dengan
membagi 208 V oleh jumlah dari frnpedansi fasa-a dan fasa-c. Untuk jelasnya,
dapat ditulis suatu persamaan untuk tegangan di antara titik a dan c dengan
hukum tegangan Kirchhoff, tetapi persamaan ini merupakan per samaan fasor
yang memperhitungkan pergeseran fasa sebesar 1200 di antara arus fasa-a dan
arus fasa - c. Hasilnya, metoda berpikir seperti dijelaskan pada Contoh 3.1
membawa ke penyelesaian yang paling sederhana.
c. Contoh permasalahan 3.3
Tiga impedansi sebesarZp = 12,0 + j 9,0 = 15,00 ¿36.9 Ω dihubungkan
secara Δ, seperti tampak pada Gambar 3.6. Untuk tegangan jala-jala-kejala-jala
setimbang sebesar 208 V, carilah besar arus jala-jala, faktor daya, dan daya
keseluruhan, daya reaktif, dan voltamper.
Penyelesaian:
Tegangan pada salah satu fasa; misalnya ca, jelas sama dengan tegangan
jalajala-ke-jala-jala. Maka,

Dari Pers. 2.4

Gambar 3.6. Rangkaian untuk contoh 3.3

Perlu dicatat bahwa fasa ab dan bc tidak membentuk suatu rangkaian seri
sederhana, ataupun lintasan cba tidak membentuk suatu gabungan paralel
sederhana dengan lintasan langsung melalui fasa ca. Akibatnya, arus jalajala tidak
dapat dicari dengan membagi 208 V dengan impedansi ekivalen Zea yang paralel
dengan Zab + Zbc . Persamaan hukum Kirchhoff yang melibałkan besaran-
besaran yang lebih dari satu fasa dapat ditulis, tetapi merupakan besaran-besaran
fasor yang memperhitungkan pergeseran fasa sebesar 1200 di antara arus fasa dan
di antara tegangan fasa. Hasilnya, metoda yang digariskan di atas membawa ke
penyelesaian yang paling sederhana.
Dengan membandingkan hasil dari Contoh 3.2 dan 3.3 sampailah kita pada
kesimpulan yang berharga dan menarik. Perlu dicatat bahwa tegangan jala-jala-
ke-jala-jala, arus jala-jala, faktor daya, daya keseluruhan, daya reaktif, dan
voltamper pada kedua contoh tersebut besarnya tetap sama; dengan perkataan lain
keadaan yang dipandang dari terminal-terminal A, B dan C semuanya sepadan,
dan orang tidak dapat membedakan di antara kedua rangkaian tersebut hanya
dengan melihat besaran-besaran pada terminal-terminalnya. Di samping itu juga
dapat dilihat bahwa impedansi, resistansi, dan reaktansi tiap fasa pada hubungan
Y (Gambar 3.5 ) besarnya tepat sepertiga dari harga masing-masing tiap fasa pada
hubungan Δ (Gambar 3.6). Dengan demikian maka suatu hubungan Δ setimbang
dapat diganti dengan suatu hubungan Y setimbang asalkan tetapan-tetapan
rangkaian tiap fasa memenuhi hubungan

Sebaliknya, suatu hubungan Y dapat diganti dengan suatu hubungan Δ


asalkan Pers. 2.24 terpenuhi. konsep tentang kepadanan Y — Δ berasal dari
transformasi Y-- Δ yang umum dan bukan merupakan hasil kebetulan karena
menggunakan angka-angka khusus.
Dari kepadanan di atas diperoleh dua pedoman penting: (1) Suatu cara
perhitungan umum untuk rangkaian setimbang keseluruhannya dapat didasarkan
pada rangkaian terhubung-Y atau sama sekali pada rangkaian ter hubung- Δ,
mana saja yang disenangi. Karena umumnya lebih mudah menangani hubungan-
Y, umumnya dipergunakan cara yang pertama. (2) Pada soal-soal yang seringkali
dijumpai di mana hubungannya tidak ditentukan dan tidak mempengaruhi
penyelesaiannya, hubungannya dapat dianggap Y atau Δ. Sekali lagi hubungan Y
biasanya lebih disukai. Misalnya, untuk menganalisis penampilan motor 3-fasa,
hubungan lilitan yang sebenarnya tidak perlu diketahui kecuali pada penyelidikan
tersebut perlu meninjau secara terperinci keadaan kumparan-kumparan itu sendiri.
Keseluruhan analisis dapat didasarkan pada hubungan Y.
4. Analisis Rangkaian Tiga Fasa Setimbang; Diagram Jala-jala Tunggal
Dengan menggabungkan prinsip ekivalensi Δ-Y dengan teknik yang
dikemukakan pada contoh soal sub bab 1, dapat dikembangkan suatu metoda
sederhana untuk menyederhanakan suatu soal rangkaian 3 fasa setimbang menjadi
soal satu fasa. Selanjutnya hasil akhir dari analisis satu fasa diubah kembali dalam
bentuk 3 fasa untuk mendapatkan hasil akhir yang dikehendaki.
Dalam pelaksanaannya, perlu digambar diagram fasor satu fasa saja dari
hubungan Y, sedangkan diagram bagi kedua fasa yang lain tidak perlu digambar.
Contoh diagram jala-jala tunggal yang diberikan pada Gambar 4.1,
memperlihatkan dua buah generator 3 fasa dengan masing-masing jala-jala atau
kabel yang mencatu suatu beban stasiun antara bersama. Jika dikehendaki dapat
diperlihatkan hubungan tertentu dari peralatan tersebut. Jadi, Gambar 4.1 b
memperlihatkan bahwa G1 terhubung Y dan G2 terhubung Δ. Impedansi diberikan
dalam Ohm tiap fasa.

