Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terkait

A. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu ini diambil beberapa contoh penelitian terdahulu


sebagai panduan ataupun contoh untuk penelitian yang dilakukan yang nantinya
akan menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan penelitian ini. (Amelia
Monica Putri et al.,2020) Berdasarkan hasil perhitungan yang didapat pada
transformator daya BAO901 beban terendah adalah 30,13 MW dengan efisiensi
99,77% dan rugi-rugi total yang didapat adalah 67,01 kW. Sedangkan untuk
beban tertinggi adalah 38,42 MW dengan efisiensi 99,80% dan rugi-rugi yang
didapat adalah 75,55 kW. Hasil penelitian ini dapat di lihat pada grafik di bawah
ini :

Gambar 1. Grafik Pembebanan Terhadap Efisiensi


(Sumber: Amelia Monica Putri et al, 2020)

Gambar 2. Grafik Rugi Transformator Terhadap Efisiensi


(Sumber: Amelia Monica Putri et al, 2020)
Penelitian (Arfita yuana dewi et al.,2021) hasil perhitungan dapat
diketahui jika kawat netral dengan ukuran penampang 50 mm2 maka arus yang
melewati kawat netral dengan persentasi 6,4% untuk siang hari dan untuk ukuran
penampang kawat 70 mm2 maka dapat mengurangi daya yang mengalir ke netral
dengan persentase sebesar 4,77% pembebanan siang.

Gambar 3. Grafik Arus


(sumber: Arfita yuana dewi et al.,2021)

Penelitian (Chaerul Arifin et al.,2017) Laju pertumbuhan beban


transformator distribusi yang ada di PT. PLN Srengat pada tahun 2013 adalah
pada Januari-Februari mengalami peningkatan 0,38 %, bulan Mei-Juni mengalami
peningkatan 0,58%, bulan September-Oktober mengalami peningkatan 1,14%,
pada tahun 2014 hanya dua kali peningkatan bulan Maret-April 0,94% dan bulan
September-Oktober 0,36%. Pada tahun 2015 bulan Mei-Juni mengalami
peningkatan 0,69%, pada bulan Juli-Agustus mengalami penurunan 0,97%,
September-Oktober 1,71%. Pada tahun 2016 bulan Maret-April mengalami
peningkatan 0,26% dan pada bulan April mengalami peningkatan 0,77%.

Gambar 4. Grafik hasil perkiraan laju pertumbuhan Beban (KVA)pada transformator distribusi
(sumber: Chaerul Arifin et al.,2017)
Penelitian (Egi Suyandi et al.,2017) Efisiensi trafo akan semakin besar jika
selisih daya masuk dan daya keluar kecil. Rugi daya yang terjadi pada malam hari
di Jl. Kaliurang sebesar 7,901kW dan di Jl. Urip Sumoharjo efisiensinya 97,8%.

Gambar 5 Grafik Efisiensi transformator


(sumber: Egi Suyandi et al.,2017)

B. Masalah yang belum diteliti

Berdasarkan uraian dari penelitian-penelitian terdahulu diatas belum ada


penelitian yang menerapkan ketidakseimbangan dua trafo distribusi pada rayon.
Pada penelitian-penelitian tersebut terjadi karena ketidaksamaan pemakaian energi
listrik. Akibat ketidakseimbangan beban tersebut mengalir arus di netral trafo.

C. Penelitian saat ini

Pada penelitian ini akan menkaji ketidakseimbangan beban pada trafo


distribusi pada rayon namlea dengan daya 50 kVa dan 100 kVa.

2.2 Trafo
Trafo merupakan suatu alat magnetoelektrik yang sederhana, handal, dan
efisien untuk mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat
yang lain. Pada umumnya terdiri atas sebuah inti yang terbuat dari besi berlapis
dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Rasio
perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah lilitan pada kedua
kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar
‘kaki’ inti trafo. Secara umum dapat dibedakan dua jenis trafo menurut
konstruksinya, yaitu tipe inti dan tipe cangkang. Pada tipe inti terdapat dua kaki,
dan masing-masing kaki dibelit oleh satu kumparan. Sedangkan tipe cangkang
mempunyai tiga buah kaki, dan hanya kaki yang tengah-tengah dibelit oleh kedua
kumparan. Kedua kumparan dalam tipe cangkang ini tidak tergabung secara
elektrik, melainkan saling tergabung secara magnetik melalui inti. Bagian datar
dari inti dinamakan ‘pemikul’ (Reymon L 2012).

Gambar 6 Jenis Trafo Menurut Konstruksinya


Sumber : Reymon L,(2016)

2.3 Prinsip Kerja Trafo

Prinsip kerja trafo adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday,
yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan
magnet dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada trafo
diberi arus bolak-balik maka jumlah garis gaya magnet berubah-ubah. Akibatnya
pada sisi primer terjadi induksi. Sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari
sisi primer yang jumlahnya berubah-ubah pula. Maka di sisi sekunder juga timbul
induksi, akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan (Tabrani M dkk
2006).

2.4 Jenis-jenis Trafo

2.4.1 Trafo Berdasarkan Pasangan Kumparan

Trafo dapat dibedakan berdasarkan pasangan kumparan atau lilitannya menjadi:

• Trafo satu belitan


• Trafo dua belitan
• Trafr tiga belitan

Trafo satu belitan adalah lilitan primer merupakan bagian dari lilitan
sekunder atau sebaliknya, Trafo satu belitan ini lebih dikenal sebagai “auto trafo
atau trafo hemat”, Trafo dua belitan adalah trafo yang mempunyai dua belitan
yaitu sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah, dimana kumparan sekunder
dan primer berdiri sendiri. Trafo tiga belitan adalah trafo yang mempunyai belitan
primer, sekunder dan tersier, masing-masing berdiri sendiri pada tegangan yang
berbeda, (Sulasno, 2009).

2.4.2 Trafo Berdasarkan Fungsi

Menurut fungsinya Trafo dibagi atas: Trafo daya, Trafo distribusi, Trafo
pengukuran (trafo arus dan trafo tegangan)

a) Trafo Daya

Trafo daya merupakan suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan tenga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya. Dalam operasi penyaluran tenaga listrik trafo dapat dikatakan sebagai
jantung dari transmisi dan distribusi, Dalam kondisi ini suatu trafo diharapkan
dapat beroperasi secara maksimal.

b) Trafo Distribusi

Trafo distribusi pada dasarnya sama dengan trafo daya, bedanya adalah
tegangan rendah pada trafo daya bila dibandingkan dengan tegangan tinggi trafo
distribusi masih lebih tinggi, Kedua tegangan pada trafo distribusi merupakan
tegangan distribusi yaitu untuk distribusi tegangan menengah (TM) dan distribusi
tegangan rendah (TR), Trafo distribusi digunakan mendistribusikan energi listrik
langsung ke pelanggan.

c) Trafo Ukur

Pada umumnya trafo ini di gunakan untuk mengukur arus (I) dan tegangan
(V), Trafo ini trafo ini dibuat khusus untuk mengukur arus dan tegangan yang
tidak mungkin bisa diukur langsung oleh Amperemeter atau voltmeter.

2.5 Trafo Distribusi

Tujuan penggunaan transformator distribusi adalah untuk menyesuaikan


tegangan utama dari sistem distribusi menjadi tegangan yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen.
Gambar 7 Trafo Distribusi
(Sumber: Agus Afrianto, dkk, 2012)

2.6 Arus Beban Penuh Trafo

Daya trafo tiga fasa bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) maupun
tegangan rendah (sekunder) dapat dirumuskan sebagai berikut:
S = √ 3 .V.I (1)
Di mana:
S : Daya trafo (kVA)
V : Tegangan sisi primer trafo (kV)
I : Arus jala-jala (A)

Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat


menggunakan rumus:
S
I FL =
√3. V
(2)
Di mana:
IFL : Arus beban penuh (A)
S : Daya transformator (kVA)
V :Tegangan sisi sekunder trafo (kV)

Dalam menghitung persentase pembebanan suatu trafo dapat diketahui


dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑉 × 𝐼 × 3
× 100
% Pembebanan = 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑟 (3)
Di mana:
V : Tegangan fasa-fasa (V)
I : Arus rata-rata (A)
2.7 Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar Netral
Trafo.
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada
sisi sekunder trafo (fasa R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus
yang mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi).
Losses pada penghantar netral trafo ini dapat dirumuskan sebagai berikut
(4)
Di mana:
PN : Rugi-rugi daya pada penghantar netral trafo (watt)
IN : Arus yang mengalir pada netral trafo (A)
RN : Tahanan penghantar netral trafo (Ω).
Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke
tanah (ground) dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut :
PG = IG2 . RG (5)