Gambar 4.1. Contoh diagram rangkaian jala-jala tunggal


Apabila bekerja dengan gaya, daya reaktif dan volt ampere, biasanya lebih
mudah menyelesaikan keseluruhan rangkaian 3 fasa sekaligus dari pada hanya
satu fasa. Hal ini timbul karena dapat dituliskan rumusan sederhana dari daya 3
fasa, daya reaktif dan volt ampere dalam bentuk tegangan jala-jala ke jala-jala dan
arus jala-jala tanpa memandang apakah rangkaian tersebut terhubung Y atau
terhubung Δ. Jadi besarnya daya 3 fasa adalah:
P = 3PP = 3EPIP cosθ (4.1)
Untuk hubungan Y, IP = IJala-jala dan EP = EJala-jala / √ 3. Untuk hubungan Δ, IP =
IJala-jala / √ 3 dan EP = EJala-jala. Pada kedua hubungan, persamaan 4.1 menjadi:
P = √ 3 EJala-jala IJala-jala cosθ (4.2)
Demikian pula,
Q = √ 3 EJala-jala IJala-jala sinθ (4.3)
Dan,
VA = √ 3 EJala-jala IJala-jala (4.4)
Tetapi perlu diingat, bahwa sudut faktor daya θ, merupakan sudut antara EP
dan IP bukan antara EJala-jala dan IJala-jala.

a. Contoh permasalahan 4.1


Gambar 4.1 merupakan rangkaian ekivalen dari suatu beban yang
mendapatkan catu dari dua buah setasiun pembangkit melalui jala-jala yang
mempunyai impedansi tiap fasa seperti yang diberikan pada diagram. Beban me
merlukan 30 kW pada faktor daya 0,80 tertinggal. Generator Gl bekerja pada
tegangan terminal sebesar 797 V jala-jala ke jala-jala dan mencatu 15 kW pada
faktor daya 0,80 tertinggal. Carilah tegangan beban dan tegangan terminal dan
daya serta keluaran daya reaktif dari G2.
Penyelesaian:
Nyatakan I, P, dan Q masing-masing sebagai arus jala-jala dan daya aktif
serta reaktif 3-fasa. Subskrip 1 dan 2 menyatakan masing-masing cabang dari
sistemw subskrip r menyatakan suatu besaran yang diukur pada terminal akhir
penerimaan dari jala-jala. Maka didapatkan:
Karena beban memerlukan 30.000 W dan 30.000 tan (cos- 1 0,80) atau
22.500 VA reaktif,

5. Sistem Fasa-Banyak Lainnya


Meskipun sistem tiga fasa merupakan sistem fasa banyak yang paling umum
dijumpai, untuk keperluan-keperluan khusus dipergunakan pula jumlah fasa yang
lain. Sistem 5 kawat 4 fasa (Gambar 5.1) kadang dipergunakan untuk pembagian
tegangan rendah. Keuntungannya adalah bahwa untuk tegangan fasa sebesar 115
V, tegangan satu fasa sebesar 115 (antara a, b, c atau d dan o, Gambar 5.1 dan 230
V (antara a dan c atau b dan d) bisa diperoleh, di samping sistem tegangan fasa
banyak.

Gambar 5.1. Sistem 5 kawat 4 fasa

Sistem 4 fasa diperoleh dari sistem 3 fasa melalui hubungan trafo


khusus.setengah dari sistem 4 fasa-bagian aob (Gambar 5.1), misalnya
membentuk sistem 2 fasa. Pada penyearah “mercury-arc”, dipergunakan bunga 6
fasa, 12 fasa, 18 fasa, dan 36 fasa untuk mengubah arus bolak-balik menjadi arus
searah. Sistem ini juga diperoleh dari pengubahan sistem 3 fasa.

Anda mungkin juga menyukai