Di mana:

PG = losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (watt)

IG = arus netral yang mengalir ke tanah (A)

RG = tahanan pembumian netral trafo (Ω)

2.8 Ketidakseimbangan Beban pada Trafo

Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan dimana :


1) Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
2) Ketiga vektor saling membentuk sudut 120° satu sama lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan


dimana salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.
Kemungkinan keaadaan tidak seimbang ada 3 yaitu :
1) Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120° satu sama
lain.
2) Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120° satu sama
lain.
3) Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120° satu sama
lain.
(a) (b)
Gambar 8 Vektor diagram arus
(sumber: Aszet Idulfitri Darmanto Kadir, 2019)

Gambar (a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang.


Disini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (𝐼𝑅, 𝐼𝑆, 𝐼𝑇) adalah sama
dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (𝐼𝑁). Sedangkan pada Gambar (b)
menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Disini terlihat bahwa
penjumlahan ketiga vektor arusnya (𝐼𝑅, 𝐼𝑆, 𝐼𝑇) tidak sama dengan nol sehingga
muncul sebuah besaran yaitu arus netral (𝐼𝑁) yang besarnya bergantung dari
seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.

 Analisis Ketidakseimbangan Beban Trafo


Dengan menggunakan koefisien keseimbangan beban yaitu a = b = c = 1,
maka arus rata-rata adalah arus fasa dalam keadaan seimbang. Jadi untuk
mengetahui berapa besar ketidakseimbangan beban digunakan persamaan sebagai
berikut:

𝐼𝑅=𝑎.𝐼 jadi 𝑎=𝐼𝑅 / 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

𝐼𝑆=𝑏.𝐼 jadi 𝑏=𝐼𝑆 / 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

𝐼𝑇=𝑐.𝐼 jadi 𝑐=𝐼𝑇 / 𝐼𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Pada keadaan seimbang, besarnya koefisien a, b dan c adalah 1. Dengan


demikian, rata-rata ketidakseimbangan beban (dalam %) adalah :

(𝑎−1)+(𝑏−1)+(𝑐−1)3𝑥 100% (6)

2.9 Rugi Daya dan Efesiensi Transformator pada Beban Seimbang

1). Rugi Daya


Rugi-rugi transformator dapat diklasifikasikan atas rugi-rugi primer, rugi-
rugi sekunder dan rugi-rugi inti (besi). Rugi-rugi primer dan skunder adalah rugi-
rugi daya nyata dalam watt. Rugi-rugi ini diakibatkan resistansi dari masing-
masing belitan primer dan sekunder. Apabila transformator tidak dibebani, maka
rugi-rugi daya pada sekunder adalah nol. Rugi-rugi pada transformator dapat
digambarkan seperti pada gambar 9:

Gambar 9. Rugi-rugi pada Trafo saat proses transformasi

2). Efisiensi

Efisiensi pada transformator adalah perbandingan antara daya keluaran


(output) dengan daya masukan (input). Sebuah transformator tidak membutuhkan
bagian yang bergerak untuk memindahkan energy dari kumparan primer ke
kumparan sekunder. Ini berarti tidak ada kerugian karena gesekan atau hambatan
udara seperti yang terdapat pada mesin-mesin listrik (contoh motor listrik dan
generator). Namun didalam transformator juga terdapat kerugian yang disebut
rugi-rugi tembaga (copper losses) dan rugi-rugi besi (iron losses). Rugi-rugi
tembaga terdapat pada kumparan primer dan sekunder, sedangkan rugi-rugi besi
terdapat dalam inti besi. Rugi- rugi ini berupa panas yang dilepaskan akibat
terjadinya Eddy Current. Sebuah transformator yang ideal akan memiliki efisiensi
sebesar 100%. Ini berarti bahwa semua daya yang diberikan pada kumparan
primer dipindahkan ke kumparan sekunder tanpa adanya kerugian. Sebuah trafo
yang real memiliki efisiensi dibawah 100%. Efisiensi suatu trafo dapat dihitung
dengan persamaan :

Pout
η= x 100 % (7)
Pin

Di mana:

η : Efisiensi transformator
Pout : Daya Keluaran (Output) atau Daya pada Kumparan Sekunder (kW)
Pin : Daya listrik Masukan (Input) atau Daya pada Kumparan Primer (kW)

Anda mungkin juga menyukai